Anda di halaman 1dari 17

KETERAMPILAN DASAR TINDAKAN KEPERAWATAN

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

Ns. Sri Rahayu, S.Kep


NPM 229032495031

UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR


Kata Pengantar

Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan merupakan satu di antara kompetensi asisten perawat yang

penting untuk dikuasai. Buku ini memuat materi yang kedalamannya telah disesuaikan dengan Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar yang dimuat dalam Kurikulum 2013 Revisi.

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap,pengerahuan dan keterampilan

secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup

kompetensi dasar jelompok sikap, kompetensi dasar pengetahuan, kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua

mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.

Modul ini menjabarkan minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharuskan.

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diberanikan mencari sumber belajar lain

yang tersedia dan terbentang luas disekitarnya. Peran guru sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan

daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk

kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam

Penulis,

Cirebon, Agustus 2022

Ns. Sri Rahayu, S.Kep


DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan...................................................................................................................
Deskripsi Singkat............................................................................................................
Analisis Masalah ………………………………………………………………
Indikator Pencapaian Belajar………………………………………..
Tujuan Pembelajaran……………………………………………………
Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………………..
Peta Konsep Modul …………………………………………………….
BAB II URAIAN MATERI............................................................................................................
Definisi Nyeri...................................................................................................................
Klasifikasi nyeri.....................................................................................................
Manajemen Nyeri..................................................................................................
Pengkajian Nyeri...................................................................................................
Skala Nyeri............................................................................................................
Fase Pengalaman Nyeri..........................................................................................
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri................................................................
Macam-macam Penanganan Nyeri.........................................................................
Penanganan Nyeri................................................................................................
BAB I Penutup..........................................................................................................................
Definisi Nyeri...................................................................................................................
Klasifikasi nyeri.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

B. Analisis Masalah

C. Indikator Pencapaian Belajar

D. Indicator Pencapaian Kompetensi

E. Tujuan Pembelajaran

F. Petunujuk penggunaan modul

G. Peta konsep modul


BAB II

URAIAN MATERI

A. Definisi Nyeri
Menurut IASP (International Association for the Study of Pain), Nyeri merupakan pengalaman sensoris & emosional
yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau nekrosis yang aktual atau potensial atau yang
dideskripsikan oleh penderita semacam kerusakan tersebut (Raja, 2020).
Nyeri merupakan sensasi sensori dari pengalaman subjektif setiap individu dan berbeda persepsi antara satu orang
dengan orang yang laian, yang menyebabkan perasaan tidak nyaman, tidak menyenangkan berkaitan dengan adanya atau
kerusakan potensial (Loue & Sajatovic, 2008).
Nyeri dapat di definisikan sebagai sesuatu yang sujar dipahami dan fenomena yang kompleks meskipun universal ,
tetapi merupakan masih misteri. Nyeri adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang menunjukkan adanya
pengalaman masalah. Nyeri merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon individu terhadap sakit yang dialaminya
( Taylor, 2011).
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi
kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi kelangsungan hidup, nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi
yang berulang atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita
menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi membahayakan di masa mendatang (Sherwood, 2015).

B. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan sumbernya, yaitu:

1) Nyeri somatik luar Perasaan tidak nyaman dengan rangsangan dari kulit, jaringan subkutan dan membran mukosa.
Keluhan yang timbul berupa seperti sensasi terbakar, tajam, dan dapat dilokalisasi.

2) Nyeri somatik dalam. Digambarkan sebagai nyeri tumpul (dullness) akibat stimulus pada otot, jaringan ikat, sendi, tulang
sehingga tidak dapat dilokalisasi dengan baik.

3) Nyeri viseral. Respon yang timbul akibat adanya rangsangan pada organ somatik yang menutupinya seperti pleura,
parietalis, pericardium, dan peritoneum.

Klasifikasi nyeri berdasarkan jenisnya:

1) Nyeri nosiseptif. Nyeri yang timbul akibat kerusakan jaringan somatic ataupun visceral. Stimulasi nosiseptor akanV
mengakibatkan tersekresinya mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik.

2) Nyeri neurogenik. Nyeri akibat adanya disfungsi primer pada sistem saraf perifer seperti lesi pada daerah sekitar saraf
perifer. Umumnya penderita akan merasakan seperti ditusuk-tusuk disertai sensasi panas dan tidak mengenakkan pada
fungsi perabaan.

