Anda di halaman 1dari 48

Keperawatan Dasar Profesi

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


"Ny. S" DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN "NYERI" DI RUANG RAWAT INAP BAJI
KAMASE RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR

Oleh :
(NERS A)
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
Nadya Widiasari, S.Kep
Sigit Purnomo, S.Kep
Supiani Yamlean, S.Kep
Muh Aksa, S.Kep

Dosen Pembimbing:

Musdalifah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan
ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada
Nabi Muhammad SAW. yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan
menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini.
Dalam usaha menyusun laporan pendahuluan, dihadapkan dengan
berbagai hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan, serta izin
Allah SWT akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi serta
mencapai tahap penyelesaian.
Dalam penyusunan ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan,
oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan sangat penulis harapkan.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, 20 Desember 2020

Kelompok A
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
A. Konsep Medis........................................................................................................
B. Konsep Kebutuhan Kenyamanan Nyeri................................................................
BAB III KASUS........................................................................................................
A. Asuhan Keperawatan.............................................................................................
B. Integrasi Keislaman...............................................................................................
BAB IV JURNAL.....................................................................................................
A. Jurnal pendukung..................................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN

Seminar Akhir Departemen Keperawatan Dasar Profesi “Asuhan Keperawatan


Pada Ny “S” Dengan Gangguan Rasa Nyaman : “Nyeri Akut” Di Ruang
Perawatan Baji Kamase RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Musdalifah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 1987121920190302011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri tercatat sebagai keluhan terbanyak yang menyebabkan individu
keluar masuk untuk berobat di pelayanan kesehatan salah satunya rumah sakit.
Diperkirakan prevalensi nyeri kronis sekitar 20% populasi dunia. Sedangkan di
Inggris, prevalensi nyeri akut mencapai 42% dengan angka kejadian pada pria
sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25%. Berdasarkan data world health
organization (WHO) tahun 2015, mencatat, jumlah pasien nyeri pembedahan
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 140 juta
pasien atau sekitar 1,9% di seluruh dunia, dan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan yaitu 148 juta pasien atau sekitar 2,1 % (Dita et al, 2018).
Menurut Meissner et al (2015), Salah satu penelitian di Amerika Serikat
menyatakan hampir >80% pasien mengalami nyeri pascaoperasi. Prevalensi
nyeri secara keseluruhan di Indonesia belum pernah diteliti, namun
diperkirakan nyeri kanker dialami sekitar 5% dari penduduk Indonesia, nyeri
rematik sekitar 23,6%-31,3%, low back pain (LBP) sekitar 40% penduduk
Indonesia. Nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP) adalah sensori tidak nyaman dan pengalaman emosional yang sangat
berhubungan dengan potensial kerusakan jaringan atau terdapat kerusakan
jaringan yang nyata. Nyeri akut sendiri berhubungan dengan kaskade biokimia
dan tingkah laku yang dimulai dari kerusakan jaringan (Meissner et al, 2015).
Jika respons nyeri tidak ditekan dengan baik akan menyebabkan
perubahan menjadi nyeri kronik. Penanganan nyeri akut pascaoperasi yang
tidak baik akan menyebabkan komplikasi kesehatan seperti pneumonia, deep
vein thrombosis, infeksi, nyeri kronik, dan depresi. Kehidupan bebas nyeri saat
ini telah dianggap sebagai salah satu hak asasi manusia. Salah satu penanganan
nyeri pasca operasi yaitu penggunaan terapi analgesik. Tata laksana nyeri akut
pascaoperasi di Perancis dan Australia dinyatakan bahwa pemberian analgesik
paling sering dimulai saat pasien masih dalam pengaruh anestesi (63,6%).
Selain itu, terapi non farmakologi juga merupakan terapi yang efektif diberikan
untuk meringankan intensitas nyeri pasien pasca operasi (Biocic et al, 2017).
Nyeri harus dapat dinilai agar dapat ditangani secara efektif. Standar
umum yang digunakan adalah penilaian nyeri pasien yang dilakukan secara
rutin setelah operasi menggunakan sistem skoring 0–10, dinilai dengan 0 tidak
nyeri dan 10 merupakan nyeri yang paling berat. Kunci utama keberhasilan
kontrol nyeri adalah evaluasi ulang skala nyeri pasien secara berkala untuk
meminimalkan kemungkinan terapi nyeri yang tidak adekuat (Dita et al, 2018).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar nyeri
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan nyeri
3. Untuk mengetahui masalah terkait kebutuhan dasar pasien
4. Untuk mengetahui efektivitas intervensi keperawatan yang diberikan
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Kenyamanan : Nyeri
1. Defenisi
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2010). Menurut
beberapa ahli, nyeri diartikan sebagai berikut.
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
b. Wofl Weitzel Fuerst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang
bisa menimbulkan ketegangan.
c. Arthur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan
emosional.
1. Fisiologi Nyeri
Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin, yang tersebar pad akulit dan mukosa, khususnya pada
vicera, persendian, dinding arteri, hati dan kadung empedu. Reseptor nyeri
dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin, histamin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa termal, listrik atau mekanis (Kasiati & Rosmalawati, 2016)..
2. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan
nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 3 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu
lebih dari 3 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari
sifat terjadinya, nyeri dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar
(Kasiati & Rosmalawati, 2016).
Tabel.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristi Nyeri Akut Nyeri Kronis
k
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu
eksistensi
Sumber Sebab eksternal/penyakit Tidak diketahui atau
dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan
sampai bertahun tahun
Pernyataan Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
nyeri diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
Gejala-gejala Pola respon yang khas Pola respon yang
klinis dengan gejala yang lebih bervariasi dengan
jelas sedikit gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus,
dengan bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat

3. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya nyeri, diantaranya
(Barbara C Long, 1989) :
a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medula spinalis
melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
b. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi
oleh modalitas dari reaksi sel T.
c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini nyeri bergantung dari kerja serat saraf besar
dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-
impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmiter yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok
impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem
supresif.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini
dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor.
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alkohol, obat-
obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan factor yang dapat menurunkan
toleransi nyeri antara lain: kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain (Kasiati & Rosmalawati, 2016)..
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit.
Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa
lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia dan lain-lain (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nyeri
1. Pengkajian
Pengkajian pemenuhan kebutuhan kenyamanan : nyeri meliputi :
a. Keluhan utama
Keluhan utama berupa adanya nyeri atau perasaan tidak nyaman yang
menyebabkan pasien mencari pertolongan.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian ini meliputi pernyataan pasien yang menjelaskan penyebab
terjadinya keluhan yang dirasakan saat ini.
c. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang berhubungan dengan adanya nyeri meliputi riwayat
operasi, riwayat penyakit sistem kardivaskuler, musculoskeletal,
pernafasan dan lain-lain (Hidayat, 2010).
d. Pemeriksaan fisik (data fokus)
1) Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi : yakni tingkat nyeri
dan posisi atau lokasi nyeri. Tingkat nyeri dapat berupa dalam atau
nyeri superfisial. Nyeri superfisial dapat dengan mudah dan akurat
ditunjukkan oleh pasien, sedangkan nyeri visceral atau nyeri yang
lebih dalam biasanya dirasakan secara umum. Nyeri berdasarkan
lokasi dapat dikategorikan menjadi :
a) Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri ini dapat jelas terlihat pada area
asalnya
b) Nyeri terproyeksi, berupa yeri sepanjang syaraf atau serabut
seraf spesifik
c) Nyeri radiasi, penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisasi.
d) Reffered Pain atau disebut juga nyeri alih, merupakan nyeri
yang dipresepsikan pada area yang jauh.
2) Intensitas
Intensitas nyeri dibagi menjadi nyeri ringan, sedang, dan berat.
Perubahan dari intensitas nyeri kearah yang lebih berat dapat
menandakan adanya perubahan kondisi patologis pada pasien.
3) Waktu dan lama nyeri
Pencatatan waktu dan lama nyeri dapat berupa catatan mengenai
kapan nyeri mulai timbul, berapa lama, bagaimana timbulnya,
interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
4) Kualitas
Kualitas nyeri dapat digambarkan menggunakan kalimat yang
mudah dipahami, misalnya menggambarkan kualitas nyeri
abdominal dengan kalimat “nyeri terasa seperti teriris pisau”.
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan Bahasa yang dia ketahui : nyeri
kepala mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri
abdominal dikatakan “seperti tertusuk-tusuk”.
5) Skala nyeri
a) FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun
b) Baker-Wong-FACES scale untuk usia 3-7 tahun
c) Visual analogue scale atau numeric rating scale untuk usia
diatas 7 tahun
6) Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain :
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir, dll.
7) Factor prepitasi
Beberapa factor prepitasi yang akan meningkatkan nyeri :
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik
dan emosi.
2. Diagnosis Keperawatan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)
1. Nyeri akut
a. Defenisi
Pengelaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : Pasien mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c) gelisah
d) frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur.
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) pola nafas berubah
c) nafsu makan berubah
d) proses berpikir terganggu
e) menarik diri
f) berfokus pada diri sendiri
g) diaforesis.
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) glaukoma
2. Nyeri Kronis
a. Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
b. Penyebab
1) Kondisi dan muskuloskeletal kronis
2) Kerusakan sistem saraf
3) Penekanan saraf
4) Infiltrasi tumor
5) Ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan
reseptor
6) Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus
varicella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolik
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
b) merasa depresi (tertekan).
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) gelisah
c) tidak mampu menuntaskan aktivitas.
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : Merasa takut mengalami cedera berulang.
2) Objektif
a) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
b) Waspada
c) pola tidur berubah
d) anoreksia, fokus menyempit
e) berfokus pada diri sendiri.
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi kronis (mis. Arthritis reumatoid)
2) Infeksi
3) Cedera medula spinalis
4) Kondisi paca trauma
5) Tumor
3. Luaran dan kriteria hasil dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) :
Tabel.2 Luaran dan Kriteria Hasil
Luaran Kriteria Hasil
Tingkat Nyeri Menurun 1. Pasien mampu menuntaskan
aktivitas
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun
4. Sikap protektif menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
7. Berfokus pada diri sendiri menurun
8. Diaforesis menurun
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun
10. Perasaan takut menurun
11. Anoreksia menurun
12. Perineum terasa tertekan menurun
13. Uterus teraba membulat menurun
14. Ketegangan otot menurun
15. Pupil dilatasi menurun
16. Muntah menurun
17. Mual menurun
18. Frekuensi Nadi Normal
19. Pola nafas normal
20. Tekanan darah Normal
21. Proses berfikir membaik
22. Fokus membaik
23. Fungsi berkemih membaik
24. Perilaku membaik
25. Nafsu makan membaik
26. Pola tidur membaik
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut
1) Intervensi Utama : Menejmen Nyeri, Pemberian Analgesik
2) Intervensi Pendukung :
 Aromaterapi  Pemberian obat intravena
 Dukungan hypnosis diri  Pemberian obat oral
 Dukungan pengungkapan  Pemberian obat oral
kebutuhan  Pemberian obat topical
 Edukasi efek samping obat  Pengaturan posisi
 Edukasi menejmen nyeri  Perawatan amputasi
 Edukasi proses penyakit
 Edukasi teknik napas  Perawatan kenyamanan
 Kompres dingin Kompres  Teknik distraksi
hangat  Teknik imajinasi
 Konsultasi terbimbing
 Latihan pernapasan  Terapi akupresur
 Menejmen efek samping  Terapi akupuntur
obat  Terapi bantuan hewan
 Menejmen kenyamanan  Terapi humor
lingkungan  Terapi Murottal
 Menejmen medikasi  Terapi music
 Menejmen sedasi  Terapi pemijatan
 Menejmen terapi radiasi  Terapi relaksasi
Pemantauan nyeri  Terapi sentuhan
 Pemberian obat  Trancutaneos electrical
nerve stimulation (TENS)

b. Nyeri Kronis
1) Intervensi Utama : Menejmen Nyeri, Terapi Relaksasi, Menejmen
Nyeri
2) Intervensi Pendukung :
 Aromaterapi  Menejmen mood
 Dukungan hypnosis diri  Menejmen stress
 Dukungan pengungkapan  Menejmen terapi radiasi
kebutuhan  Pemantauan nyeri
 Dukungan koping keluarga  Pemberian analgesic
 Dukungan meditasi  Pemberian obat oral
 Edukasi aktivitas/istirahat  Pemberian obat intravena
 Edukasi efek samping obat  Pemberian obat topical
 Edukasi kemoterapi  Pengaturan posisi
 Edukasi kesehatan  Perawatan amputasi
 Edukasi menejmen stress  Promosi koping
 Edukasi menejmen nyeri  Teknik distraksi
 Edukasi perawatan stoma  Teknik imajinasi terbimbing
 Eduksi proses penyakit  Terapi akupresur
 Edukasi proses penyakit  Terapi akupuntur
 Edukasi teknik napas  Terapi bantuan hewan
 Kompres dingin  Terapi humor
 Kompres panas  Terapi Murottal
 Konsultasi  Terapi music
 Latihan pernapasan  Terapi pemijatan
 Latihan rehabilitasi  Terapi sentuhan
 Menejmen efek samping  Trancutaneos electrical
obat nerve stimulation (TENS)
 Menejmen kenyamanan  Yoga
lingkungan
BAB III
KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny “S” Dengan Gangguan Rasa Nyaman :
“Nyeri Akut” Di Ruang Perawatan Baji Kamase RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan
a. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 52 Tahun
Pendidikan : Sekolah Rkyat
Suku : Makassar
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Malino
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga Pasien
Ruang rawat : Baji Kamase
No. Rekam Medik : 38 73 03
Tanggal jam masuk : 26 Oktober 2020
Tanggal jam pengambilan data : 28 oktober 2020
Diagnosa masuk : Cholectaliasis
Cara masuk : Kursi Roda
Kiriman dari : Poliklinik Digestiv
Pindahan dari : PKM Palangga
Perawat/tim yang bertanggung jawab : Perawat Baji Kamase
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Nyeri akut
Keluhan saat ini : Nyeri dirasakan pada perut pasca operasi, nyeri
dirasakan hilang timbul dalam waktu 2 menit , lokasi nyeri pada abdomen
regio epigastrik, hipogastrik dan lumbal dekstra. Skala nyeri 4 (sedang).
Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.
BB sebelum sakit : 56 Kg
Pasca operasi : Hari pertama
Pernah opname : Pasien mengatakan tidak pernah opname sebelumnya
c. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 E4 V5 M6
Pasien mengerti penyakitnya : pasien mengatakan tidak mengerti dengan
penyakitnya
d. Kebutuhan Dasar
1. Nyeri
Suhu : 36 oC
Nyeri : Pasien mengatakan, ia mengalami nyeri abdomen akibat
operasi
Lokasi nyeri: Pasien mengatakan nyeri pada abdomen
Gambaran nyeri : Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk tusuk dan
nampak jahitan akibat insisi pada abdomen regio epigastrik,
hipogastrik dan lumbal dekstra dengan panjang sekitar 5 cm.
Frekuensi : Pasien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul
Skala nyeri : Nyeri skala 4 (sedang)
Durasi : Pasien mengatakan nyeri terasa kurang lebih 2 menit
ketika timbul
Respon emosional : Pasien mengatakan ia tidak cemas saat nyeri
Penyempitan tetanus : Tidak ada keluhan
Cara mengatasi nyeri : Pasien mengatakan jika nyeri ia meminum
obat dan berbaring
Masalah keperawatn : Nyeri akut
2. Nutrisi
TB : 158 cm
BB : 56 Kg
IMT : 22,4 (Normal)
Kebiasaan makan : Keluarga pasien mengatakan 3 kali sehari secara
teratur
Keluhan saat ini : Pasien mengatakan tidak mengalami masalah
makan
Pembesaran tidroid : Tidak nampak adanya pembesaran tiroid
Hernia/massa : tidak nampak adanya massa
Holitosis : tidak nampak adanya holitosis
Kondisi gigi/gusi : Jumlah gigi tidak lengkap, gusi berwarna merah
muda
Penampilan lidah : Lidah nampak keputih-putihan
Bising usus : Terdengar 17x/menit
Porsi makan yang dihabiskan : pasien mengatakan menghabiskan
makanannya dipiring
Makanan yang disukai : Pasien mengatakan menyukai bubur
Masalah keperawatan : -
3. Kebersihan perorangan
Kebiasaan mandi : Pasien mengatakan selama 3 hari dirawat, ia mandi
2 kali
Cuci rambut : Pasien mengatakan 2 kali selama dirawat
Kebiasaan gosok gigi : Pasien mengatkan 2x selama dirawat
Kebersihan badan : Badan pasien nampak cukup bersih
Keadaan rambut : Rambut pasien nampak cukup bersih
Keadaan kuku : Kuku nampak pendek dan bersih
Masalah keperawatan : -
4. Cairan
