Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen
(Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri
abdomen kronis. Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri
perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut
berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

B. PATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada: visera
abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan
psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang
lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri
somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus,
misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen.
Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari
sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh
serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan
paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada
traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera
biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang.
Nyeri

C. ETIOLOGI

1. Faktor resiko

a. Nyeri akut

1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal

2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri

4) Gerakan untuk melindungi

5) Tingkah laku berhati-hati

6) Muka dengan ekspresi nyeri

7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)

8) Fokus pada diri sendiri

9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)

10) Tingkah laku distraksi

11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)

12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)

13) Perubahan nafsu makan

b. Nyeri kronis

1) Perubahan berat badan

2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal

3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri

4) Perubahan pola tidur

5) Kelelahan

6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot

7) Takut cedera

8) Interaksi dengan orang lain menurun

2. Faktor predisposisi

a. Trauma

1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan,
gesekan, luka

2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin,
misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat

4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar

b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas

c. Peradangan

d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah Trauma psikologis

e. trauma psikologis

3. Faktor presipitasi Ligkungan

a. lingkungan

b. Suhu ekstrim

c. Kegiatan

d. Emosi

D. KOMPLIKASI

1. Gangguan pola istirahat tidur

2. Syok neurogenik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. CT scan

3. MRI

4. EKG

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pemberian analgesik

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem
saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.

2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/
normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Data 1

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan
nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.

2. Data

2. Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan klien
terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah
penderita.

3. Data

3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya) ditandai
dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

Anda mungkin juga menyukai