Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan dari suatu
emosional disertai kerusakan secara aktual maupun potensial atau kerusakan
jaringan secara menyeluruh. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang
bertujuan untuk melindungi diri. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau
kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus
reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin,
dan substansi, yang akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga dapat
disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan
pada reseptor nyeri.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitasringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.nyeri kronis merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 6
bulan.
2. ANATOMI FISIOLOGI NYERI
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan sebagai respon dari luka baik
secara fisik maupun fisiologis.munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor
dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah niciceptor,
merupakan ujung-ujung sarafsangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan
tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.stimulasi tersebut dapat berubah Zat kimiawi seperti histamine,
bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya:
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri
tersebut menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam
enam, bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri
mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada
suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam
pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval
bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola
nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa
makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun telah diberika
pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.

C. Nyeri berdasarkan berat ringannya :


1) Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias
menjalankan aktivitasnya seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2) Nyeri Sedang
Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapatmelakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat
dikendalikan oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic
dapat membantu pada nyeri ini.
4. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
reseptor nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri
bradikinin merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan
merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor
karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia
jaringan
5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian dinding
arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal
root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan
atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk
substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls
nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung
ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract
(STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai
oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum
tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.
Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif
lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A.
Jalur non-opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons
terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya.
6. MANIFESTASI KLINIS
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi,frustasi
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut
ini
 Teknik latihan pengalihan :
a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru –
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung
tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri karena informasi
obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan
analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiate
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
4. Pemberian stimulator listrik
Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang
dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk ,engendalikan
stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa
electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat
stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan
dibawah kulit dengantransistor timah penerima yang dimasukkan
kedalam kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau
abdomen, yaitu electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum
sumsum tulang belakan.
9. KOMPLIKASI
a. Gangguan pola istirahat
b. Syok neurogenik
BAB II
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.D

Pengkajian diambil : 11 Oktober 2022


Tanggal masuk : 2/10/2022
Diagnosa Masuk : Parapinosis
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 60 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : sudah menikah
Agama : Katolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Welu
Keluhan utama : pasien mengatakan merasa nyeri di Kurang lebih 5 hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit dan jika diraba perut terasa keras. Nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Skala nyerin 8.
Riwayat penyakit sekarang : keluarga pasien mengatakan bahwa kurang lebih
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit kelainan di bagian skrotum pasien.
Terdapat benjolan di bagian skrotum yang lamakelamaan membesar dan
terasa nyeri apabila ingin BAK. Keluarga pasien kwatir dan membawa
paasien ke rumah sakit pada tanggal 2 oktober 2022.
Riwayat penyakit dahulu: keluarga pasien mengatakan bahwa tidak pernah
mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya dan tidak mempunyai penyakit-
penyakit lain yang berbahaya sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
- Badanpasien terlihat lemah berbaring ditempat tidur
- Tangan kiri terpasang RL 20 tpm
- Wajah pasien terlihat sering menahan rasa nyeri di bagian bawah perut
- Kesadaran compos mentis
- GCS : respon motorik: 5, respon bicara: 5, respon membuka mata: 4
2. TTV
TD:140/80 mmHg
Nadi: 88 x/mnt
SpO2: 98%
Suhu: 36,7 0C
Rr: 20 x/mnt
3. Pemeriksaan kepala-leher
- Kepala
Inspeksi: kulit kepala terlihat bersih, warnah rambut putih, penyebaran
rambut merata
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeritekan
- Mata
Inspeksi: simetris kiri/kanan, tidak ada edema, konjungtiva anemis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Hidung
Inspeksi : simetris kiri/kanan, ada polip, tampak kotor
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Mulut
Ispeksi: mukosa bibir lembab, mulut tampak kotor, terdapat karies
gigi, tidak ada gigi palsu
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Telinga
Inspeksi: simetris kiri/kanan, terdapat serumen
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran vena jugularis, bentuk simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Thorak
- Paru-paru
Inspeksi: pergerakan dada normal antara kanan/kiri
Palpasi: tidak ada fraktur
Auskultasi: tidak ada suara ronchi dan wheezing
- Abdomen
Inspeksi: bentuk buncit, warna kulit pucat.
Auskultasi: bising usus 15 x/mnt
Palpasi: terdapat nyeri tekan, terasa keras
Perkusi: pekak
- Genitalia
ispeksi : terdapat pembengkakan pada penis
palpasi: terdapat nyeri tekan
- Ekstermitas
Atas: pergerakan bebas, tidak ada edema, tidak ada sianosis pada
kuku, tidak ada luka.
Bawah: tidak ada edema, tidaka ada sianosis pada kulit dan kuku.

B. DIAGNOSA
1.

Anda mungkin juga menyukai