Kebiasaan minum : Pasien mengatakan sering menghabiskan 1 botol
aqua ukuran 1500 cc dan kadang lebih sebelum operasi
Turgor kulit : Elastis
Punggung kuku : Nampak berwarna merah muda
Pengisi kapiler : <2 detik
Mata cekung : Tidak nampak
Konjungtiva : Nampak berwarna merah muda
Sklera : Tidak nampak Ikterik
Edema : Tidak Nampak adanya edema
Distensi VJ : Tidak nampak distensi vena jugularis
Infus : Terpasang infus RL 22 TPM.
Masalah keperawatan : -
5. Aktivitas dan latihan
Aktivitas waktu luang : Pasien mengatakan mengisi dengan mengobrol
Aktivitas/hobby : Pasien mengatakan jalan-jalan
Kesulitan bergerak : Tidak nampak kesulitan dalam bergerak
Tonus otot : Terdapat kontraksi dan refleks
Postur : Postur nampak seimbang
Tremor : Tidak nampak tremor
Rentang gerak : Nampak tidak terbatas
Keluhan saat ini : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : -
6. Eliminasi
Kebiasaan BAB : Pasien mengatakan 1-2x sehari
Kebiasaan BAK : Pasien mengatakan sekitar 2-4 x/hari
Penggunaan laksan : Tidak
Peggunaan diuretic : Tidak
Keluhan BAK sekarang : tidak ada keluhan
Peristaltik usus : terdengar 17x/menit
Abdomen : Pada bagian abdomen, nampak jahitan post operasi pada
regio epigastrik, hipogastrik dan lumbal dekstra dengan panjang
sekitar 5 cm.
Kateter : tidak terpasangan kateter
Masalah keperawatan : -
7. Oksigenasi
Nadi : 72x/menit
pernapasan : 18x/menit
TD : 140/90 mmHg
Bunyi nafas : Vesikuler
Respirasi : Pasien mengatakan tak ada keluhan
Fremitus : vibrasi teraba normal
Sirkulasi oksigen : Nampak tidak ada masalah, tidak ada sianosisi,
akral hangat dan tidak ada clubbing finger
Dada : Tidak ada keluhan
Riwayat penyakit : Pasien mengatakan tidak ada
Masalah keperawatan :-
8. Tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur : Pasien mengatakan tidur pada malam hari
Lama tidur : Keluarga mengatakan kurang lebih 7 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari
Kebiasaan tidur : Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan khusus
Masalah keperawatan : -
9. Pencegahan terhadap bahaya
Refleks : Tidak dikaji
Penglihatan : Pasien mengatakan masih bisa melihat dengan
baik
Pedengaran : Pasien mengatakan masih mendengar dengan baik
Penciuman : Pasien mengatakan masih mencium dengan baik
Perabaan : Pasien mengatakan masih meraba dengan baik
Masalah keperawatan : -
10. Neurosensoris
Rasa ingin pingsan : Pasien mengatakan tidak ada rasa ingin pingsan
Kejang : Klien mengatakan yidak ada riwayat kejang
Aura : tidak dikaji
Status mental : Pasien mengatakan ia mengetahui di mana ia
sekarang, mengetahui sekarang waktu siang dan mengenali orang
sekitarnya, terorientasi.
Kesadaran : Pasien nampak sadar seutuhnya
Memori saat ini : Pasien mengatakan masih mampu mengingat
kejadian dimasa lampau
Kacamata : Tidak ada
Alat bantu dengan : Tidak ada
Masalah keperawatan : -
11. Keamanan
Alergi/ sensitivitas/ : Pasien mengatakan tidak ada alergi
Transfusi darah : Tidak ada riwayat transfuse darah
Riwayat cedera : Tidak ada riwayat cidera
Masalah penggung : Tidak ada keluhan
Pembesaran nodus : Tidak ada pembesaran nodus
Kekuatan umum : Otot dapat berkontraksi
Cara berjalan : Nampak seimbang dan pelan
ROM : Dapat melakukan rom aktif
Masalah keperawatan : -
12. Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak dikaji
Masalah/kesulitan seksual : Tidak dikaji
Usia menarke : Tidak dikaji
Menopause : Pasien telah menopause
Masalah keperawatan :-
13. Keseimbangan dan peningkatan hubungan resik serta interaksi
sosial
Lama perkawinan : 36 tahun
Masalah kesehatan/stres : Tidak ada masalah
Peran dalam keluarga : IRT
Sosiologis : Komunikasi dengan pasien lancar
Perubahan bicara : Tidak nampak perubahan bicara
Komunkasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat : pasien
nampak aktif berkomunkasi dengan keluarganya
Spiritual :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan, klien taat sholat 5 waktu.
Psikologis : Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : -
e. Penyuluhan dan pembelajaran
1. Bahasa dominan : pasien fasih berbahasa makassar
Buta huruf : pasien mengatakan tidak dapat membaca
Keterbatasan kognitif : pasien mengatakan bisa berhitung sederhana
2. Informasi yang disampaikan
Obat-obatan yang diberikan : pasien mengatakan telah dijelaskan
mengenai waktu dari minum obat

Table. 3 Obat-Obatan Yang Dikonsumsi

Obat Dosis Waktu Diminum secara Tujuan


teratur
Cofixime 200 2x1 Pagi dan malam Antibiotik
mg/oral
Paracetamol 3x1 Pagi, siang, malam Antipiretik
Omeprazol 20 mg 2x1 Pagi dan malam Mengatasi gangguan lambung dan
menurunkan produksi asam
lambung
Ifalmin 3x1 Pagi, siang, malam Meningkatkan nafsu makan dan
penyembuhan luka
f. Data Genogram
GI

GII

? ? ? ? ? ?

GIII 55
2
2
Keterangan :
: pasien : garis keturunan

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : tinggal bersama

: meninggal

G1 : Kakek dan nenek pasien telah meninggal akibat faktor yang tidak
diketahui
G2 : Ayah pasien telah meninggal tidak ada riwayat penyakit yang sama
dengan klien
G3 : Pasien adalah anak ke dua dari tujuh bersaudara. Semua saudara dan
saudari masih hidup
g. Data Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 26 Oktober 2020)

Jenis
Hasil Rujukan Satuan
pemeriksaan

MCH 29.0 23.2-38.7 PJ

GDS 107 <200 Mg/dl

PCT 0.317 0.15-0.50 10 ul

Lubc 5.88 4.0-10.0 10 3/ul

LYM 1.78 0.6-3.5 10 3/ul

USG Abdomen (Tanggal 27 Oktober 2020)

- Galeblacler : batu didalamnya kurag lebih 5-10 mm


- Hepar : normal
- Renal : normal

Thorax (Tanggal 27 Oktober 2020)

- Pulmo sinistra dan dextra : normal


h. Penyimpangan Kdm

Hipomobilitas kandung empedu

Peningkatan pembentukan batu empedu + hipersekresi mucus

Luka insisi (pembedahan)

Nosiseptor melepas bradi

Kinin, B6 dan substansi P

Transmisi ke medulla spinalis

Dipersepsi di hipotalamus

Nyeri Akut
i. Klasifikasi Data
Data Subjectif Data Objektif

P : pasien mengatakan, ia 1. Pasien nampak meringis


mengalami nyeri akibat operasi 2. Nampak jahitan akibat insisi
Q : pasien mengatakan nyeri pada abdomen regio epigastrik,
seperti tertusuk-tusuk hipogastrik dan lumbar dekstra
R : pasien mengatakan nyeri dengan panjang sekitar 5 cm.
pada perut 3. TTV
T : pasien mengatakan nyeri TD : 140/90 mmHg
dirasakan hilang timbul, dan S : 36 oC
durasinya sekitar 2 menit P : 18 x/i
N : 72x/menit
S : skala nyeri 4 (sedang)

j. Kategorisasi Data
Kategori dan Sub Kategori Data Subjektif dan Objektif
Psikologis Nyeri dan Data Subjektif
Kenyamanan P : pasien mengatakan, ia mengalami nyeri akibat
operasi
Q : pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : pasien mengatakan nyeri pada perut
T : pasien mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul, dan durasinya sekitar 2 menit

Data Objektif
1. Pasien nampak meringis
2. Nampak jahitan akibat insisi pada abdomen
regio epigastrik, hipogastrik dan lumbaL dekstra
dengan panjang sekitar 5 cm.
3. TTV
TD : 140/90 mmHg
S : 36 oC
P : 18 x/i
N : 72x/menit
S : skala nyeri 4 (sedang)

k. Analisa Data
Problem/
N
Sign/Simptom/Data Etiologi/Penyebab Masalah
O
Keperawatan
1. DS Insisi bedah Nyeri akut
P : pasien mengatakan, ia
mengalami nyeri akibat Perlukaan pada abdomen
operasi
Q : pasien mengatakan Terputusnya
inkontinuitas jaringan
nyeri seperti tertusuk-
tusuk Merangsang pengeluaran
mediator kimia
R : pasien mengatakan
nyeri pada perut Transmisi medulla
spinalis
T : pasien mengatakan
nyeri dirasakan hilang Nyeri dipersepsikan oleh
hipotalamus
timbul, dan durasinya
sekitar 2 menit

DO
1. Pasien nampak
meringis
2. nampak jahitan akibat
insisi pada abdomen
regio epigastrik,
hipogastrik dan lumbal
dekstra dengan panjang
sekitar 5 cm.
3. TD : 140/90 mmHg
S : 36 oC
P : 18 x/i
N : 72x/menit
S : skala nyeri 4 (sedang)

l. Diagnosis Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
dibuktikan dengan pasien merasakan nyeri dan tampak jahitan
luka insisi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny “S” No. Rm : 387303
Umur Klien : 52 Tahun Dx. Medis : Colecthaliasis
No Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
1 Nyeri akut B.d luka post operasi Setelah diberikan tindakan Teknik Imajinasi Terbimbing
DS : keperawatan 1X24 Jam Observasi
P : Pasien mengatakan merasakan diharapkan Nyeri menurun 1. Identifikasi masalah yang dialami
nyeri akibat operasi dengan kriteri hasil : 2. Monitor respon perubahan emosional
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti 1. Keluhan nyeri Terapeutik
tertusuk-tusuk menurun 1. Sediakan ruang yang tenang dan nyaman
R : Pasien mengatakan Nyeri pada 2. Meringis menurun Edukasi
abdomen (SLKI, 2019) 1. Anjurkan membayangkan suatu tempat yang
S : Skala Nyeri 4 (Sedang) sangat menyenangkan yang pernah dikunjungi
T : Pasien mengtakan nyeri 2. Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat
dirasakan hilang timbul dan yang diinginkan dalam keadaan sehat bersama
durasinya 2 menit orang yang dicintai dalam suasana nyaman
DO :
1. Pasien Nampak meringis
2. Nampak jahitan akibat insisi
pada abdomen region epigastric, Terapi Murattal
hipogastrik, lumbal dekstra Observasi
dengan panjang sekitar 5 cm. 1. Identifikasi aspek yang akan diubah atau
3. TTV : dipertahankan
Tekanan Darah : 140/90mmHg 2. Identifikasi aspek yang akan difokuskan dalam
Nadi : 72X/i terapi
Pernafasan : 18X/i Terapeutik
Suhu : 36oC 1. Posisikan dalam posisi dan lingkungan yang
nyaman
2. Putar rekaman yang telah ditetapkan
3. Yakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan manfaat terapi
2. Anjurkan memusatkan perhatian/pikiran pada
lantunan ayat Al-Qur’an
(SIKI, 2018)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny “S” No. Rm : 387303
Umur Klien : 52 Tahun Dx. Medis : Colecthaliasis
Hari, Nama
No Diagnosis Implementasi
Tgl/ Jam Jelas
1 Nyeri akut B.d luka Kamis, 29/10/2020 Teknik Imaajinasi Terbimbing
post operasi 14.30 WITA Observasi
1. Mengidentifikasi masalah yang dialami
Hasil : masalah yang pasien adalah nyeri akut
pada abdomen
2. Memonitor repon perubahan emosional
Hasil : Pasien dapat mengontrol emosinya saat
nyeri timbul
17.00 WITA
Terapeutik
1. Menyediakan ruangan yang tenang dan nyaman
Hasil : ruangan dibuat menjadi nyaman, tenang
dan hanya 1 anggota keluarga yang membantu
jalannya imajinasi terbimbing. Pasien merasa
17.15 WITA tenang dan nyaman.

Edukasi
1. Menganjurkan membayangkan suatu tempat
yang sangat menyenangkan yang pernah
dikunjungi.
Hasil : Pasien membayangkan ia berada di
pantai, pasien merasa senang berada di pantai,
pasien mengikuti arahan yang diberikan.
2. Menganjurkan membayangkan mengunjungi
tempat yang diinginkan dalam keadaan sehat
bersama orang yang dicintai dalam suasana
nyaman
Hasil : pasien mengikuti arahan perawat dan
menyelesaikan semua proses terapi dengan
baik.
2 Nyeri akut B.d luka Jum’at, 30/10/2020
post operasi 16.00 WITA

Terapi Murattal
Observasi
1. Mengidentifikasi aspek yang akan diubah atau
dipertahankan
Hasil : aspek yang akan diubah adalah
psikologis pasien terkait dengan kenyamanan
pasien dan nyeri aut yang pasien alami.
2. Mengidentifikasi aspek yang akan difokuskan
dalam terapi
Hasil : aspek yang akan difokuskan dalam
16.15 WITA
terapi murattal yang hendaak dilakukan adalah
aspek relaksasi dan pengurangan nyeri.

Terapeutik
1. Mengubah posisi klien dalam posisi dan
lingkungan yang nyaman
Hasil : Klien mengikuti perubahan posisi yang
dilakukan, klien merasa nyaman degan posisi
semi fowler (setengah duduk).
2. Putar rekaman yang telah ditetapkan
Hasil : Klien memilih surat Al-Baqarah, klien
mendengarkan dengan fokus dan penuh
penghayatan.
3. Yakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien
17.00 WITA Hasil : Klien mengatur sendiri volume di
Handphone nya.

Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat terapi
Hasil : Klien mencermati penjelasan yang
diberikan, dan mempercayai bahwa Al-Qur’an
adalah sumber segala solusi atas permasalahan
yang ada, baik itu mengenai kesehatan.
2. Menganjurkan memusatkan perhatian/pikiran
pada lantunan ayat Al-Qur’an
Hasil : Klien mengikuti anjuran yang diberikan.

EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny “S” No. Rm : 387303
Umur Klien : 52 Tahun Dx. Medis : Colecthaliasis
Diagnosis Hari, Nama
No Evaluasi (SOAP)
Keperawatan Tgl./ Jam Jelas
1 Nyeri akut B.d luka Kamis, 29/10/2020 S : Pasien mengatakan setelah diberikan tindakan
Post Operasi 17.15 WITA keperawatan Terapi Imajinasi Terbimbing klien
merasa nyeri berkurang. Skala Nyeri 3 (ringan).
O : Klien nampak sudah tidak meringis.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (Jumat, 30/10/2020)
Teknik Imajinasi Terbimbing
Observasi
1. Identifikasi masalah yang dialami
2. Monitor respon perubahan emosional
Terapeutik
1. Sediakan ruang yang tenang dan nyaman
Edukasi
1. Anjurkan membayangkan suatu tempat yang
sangat menyenangkan yang pernah dikunjungi
2. Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat
yang diinginkan dalam keadaan sehat bersama
orang yang dicintai dalam suasana nyaman
Terapi Murattal
Jum’at, 30/10/2020 S : Pasien mengatakan setelah diberikan tindakan
18.00 WITA keperawatan Terapi Murattal klien merasa nyeri
berkurang. Skala Nyeri 3 (ringan).
O : Klien nampak sudah tidak meringis.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (Sabtu, 31/10/2020)
Observasi
1. Identifikasi aspek yang akan diubah atau
dipertahankan
2. Identifikasi aspek yang akan difokuskan dalam
terapi
Terapeutik
1. Posisikan dalam posisi dan lingkungan yang
nyaman
2. Putar rekaman yang telah ditetapkan
3. Yakinkan volume yang digunakan sesuai
dengan keinginan pasien

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan manfaat terapi
2. Anjurkan memusatkan perhatian/pikiran pada
lantunan ayat Al-Qur’an
B. Integrasi Keislaman
a. Murattal Al-Qur’an Sebagai Bentuk Mengingat Allah
Murattal Al-Qur’an termasuk upaya mengingat Allah, dianggap mampu
menjadi intervensi nonfarmakologi dalam mengurangi tingkat nyeri dan
bahkan menghilangkan rasa nyeri secara perlahan. Dalam Al-Qur’an Surah
Ar-Ra’d ayat 28 Allah SWT berfirman :

ْ ‫ اَاَل بِ ِذ ْك ِر هللاِ ت‬،ِ‫َط َمئِ ُّن قُلُوْ بُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هللا‬


ِ ْ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُو‬
‫ب‬ ْ ‫الَّ ِذ ْينَ أ َمنُوْ ا َو ت‬

Terjemahnya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka


menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah!, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Kementerian
Agama, 2016).

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang mendapat


petunjuk Ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya, sebagaimana disebut
pada ayat yang lalu itu, adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram setelah sebelumnya bimbang dan ragu. Ketenteraman itu
bersemi di dada mereka disebabkan karena dzikrullah, yakni mengingat Allah
atau karena ayat-ayat Allah, yakni Al-Quran, yang memesona kandungan dan
redaksinya. Sungguh camkanlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, Hati
menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, seperti yang
keadaanya seperti itu, yang tidak akan meminta bukti-bukti tambahan dan bagi
mereka itulah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat dan bagi mereka juga tempat kembali yang baik, yaitu surga. (Tafsir
Al-Misbah, 2002:271).

Dalam penjelasan Tafsir Al-Mishbah tersebut dapat dimaknai bahwa


upaya pendekatan mengingat Allah seperti membaca Al-Qur’an atau
mendengarkan Al-Qur’an dapat membawa kita menjadi tenang, damai dan
tenteram. Begitupula pada orang yang merasakan nyeri apabila
diperdengarkan ayat Al-Qur’an maka akan merasakan kedamaian dan
ketenteraman, terbukti di dalam penelitian Ariska (2018) mengatakan bahwa
bacaan Murattal Al-Qur’an merupakan salah satu rangkaian ibadah yang
menunjukkan keimanan kepada Allah SWT. Karena keimanan akan
memberikan ketenangan jiwa, kedamaian hati, ketenteraman pikiran dan
kemuliaan. Murattal Al-Qur’an yang dijalankan dengan penuh khusyu, tepat,
ikhlas dan kontinu dapat memberikan respon emosi positif (positive thinking)
dan motivasi positif serta mengefektifkan coping sehingga dapat mengurangi
derita nyeri.
b. Al-Qur’an Sebagai Obat Penenang
Al-Qur’an memiliki beragam mukjizat dan merupakan obat penenang bagi
orang-orang yang mengalami rasa sakit/nyeri, cemas dan gelisah. Keagungan
Al-Qur’an terdapat dalam QS. Al-Isra’ ayat 82 :
َّ‫َو نُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ أَ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َّو َرحْ َمةُ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو الَ يَ ِز ْي ُد الظَّالِ ِم ْينَ اِال‬
‫خَ َسارا‬
Terjemahnya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-
Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”.

Tafsir QS. Al-Isra ayat 82 : Para Ulama memiliki beberapa pendapat


mengenai ayat tersebut, pendapat pertama mengartika bahwa obat yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah obat untuk penyakit hati. Pendapat
kedua mengartikan bahwa Al-Qur’an sebagai obat penyakit zhahir seperti
adanya rasa sakit kepala, perut atau rasa sakit pada bagian tubuh yang
lainnya. Pendapat pertama dan kedua ini didukung oleh beberapa hadits
(Jabbar, 2018)
Al-Qur’an sebagai penawar rasa sakit juga telah dibuktikan dalam beberapa
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2018) dengan memberikan
intervensi membaca Al-Qur’an secara tertil selama 10 menit menunjukkan
bahwa 16 dari 31 pasien pasca operasi SC mengalami penurunan dari
berbagai skala nyeri. Hal ini dikarenakan ketika membaca Al-Qur’an,
beberapa jenis saraf aktif yakni saraf untuk membaca, menyuarakan dan
mendengarkan ayat yang dilantunkan sehingga rangsang nyeri yang sampai
ke otaka lebih berkurang. Penelitian lainnya oleh Priyanto dan Anggraeni
dengan memberikan terapi murottal pada pasien penyakit jantung coroner
menjelaskan bahwa terjadi penurunan nyeri secara signifikan setelag pasien
diberi terapi murottal.
BAB IV
JURNAL

A. Jurnal pendukung yang berkaitan dengan intervensi


Pada intervensi yang diberikan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khairun Nuhan dkk (2018) Pengaruh Murottal Al-Qur’an
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan terapi murrotal pada kelompok perlakuan (p-value
0.002) dan terdapat perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan terapi murrotal pada kelompok control (pvalue 0.003).
Disimpulkan bahwa bahwa terdapat perbedaan selisih rata-rata intensitas
nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p-value 0.001),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh terapi
murrotal AlQur’an terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post
operasi SC pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Berdasarkan
angka penurunan dan nilai p-value, maka dapat disimpulkan bahwa terapi
al-qur’an lebih efektif menurunkan nyeri pada pasien post operasi SC.
Penelitian selanjutnya berkaitan dengan intervensi oleh Khalidatul
Khair Anwar et all (2019) Pengaruh Murottal Al-Quran Terhadap
Peningkatan Kadar Β-Endorphin Dan Penurunan Tingkat Nyeri Pasien
Post Sectio Caesarea. Hasil penelitian menunjukan bahwa Terdapat
perbedaan kadar β-Endorphin dan tingkat nyeri pasien post sectio caesarea
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Ada
perbedaan yang bermakna kadar β-Endorphin dan tingkat nyeri sesudah
intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Ada
hubungan perubahan kadar β-Endorphin dan perubahan tingkat nyeri pada
kelompok perlakuan. Berdasarkan hal tersebut, Murottal dapat
direkomendasikan sebagai terapi komplementer pilihan dan terapi
nonfarmakologi dalam menurunkan nyeri pasien sectio caesarea yang
diberikan bersamaan dengan terapi analgesik. Sejalan dengan penelitian
dari Susi susanti dkk (2019) Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Untuk
Menurunkan Nyeri Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Hari Ke 1
The Effect Of “Murottal Al-Qur’an” Therapy To Decrease Pain Of Lower
Extremity Fracture Post Operation Day 1 didapatkan bahwa Responden
pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah berdasarkan hasil
pengukuran skala nyeri setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an
diketahui bahwa mayoritas nyeri berkurang dengan skala nyeri 3 yaitu 4
orang (50,0 %). Hasil uji menghasilkan nilai yang signifikan dengan (p)
sebesar 0,000 sehingga nilai p signifikan dari sebelum dan sesudah
perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi murottal Al-
Qur’an untuk menurunkan nyeri post operasi fraktur ekstremitas bawah
hari ke 1 di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
sangat subjektif dan bersifat tidak menyenangkan yang dipicu oleh stimulasi
saraf sensorik. Oleh karena bersifat subjektif, sensasi nyeri dilaporkan
berbeda-beda tiap individu. Terkait penatalaksanaan, nyeri di atasi melalui
dua metode yaitu dengan farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan mencakup intervensi perilaku
dan kognitif, menggunakan agen-agen fisik meliputi stimulus kulit, stimulus
elektrik saraf kulit (transcutaneous electrical nerve stimulation/ TENS),
akupuntur dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi
tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan balik
biologis (biofeedback), hypnosis dan sentuhan terapeutik. Teknik distraksi
sangat efektif digunakan untuk mengalihkan nyeri, hal ini disebabkan karena
distraksi merupakan metode dalam upaya untuk mengurangi nyeri dan
sering membuat pasien lebih menahan nyerinya. Salah satu teknik distraksi
yang efektif adalah terapi murrotal Al-Qur’an, yang dapat menurunkan nyeri
fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang
dari nyeri (Nuhan et al, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya (2016). Kementerian Agama Republik Indonesia
Ariska, M. D. (2018). Pengaruh Audio Murattal Al-Qur’an Terhadap Pasien
Nyeri Post Operasi. NurseLine Journal Vol.1, No.2
Biocic M, Vidosevic D, Boric T, Boric T, Giunio L, Fabijanic D, dkk. Anesthesia
and perioperative pain management during cardiac electronic device
implantation. J Pain Res. 2017;10:927–32.2.
Dita et al. Efektivitas Analgesik 24 Jam Pascaoperasi Elektif di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2017. 2018; 6(2): 98-104.

Hidayat, A. A. 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Kasiati & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan:

Pusdik SDM Kesehatan.


Meissner W, Coluzzi F, Fletcher D, Huygen F, Morlion B, Neugebauer E, dkk.
Improving the management of post-operative acute pain: priorities for
change. Curr Med Res Opin. 2015;31(11):2131–43.4.
Nuhan et al. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Sectio Caesarea. ISSN 1907 – 0357. Volume XIV, No. 1, April
2018. Jurnal Keperawatan.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai