Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN DAN

NYAMAN (NYERI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HANG TUAH SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul Kebutuhan Dasar Manusia Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri) tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
HangTuah Surabaya.

Kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan
segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini,dan kami akan sangat bangga
apabila makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang
bersifat membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan maaf
apabila makalah yang kami buat terdapat suatu kesalahan.
Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Surabaya, 19 September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 1
1.4 Manfaat............................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian dan Fisiologi Nyeri ........................................................ 2
2.2 Makna dan Persepsi Nyeri ............................................................... 4
2.3 Toleransi dan Reaksi Nyeri ..............................................................5
2.4 Jenis dan bentuk Nyeri ..................................................................... 6
2.5 Faktor yang mempengaruhi nyeri .................................................... 8
2.6 Mengukur Intensitas Nyeri .............................................................. 9
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan ....................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................... ............. 12
3.3 Perencanaan ..................................................................................... 14
3.4 Implementasi .................................................................................... 15
3.5 Management Nyeri ...........................................................................17

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan ..........................................................................................26
4.2 Saran .................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belakangan ini, kehidupan sehari-hari kita sering merasakan nyeri yang membuat
ketidak nyamanan dalam hidup kita,sebagian dari individu merasa tidak kwatir
terhadap nyeri,dan sebgian individu merasa cemas,takut terhadap nyeri itu.banyak
diantara individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah ketidak nyamanan
ini,untuk itu saya membuat makalah ini, untuk memberi petunjuk bagi pembaca
dalam menyelesaikan masalah ketidaknyamanan yaitu nyeri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan konsep dan prinsip kebutuhan rasa aman dan
nyaman ?
2. Bagaimana tehnik dan prosedur pelaksanaan asuhan / praktik keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman ?

1.3 TUJUAN

Makalah ini betujuan untuk menerangkan, membuktikan, menjelaskan, serta


menerapkan konsep dasar nyeri dalam menyelesaikan masalah ketidak nyamanan.

1.4 MANFAAT

Menambah wawasan tentang konsep dasar nyeri dan menerapkan dalam


kehidupan

BAB II
TINJAUAN TEORI

3.1 PENGERTIAN

Menurut LONG,1996 ,Nyeri adalah perasaan yang tidk nyaman,sngt subjektif


,dan hanya orng yang mengalami yang dapt mengungkapkan dan menjelaskanya
perasaan tersebut. Menurut PRIHARJO,1992, perasaan tidak nyaman baik ringan
maupun berat.

3.2 FISIOLOGI NYERI

Bagaiman nyeri merambat dan di persepsikan oleh individu masih belum


sepenuhnya di mengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga
derajat mana nyeri tersebut mengganggu di pengaruhi oleh interaksi antara sistem
algesia, transmisi saraf serta interpretasi stimulus.

Nosisepsi

Reseptor yang bertugas merambat sensasi nyeri disebut nosiseptor, nosiseptor


merupakan ujung-ujung saraf perifer yang bebas. Reseptor nyeri tersebut dapat di
rangsang oleh stimulus mekanisme, suhu, atau kimawi, sedangkan proses fisiologi
terkait nyeri di sebut nosisepsi.

Prose tersebut Terdiri atas 4 fase:

Transduksi adanya rangsangan yang membahayakan(bahan kimia, suhu,


listrik) memicu pelepasan mediator biokimia yang mensensitisasi nosiseptor
Transmisi, fase ini terdiri dari 3 bagian:

Pada bagian pertama: nyeri merambat dari Seraput saraf perifer ke medula
spinalis.serabut nosiseptor yang terlibat adalah serabut C, yang
mentransmisikan nyeri tumpuldan menyakitkan .dan serabut A-delta yang
mentransmisikan nyeri tajam.

Bagian kedua : transmisi nyeri dari Medula spinalis ke otak dan talamus
melalui spinotalamic tract (stt) yang membawa informasi mengenai sifat dan
lokasi dari stimulus ke stimulus.
Bagian ketiga : sinyal dari stimulus tadi di teruskan ke korteks sensor
motorik,tempat nyeri di persepsikan.

Persepsi,pada fase ini kita mulai menyadari adanya nyeri ,sehingga


munculnya berbagi prilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik,dan
afektif nyeri
Modulasi(sistem desenden) pada fase ini neuron di batang otak mengirim
sinyal-sinyal ke medula spinalis ,dan melepaskan subtansi (opioid,serotonin, )
yang akan menghambat impuls aseden yang membahayakan di bagian medula
spinalis.

Teori gate kontrol

Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri ,namun yang paling sederhana
adalah teori gate control(Melzeck dan well)

Teori ini menjelaskan bahwa subtansi gelatinosa pada medula spinalis bekerja
layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau menghalangi masuknya implus
nyeri ke otak.

Berikut Teori Transmisi Nyeri

JENIS TEORI RESPON FISIOLOGI

Reseptor nyeri tertentu akan menyalaurkan implus


PEMISAHAAN(SPEcifity) sraf nyeri ke otak,proses ini tdk memperhitungkan
aspek fisiologi persepsi dan respon nyeri

Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas


Pola(pattem)
stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal
medula spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi
Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas
Teori gate control stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal
medula spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi
Stimulus yang mengenal nosiseptor memulai
transmisi implus saraf.inhibisi implus nyeri menjadi
Transmisi dan inhibisi efektif oleh adanya : 1)implus menuju serabut besar
yang membelok implus pada searbut serabut lambat
2)sistem supresif oplat endogen

3.3 MAKNA NYERI


Berbahaya atau merusak
Menunjukan adanya komplikasi (infeksi)
Memerlukan penyembuhan
Menyebabkan ketidak mampuan
Merupakan hukuman akibat dosa
Merupakan sesuatu yang harus di tolerensi

3.4 PERSEPSI NYERI

Persepsi nyeri, tepatnya pada area korteks (fungsi evaluatif kognitif)muncul akibat
stimulus menuju saraf spinnotalamikus dan talamiko kortikalis.

Bersifat:

Objektif
Sangat kompleks
Persepsi nyeri bisa berkurang atau hilang pada periode stes berat atau emosi
Contoh: penderita luka bakar derajat III tidak akan merasa nyeri walaupun
cederanya sangat hebat.

3.5 TOLERANSI NYERI


Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat
seseorang mampu menahan rasa nyeri sebelum minta pertolongan.
Toleransi yang tinggi individu mampu menahan nyeri yang berat sebelum
mencari pertolongan.

3.6 REAKSI NYERI

Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri, diantaranya:

Takut
Gelisa
Optimis
Menangis
Mengerang
Menjerit
Mondar mandir
Mengepal tangan,dll

Faktor reaksi nyeri :

Makna nyeri bagi individu


Tingkat persepsi nyeri
Pengalaman masa lalu
Nilai budaya
Harapan sosial
Kesehatan fisik dan mental
Sikap orang tua
Lokasi nyeri
Perassan takut
Usia

3.7 JENIS DAN BENTUK NYERI

2.7.1 Jenis nyeri

a) Nyeri perifer, nyeri ini ada tiga jenis:


Nyeri supersial, rasa nyeri yang muncul akibat ranagsangan pada kulit dan
mukosa.
Nyeri viseral, yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor
nyeri pad abdomen, kranium, dan toraks.
Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
b) Nyeri sentral, yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis,
batang otak, dan talamus.
c) Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak di ketahui penyebab fisiknya, nyeri ini
timbul akibat pikiran si penderita sendiri.
d) Nyeri phantom, merupakan nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah
satu ekstremitas yang telah di amputasi
2.7.2 Bentuk nyeri

a) Nyeri akut
Berlangsung tdk lebih dari 6 bulan
Gejalanya mendadak
Penyebab dan lokasi nyeri sudah di ketahui
Ditandai dengan penegangan otot dan kecemasan

b) Nyeri kronis
Berlangsung lebih dari 6 bulan
Sumber nyeri bisa di ketahui/tidak
Hilng tmbul
Pengindraan nyeri lebih mendalam
Sulit menunjukan lokasi

Dampaknya:

Mudah tersinggung
Kurang perhatian.
Sering putus asa
c) Perbedaan nyeri akut dan kronis

Karateristik Nyeri akut Nyeri kronis


Pengalaman Suatu kejadian, jika klien
Suatu situasi, status eksistensi nyeri.
baru mngalami episode nyeri

Sebab eksternal atau Sumber nyeri tidak diketahui; klien


Sumber penyakit yang berasal dari sukar menentukan sumber nyeri
dalam karena penginderaan nyeri yang
sudah lebih dalam

Bisa mendadak atau bertahap,


Serangan Mendadak
tersembunyi

Beberapa bulan hingga beberapa


Durasi Transien(sampai 6 bulan tahun

Pernyataan Daerah nyeri umumnya Daerah yang nyeri dan yang tidak,
nyeri diketahui dengan pasti. Klien intensitasnya menjadi sukar di
yang mengalami nyeri ini evaluasi. Klien yang mengalami
sering kali merasa takut dan nyeri ini kerap merasa tidak aman
khawatir dan berharap nyeri karena mereka tidak tahu apa yang
dapat segera teratasi. Nyeri mereka rasakan. Dari hari ke hari
ini dapat hilang setelah area klien mengeluh mengalami keletihan,
yang mengalami gangguan insomnia, anokresia, depresi, putus
kembali pulih. asa, dan sulit mengontrol emosi

Pola respon khas,dengan Bervariasi,kdng hllng,kdng bertmbah


Gejala krinis
gejala yang lebih jelas parah

Biasanya melaporkan
Perjalanan Berlngsung terus
kekeurngn gejala setelah
beberapa waktu

2.8 FAKTOR NYERI

Etnik dan nilai budaya

Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi
terhadap nyeri dan ekspresi nyeri.

Cntoh: individu dari buday tertentu cenderung mengukapkap nyeri yang mereka
rasakan,sedngkan budaya lain lebih memilih untuk menahan, mereka tidak ingin
merepotkan orang lain.

Tahap perkembangan

Anak-anak cendrung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan,


dibandingkan dengan orang dewasa, dan lansia lebih tinggi karena penyakit yang
di derita.

Lingkungan dan individu pendukung


Lingkungan yang bising, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan
aktivitas yang tinggi, serta dukungan dari orang terdekat.

Contoh: individu yang sendiri, tanpa keluarga atau teman-teman akan cenderung
merasakan nyeri yang lebih berarti.

Pengalaman nyeri sebelumnya

Pengalaman masa lalu memengaruhi kepekaan terhadap nyeri.individu yang


pernah merasakan atau melihat penderit nyeri merasa terancam dengan nyeri
yang akan terjadi.

Ansietas dan stres

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.ancaman yang tidak
jelas asalnya dan ketidak mampuan mengontrol nyeri atau peristiwa sekililingnya
dpat mempeberat persepsi nyeri.

2.9 MENGUKUR INTENSITAS NYERI

Hayword (1975) Alat mengukur nyeri painometer. Intensitas nyeri sifatnya


subjektif dipengaruhi oleh:

Tingkat kesadaran
Konsentrasi
Jumlah distrasi
Tingkat aktivitas
Harapan keluarga

Skala nyeri Hayward :

skala Keterangan

0 Tidak nyeri

1-3 Nyeri ringan

4-6 Nyeri sedang

7-9 Sangat nyeri,msh bisa di kontrol

10 Sngt nyeri tidak bisa di kontrol


McGill(Mcgillscale)

Mengukur nyeri dengan menggunakan 5 angka:

0 = tidak nyeri

1 = nyeri ringan

2 = nyeri sedang

3 = nyeri berat

4 = nyeri sngt berat

5 = nyeri hebat
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI NYERI


3.1.1 Pengkajian

Pengkajian nyeri yang akurat sangat penting, untuk itu perawata perlu mengkaji
semua faktor yang memengaruhi nyeri:

Fisiologi
Psikologi
Perilaku
Emosinal
Sosiokltural

Pengkajian nyeri terdiri dua komponen utama:

2.1 Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien


2.2 Observasi langsung pada respon perilaku fisiologi klien

Tujuan pengkajian untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman


subjektif :

Pengkajian nyeri

O Onset = Tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai.


Kapan mulainya ? Akut atau bertahap

P Provoking/pemicu yang menimbulkan nyeri

Q Qualiti /kualitas nyeri (TUMPUL/TAJAM)


R Regio/daerah = perajalanan

S Severity/keganasan = intensitas

T Time/waktu = serangan, lama, kekerapan, sebab

Riwayat nyeri

Lokasi : Menentukan lokasi nyeri yang spesifik


Intensitas nyeri : Menggunakan skala intensitas
Kualitas nyeri : Rasa yang di tmbulkan
Pola : waktu, durasi, kekambuhan interval nyeri
Faktor presipitasi : Aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri
Gejala yang menyertai : Mual, muntah, pusing, diare
Pengaruh pda aktivitas sehari-hari : Tidur, nafsumakan, konsentrsi, pekerjaaan,
hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, emosional.
Sumber koping : Pengaruh agama atau budaya
Respon efektif : Takut, lelah, depresi.

3.1.2 OBSERVASI RESPON PRILAKU & FISIOLOGI

Respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri :

Ekspresi wajah:

Menutup mata rapat-rapat


Menggigit bibir bawah
Respons vokalis
Erangan
Manangi
Berteriak
Gerakan tubuh
Menendang-nendang
Mebolak balikan tubuh

Respon fisiologi

Nyeri akut:

Peningkatan tekanan darah,nadi,pernapasan


Diaforesis
Dilatasi pupil
Jika nyeri belangsung lama,saraf simpatik telah beradaptasi,respon fisiologi
tersebut mungkin akan bekurang atau bahkan tdak ada.

3.1.3 PENETAPAN DIAGNOSA

Menurut NANDA(2014), diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami


nyeri atau ketidak nyamanan adalah:

Nyeri akut
Nyeri kronis

Saat menulis pernyataan diagnoesa ,perawat harus menyebuttkan lokasinya (nyeri


pegelangan kaki kanan).

3.1.4 PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

Factor yang berhubungan

Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis

Batasan karakteristik

Subjektif:

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat

Objektif:

Posisi untuk mengindari nyeri

Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga

Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,


pernapasan atau nadi, dilatasi pupil

Perubaan selera makan


Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau aktifitas lain,
aktivitas berulang

Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan


berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang

Wajah topeng; nyeri

Perilaku menjaga atau sikap melindungi

Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker,


interaksi menurun.

Bukti nyeri yang dapat diamati

Berfokus pada diri sendiri

Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan tidak menyeringai

Hasil & NOC

NOC:

Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik


psikologis

Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan nyeri

Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan

Tujuan/criteria hasil

Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator


sebagai berikut:
1. tidak pernah

2. jarang

3. kadang-kadang

4. sering

5. selalu

Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1. sangat berat

2. berat

3. sedang

4. ringan

5. tidak ada

Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan

Mempertahankan nyeri atau kurang (dengan skala 0-10)

Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis


Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi factor tersebut

Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

Melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi NIC
Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian

Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya

Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap


nyeri dan respon pasien

Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,


karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipitasinya

Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka


yang tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.

Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan


nyeri tidak dapat dicapai

Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan


nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan

Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko


ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien
dimasa lalu
Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang


diperlukan dalam pemberian obat

Untuk bayi dan anak-anak

Waspadai bahwa sama halnya dengan orang dewasa, bayi pun sensitive
terhadap nyeri, gunakan anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena,
untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral

Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil, gunakan skala nyeri
wajah atau skala nyeri bergambar lainnya

Untuk lansia

Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek


analgesic opiate, dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi
peredaan nyeri yang lebih lama

Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia,


karena lansia sering mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi
banyak obat

Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan

Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk


lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap opioid

Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau


obat lain yang dimetabolisme diginjal
Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang
meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat

Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara


saudara dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri

Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi


sesering mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien

Kaji interaksi obat termasuk obat bebas.

3.1.5 MANAJEMEN NYERI TERDIRI DARI :


1) Pengelolaan non farmalogi
a) Distraksi
Distraksi adalah suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap nyeri yg dialami. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk
nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola),
distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang
mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur).

b) Relaksasi
Ada 3 hal utama yang harus diperhatikan dalam tehnik relaksasi, yaitu:

a) Posisi pasien yang tepat

b) Pikiran beristirahat

c) Lingkungan yang tenang

Cara:

a) Posisi pasien diatur sedemikian serupa sehingga rileks, tanpa beban fisik.
Posisi dapat duduk atau berbaring telentang

b) Instruksikan pasien untuk menghirup napas dalam sehingga rongga paru berisi
udara yang bersih
c) Pasien perlahan menghembuskan udara dan membiarkan keluar dari setiap
bagian anggota tubuh, pada saat itu pasien diminta untuk memusatkan
perhatian betapa nikmat rasanya

d) Pasien bernapas dengan irama yang normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit)

e) Pasien bernapas dalam kemudian menghembuskan perlahan, dan merasakan


saat ini udara mengalir dari tangan kaki menuju paru, kemudian udara dibuang
keluar. Pasien diminta untuk memusatkan perhatian pada kaki tangan, udara
yang dikeluarkan dan merasakan kehagatan.

f) Pasien mengulang no.5 dengan memusatkan perhatian pada kaki tangan,


punggung, perut, bagian tubuh yg lain

g) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama pernapasan ditambah.


Gunakan pernapasan dada atau abdomen. Bila frekuensi nyeri bertambah,
gunakan pernapasan dangkal dg frekuensi yg lebih cepat.

c) Relaksasi progresif
Teknik relaksasi progresif merupakan latihan kontraksi dan relaksasi pada setiap
kelompok otot secara sistematis dan dapat digunakan untuk menurunkan nyeri
gastritis. Nyeri yang dialami dapat terus menerus mengalami kekambuhan.
Persiapan :
a) Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
b) Persiapan klien:
c) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
pada klien;
d) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
e) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
f) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.
Prosedur :
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit. Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada
gambar.
Gambar:

d) Massase
Tindakan keperawatan dengan cara masase, dilakukan pada daerah superfesial
atau otot, tulang.
Hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi.

Tujuan

Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase


Meningkatkan relaksasi

Alat dan bahan:


Minyak untuk massase
Handuk

Prosedur kerja:

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakn

2) Cuci tangan

3) Lakukan mesase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit

4) Lakukan dengan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus

Gerakan tangan selang seling (tekanan pendek, cepat, bergantian tangan)


pinggang
1) Teknik remasan( menguap otot bahu)
2) Gerakan menggesek dengan ibu jari dan memutar punggung dan pinggang
3) Teknik eflurasi dengan kedua tangan punggung dan pinggang
4) Teknik petrisasi, menekan punggung secara horizontal
5) Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari daerah
pinggang.
e) Kompres panas basah
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalani nyeri, resiko terjadi
infeksi luka dan kerusakan fisik

Tujuan

1) Memperbaiki sirkulasi
2) Mengilangkan edema
3) Mengurangi rasa nyeri

Kompres basah pada luka terbuka

1) Gunakan sarung tangan

2) Basahi kasa steril dengan larutan pada mangkuk kecil lalu peras

3) Letakan perasan kasa pada daerah luka

4) Tutup basa basah denga kering

5) Tutup dengn balutan atau displester

6) Cuci tangan

7) Catat keadaan luka.drainase.warna,integritas,dan respon pasien

f) Kompres panas kering dengan buli-buli panas


Kompres panas kering menggunakan buli-buli panas
Persipan alat :
1) Buli-buli panas dan sarungnya
2) Termos berisi air panas
3) Termomerter air panas
4) Lap kerja
Prosedur :
1) Persiapan alat
2) Cuci tangan
3) Lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara :
4) Mengisi buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian
membalik
5) Posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air
yang di inginkan (50-60c)
6) Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli
7) Buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara :
Letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.
Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-
buli
Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar
8) Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap kerja dan
masukkan ke dalam sarung buli-buli
9) Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
10) Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan
11) Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat
pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak-
nyamanan, kebocoran, dsb.
Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai
yang di kehendaki
12) Bereskan alat alat bila sudah selesai
13) Cuci tangan
14) Dokumentasikan
15) Hal-hal yang peril di perhatikan :
Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien pendarahan
Pemakaian buli-buli panas ada bagian adomen, tutup buli-buli mengarah
ke atas atau ke samping pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke
bawah atau ke samping
Buli-buli harus di periksa dulu atau tidak cicin karet pada penutupnya.

g) Kompres dingin kering dengan kribates


Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)
Persiapan alat :
1) Kirbat es/eskap dengan sarungnya
2) Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok teh garam agar
es tidak cepat mencair
3) Air dalam kom
4) Lap kerja
5) Perlak pengalas
Prosedur :
1) Masukkan batangan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam
2) Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari
kirbat tersebut keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang
kosong, lalu di tutup rapat
3) Periksa skap, adakah kebocoran atau tidak
4) Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya
5) Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien
6) Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres
7) Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
8) Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh
9) Angkat eskap bila sudah selesai
10) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
11) Bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan
14) Hal-hal yang perlu di perhatikan :
Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat
Selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien terhadap keberadaan
iritasi dan lain-lain
Pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus
di control setiap 30-60 menit. Bila suhu sudah turun kompres di hentikan
Bila tidak ada kirbat es bias menggunakan kantong plastic
Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera diganti (bila perlu).
h) Kompres dingin basah
Tidakan untuk memberikan rasa dingin dengan menggunkan lap atau kain yang di
celupkan ke dalam air dingin,dilakukan pada paha

Tujuan

Menurunkan suhu tubuh pada penderita nyeri

Alat dan bahan

1) Baskom berisi air dingin


2) Pengalas
3) Kain
4) Termometer

Cara kerja

1) Jelaskan prosedur pda pasien


2) Cuci tngan
3) Ukur suhu tubuh
4) Pasang pengalas di bawah tempat yang akan di kompres
5) Basahi kain dengan air dingin
6) Letakan kain yang telah di basahi pada daerah aksila,dahi,atau lipatan paha
7) Cuci tangan
i) Kompres panas dengan buli-buli panas
Kompres panas basah dengan buli-buli

1) Buli-buli diisi air/larutan hangang buli-buli 1/3-2/3 bagian

2) Di bungkus dengan kantong buli-buliah

3) Letakan pada daerah luka

4) Cuci tangan

Kompres menggunakan elektrikal pada

1) Periksa tegangan listrik

2) Pasang stop kontak

3) Atur panas

4) Letakan electrical pad pada bagian yang akan di kompres

5) Cuci tangan

3.1.6 Farmakologis (kolaborasi) penggunaan analgetik

Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan

fungsi talamus & kortek serebri.


a. Analgesik non-Opiat dan Obat antiinflamasi nonsteroid
2) Sering digunakan untuk berbagai keadaan yang mengakibatkan nyeri
seperti trauma, pembedahan atau kanker (Amerikan Pain Society, 1986).
Penggunaan analgesik non-opiat ini meliputi nyeri yang bersifat ringan
sampai sedang, dan digunakan secara berkesinambungan dengan obat-
obatan opiat.
3) Obat yang tergolong non-opiat :
Asam asetilsalisifat (aspirin) untuk nyeri pascaoperasi ringan
Asetaminophen (Tylenol) untuk demam
4) Obat yang tergolong NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatoty Drugs).
Ibuprofen (Motrin, Nuprin) untuk dismenore
Naproksen (Naprosyn) untuk nyeri kepala vaskuler
Indometasin (Indocin) untuk Artitis rheumatoid
Tolmetin (Tolectin) untuk cedera atletik jaringan lunak
Piroksikan (feldene) untuk gout
Ketorotak (toradol) untuk nyeri pascaoperasi
5) Analgesik opiat
Opiat bekerja dengan mengikat reseptor pengikat dan neuron afferen, sehingga
impuls nyeri akan terhenti pada spinal cord dan akan ditransmisikan ke korteks.
Dalam keadaan ini nyeri kemudian tidak dipersepsikan.
6) Obat yang tergolong analgesik opiat
Memperidin (Domorol) untuk nyerikanker kecuali memparidin
Metimorfin (kodoin)
Morfin sulfat
Fentanil (Sublimaze)
Butotanol (Stadol)
Hidromorfon HCL (Dilaudid)
b. Obat Tambahan (Adjuvan)
Adjuvan seperti sedatif, anticemas, dan relaksasi otot meningkatkan kontrol nyeri
atau menghilangkan gejaa lain yang terkait dengan nyeri seperti mual dan muntah.
Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atau disertai dengan analgesik.
Sedatif sering kali diresepkan untuk penderita nyeri kronik. Obat-obatan ini dapat
menimbulkan rasa kantuk dan kerusakan koordinasi, keputusasaan, dan
kewaspadaan mental.
c. Obat golongan adjuvan:
Amitriptilin (elval) untuk indikasi cemas
Hidroksin (Vistaril)
Klorpromazin (Thorazine)
Diazepam (Valium)
Analgesik Epidural
d. Pemberian opiat melalui kateter yang dimasukkan keruang epidural. Prosedur
tindakan ini adalah dengan memasukkan jarum yang berujung tumpul ke dalam
prosesus spinalis vertebra lumbaris (diantara L3 dan L4). Saat jarum memasuki
ruang epidural larutan diinjeksikan dan kateter dimasukkan.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif. Hanya orang yang merasakan
yang bisa mengungkapkan. Kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa yang
tidak nyaman atau nyeri ini, perawat perlu memperhatiakn, mengkaji konsep dasar
nyeri pada klien yangmengalami gngguan keamaman.

Saran

Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini. Kita bisa menerapkan dan
membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah gengguan tidak nyaman ini dalan
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

AliSadikin,2010. Asuhan Keperawatan. http:///C:/Users/WIN7/Downloads/Teknik


%20Relaksasi%20dan%20Distraksi%20Asuhan%20Keperawatan%20_
%20Ali%20Sadikin%20Skep.,Ns.htm . (Diakses pada tanggal 20 November
2013)

Andarmayo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


AR-RUZZ MEDIA

Elvi,2012. Makalah Konsep Dasar Nyeri.


http:///C:/Users/WIN7/Downloads/makalah%20konsep%20dasar%20nyeri
%20_%20elvimonasari.htm . (Diakses pada tanggal 19 November 2012).

Nurarif, Huda Amin dan Kusuma, Hardhi. (2014). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC-NOC, Yogyakarta : Media Action Piblishing.

Anda mungkin juga menyukai