3) Nyeri psikogenik. Nyeri yang berkaitan dengan adanya gangguan pada kejiwaan seseorang yang direpresentasikan
dengan kasus depresi maupun kecemasan

Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu:

1) Nyerii akut. Keluhan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan kerusakan jaringan dengan durasi mendadak dengan
intensitas nyeri ringan hingga berat dan telah dialami penderita ≤ 3 bulan (PPNI, 2016).

2) Nyeri kronik. Pengalaman nyeri berkaitan dengan kerusakan aktual maupun fungsional, yang terjadi secara lambat
dengan intensitas ringan hingga berat dan konstan yang telah dirasakan selama ≥ 3 bulan (PPNI, 2016).
Klasifikasi nyeri berdasarkan derajatnya :
1) Nyeri ringan dirasakan secara hilang timbul dan pada umumnya terjadi saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Nyeri sedang timbul secara terus menerus dan menyebabkan terganggunya aktivitas dan dapat hilang saat penderita
beristirahat.
3) Nyeri berat dapat terjadi secara menerus sepanjang hari dan menyebabkan penderita tidak mampu beristirahat
.
Dalam mengatasi rasa nyeri terdapat beberapa cara yang dilakukan diantaranya

1) Pemberian obat analgetik


Pemberian analgetik digunakan untuk mengcaukan transmisi stimulus nyeri sehinggadapat terjadi perubahan
persepsi dengan cara mengurangi kortikal rasa nyeri.

Dalam obat analgesic seperti aspirin digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer sehingga
menghambat rangsangan prostaglandin.

2) Pemodifikasian stimulus nyeri dengan Teknik-teknik berikut :


Teknik Cara Melakukan

Teknik latihan pengalihan , Teknik relaksasi  Menonton tv


 Berbincang-bincang dengan orang lain
 Menganjurkan pasien menarik nafas dalam,
menghembuskan perlahan
 Melemaskan otot tangan, kaki, perut dan punggung
 Mengulangi hal yang sama sambal berkonsentrasi penuh
hingga psien merasa nyaman, rileks dan tenang
Stimulasi kulit  Menggosok halus pada daerah nyeri
 Menggosok pada daerah nyeri
 Menggunakan air hangat dan dingin
 Memijat dengan air mengalir

3) 'Mengurangi Faktor yang dapat menambah rasa nyeri


Faktor Keterangan

Ketidak percayaaan Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan oleh pengakuan rasa nyeri yang diderita pasien
Dalam bentuk
 Pernyataan verbal
 Mendengarkan dengan penuh perhatian

Kebosanan Pengurangan rasa nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik berikut
Teknik yang digunakan :
 Bernapas pelan dan berirama
 Memijat secara perlahan
 Menyanyi berirama
 Mendengarkan musik
 Membayangkan hal-hal yang menyenangkan

Kesalah pahaman Hal tersebut dilakukan dengan memberitahukan pasien bahwa nyeri yang dirasakan bersifat
individual, dan hanya pasien saja yang mengetahui secara pasti tentang rasa nyeri
Kelelahan Untuk mengatasi nyeri karena kelelahan dapat dilakukan dengan cara
istirahat yang cukup

Ketakutan Mintalah kepada pasien untuk mengekspresikan cara mereka untuk


menangani rasa nyeri

Pengkajian Nyeri
Berikut Pengkajian Nyeri, dintaranya :
1) Lokasi
Berdasarkan Lokasi nyeri, nyeri dapat terbagi menjadi 4 jenis yaitu :
No Jenis Nyeri Keterangan
1 Nyeri Radiasi  Penyebaran Nyeri sepanjang area asal
tidak dapat di lokalisir
 Nyeri serasa menyebar kebagian tubuh
bawah atau keseluruh tubuh
 Nyeri bersifat intermitten
 Nyeri meluas dari tempat awal cidera
kebagian tubuh yang lain
2 Nyeri superficial  Nyeri akibat stimulasi kult
atau Kutaneus  Nyeri berlangsung sebentar dan
terlokalisasi
 Nyeri terasa seperti sensasi yang tajam
 Contoh penyebab : jarum suntik, luka
potongan kecil
3 Nyeri Viseral  Nyeri akibat organ internal
dalam  Nyeri bersifat difus
 Durasi bervariasi
 Nyeri bersifat tajam
 Contoh : nyeri disebabkan pukulan
4 Nyeri Alih  Nyeri dipersepsikan pada area yang jauh
dari area rangsang nyeri
 Tumpul atau unik
 Terjadi pada nyeri visceral
 Nyeri terjadi pada bagian tubuh yang
terpisah dari sumber nyeri dan dapat
terasa dengan berbagai karakteristik
1. Skala Nyeri
Alat ukur skala nyeri dikategorikan sebagai skala dimensi tunggal dan multidimensi. Hal ini membutuhkan self report dari
pasien terkait nyeri yang dirasakan (Correl, 2011)
Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical rating scale (NRS), verbal rating scale (VRS), visual analog
scale (VAS) dan faces rating scale.
1) VAS (Visual Analogue Scale) telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa belakangan ini dalam penelitian
terkait dengan nyeri dengan hasil yang handal, valid dan konsisten.VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan
rentangan makna:

Skala VAS Interpretasi


0 - <10 mm Tidak Nyeri
≥10 – 30 mm Nyeri Ringan
≥30 – 70 mm Nyeri sedang
≥ 70 – 90 mm Nyeri berat
≥ 90 – 100 mm Nyeri sangat berat

≥ 90 – 100 mm Nyeri sangat berat

Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri
yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS
dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan
pasien.

Persyaratan melakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala VAS

 Penderita sadar atau tidak mengalami gangguan mental/kognitif sehingga dapat berkomunikasi dengan
fisioterapis.

 Penderita dapat melihat dengan jelas, sehingga penderita dapat menunjuk titik pada skala VAS berkaitan
dengan kualitas nyeri yang dirasakannya.

 Penderita kooperatif, sehingga pengukuran nyeri dapat terlaksana. Catatan: anak kecil, meskipun sadar,
namun tidak kooperatif untuk berkomunikasi.

 Agar pengukuran dapat berjalan sebagai mestinya, sebelum dilakukan pengukuran pasien diberi
penjelasan mengenai pengukuran yang akan dilakukan beserta prosedurnya.

 Kemudian pasien diminta untuk memberi tanda pada garis sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan
pasien.
2) Verbal Rating Scale (VRS) Alat ukur nyeri yang menggunakan angka 0 sampai dengan 10. Skala Verbal Rating
Scale ini efektif digunakan untuk pasien pasca bedah, karena skala verbal ini mengunakan kata-kata dan bukan
garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak nyeri, sedang, dan
parah. Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

3) Numerical Rating Scale (NRS) Alat ukur nyeri yang sederhana dan mudah dimengerti. Efektif untuk menilai nyeri
akut. Kekurangan pada Numerical Rating Scale ini 15 adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa
nyeri. Skala mulai dari 0 sampai dengan 10.

Keterangan:
 Skala 0 : Tidak nyeri
 Skala 1-3 : Nyeri ringan
 Skala 4-6 : Nyeri sedang
 Skala 7-10 : Nyeri berat
4) Wong-Baker Faces Rating Scale Skala wajah Wong-Baker biasanya digunakan untuk nyeri pada pasien dewasa
dan anak-anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan nyerinya dengan angka. Skala ini menggunakan 6
kartun wajah yang menggambarkan wajah tersenyum, wajah sedih, sampai menangis.

2. Fase Pengalaman Nyeri


1) Fase antisipasi Fase ini merupakan fase sebelum nyeri dimana fase dapat dikatakan fase paling penting karena
dapat mempengaruhi 2 fase lainnya. Pada fase ini seseorang seseorang belajar tentang nyeri, dan upaya untuk
menghilangkan nyeri. Pada fase ini perawat berperan dalam memberikan informasi yang adekuat.
Fase sensasi Fase ini merupakan fase ketika pasien merasakan nyeri, toleransi setiap orang terhadap nyeri berbeda-beda
sehingga respon terhadap nyeri
2) juga kana berbeda. Seseorang dengan toleransi nyeri tinggi maka tidak akan merasa nyeri dengan stimulus kecil tetapi
seseorang dengan toleransi nyeri rendah akna mengeluh nyeri dar stimulus kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
kadarendorphinyang berbeda-beda dalam tubuh setiap orang. Individu dengan kadar endorphin yang tinggi akan
sedikit merasakan nyeri dan begitu sebaliknya. Klien mengungkakan nyeri melalui ekspresi wajah, vokalisasi dan
gerakan tubuh. Tanda inilah yang digunakan perawat untuk menilai pola perilaku pasien yang menunjukkan nyeri.
3) Fase akibat/aftermath Fase ini berlangsung ketika nyeri berkurang atau sudah hilang. Pasien masih memerlukan
kontrol perawat untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri yang berulang sebab nyeri bersifat krisis
yang memungkinkian adanya gejala sisa pasca nyeri. Jika pasien mengalmai nyeri berulang respon akibat (aftermath)
bisa menjadi masalah kesehatan yang berat.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri


Faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri
Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
1) Etnik dan nilai budaya Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup ( introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku
psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri. Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi terhadap nyeri
dan ekspresinyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri,
sedangkan individu dari budaya lain cenderung lebh memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan
orang lain.
2) Tahap Perkembangan Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan memengaruhi
reaksi dan ekspresi terhadap nyeri . Dalam hal ini anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang
mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka.
Disisi lain, prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyaki akut atau kronis dan degenerative yang
diderita. Walaupun ambang batas 10 nyeri tidak berubah karena penuaan, efek analgesic yang diberikan menurun
karena perubahan fisiologis yang terjadi.
3) Lingkungan dan individu pendukung Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan
aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang
terdekat menjadi salah faktor penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang
sendirian, tanpa keluarga atau teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat
dibandingkan mereka yang dapat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat.
4) Pengalaman nyeri sebelumnya Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan
kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya
saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain
yang belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode penanganan nyeri sebelumnya juga
berpengaruh terhadap harapan individu yang terhadap penangan nyeri saat ini.
5) Ansietas dan stress Ansietas seringkali enyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaan yang tidak jelas asalnya dan
ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,
individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan 11 mengalami peurunan
rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka.
6) Jenis kelamin Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
7) Makna Nyeri Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri memengaruhi pengalaman nyeri dan secara seseorang beradaptasi
terhadap nyeri.
8) Perhatian Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mmengaruhi persepsi nyeri. Perhatian
yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan ( distraksi ) dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun.
9) Keletihan Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping sehingga
meningkatkan persepsi nyeri.
10) Gaya koping Individu yang memiliki lokasi kendali internal mempersiapkan diri mereka sebagai individu yang
dapat mengendalikan linkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa nyeri. Sebaliknya, individu yang
memiliki lokus kendali eksternal 12 mempersepsikan faktor lain didalam lingkungan mereka seperti perawat
sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa.
11) Dukungan keluarga dan sosial Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap mereka terhadap
pasien mempengaruhi respon nyeri memerlukan dukungan, bantuan, dan perlindungan walaupun nyeri tetap
dirasakan, kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. (Mubarak et al.,
2015)
4. Penanganan Rasa Nyeri
1) Farmakologi
Dengan menggunakan obat-obatan analgetik (Aspirin)
2) Non Farmakologi
3) Relaksasi nafas dalam dapat memberikan perubahaan yang dirasakan pada oleh tubuh secara fisiologis
yang bersifat emosional serta sensorik. Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi non farmakologi
yang mmberikan efek relaksasi yang dapt menurunkan skala nyeri dengan merangsang susunan saraf pusat
yaitu otak dan sumsum tulang belakang guna untuk memproduksi pengeluaran hormone edorphine yang
membantu untuk menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh individu. (S.B. AJI, 2015).
4) Tehnik distraksi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi
penanggulangan nyeri. Distraksi adalah suatu metode untuk mengatasi nyeri dengan mengalihkan
perhatian klien yaitu dengan bernapas pelan- pelan, masase sambil bernapas pelan-
pelan,membayangkan hal- hal yang indah, membaca koran, menonton TV (acara kegemaran),
mendengarkan music dan melakukan kegemaran ditempat tidur menulis buku cerita (Sulistyo,
2013).
5) Massage atau pijat merupakan terapi nyeri yang paling primitif yang menggunakan refleks lembut manusia
untuk menahan, menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri. Massage dilakukan dengan tindakan
penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau
memperbaiki sirkulasi.5 Terdapat enam gerakan dasar dalam massage. Gerakan dasar tersebut adalah:
effleurage (gerakan tangan mengurut), pettrissage (gerakan tangan mencubit), tapotement (gerakan
tangan melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan mencincang), kneading (gerakan tangan meremas),
dan cupping (gerakan tangan membentuk seperti mangkuk). Setiap gerakan ditandai dengan perbedaan
tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan untuk mencapai pengaruh yang berbeda pada
jaringan dibawahnya.5 Tindakan utama massage dianggap ‘menutup gerbang’ untuk menghambat
perjalanan rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat. Selanjutnya rangsangan
tektil dan perasaan positif, yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan
empatik, bertindak memperkuat efek massage untuk mengendalikan nyeri (Mender, 2015) .

A. Latihan dan Kunci Jawaban/Rubrik


Latihan
1) Menyimpulkan definisi Nyeri menurut (Taylor, 2011)
2) Ny. E datang ke Pusksemas karena luka dibagian saraf perifer. Nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Analisis
Nyeri apakah pada kasus Ny.E
3) Nyeri ini dengan Keluhan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan kerusakan jaringan dengan durasi
mendadak dengan intensitas nyeri ringan
hingga berat dan telah dialami penderita ≤ 3 bulan. Analisis Nyeri apakah yang dimaksud?

Nyeri pada anak, perawat mengkaji respon pada anak.


Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi
 Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena menganggap nyeri adalah alamiah.
Berdasarkan uraian diatas, ini adalah factor yang mempengaruhi Respon Nyeri ..
4) Ny.H datang ke RS dengan keluhan Nyeri. Saat dilakukan pengkajian Nyeri dari 1-10 oleh zr, Vitry, Ny. H
menunjukkan Nyeri nya ada di angka Analisis Nyeri apa yang dimaksud Ny. H…

Jawaban :
1. Nyeri dapat di definisikan sebagai sesuatu yang sujar dipahami dan fenomena yang kompleks meskipun
universal , tetapi merupakan masih misteri. Nyeri adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang
menunjukkan adanya pengalaman masalah. Nyeri merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon
individu terhadap sakit yang dialaminya ( Taylor, 2011)
2. Nyeri neurogenik Nyeri akibat adanya disfungsi primer pada sistem saraf perifer seperti lesi pada daerah
sekitar saraf perifer. Umumnya penderita akan merasakan seperti ditusuk-tusuk disertai sensasi panas dan tidak
mengenakkan pada fungsi perabaan.
3. Nyeri ini dengan Keluhan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan kerusakan jaringan dengan durasi
mendadak dengan intensitas nyeri ringan hingga berat dan telah dialami penderita ≤ 3 bulan (PPNI, 2016)
4. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri : Usia
5. Nyeri yang dimaksud adalah Nyeri Berat, Skala Nyeri 7-9 : Nyeri berat
Rubrik
Skor 20 (menjawab dengan benar, dan pengembangan)
Skor 15 (menjawab dengan Benar)
Skor 10 (menjawab salah)
Skor 5 (soal ditulis ulang)
Skor 0 (Tidak Menjawab)
DAFTAR PUSTAKA

Loue S., & Sajatovic, M. 2008. Encylopedia Aging and Health. New York. LLC
PPNI. (2016). Perubahan Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Perawat Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat.
Setyo Bayu Aji, dkk. 2015. Efektifitas Antara Relaksasi Autogenik Dan Slow Deep Breathing Relaxation
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Orif Di Rsud Ambarawa.
Sherwood, LZ., 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Shila winasari, dkk. 2021. Keperawatan Dasar : Dasar-dasar untuk Praktik Keperawatan. Universitas
Brawijaya Press : Malang
Sulistyo Andarmoyo. 2013. Konsep & proses keperawatan nyeri,. Ar- Ruzzs Media : Yogyakarta
Taylor, C.N.,Lilis,C., Et all. (2011). Fundamental Of Nursing The Art And Science Of Nursing Care (8th ed ) :
USA : Lippincott Williams& Wilkins.
Yuli Lestari, dkk. 2018. Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan Kompetensi Keahlian Keperawatan.
Penerbit Andi : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai