Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

DI RUANG MUKAROMAH BEDAH


RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

Disusun oleh:
NAMA: IRAWATI MARINI

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes CIREBON
TAHUN 2022/2023
A. Definisi
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya
satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga
dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015)
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari miometrium dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Disebut juga dengan istilah fibromioma,
leiomioma, dan fibroid. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling banyak
terjadi di organ reproduksi wanita. Tumor jinak ini tidak terjadi sebelum
menarche. Setelah menopause, hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh
(Supriyatiningsih, 2017).

B. Etiologi Mioma Uteri


Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri (Aspiani, 2017) :
1. Usia
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche.
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan factor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan satu atau dua kali
Faktor terbentuknya tomor:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada


saat sel- sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan
kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan
ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta
semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena
sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel
kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor
eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Aspiani, 2017).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi


udara, makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik
bahan kimia yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan
makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna
makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan


racun, misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh
terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh,
dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih
berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan


tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah
estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen
lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,
yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
dari pada miometrium normal.

2) Progesteron

Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen.


Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara,
yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan
jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi


hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa,
yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.
C. Tanda Gejala
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik. Hal ini karena keberadaan tumor bersifat asimptomatik, kecuali jika telah
terjadi komplikasi atau keganasan. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung dari letak
mioma, besar tumor, komplikasi dan perubahan yang terjadi (Supriyatiningsih, 2017)
Gejala yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Rasa Nyeri
Dapat timbul akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis dan peradangan. Nyeri panggul karena tekanan, muncul
karena sebagian besar mioma menekan struktur di daerah panggul. Pada
mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore
2. Gejala dan tanda penekanan organ
Gangguan ini tergantung dari ukuran dan tempat penekanan. Penekanan
pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan
retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
3. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat timbul apabila sarang mioma menutupi atau menekanan pars
interstistial tuba, sedangkan mioma submukosa memudahkan terjadinya abortus
karena gangguan rongga rahim.
4. Perdarahan abnormal (menoragia, metroragia, hipermenorhea)
Beberapa hal faktor yang menjadi penyebabnya adalah:
a. Terjadi hiperplasi endometrium sampai adanya adenokarsinoam
endometrium akibat pengaruh ovarium
b. Perlakuan endometrium meluas akibat adanya masa mioma yang
ada di bawahnya, akibatnya, lapisan yang mengelupas saat
menstruasi menjadi lebih banyak.
c. Atrofi endometrium yang ada di atas masa mioma submukosum,
stress dan trauma juga dapat melukai jaringan endometrium yang
ada diatasnya.
d. Momentum tidak dapat berkonstraksi optimal akibat adanya mioma
di dalamnya.

D. Klasifikasi Mioma Uteri


Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
1. Berdasarkan Lokasi
a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan
infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinaria.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa
gejala.
2. Berdasarkan Lapisan Uterus
a. Mioma Uteri Subserosa
Tumor yang muncul tepat dari bawah permukaan peritonium (serosa)
uterus, tampak sebagai masa kecil sampai besar atau benjolan yang
menonjol dari permukaan uterus. Tumor ini dapat bertangkai. Tumor
subserosum dapat memperoleh pendarahan tambahan dari omentum yang
melekat dipermukaan uterus. Jika demikian, tumor memberikan gambaran
seolah-olah berasal dari omentum. Tumor jenis ini dapat menjadi tumor
parasitik, yang bergerak sesuai aliran darah yang memasoknya
(Supriyatiningsih, 2017)
b. Mioma Uteri Intramural
Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural atau
interstisial. Mioma uteri jenis ini merupakan yang paling banyak
ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling
tebal dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan
otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak pada
dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi. Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan
perubahan bentuk uterus. Namun, jika membesar bentuk uterus menjadi
asimetrik dan nodular. Jika menjadi sangat besar tumor ini akan menjadi
atau akan tampak sebagai tumor subserosum dan submukosum sekaligus.
Misalnya tumor berada tepat dibawah peritonium serosa dan endometrium
untuk masing- masing jenis tumor
c. Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosum jenis yang paling jarang ditemukan, tapi secara klinis
paling penting karena paling sering menimbulkan gejala. Walaupun tumor
mukosum kecil, sering menyebabkan perdarahan uterus abnormal, baik
akibat pergeseran maupun penekanan pembuluh darah yang memperdarahi
endometrium di atasnya atau akibat kontak dengan endometrium
didekatnya. Kadang-kadang tumor submukosum dapat membentuk sebuah
tangkai panjang seperti polip bertangkai dan dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan. Gejala-gejala terkait walaupun berlangsung dalam jangka waktu
lama adalah gejala persalinan, yaitu kontraksi uterus yang menyebabkan
kram di abdomen bawah atau panggul, biasanya disertai
hipermenorhea. Jika menonjol melalui servik tumor ini tidak jarang
mengalami ulserasi atau terinfeksi sehingga juga menyebabkan perdarahan
tumor

E. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar, karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehinggasering
menimbulkan keluhan buang air kecil (Aspiani, 2017).

Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehinggamenimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu
dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika dilakukan operasi atau
pembedahan maka akan terjadi perlukaan sehingga dapat menimbulkan kerusakan
jaringan integritas kulit.

Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan
robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas
jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi
perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksius
yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat
anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran
sehingga pola nafas tidak efektif.
F. Pathway
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri diantaranya adalah :
1. Perdarahan sampai dengan anemia
2. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya berkisar sekitar
0,32-0,6% dari seluruh mioma. Keganasan biasanya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologis dari uterus yang telah diangkat. Kecurigaan terjadinya
keganasan apabila didapatkan mioma menjadi cepat sekali membesar,
apalagi pembesaran tersebut justru terjadi setelah wanita tersebut masuk ke
dalam masa menopause. (Supriyatiningsih, 2017)
3. Torsi (putaran tangkai)
Bila terjadi torsi akan timbul gangguan sirkulasi akut sehingga tumor
mengalami nekrosis. Tumor yang mengalami nekrosis, terutama jika
subserosum akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat, terjadilah sindroma
abdonem akut (Supriyatiningsih, 2017)

H. Pemeriksaan penunjang
Hanya sekitar 35% mioma uteri yang menimbulkan gejala klinis, dan kebanyakan
terdeteksi dengan pemeriksaan yang seksama meliputi anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium (USG, CT-Scan atau MRI).

I. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Dilakukan bila mioma tidak terlalu besar, tidak mengganggu dan pada wanita
menopause. Walaupun demikian tetap dilakukan pengamatan setiap 3-6 bulan.
Terapi Hormonal (dengan Gn RH Agonis). Terapi ini dilakukan dengan dasar
bahwa leiomioma terdiri atas sel-sel otot yang dipengaruhi oleh estrogen. Gn
RH agonis selama 16 minggu menghasilkan degenerasi hialin di miometrium.
Akan tetapi bila dihentikan maka leiomioma itu akan tumbuh kembali akibat
pengaruh estrogen
2. Terapi Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan
operatif yang dilakukan antara lain :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara
ekstirpasi lewat vagina
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
serviks uteri.Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari
40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih
besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan
penekanan atau tumor yang cepat membesar.
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Tujuan khusus, tujuan umum, kriteria
No Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan evaluasi
1 Nyeri akut b.d SLKI : Kontrol nyeri (L.08063) SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Untuk
Agen Obsevasi :
Tupan : mengidentifikasi
Pencedera  Indentifikasi lokasi,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x
Fisik karakteristik, durasi, frekuensi, keluhan nyeri pasien
24 jam Diharapkan nyeri menjadi terkontrol
kualitas, intensitas nyeri. 2. Untuk
 Identifikasi skala nyeri.
Tupen :  Identifikasi faktor yang mengidentifikasi
Kriteria Hasil : memperberat dan memperingan skala nyeri pasien
Indikator A T nyeri.
3. Untuk mengurangi
Melaporkan nyeri 5 Terapeutik :
terkontrol  Berikan teknik non farmakologis rasa nyeri selain dari

Kemampuan mengenali 5 untuk mengurangi rasa nyeri obat-obatan


penyebab nyeri (teknik relaksasi).
4. Untuk memberikan
 Pertimbangkan jenis dan sumber
Kemampuan 5 nyeri dalam pemilihan strategi rasa aman dan
menggunakan teknik meredakan nyeri
nyaman pasien
non farmakologis  Fasilitasi istirahat dan tidur.
5. Untuk meningkatkan
Ket: Edukasi :
1. Menurun  Jelaskan penyebab, periode, dan pengetahuan
2. Cukup menurun pemicu nyeri. keluarga dan pasien
3. Sedang  Ajarkan strategi mengurangi
4. Cukup meningkat nyeri tentang penyebab
5. Meningkat
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasikan dengan dokter 6. Untuk meningkatkan
terkait pemberian analgetik (jika
kemampuan pasien
perlu )
dalam mengurangi
yeri secara mandiri
3 Ansietas SLKI : Tingkat ansietas SIKI : Reduksi Ansietas 1. Untuk mengetahui
L.09093 I.09314 tingkat ansietas
D.0080 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Observasi : 2. Untuk mengetahui
24 jam Diharapkan tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat ansietas kemampuan dalam
dengan berubah (kondisi, waktu stressor) mengambil
Kriteria Hasil  Identifikasi kemampuan keputusan
mengambil keputusan 3. Untuk mengetahui
Indikator AqA T tanda ansietas
 Monitor tanda tanda ansietas
Perilaku gelisah 5 4. Agar timbul rasa
Terapeutik :
Verbalisasi 5 percaya pasien
 Ciptakan suasana terapeutik
khawatir akibat kepada petugas
untuk menumbuhkan
kondisi yang medis
kepercayaan
dihadapi 5. Agar pasien
 Gunakan pendekatan yang
Perilaku tegang 5 mengetahui
tenang dan meyakinkan
Keterangan :  Dengarkan dengan penuh informasi sakitnya
1. Meningkat perhatian secara jelas
2. Cukup Meningkat
 Diskusikan perencanaan realistis
3. Sedang
tentang peristiwa yang akan
4. Cukup menurun
datang
5. Menurun
Edukasi :
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga tetap
Bersama pasien
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian terapi
2 Risiko syok SLKI: Status Cairan (L.03208) SIKI: Manajemen Hipovolemia 1. Untuk memantau tanda
(I.03116) tanda hypovolemia
hipovolemi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 2. Untuk mengetahui
k b.d 24 jam Diharapkan status cairan membaik Obsevasi: intake dan output cairan
 Periksa tanda dan gejala pasien
perdarahan
Kriteria hasil hypovolemia (frekuensi nadi 3. Agar cairan pasien
Indikator A T meningkat, nadi teraba lemah, tercukupi
Kekuatan nadi 5 tekanan darah menurun tekanan 4. Untuk memberi posisi
nadi menyempit, hematokrit nyaman pda pasien
Turgor kulit 5 meningkat, haus, lemah ) 5. Pemeberian terapi untuk
 Monitor intake dan output cairan mencegah adanya
Output urine 5 hypovolemia
Terapeutik:
 Hitung kebutuhan cairan pasien
Keterangan:  Berikan asupan cairan oral
1. Menurun  Berika posisi modifled
2. Cukup menurun trendelenburg
3. Sedang
4. Cukup meningkat Edukasi:
5. Meningkat  Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Indikator A T  Anjurkan menghindari
Kadar HB 5 perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
Tekanan darah 5 - Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian terapi
Keterangan:
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik

4 Retrensi urine SLKI: Status Cairan (L.03208) Agar urin dapat keluar
SIKI : Kateterisasi Urin (I.04148) dengan normal dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x tidak terjadi gangguan
24 jam Diharapkan pengosongan kandung eliminasi bak
Observasi
kemih membaik
 Periksa kondisi pasien (mis,
kesadarn, tanda tanda vital, 
Indikator A T
Distensi 5 daerah perineal, distensi
kandung kemih kandung kemih,  inkontenesua
urine, reflex berkemih).

Berkemih tidak Terapeutik


tuntas (hesitancy 5
 Siapkan peralatan, bahan bahan
Keterangan : dan ruangan tindakan
1. Meningkat  Siapkan pasien: bebaskan
2. Cukup Meningkat pakaian bawah dan posisikan
3. Sedang dorsal rekumben
4. Cukup menurun  Pasang sarung tangan
5. Menurun  Bersihkan daerah perineal atau
proposium dengan  cairan NaCl
atau aquadest
 Lakukan insersi kateter urine
dengan menerapkan  prinsip
aseptic
 Sambungkan kateter urine
dengan urine bag Isi balon
dengan dengan Nacl 0.9 %
sesuai anjuran pabrik
 Fiksasi selang kateter diatas
simpisis atau di paha
 Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih rendah  dari
kandung kemih
 Berikan label waktu pemasangan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemasangan kateter urine
 Anjurkan menarik nafas saat
insersi selang cateter.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans
Info Media
Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung: Alfabeta
Supriyatiningsih. (2017). Buku Ajar Pengetahuan Obstetri dan Ginekologi untuk Pendidikan
Profesi Dokter.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP

Anda mungkin juga menyukai