Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI)

OLEH :

NAMA : Edik Alhanip

NIM : 112210078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA

BOGOR

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dengan judul “
Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman“ NYERI “ dengan
sangat baik dan teliti.

Kepada ibu Ns. Loseva Angelina S.Kep selaku dosen pembimbing praktik keperawatan
dasar, serta CI Ruangan Teratai B RSUD CIAWI, saya megucapkan terima kasih telah
membimbing saya dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.

Saya menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang membantu dengan memberikan doa, saran, dan kritik yang membangun
sehingga laporan pendahuluan ini dapat terselesaikan. Saya juga menyadari bahwa laporan
pendahuluan yang saya buat ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik bagi penyusunan,
bahasa, maupun penulisannya. Maka dari itu saya sebesar-besarnya memohon saran dan kritik
yang membangun dari teman-teman maupun dosen agar tercapainya laporan pendahuluan
yang lebih baik kedepannya.

Bogor, Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
DEFINISI......................................................................................................
ETIOLOGI....................................................................................................
KLASIFIKASI..............................................................................................
PATOFISIOLOGI.........................................................................................
PATHWAY...................................................................................................
MANIFESTASI KLINIK..............................................................................
PROSEDUR DIAGNOSTIC.........................................................................
KOMPLIKASI..............................................................................................
PENATALAKSANAAN MEDIS.................................................................
BAB II PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN..............................................................................................
DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................
INTERVENSI...............................................................................................
IMPLEMENTASI........................................................................................
EVALUASI ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan
dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya. Nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Tetty, 2015).

Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui
hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya (Mc. Coffery, 1979)

Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa rangsangan
(Arthur C. Curton,1983).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul,2006)

2. Etiologi

1) Mekanis

a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor


nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri
bradykinin merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung - ujung saraf
2) Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan merangsang
thermo sensitive reseptor nyeri
3) Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor karena
tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia jaringan

3. Klasifikasi

a. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain

Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2) Steady pain

Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.

3) Paroxymal pain

Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut menetap
±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut

Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam, bulan,
sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat
dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit arteri osderosis pada arteri
koroner.

2) Nyeri kronis

Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang
nyeritimbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul
kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa
nyeri tersebut terusmenerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walau
pun telah diberika pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1) Nyeri Ringan

Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan
aktivitasnya seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).

2) Nyeri Sedang

Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi

(fisiologis maupun psikologis)

3) Nyeri Berat

Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapat
melakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh orang
yang mengalaminya.

Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada nyeri ini.

4. Patofisiologi

Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
padavisera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa termal, listrik atau mekanis.Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor
tersebut ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar
dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan
atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia
gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada inter neuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang
paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang
membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur
mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalurnon-opiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang
melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.

Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih


mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate
merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang
banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis

a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan ( menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Nadi meningkat
h. Pernafasan meningkat
i. Depresi, frustasi

7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dengan skala nyeri
2. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
3. Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
4. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
5. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
6. EKG
7. MRI

8. Penatalaksanaan

1) Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya


keridakpercayaan,kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2) Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
keridakpercayaan,kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
a. Teknik latihan pengalihan :
a) Menonton televisi
b) Berbincang – bincang dengan orang lain
c) Mendegarkan music
b. Teknik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan
udara,menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki,
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga didapatrasa nyaman, tenang dan rileks.

c. Stimulasi kulit
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b) Menggosok punggung
c) Menggompres dengan air hangat atau dingin
d) Memijat dengan air mengali
3) Pemberian obat analgesic

Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif,
perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam
penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran
klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam
menggunakan analgetik narkotik,dan pemberian obat yang kurang dari yang
diresepkan. Ada 3 jenis analgetik, yakni :

a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)


b. Analgesik narkotik atau opiate
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
4) Pemberian stimulator listrik

Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang
dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :

a. Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan


stimulusmanual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode
diluar.
b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat
stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit
dengan transistor timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah
epidural dan columna vertebrae.
c. Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerima transistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau
abdomen, yaitu electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum
tulang belakang.

9. Komplikasi

1) Kecemasan atau kegelisahan


2) Depresi
3) Kurang istirahat karena sulit tidur sehingga dapat menyebabkan penderita sulit
berkonsentrasi

4) Merasa hilang arah dan tujuan hidup

5) Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan

6) Penyalahgunaan narkoba atau alkohol


7) Menghindari pasangan atau keluarga karena sakit atau karena memicu rasa sakit

8) Sulit mencari atau kehilangan pekerjaan

9) Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup (bunuh diri)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

 Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

 Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan

b) Riwayat kesehatan sekarang

Apa yang dirasakan sekarang

c) Riwayat kesehatan dahulu

Pernah menderita yang sama atau tidak

d) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit
herediter (keturunan).

e) Riwayat Nyeri

 P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Hal ini berkaitan
erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol,
obatobatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
 Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat. Contoh sensasi yang
tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul,
seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ;
nyeri kepala : ada yang membentur.

 R (Region), daerah perjalanan nyeri. Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik
dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik
yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar
kesegala arah) ,meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen terbesar tubuh.

 S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri. Karakteristik paling subjektif pada nyeri
adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan.

 T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri. Perawat mengajukan
pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai
dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeriyang dirasakan terjadi pada
waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?

f) Macam skala nyeri

1. Skala Numerik Nyeri

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi. Berat ringannya rasa sakit ataunyeri
dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.
Skalanumerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog
Scale(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh
(10),suatu nyeri yang sangat hebat

2. Visual Analog Scale

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan
nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-
kira nyeri yang sedang.

3. Skala Wajah

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia hingga
wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun

 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi, gerak dan


aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi
dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah

 Pemeriksaan fisik

a) Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,turgor kulit, dan
kebersihan diri.

b) Gejala Kardinal

Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.

c) Keadaan Fisik

Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.


1. Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan sirkulasi
sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.

2. Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara,sirkulasi
perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.

3. Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.

4. Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau suaranapas
tambahan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel (D.0142)

b. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh (D.0056)

c. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri (D.0055)

3. Perencanaan / Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, masalah nyeri teratasi
dengan kriteria hasil :

a. Adanya penuruan intesitas nyeri


b. Ketidaknyaman akibat berkurang
c. Tidak menunjukan tanda-tanda fisk dan perilaku dalam nyeri
No. Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri dan skala pasien Mengetahui daerah nyeri,


kualitas,kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus, berat ringannya
nyeri yang dirasakan.

2. Beri posisi nyaman pada pasien Meningkatkan relaksasi pada pasien

3. Ajarkan relaksasi kepada pasien Membantu mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi dengan dokter Mengurangi rasa nyeri pasien


pemberian obat

5. Observasi TTV Mengetahui keadaan pasien

2. Intoleransi Aktifitas b.d nyeri pada tubuh

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah dapat teratasi
dengan sebagai berikut:

a. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri


b. Pasien tanda-tanda vital normal

No. Intervensi Rasional

1. Monitor kerbatasan aktivitas dan Merencanakan intervensi dengan


kelemahan saat aktivitas tepat

2. Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan


aktivitas sendiri merencanakannya sendiri

3. Catat tanda vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan


sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas

4. Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerja sama tim dan


fiioterapi dalam latihan aktivitas perawat

3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyeri


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan tidur tercukupi

a. Kebutuhan tidur pasien tercukupi


b. Pasien tampak segar
c. Tidak sering terbangun pada saat tidur

No. Intervensi Rasional

1. Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien

2. Ciptakan lingkungan nyaman Dengan menciptakan lingkungan yang


dan tenang nyaman akan meningkatkan kualitas dan
kuantitas tidur pasien.

3. Batasi pengunjung Agar pasien tidur lebih nyaman

4. Monitor kebutuhan tidur Mengetahui perkembangan pola tidur


pasien setiap hari

5. Kolaborasi dengan dokter Agar pasien dapat tidur dengan nyenyak


pemberian obat tidur
4. Pelaksanaan / Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Bararah & Jauhar, 2013). Ada beberapa tahap dalam
tindakan keperawatan, yaitu tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, tindakan
rujukan/ ketergantungan. Dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab, mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Bararah
& Jauhar, 2013).

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan


komponen SOAP / SOAPIE / SOAPIER. Penggunaannya tergantung dari kebijakan
setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, R (2011).Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat.Jakarta : EGC hal :87.

Shone, N. (2009).Berhasil Mengatasi Nyeri.Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Ramali. A. (2000).Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :Djambatan.

Syaifuddin. (2007).Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm :123-
136.

Tamsuri, A. (2007).Konsep dan penatalaksanaan nyeri.Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Potter & Perry , (2009). Fundamental Keperawatan Konsep , Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC. Hlm 1502-1533

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisidan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai