Anda di halaman 1dari 37

1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


MYALGIA DI PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA PALANGKARAYA

OLEH:

TEDIE SETIYO

NIM : 2018.B.19.0497

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

TAHUN 2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.S Dengan Diagnosa Medis Myalgia di
Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya”.
Laporan Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
PKL. Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun.

Palangka Raya, Juni 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar belakangk.......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat....................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4

2.1 Konsep penyakit......................................................................................... 4


2.6 Konsep keluarga........................................................................................ 8
2.7 Konsep asuhan keperawatan....................................................................... 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 18
3.1 Pengkajian................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa..................................................................................................... 29
3.3 Intervensi.................................................................................................... 30
3.4 Implementasi............................................................................................... 31
3.5 Evaluasi....................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis
dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang atau saraf
sehingga menimbulkan nyeri, bisa nyeri ringan sampai nyeri tak tertahankan, mempengaruhi
tangan, punggung, leher, lengan, bahkan sampai kaki (Samara, 2007).
Leher adalah daerah yang paling banyak mendapat ketegangan atau stress, baik waktu
istirahat maupun saat bekerja. Rasa kurang nyaman yang menyebabkan ketegangan secara
terus menerus pada grup otot leher terutama ekstensor yang mempertahankan postur leher
dan menopang kepala, akibatnya otot-otot cervical terutama otot ekstensor mengalami
spasme yang memicu terjadinya nyeri pada leher atau myalgia cervical (Ariotejo, 2010).
Myalgia cervical disebabkan oleh adanya ketegangan (kontraksi) otot yang berlebihan
saat bekerja, static kontraksi dalam posisi bekerja dan dilakukan secara terus menerus dalam
waktu yang lama. Umur berpengaruh terhadap nyeri leher berkaitan dengan proses penuaan
seiring bertambahnya usia, termasuk degenerasi tulang yang berdampak pada resiko myalgia
cervical. Pada saat leher bergerak kedepan 1 inchi akan meningkatkan berat kepala pada
leher sebesar 10 pound, jika leher bergerak 3 inchi maka berat kepala sebesar 30 pound dan
tekanan pada otot- otot leher meningkat 6 kali. Bad posture apabila tejadi dalam jangka
panjang akan menyebabkan myalgia cervical atau nyeri leher (Dewayani, 2006).

Myalgia cervical mempunyai tanda dan gejala, yaitu rasa tegang pada leher, nyeri leher
dan bahu, keterbatasan gerak sendi leher, rasa pusing dan tidak nyaman sehingga menggangu
aktifitas sehari-hari. Tanda dan gejala tersebut bisa ditanggulangi dengan tindakan fisioterapi.
Fisioterapi berperan serta dalam menangani kasus myalgia cervical. Sebuah studi
menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher di masyarakat selama 1 tahun
besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri
muskuloskelatal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 60-76% dan wanita
ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria (Huldani, 2013).
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) yaitu terapi listrik dengan arus
rendah yang diletakkan pada titik syaraf, Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
dapat mengurangi nyeri memblokir syaraf sensorik, menstimulasi saraf motorik karena
impuls elektrik ini mempunyai impuls elektrik ini menyerupai impuls saraf otak untuk
menstimulasi gerakan otot sehingga bisa memperbaiki kelemahan otot dan mengurangi nyeri.
2

Ultra Sound (US) yaitu terapi panas yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis.
Terapi ini menggunakan arus listrik yang dialirkan lewat tranduser yang mengandung kristal
kuarsa yang dapat mengembang dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang
dapat ditransmisikan pada kulit serta dalam tubuh, Ultra Sound bermanfaat dalam terapi
gangguan muskuloskeletal, menghancurkan jaringan parut dan membantu mengulur tendon
(Arovah, 2007).
Massage merupakan tekhnik manipulasi jaringan lunak tekanan dan gerakan. Terapi ini
dapat dilakukan pada seluruh tubuh maupun pada bagian tertentu ( contoh punggung, kaki,
dan tangan). Massage membantu penderita relax dan mengatasi nyeri, tekhnik massage untuk
kondisi myalgia cervical yaitu Effluarage dan friction. Teknik eflluarage atau teknik
menggosok yaitu gerakan ringan berirama yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh,
tujuannya untuk melancarkan peredaran darah dan getah bening sedangakan tekhnik friction
atau menggerus yaitu gerakan menggerus arah searah dengan otot atau berlawanan, tujuannya
membantu menghancurkan miyogeloasis, yaitu timbunan sisa-sisa penbakaran energi yang
menyebabkan pengerasan pada otot (Firastiwidyaratni, 2007).
Terapi latihan tekhnik Propioceptive Neuromuscular Facilitations (PNF) contract relax
yaitu Suatu teknik menggunakan kontraksi isotonik yang optimal dari kelompok otot
antagonis yang memendek, dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut. Tujuannya
meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi nyeri, menaikkan tingkat relaksasi otot,
perbaikan koordinasi, meningkatkan kekuatan kontraksi sehingga kemampuan aktifitas
fungsional mningkat (Ariotejo, 2010).
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada diagnosa myalgia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui proses penatalaksanaan pada kasus Myalgia.
1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Agar penyusun lebih mengetahui tentang penyakit myalgia.

1.3.2.2 Semoga makalah ini bisa dijadikan bahan referensi yang terkait mengenai penyakit
myalgia. .

1.3.2.3 Sebagai bahan belajar dan pengetahuan tentang penyakit myalgia.


3

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada penyakit myalgia.
1.4.2 Bagi Perawat
Sebagai sumber informasi bimbingan atau referensi untuk menambah pengetahuan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada penyakit myalgia.
1.4.3 Bagi Penulis
Laporan kasus ini merupakan sarana penulis untuk memperoleh pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penyakit myalgia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,
universal, dan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan
tidak bisa disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008).
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman dalam
merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012). Nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau
diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi
atau diprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2012).
2.1.2 Etiologi
Faktor resiko
2.1.2.1 Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)
10) Tingkah laku distraksi
5

11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan
2.1.2.2 Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun

Faktor predisposisi

2.1.2.3 Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2.1.2.4 Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
2.1.2.5 Peradangan
2.1.2.6 Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
2.1.2.7 Trauma psikologis

Faktor presipitasi

2.1.2.8 Ligkungan
2.1.2.9 Suhu ekstrim
2.1.2.10 Kegiatan
2.1.2.11 Emosi
6

2.1.3 Proses terjadinya


2.1.3.1 Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis yang
bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis
median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri
tersebut diteruskan.
2.1.3.2 Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu
korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri.
2.1.3.3 Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion
dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansia
gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat
dan menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat. Rangsangan saraf besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula
spinalis melaui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada
serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
2.1.3.4 Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi
impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.
2.1.4 Komplikasi
2.1.4.1 Gangguan pola istirahat tidur
2.1.4.2 Syok neurogenik
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
2.1.5.1 Pemeriksaan darah lengkap
2.1.5.2 CT scan
2.1.5.3 MRI
2.1.5.4 EKG
7

2.1.6 Penatalaksanaan keperawatan


2.1.6.1 Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2.1.6.2 Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
2.1.6.3 Beri rasa aman
2.1.6.4 Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy antara
tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
2.1.6.5 Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
2.1.6.6 Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini
memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
2.1.6.7 Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi
visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
2.1.6.8 Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
2.1.6.9 Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
2.1.6.10 Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri
fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk
mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
2.1.7 Penatalaksanaan medis
2.1.7.1 Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan
mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif
diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2.1.7.2 Plasebo
8

Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula,
larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.
2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Pengertian

Keluarga merupakan sekumpulan orang dihubungkan dengan/oleh perkawinan, adopsi

dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama

(Friedman dalam Komang, 2010:27).

Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan

ikatan adopsi hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinterkasi dan

berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga (Burgest dkk, dalam Komang,

2010:17 )

Keluarga adalah suatu sistem sosial berisi dua atau lebih orang hidup bersama

mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling

menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempumyai generasi penerus, saling

pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zetner,dalam Komang, 2010:18).

2.2.2 Tujuan Dasar

Karena merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang

begitu kuat terhadap perkembangan individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan

kehidupan individu tersebut, serta berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara

masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat

dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota serta menyiapkan peran anggotanya menerima

peran di masyarakat. (Padila, 2012:15-16).

2.2.3 Tipe-tipe Keluarga


9

2.2.3.1 Menurut( Maclin dalam Komang, 2010:7), pembagian tipe keluarga:


1). Keluarga Tradisional

(1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, ana-anak hidup dalam rumah
tangga sama
(2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu orang yang
mengepalai akibat dari penceraian, pisah atau ditinggalkan.
(3) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak
tinggal bersama mereka.
(4) Bujang dewasa tinggal sendirian
(5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal
dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
(6) Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota keluarga
yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2). Keluarga non Tradisional
(1) Keluarga dengan orang tua mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari
ibu dan anak saja)
(2) Pasangan suami istri tidak menikah dan telah mempunyai anak.
(3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai
pasangan menikah.
(4) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogami
dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman
sama.
2.2.3.2 Menurut (Allender & Spradley dalam Komang, 2010:6), membagi tipe keluarga
berdasarkan:
1). Keluarga tradisional
(1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak
kandung atau anak angkat.
(2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
(3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
(4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung
atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
10

(5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
(6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
2) Keluarga non tradisional
(1) commune family, yaitu dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah

(2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam
satu rumah tangga.

(3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah
tangga.

2.2.3.3 Menurut (Carter & Mc Goldrick dalam Komang 2010:14) :


1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu inti.

2) Keluarga berkomposisi, yaitu yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara


bersama-sama
3) Keluarga kabitas, yaitu yang terbentuk tanpa pernikahan.
2.2.3.4 Srtuktur Keluarga dalam (Maria Bakri, 2017:26)

Pada bagian sebelumya telah dibahas mengenai struktur keluarga. Dari seluruh struktur itu,

perawat harus memiliki datanya. Data yang dibutuhkan untuk proses keperawatan keluarga

ini adalah.

2.2.3.5 Pola komunikasi keluarga.

Perawat diharuskan untuk melakukan observasi terhadap seluruh anggota dalam berhubungan

satu sama lain. Apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi dengan baik atau sebaliknya?

Komunikasi yang berjalan baik mudah diketahui dari anggota keluarga yang menjadi

pendengar yang baik, pola komunikasi tepat, penyampaian pesan jelas, keterlibatan perasaan

dalam berinteraksi.

2.2.3.6 Struktur kekuatan keluarga.

Kekuatan diukur dari peran dominan anggota keluarga. Oleh sebab itu, seorang perawat

membutuhkan data tentang siapa yang dominan dalam mengambil keputusan, mengelola

anggaran, tempat tinggal, tempat kerja, mendidik anak dan lain sebagianya. Selain itu, perlu
11

juga diketahui bagaimana pola interaksi dominan tersebut dilakukan, apakah dengan cara

demokrasi, penuh negosiasi atau diktatorian.

2.2.3.7 Struktur peran keluarga

Setiap anggota memiliki perannya masing-masing. Tidak ada satupun anggota

terlepas dari perannya, baik dari orang tua maupun anak-anak. Peran ini berjalan dengan

sendirinya, meski tanpa disepakati terlebih dahulu. Akan tetapi jika peran ini tidak berjalan

dengan baik, maka akan ada anggota yang terganggu. Misalnya anak harus belajar atau

bermain, jika anak tak melakukannya, tentunya orang tua akan gelisah. Begitu pula jika orang

tua atau utamanya ayah tidak bekerja, pasti semuanya akan kesulitan memenuhi

kebutuhannya.

Perawat perlu mengetahui seluruh peran tersebut dan bagaimana peran itu

dilaksanakan/dijalankan. Jika ada masalah dengan peran tersebut, siapa yang biasanya akan

memberikan pengertian, menilai pertumbuhan, pengalaman baru, teknik dan pola

komunikasi.Selain peran formal, ada pula peran informal, peran yang tidak dibebankan

kepada salah satu anggota. Peran tersebut akan diambil oleh siapa saja yang bersedia.

Kesediaan ini pun bersifat tentatif. Jenis peran ini lebih sering terlihat jika pasangan suami

istri sama-sama bekerja. Pada peran ini, perawat harus mengetahui siapa yang cenderung

mengambil peran ini dan apa pengaruhnya.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Terdapat beberapa fungsi menurut (Friedmann, Setiawati & Dermawan dalam Padila

2012:23) yaitu:

2.2.4.1 Fungsi afektif

Merupakan fungsi dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari

anggota. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap

anggota baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara mengekspresikan kasih
12

sayang.

2.2.4.2 Fungsi sosialisasi

Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan

norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada

anak, meneruskan nilai-nilai budaya. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan

bagaimana memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal

budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam anggota sehingga mampu berperan

dalam masyarakat.

2.2.4.3 Fungsi perawatan kesehatan

Merupakan fungsi dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota serta

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara

memelihara dan merawat anggota serta mengenali kondisi sakit tiap anggota.

2.2.4.4 Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan lainnya

melalui keefektifan sumber dana. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan,

pengaturan dan penghasilan, menabung untuk memenuhi kebutuhan.

2.2.4.5 Fungsi biologis

Bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan

membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

2.2.4.6 Fungsi psikologis

Terlihat bagaimana memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota, membina pendewasaan kepribadian anggota dan memberikan identitas.

2.2.4.7 Fungsi pendidikan

Diberikan dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku

anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
13

perkembangannya.

2.2.4.8 Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit

dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan

perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent)

2.2.5 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga.

Perawat perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan ini, untuk

memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan

serta untuk memberikan dukungan pada semua anggota agar tercapai kemajuan dari satu

tahap berikutnya. Tahap perkembangan menurut (Duvall & Miller ; Carter & Mc Goldrick

dalam Komang, 2010:17), mempunyai tugas perkembangan berbeda seperti:

2.2.5.1 Tahap I, pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan pemula antara lain membina hubungan harmonis dan kepuasan bersama

dengan membangun perkawinan saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain

dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan

dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

2.2.5.2 Tahap II, sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) Tugas

perkembangan pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan

mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

2.2.5.3 Tahap III, dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) Tugas

perkembangan pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota, mensosialisasikan anak,

mengintregrasikan anak baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
14

mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai

dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur, menanamkan keyakinan beragama,

memenuhi kebutuhan bermain anak.

2.2.5.4 Tahap IV, dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan perkawinan memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota,

membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

2.2.5.5 Tahap V, dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan

perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi terbuka dua arah.

2.2.5.6 Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama

sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan pada tahap VI yaitu memperluas siklus dengan memasukan anggota

baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui

hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun

istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan antara

orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan

anak.

2.2.5.7 Tahap VII, orang tua usia pertengahan ( tanpa jabatan, pensiun)

Tugas perkembangan pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan

kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan
15

lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan

yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga

komunikasi dengan anak- anak.

2.2.5.8 Tahap VIII, dalam masa pensiun lansia.

Tugas perkembangan pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar

generasi, meneruskan untuk memahami eksitensi mereka, saling memberi perhatian yang

menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti

berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

2.2.6 Tugas keluarga

Pada dasarnya ada delapan tugas pokok sebagai berikut: (Padilla, 2012:29)

2.2.6.1 Pemeliharaan fisik dan para anggotanya

2.2.6.2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

2.2.6.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing

masing.

2.2.6.4 Sosialisasi antar anggota.

2.2.6.5 Pemeliharaan ketertiban anggota.

2.2.6.6 Pemeliharaan jumlah anggota.

2.2.7 Peran keluarga (Bakri,2017:33)

2.2.7.1 Peram ayah:

Menentukan perilaku dan arahan hidup, pemimpin/kepala pencari nafkah, pelindung, pemberi

rasa nyaman aman, sebagai anggota masyarakat dari lingkuangannya.

2.2.7.2 Peran ibu cenderung menjadi teman dan pendidik pertama bagi anak, ibu juga

berperan sabagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
16

masyarakat dari lingkuangnnya, bahkan dapat pula berperan sebagai pencari nafkah

tambahan.

2.2.7.3 Peran anak


Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,

mental, sosial, dan spiritual.

2.3 Asuhan keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
2.3.1.1 Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan
menghindari tekanan nyeri.
2.3.1.2 Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu meningkat.
2.3.1.3 Perencanaan
2.3.1.4 Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
2.3.2 Rencana keperawatan
2.3.2.1 Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
17

2.3.2.2 Kriteria hasil


-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, 1. Menentukan sejauhmana nyeri yang
lokasi, frekuensi, dan skala nyeri dirasakan dan untuk memudahkan
member intervensi selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda vital, 2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit
perhatikan takikardia, hipertensi, dan ketidaknyamanan
dan peningkatan pernafasan.
3. Ajarkan tehnik distraksi dan 3. Membantu pasien menjadi rileks,
relaksasi menurunkan rasa nyeri, serta mampu
mengalihkan perhatian pasien dari
nyeri yang dirasakan
4. Mengurangi rasa sakit,
4. Beri posisi yang nyaman untuk meningkatkan sirkulasi, posisi
pasien semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
5. Pasien mengerti tentang nyeri yang
5. Beri Health Education (HE) tentang dirasakan dan menghindari hal-hal
nyeri yang dapat memperparah nyeri.
6. Menekan susunan saraf pusat pada
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi thalamus dan korteks serebri sehigga
analgesik seperti dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri

2.3.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah
dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto
dan Wartonah, 2003).
2.3.4 Evaluasi
2.3.4.1 Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala
yang diberikan.
18

2.3.4.2 Merasa nyaman dan dapat istirahat


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jl. Beliang No. 110 Telp / Fax (0536) 3227707

Nama : Tedie Setiyo

Nim : 2018.B.19.0497

Tempat Praktek : Puskesmas Kereng Bangkirai

Tanggal : 07-06-2021

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Tn.S

Umur : 41 Tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Dayak

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Surung

No.Telp :
20

Komposisi Keluraga

Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 Tn. S 41 thn Laki-laki suami SMA swasta
2 Ny. M 38 thn Perempuan isri SMA IRT
4 Tn. T 19 thn Laki-laki Anak SMA
5
6
7
8
9
10
Tipe Keluarga :

Keluarga Inti
Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga inti yang terdiri dari Ny. M istri Tn. T Anak tinggal satu
rumah

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :

Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru (berginning √
family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman
dan kelompok social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan
mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak

2 Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child √


bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua
21

b. Membagi peran dan tanggung jawab


c. Menata ruangan untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah family with √
preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
sementara kebutuhan anak yang lain harus
dipenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di
dalam maupun diluar keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu pasangan dan
anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi untuk tumbuh dan
kembang anak.
4 Keluarga dengan anak usia sekolah (family with √
school children)
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social
anak, pendidikan, dan semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis
dalam perkawainan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5 Keluarga dengan anak remaja (family with teenagers) √
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggungjawab mengingat remaja yang sudah
22

bertambah dewasa dan meningkat otonominya


b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan
keluarga
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara
anak dan orangtua, hindari perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan √
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman keluarga
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sakit
memasuki masa tua
d. Mempersiapakan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
pada keluarga
f. Berperan suami, istri, kakek dan nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle age family)
a. Pertahankan kesehatan
b. Mempunyailebih banyak waktu dan kebebasan
dalam arti mengelola minat social dan waktu
santai
c. Memulihkan hubungan antar generasi muda
dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga
dengan anak
f. Persiapkan masa tua atau pensiun dan meningkan
keakraban pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah yang
menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suamiistri dan
salingmerawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak
dansosialmasyarakat
23

e. Menerimakematian pasangan, kawan, dan


mempersiapkan kematian
Tugas Perkembangan Keluarga :
Tugas perkembangan keluarga Tn. S dapat dijalankan

*Genogram

Keterangan:

= laki-laki

=perempuan

= tinggal satu rumah

= yang sakit

= meninggal

C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik, Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah, Nilai / norma keluarga :
Tidak ada konflik nilai.

D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi, Fungsi Sosial : Berfungsi, Fungsi Ekonomi : Baik
Fungsi Perawatan Kesehatan :
Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan: Tidak, Pencegahan Penyakit : Tidak, Perawatan
Penyakit : Tidak, Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik, Modifikasi lingkungan : Baik
24

E. Pola Koping Keluarga efektif

F. Spiritual Taat beribadah Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Tidak

G. Pola Aktivitas sehari-hari


Pola makan 3x/hari
Pola Minum 2500 cc
Istirahat 7-8 jam
Pola BAK Normal
Pola BAB 3x/hari
Pola Kebersihan diri mandi 3x/hari
Olahraga 1-2 minggu
Tingkat kemandirian mandiri
H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:

Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)


 Marah Tidak
 Sedih Tidak

 Ketakutan Tidak

 Putus asa Tidak


Tidak
 Stress

Kurang interaksi dengan orang lain Tidak, Menarik diri dengan lingkunga Tidak, Konflik
dengan keluarga Tidak ada, Penurunan harga diri Tidak, Gangguan gambaran diri Tidak
ada

I. Faktor resiko masalah kesehatan


Tidak pernah / jarang periksa kes. Tidak, Social ekonomi kurang Tidak
Total pendapatan kelurga per bulan:
Total pendapatan keluarga per bulan diatas Rp 2.000.00,-
Rumah / lingkungan tidak sehat Tidak, Hubungan klg tidak harmonis Tidak, Obesitas
Tidak, Status gizi kurang Tidak.
25

VITAL SIGN

Tanggal
Nama (Inisial) BB/TB
TD N RR S pemeriksaa Lain- lain
n
Tn. S 103/68 97 20 36 60/160 08-06-2021 Leher dan punggung terasa
kaku dan sakit
Ny. M 120/90 93 20 36 50/155 08-06-2021
Tn. T 120/80 90 20 36 59/162 08-06-2021

J. Pemeriksaan Fisik
Status mental:
tidak bingung, tidak cemas, tidak Disorientasi, tidak Depresi, tidak Menarik diri

Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia normal, Nyeri dada tidak ada, Distensi vena jugularis tidak, Jantung berdebar tidak

Nyeri spesifik :
Lokasi leher dan punggung, Tipe Nyeri ringan, Durasi ± 1 menit, Intensitas seperti tertusuk

Sistem pernafasan :
Stridor tidak ada, Wheezing tidak ada, Ronchi tidak ada, Akumulasi Sputum tidak ada sputum

Sistem Integumen :
Ciasonis tidak ada, Akral Dingin tidak ada, Diaporesis tidak ada, Juandice tidak ada, Luka
tidak ada
Mukosa Mulut normal

Sistem Muskuloskeletal :
26

Tonus otot kurang tidak, Paralisis tidak, Hemiparesis tidak, ROM kurang tidak, Gangguan
keseimbangan tidak

Sistem Persarafan :
Nyeri kepala tidak, Pusing tidak, Tremor tidak, Reflek pupil anisokor tidak, Paralisis : lengan
kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan tidak
Anestesi daerah perifer tidak

Sistem Perkemihan Disuria tidak, Hematuria tidak, Frekuensi normal, Retensi tidak,
Inkontinensia tidak
Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang tidak, Mual/ muntah tidak, Nyeri perut tidak, Muntah darah tidak, Flatus
tidak, Distensi abdomen tidak, Colostomy tidak, Diare tidak, Konstipasi tidak, Bising usus
normal, Terpasang sonde tidak.

Riwayat Pengobatan tidak ada alergi obat

K. Pengkajian Lingkungan:
Ventilasi 10% luas lantai, Pencahayaan Baik, Lantai semen.
Kebersihan rumah baik, Jenis bangunan semi permanen
Air untuk keperluan sehari-hari, Sumber air untuk keperluan minum Air mineral/air galon
Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci Sumur
Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank >10 meter
Tempat penampungan air sementara Gentong
Kondisi tempat penampungan air Terbuka
Kondisi air Berbau
Sampah Keluarga Pembuangan sampah Dibakar
Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara Ya Bila ya bagaiman
kondisisnya Terbuka
jarak tempat penampungan sampah dengan rumah >5meter
Sistem pembuangan kotoran Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) Jamban(WC)
Apabila memiliki jamban,jenisnya apa? Leher angsa
Pembuangan air limbah : Got
Hewan peliharaan / ternak tidak

Perawat yang mengkaji

Nama : Tedie Setiyo Tgl : 08-06-2021 Pkl : 09.00 WIB


27
28

CATATAN KEPERAWATAN KELUARGA


Analisa Data

No. DATA PENUNJANG MASALAH PENYEBAB

1. Leher dan punggung terasa kaku dan Mengeluh nyeri Agen pencedera fisiologis
sakit
29

SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat masalah: 1
Ancaman Leher dan punggung terasa kaku dan sakit
3: Aktual 3/3x1=1
2: Resiko
1: Sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat 2 Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian


diubah:
2 : Mudah
1 : Sebagian
1/1x2=2
30

0 : Rendah
3 Potensi masalah untuk dicegah: 1 Potensi masalah untuk dicegah cukup
3: Tinggi
2: Cukup 2/2x1=1
1 : Rendah
4 Menonjolnya masalah: 1 Menonjolnya masalah berat segera di tangani
2: Berat, Segera ditangani
1: Tidak Perlu Segera ditangani 2/2x1=1
0:Tidak dirasakan
Jumlah 5 5
31

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN SKORE

Leher dan punggung terasa kaku dan sakit Nyeri akut 5


32

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa Keperawatan

Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan

Penyuluhan tentang Nyeri


Setelah dilakukan
tindakan Ajarkan teknik relaksasi
diharapkan dapat
mengurangi nyeri

Keluhan nyeri dapat berkurang Dapat mengurangi rasa nyeri


33

IMPLEMENTAS DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi

Senin, 21 Juni 2021 10.00 WIB Penyuluhan tentang Nyeri S= Pasien dan keluarga mengatakan cukup memahami
mengajarkan teknik relaksasi
tentang penyuluhan tenknik relaksasi yang di sampaikan
O= Pasien dan keluarga terlihat cukup memahami apa yang
di sampaikan tentang tenkinik relaksasi
A= masalah belum teratasi sebagian
P= intervensi dilanjutkan
34

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai