Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

(NYERI) DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.E


DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

MUTHMAINNAH

3720200076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2021
A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
 Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
 Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa rangsangan.
 Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2014)

2. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long):
 Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk
ke medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi
lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
 Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,
serta kontraksi menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel
T.
 Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri
tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam
akar ganglion doralis. Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas
subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.
Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil
persepsi ini akan dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
 Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui transmisi
impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-
implus pada serabut-serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut
lamban dan endogen opiate system supresif

3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut
menetap ± 10-15menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam,
bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit
arteriosderosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam
dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut
ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri
lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama semakin
meningkat intensitasnya walau pun telah diberika pengobatan, misalnya nyeri
karena neoplasma.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan
aktivitasnya seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2) Nyeri Sedang
Nyeri  dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapatmelakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan
oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat membantu
pada nyeri ini.

4. ETIOLOGI
a. Mekanis
1) Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor
nyeri, peradangan
2) ‘Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri
bradikinin merangsang reseptor nyeri
3) Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
4) Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
5) Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
b. Thermis
1) Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan
merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
c. Kimia
1) Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor
karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
2) Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia
jaringan

5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan
macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan
oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang
saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang
belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang
membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua
jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate
ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang
belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi
nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak
diketahui mekanismenya. (Barbara C Long.)
6. TANDA DAN GEJALA
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi,frustasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.   Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b.   Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c.    Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.   Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut ini
 Teknik latihan pengalihan : 1) Menonton televisi
2) Berbincang – bincang dengan orang lain
3)Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan
udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki,
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir

c. Pemberian obat analgesic


Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan
efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam
penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya
kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan
kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang
dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
 Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
 Analgesik narkotik atau opiate
 Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

d. Pemberian stimulator listrik


Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang
dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk ,engendalikan stimulus
manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator
sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit
dengantransistor timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah
epidural dan columna vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen,
yaitu electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang
belakan.
PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri Akut

Gangguan Pola Tidur


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a)   P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis,
gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap
nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain.
b)  Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau
laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada
yang membentur.
c)   R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan
baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri
bersifat difusi (nyeri menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat
atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d)  S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini
juga sulit untuk dipastikan.
e)   T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan
rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri
yang dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama
setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
 Macam skala nyeri
1)   Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa
sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga
sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas
nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2)    Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan,
dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia
hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan
nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan,
rekreasi dan ibadah.

4) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan,
atau suara napas tambahan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) (D.007) Nyeri Akut bd Agen Pencedera Fisiologis dd Klien tampak meringis, gelisah
dan tekanan darah meningkat.
2) (D.0055) Gangguan pola tidur bd kurang kontrol tidur dd Klien mengeluh sulit tidur
dan sering terjaga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN
1 2 3 4
(D.007) Nyeri Akut bd Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
tindakan keperawatan
Agen Pencedera
3 x 24 jam, nyeri Observasi Observasi
Fisiologis dd Klien dapat berkurang, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Untuk mengetahui perkembangan nyeri yang
dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri dirasakan
tampak meringis,
 Klien 2. Identifikasi skala nyeri 2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri,
gelisah dan tekanan mengatakan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal kebutuhan untuk pengobatan analgesic
sudah tidak 4. Monitor tanda-tanda vital 3. Mengetahui keadaan tidak menyenangkan klien
darah meningkat.
nyeri dan yang tidak sempat dan tidak bisa digambarkan
pusing Terapeutik oleh klien
 Skala nyeri (0- 1. Berikan teknik nonfarmakologis (komres hangat, 4. Mengetahui keadaan normal bila sirkulasi
1) teknik relaksasi) serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi
 TTV normal 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ditandai dengan tekanan darah sistemik.
TD: 140/90 3. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan Terapeutik
mmHg strategi meredekan nyeri 1. Memberikan pengetahuan untuk meredakan nyeri
S: 36-37⁰C Edukasi tanpa menggunakan obat-obatan
N: 60-100 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Mencegah klien mengalami stress akibat
x/menit 2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri lingkungan yang dapat meningkatkan tingkat
Rr: 16-22 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis nyeri yang dialamu
x/menit 3. Meredakan nyeri sesuai strategi yang dipilih
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi pemberian obat analgetik 1. Meningkatkan pemahaman klien terhadap strategi
2. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi meredakan nyeri
2. Memberikan pengetahuan kepada pasien untuk
mengontrol nyeri secara mandiri
3. Memberikan pengetahuan kepada pasien untuk
menangani rasa nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Zat aktif yang terdapat pada obat analgetic dapat
menghambat mediator nyeri ditangkap oleh
reseptor nyeri di sistem saraf pusat sehingga
transmisi rangasangan nyeri terhambat
2. Menurunkan tekanan darah sehingga salah satu
gejala adanya rasa nyeri dapat teratasi
(D.0055) Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174)
pola tidur bd kurang tindakan keperawatan
kontrol tidur dd Klien selama 3 x 24 jam, Observasi Observasi
mengeluh sulit tidur pola tidur membaik, 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
dan sering terjaga dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur intervensi yang tepat
 Klien mengatakan Terapeutik 2. Membantu dalam mengidentifikasi masalah yang
sudah tidak susah 1. Modifikasi lingkungan dapat mengganggu tidur
untuk tidur dan 2. Lakukan prosedur yang meningkatkan Terapeutik
nyenyak kenyamanan 1. Meningkatkan kenyamanan istirahat serta
 Istirahat tidur klien Edukasi dukungan fisiologis/psikologis.
tercukupi (6-8jam) 1. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat 2. Memberikan situasi kondusif untuk tidur
2. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara Edukasi
nonfarmakologis lainnya 1. Membantu dalam pengaturan penggunaan energy
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat untuk aktivitas
2. Memberikan situasi kondusif untuk tidur tanpa
cara farmakologi
3. Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan
dapat memberikan informasi mengenai
pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien.  Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
 2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai