Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TONSILITIS KRONIS DI BANGSAL


MINA RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

Laporan ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah


Praktik Klinik Dasar

Dosen Pengampu : Maulidah., M. Kep

Disusun oleh:

Sonia 1911604005
Dea Ananda Putri 1911604015
Zahra Masyithoh Ulul Azmi 1911604044
Adilla Endah Dwi Aryanti 1911604077

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TONSILITIS KRONIC DI


BANGSAL MINA RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

Laporan ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah


Praktik Klinik Dasar

Oleh :
Sonia 1911604005
Dea Ananda Putri 1911604015
Zahra Masyithoh Ulul Azmi 1911604044
Adilla Endah Dwi Aryanti 1911604077

Telah diperiksa dan disetujui tanggal

Mengertahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel merupakan kumpulan jaringan
limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang
mulut. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine, dan
tonsil faringeal yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer.
Tonsil atau amandel berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh
dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan,
maka akan terjadi peradangan pada tonsil atau amandel yang disebut dengan tonsilitis.
(Manurung Rostinah, 2016).
Berdasarkan survey epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) tahun
1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaring
akut 4,6%. Berdasarkan data medical record tahun 2010 di RSUP dr. M. Djamil padang
bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukkan tonsilitis sebanyak 465 dari 1.110
kunjungan di poli klinik sub bagian laring faring dan menjalani tonsilektomi sebanyak
163 kasus, sedangkan jumlah kunjungan baru penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Juni 2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang. Dibandingkan
dengan jumlah kunjungan baru pada periode yang sama, maka angka ini merupakan 4,7%
dari seluruh jumlah kunjungan baru. Insiden tonsilitis kronis di RS. Dr. Kariadi Semarang
23,26%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit
Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah penderita penyakit
tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%) penderita. (Olivia
Rinny dkk, 2013).
Tindakan yang sering dilakukan pada tonsilitis kronis adalah operasi pengangkatan
tonsil atau tonsilektomi. Tonsilektomi dilaksanakan dalam kondisi anastesi umum dan
dilakukan untuk mengangkat tonsil palatina. Tonsilektomi sendiri didefinisikan sebagai
prosedur bedah untuk menyingkirkan tonsil secara keseluruhan, termasuk kapsulnya
dengan cara diseksi ruang peritonsilar antara kapsul tonsil dan dinding muskuler. Namun
sampai saat ini masih terdapat banyak. (Fadhly Fariz, 2016).

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien Tonsilitis Kronis di bangsal Mukaromah pada tahun 2021 ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada pasien Tonsilitis Kronis di
bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien Tonsilitis Kronis di
bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
b) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien Tonsilitis
Kronis di bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
c) Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien Tonsilitis Kronis di
bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
d) Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien Tonsilitis Kronis di
bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
e) Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien Tonsilitis Kronis di
bangsal Mukaromah pada tahun 2021.
D. Metode
Metode penelitian dengfan kasus Tonsilitis Kronis dilakukan dengan wawancara dan
melihat rekam medis pada Sdr.AW di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu di
bangsal Mukaromah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer. Tonsilitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada
tonsil. Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun
saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan
atau minuman dan udara pernapasan. Selain itu, anggota-anggota cincin waldeyer ini
dapat menghasilkan antibodi dan limfosit. Tonsilitis kronis pada anak dapat
disebabkan karena anak sering menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi
adekuat. (Olivia Rinny dkk, 2013).
2. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis. Hal-hal yang dapat
memicu peradangan pada tonsil adalah seringnya kuman masuk kedalam mulut
bersama makanan atau minuman. (Manurung Rostinah, 2016).
3. Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan tampak tonsil rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi
oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok
dan napas berbau. Radang amandel atau tonsil yang kronis terjadi secara berulang-
ulang dan berlangsung lama. Pembesaran tonsil atau amandel bisa sangat besar
sehingga tonsil kiri dan kanan saling bertemu dan dapat mengganggu jalan
pernapasan membesar dengan permukaan.
4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang Terkait
a) Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Usapan bisa
tenggorokan, hidung.
b) Biopsi dilakukan pada semua kasus dengan pembesaran tonsil unuilateral.
c) Pemeriksaan darah lengkap. Leukosit : 11.20, Hb : 11.90 g/dl, Trombosit : 314.
d) Radiologi.
e) Thorak. (Stelter, K., 2014).
5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tonsilitis kronis meliputi terapi medikamentosa dan operatif.
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi higiene mulut yang buruk dengan cara berkumur
ataupun pemberian antibiotik. Antibiotik jenis penisilin masih merupakan pilihan
pada sebagian besar kasus. Pada kasus yang berulang akan meningkatkan terjadinya
perubahan bakteriologi sehingga perlu diberikan antibiotik alternatif selain jenis
penisilin. Untuk bakteri penghasil β laktamase perlu antibiotik yang stabil terhadap
enzim ini seperti amoksisilin klavulanat.
Terapi pembedahan pada tonsilitis kronis dilakukan bila terapi konservatif gagal.
Tindakan pembedahan ini dikenal dengan tonsilektomi. Indikasi tonsilektomi dahulu
dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan prioritas relatif dalam
menentukan indikasi tonsilektomi saat ini. Berdasarkan American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS) indikasi tonsilektomi
dikelompokkan menjadi indikasi absolut dan relatif.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit,
dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal
bagi pelaksanaan pembedahan. (Sabiston, 2011).
2. Jenis Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa
teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi
dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan
dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena. (Darsana Oka, 2019).
3. Teknik Anestesi
Menurut Mangku (2010) general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri
secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).
General anestesi menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinggi. Selama masa induksi pemberian obat bius harus
cukup untuk beredar di dalam darah dan tinggal di dalam jaringan tubuh. Beberapa
teknik general anestesi inhalasi adalah Endotrakea Tube (ETT) dan Laringeal Mask
Airway (LMA).
Intubasi trakhea adalah tindakan memasukkan pipa trakhea kedalam trakhea
melalui rima glotis, sehingga ujung distalnya berada kira -kira dipertengahan trakhea
antara pita suara dan bifurkasio trakhea (Latief, 2010). Tindakan intubasi trakhea
merupakan salah satu teknik anestesi umum inhalasi, yaitu memberikan kombinasi
obat anestesi inhalasi yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat /
mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
4. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi yang digunakan yaitu sevofluran, isofluran. Sevofluran
merupakan anestesi inhalasi golongan halogen eter yang memiliki keuntungan waktu
pulih dari anestesi yang lebih cepat dibandingkan dengan isofluran, sehingga lebih
banyak digunakan..
5. Resiko
Pulih dari anestesi umum idelnya secara bertahap dan tanpa keluhan. Sebagian
besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi tanpa kejadian-kejadian khusus tetapi
sejumlah kecil pasien dengan jumlah yang tidak dapat diperkirakan mengalami
komplikasi (Gwinnutt, 2011). Komplikasi pasca anestesi umum sebagai berikut.
(Latif, Suryadi, dan Dachlan, 2010).
a) Gangguan Pernapasan
Obstruksi jalan napas parsial atau total, tidak ada ekspirasi (tidak ada suara
napas) paling sering dialami pada pasien pasca anestesi umum yang belum sadar
karena lidah jatuh menutup faring atau edema laring. Penyebab lain yaitu kejang
laring (spasme laring) pada pasien menjelang sadar karena laring terangsang oleh
benda asing, darah atau sekret. Selain itu, pasien dapat mengalami sianosis
(hiperkapnea, hiperkarbia) atau saturasi O2 yang menurun (hipoksemia) yang
disebabkan pernapasan pasien yang lambat dan dangkal (hipoventilasi).
Pernapasan lambat dapat diakibatkan karena pengaruh obat opioid dan dangkal
karena pelumpuh otot yang masih bekerja. Hipoventilasi yang berlanjut akan
menyebabkan asidosis, hipertensi, takikardi yang berakhir dengan depresi
sirkulasi dan henti jantung.
b) Gangguan Kardiovaskular
Komplikasi pada sistem sirkulasi yang dapa dijumpai pada pasien dengan
anestesi umum yaitu hipertensi dan hipotensi. Hipertensi dapat disebabkan oleh
nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakhea, cairan infus berlebihan, atau
aktivasi saraf simpatis karena hipoksia, hiperkapnia, atau asidosis. Hipertensi akut
dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan gagal ventrikel kiri, infark
miokard, disritmia, edema paru, atau perdarahan otak. Hipotensi disebabkan
akibat aliran isian balik vena (venous return) menurun yang disebabkan
perdarahan, terapi cairan kurang adekuat, hilangnya cairan, kontraksi miokardium
kurang kuat, atau tahanan veskular perifer menurun. Hipotensi harus segera
ditangani agar tidak terjadi hipoperfusi organ vital yang berlanjut dengan
hipoksemia dan kerusakan jaringan.
c) Mual Muntah
Mual dan muntah pascaanestesi dapat terjadi pada 80% pasien yang
menjalani pembedahan dan anestesi. Beberapa pasien lebih memilih untuk
merasakan nyeri dibandingkan mual dan muntah pasca bedah (Gwinnutt, 2011).
Mual dan muntah pasca bedah merupakan efek samping yang umum terjadi
setelah sedasi dan anestesi umum. Insidensinya paling tinggi dengan anestesi
berbasis narkotika dan dengan agen yang mudah menguap (Gupta dan Jrhee,
2015). Setiap tiga sampai empat pasien mengalami mual dan muntah pasca bedah
setelah anestesi umum (Apfel, Stoecklein, dan Lipfert, 2005). Risiko mual muntah
pasca bedah 9 kali lebih kecil pada pasien dengan anestesi regional daripada
pasien dengan anestesi umum (Shaikh, Nagarekha, Hegade, dan Marutheesh,
2016).
d) Menggigil
Menggigil (shivering) merupakan komplikasi pasien pasca anestesi umum
pada sistem termoregulasi. Hal tersebut terjadi akibat hipotermia atau efek obat
anestesi. Hipotermi dapat terjadi akibat suhu ruang operasi yang dingin, cairan
infus yang dingin, cairan irigasi dingin, bedah abdomen luas dan lama.
C. Web of Caution (WOC)

Infeksi Bakteri Streptococcus atau Infeksi Virus

Bengkak dan Meradang

Tonsilitis Kronis

Pre Anestesi Post Anestesi

- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan


Pasien meengatakan nyeri
takut untuk nyeri dan susah saat kesulitan
saat menelan
menjalani operasi menelan mengkonsumsi
P: Karena ada
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan makanan padat
pembengkakan di tonsil
baru pertama kali skala nyeri 3 - Pasien mengatakan
Q: seperti ditusuk-tusuk
dilakukan operasi P: Karena telah susa bicara dan
R: Daerah tenggorokan
melakukan operasi buka membuka
S: Skala 5
Q: seperti ditusuk- mulut
T: Ilang timbul
tusuk
Ansietas R: Daerah
tenggorokan
S: Skala 3 Ketidakseimbangan
T: Ilang timbul nutrisi kurang dari
Nyeri Akut kebutuhan tubuh

Nyeri Akut

Tonsilektomi

General Anestesi

GETA
D. Tinjauan Teori Asuhan Kepenataan Anestesi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga
dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. (Wahid, 2013).
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien,
perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh
dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya. (Setiadi, 2012).
b) Data Objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan
pasien. (Setiadi, 2012).
2. Masalah Kesehatan Anestesi
a) Nyeri Akut
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah memiliki awitan yang cepat denga intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. Nyeri akut merupakan signal
bagi tubuh akan cedera atau penyakit yang akan datang namun nyeri akut akan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area pulih kembali.
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitas nosireseptor dan biasanya berlangsung
dalam waktu yang singkat atau kurang dari 6 bulan, dan datang tiba tiba. Nyeri
akut dianggap memiliki durasi terbatas dan bisa diprediksi, seperti nyeri pasca
operasi, yang biasanya akan menghilang ketika luka klien sembuh. Klien sebagian
besar menggunakan kata-kata “tajam”, “tertusuk”, dan “tertembak” untuk
mendeskripsikan nyerinya (Black & Hawks, 2014).
Penyebab dari nyeri akut adalah agen cidera fisiologis (misalnya : inflamasi),
agen pencedera kimiawi (misalnya : bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik
(misalnya : abses, prosedur operasi trauma). Kondisi klinis terkait nyeri akut
adalah kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom coroner akut dan
glaucoma. (PPNI, 2016).
b) Ansietas
Ansietas dapat diartikan sebagai suatu respon perasaan yang tidak terkendali.
Ansietas adalah respon terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal, dan samar-samar. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan
bersifat konflik. Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif
individu. Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara
langsung.Ansietas adalah dasar kondisi manusia dan memberikan peringatan
berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi ansietas diperlukan untuk bertahan
hidup. Selain itu, seseorang dapat tumbuh dari ansietas jika seseorang berhasil
berhadapan, berkaitan dengan, dan belajar dari menciptakan pengalaman ansietas.
(Stuart, 2016).
Pengalaman ansietas memiliki 2 komponen, yaitu kesadaran adanya sensasi
fisiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat) dan kesadaran sedang gugup
atau ketakutan. Disamping efek motorik dan visceral, kecemasan mempengaruhi
berpikir, persepsi, dan belajar. Kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan
dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada pada orang
dan arti peristiwa.
c) Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Nutrisi merupakan proses yang dilakukan makhluk hidup dalam mengingesti,
mencerna, menyerap, mendistribusikan, menggunakan, dan mengekskresikan zat
gizi (makanan dan bahan-bahan mengandung gizi lainnya). Nutrisi klinis terutama
berhubungan dengan sifat-sifat makanan yang membangun tubuh dan
meningkatkan kesehatan. (Williams & Wilkins, 2011).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. (Aziz, 2012).
Tanda klinis : berat badan 10-20% dibawah normal, tinggi badan di bawah
ideal, lingkar kuit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar, adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, adanya penurunan albumin serum, adanya
penurunan transferin.
Kemungkinan penyebab : meningkatnya kebutuhan kalori dan resulitan
dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker, disfagia karena adanya
kelainan persarafan, penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit cronh atau
intoleransi laktosa, nafsu makan menurun.
3. Rencana Intervensi
Pre Anestesi
a) Dx : Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks.
1) Tujuan : Nyeri akut berkurang atau hilang.
2) Kriteria Hasil :
a. Menunjukan penurunan skala nyeri dari 7 menjadi 5.
b. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
3) Rencana Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri pasien dengan pengkajian PQRST.
b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
c. Edukasi pasien tentang apa penyebab nyeri.
b) Dx : Ansietas berhubungan dengan ancaman actual atau persepsi ancaman
terhadap integritas biologis, sekunder akibat prosedur invasif.
1) Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang.
2) Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat menjelaskan ansietas dan pola kopingnya sendiri.
b. Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif.
3) Rencana Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
b. Ajarkan pasien relaksasi nafas dalam.
c. Edukasi pasien bahwa operasi akan berjalan lancar karena dilakukan oleh
tenaga medis yang berkompeten, dan selalu berdoa.

Post Anestesi
a) Dx : Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks
akibat operasi.
1) Tujuan : Nyeri akut berkurang atau hilang.
2) Kriteria Hasil :
a. Menunjukan penurunan skala nyeri dari 5 menjadi 3.
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
3) Rencana Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri pasien dengan pengkajian PQRST.
b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
c. Edukasi pasien tentang apa penyebab nyeri.

b) Dx : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan penurunan asupan oral,


ketidaknyamanan pada mulut akibat : tonsilektomi.
1) Tujuan : Individu dapat mencerna kebutuhan nutrisi harian sesuai
dengan tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik.
2) Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
b. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
3) Rencana Intervensi
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan dan santai untuk makan.
c. Edukasi pasien untuk melakukakn diit padat selama 7 hari kedepan

4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan. (Manurung, 2011).
E. Daftar Pustaka
Ayhan. (2016). The Effectiveness Of Neck Stretching Exercises Following Total
Thyroidectomy On Reducing Neck Pain And Disability: A Randomized Controlled
Trial. 13.

Berthiana. (2013). Hubungan motivasi kerja perawat dengan ketepatan pengisian


dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap rsud buntok, 1(1), 57-72.

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta : EGC.

Dalami, E. (2011). Dokumentasi Keperawatan Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Jakarta : Trans Info Media.

Darsana Oka. 2019. General Anestesi pada pasien Conbutio Grade II A. Jurnal
kedokteran. Vol. 05 No. 01.

Eka Arie Yuliyani, I Gde Ardika Nuaba, Luh Made Ratnawati, Eka Putra Setiawan. 2015.
Laporan Penelitian Distribusi Penderita Tonsilitis Kronis Yang Telah Menjalani
Tonsilektomi Di Rsup Sanglah Denpasar Periode Januari 2014-September 2015.
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.

Fadhly Fariz. 2016. Indikasi Tonsilektomi pada laki laki usia 19 tahun dengan Tonsilitis
Kronis. Lampung. Jurnal Medula Unila. Volume 5. No 2.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media.


Manurung Rostinah. 2016. Gambaran Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
pencegahan tonsilitis pada remaja putri. Medan. Jurnal ilmiah. Vol.2, No 1.

Olivia Rinny, dkk. 2013. Identifikasi bakteri dan uni kepekaan terhadap antibiotik pada
penderita tonsilitis di poliklinik THT-KL BLU RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal e-Biomedik, volume 1 nomor 2.

Sabiston, D. C. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Stelter, K., 2014. Tonsillitis and Sore Throat in Children. GMS Current Topics in
Otorhinolaryngology.

Wilkinson. (2009). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC.


BAB III
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN TONSILITIS KRONIK
DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI TONSILEKTOMI DENGAN TINDAKAN
ANETESI GENERAL ANESTESI DI BANGSAL MUKAROMAH 226.C
RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU
PADA TANGGAL 21 DESEMBER 2021

I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1)  Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Suku Bangsa : Sunda
Status perkawinan : Belum menikah
Golongan darah :O
Alamat : Tembong Raja Rt.02 Rw.01 Kec. Salem Kab. Brebes
No. RM : 00-28-67-38
Diagnosa medis : Tonsilitis Kronik
Tindakan operasi : Tonsilektomi
Tanggal MRS : 15-12-2021
Tanggal pengkajian : 21-12-2021 Jam Pengkajian: 11.00
Jaminan : BPJS
2)  Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Sunda
Hubungan dg pasien : Ibu Pasien
Alamat : Tembong Raja
b. Riwayat Kesehatan
1)  Keluhan Utama
a) Saat MRS : Nyeri saat menelan
b) Saat Pengkajian : Pasien mengatakan nyeri saat menelan
2)  Riwayat Penyakit Sekarang : Tonsilitis Kronik
3)  Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada Riwayat penyakit dahulu
4)  Riwayat Penyakut Keluarga : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti Diabetes Militus,
hipertensi dll
5)  Riwayat Kesehatan
  Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
  Riwayat operasi sebelumnya
Tahun :-
Jenis :-
Komplikasi : -
  Riwayat anestesi sebelumnya
Tahun :-
Jenis :-
Komplikasi : -
  Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
 Reaksi alergi? Pasien tidak memiliki alergi
  Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
  Khusus pasien perempuan
Jumlah kehamilan : -
Jumlah anak :-
Mensturasi terakhir: -
Menyususi : Tidak

6) Riwayat Pengobatan/ Konsumsi Obat


a) Obat yang pernah dikonsumsi: Tidak ada
b) Obat yang sedang dikonsumsi: Propofol 120 mg, Roculax 20mg, Miloz
3mg, As.Tramex 1gr, Vit K 2mg, Ketorolac 30 mg, Tramadol 100 mg,
Dexamethasone 10mg, Ondansetron 4mg.
7)  Riwayat Alergi : Tidak ada
8)  Kebiasaan
Merokok : Tidak
Alkohol : Tidak
Kopi/teh/soda : Ya
c. Pola Kebutuhan Dasar
1) Oksigenasi
Sebelum sakit
  Gangguan pernafasan : Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan
  Alat bantu pernafasan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan
  Sirkulasi udara : Sirkulasi udara pasien baik
  Keluhan : Pasien tidak memiliki keluhan pernafasan
Saat ini
  Gangguan pernafasan : Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan
  Alat bantu pernafasan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan
  Sirkulasi udara : Sirkulasi udara pasien baik
  Keluhan : Pasien tidak memiliki keluhan pernafasan

2) Air/Minuman
Sebelum sakit
 Frekuensi : Pasien mengatakan dalam satu hari minum 2 liter
 Jenis : Air Mineral
 Cara : Pasien mengatakan minum menggunakan cangkir
 Minum Terakhir : Pasien mengatakan minum terakhir 6 jam sebelum
operasi
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
Saat ini
 Frekuensi : Pasien mengatakan dalam satu hari minum 1 liter
 Jenis : Air Mineral
 Cara : Pasien mengatakan minum menggunakan cangkir yang
dibantu dengan sedotan
 MinumTerakhir : Pasien mengatakan minum 8 jam setelah operasi
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
3) Nutrisi/Makanan
Sebelum sakit
 Frekuensi : Pasien mengatakan makan 3x sehari
 Jenis : Pasien mengatakan makan makanan yang lunak, padat
dan cair seperti nasi, ayam, sayur dll
 Porsi : Pasien mengatakan makan dengan porsi normal
 Diet khusus : Tidak ada
 Makanan yang disukai : Mie Goreng
 Napsu makan : Normal
 Puasa terakhir : 6 jam sebelum operasi
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
Saat ini
 Frekuensi : Pasien mengatakan makan 3x sehari
 Jenis : Pasien mengatakan makan makanan yang lunak seperti
bubur
 Porsi : Pasien mengatakan makan dengan porsi lebih sedikit
dibandingkan sebelum operasi
 Diet khusus : Tidak mengkonsumsi makanan yang bertekstur padat
 Makanan yang disukai : Bubur
 Napsu makan : Pasien mengatakan napsu makannya berkurang
 Puasa terakhir : 8 jam setelah operasi
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
 Frekuensi : Pasien mengatakan BAB satu hari sekali
 Konsistensi : Normal
 Warna :Normal
 Bau : Normal
 Cara(spontan/digalat) : Pasien mengatakan BAB dengan cara spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
Saat ini
 Frekuensi : Pasien mengatakan BAB dua hari sekali
 Konsistensi : Normal
 Warna : Normal
 Bau : Normal
 Cara (spontan/digalat) : Pasien mengatakan BAB dengan cara spontan
 Keluhan : Normal
 Lainnya : Normal
b) BAK
Sebelum sakit
 Frekuensi : Pasien mengatakan BAK tiga kali sehari
 Konsistensi : Normal
 Warna : Normal
 Bau : Normal
 Cara (spontan/digalat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
Saat ini
 Frekuensi : Pasien mengatakan BAK tiga kali sehari
 Konsistensi : Normal
 Warna : Normal
 Bau : Normal
 Cara (spontan/digalat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
d. Pola Aktivitas dan Istirahat
1) Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan dan minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Berpindah 

Keterangan: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang


lain dan alat, 4: tergantung total
2) Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Ya
 Berapa jam anda tidur: malam 6 jam, Siang 2 jam.
Saat ini
 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
 Berapa jam anda tidur: malam 6 jam, Siang 3 jam.
e. Interaksi Sosial : Pasien berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar
f. Pemeliharaan Kesehatan
 Rasa aman : Pasien mengatakan merasa aman berada dilingkungan saat ini
 Rasa nyaman : Pasien mengatakan merasa nyama berada dilingkungan saat
ini.
 Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Pasien mengatakan pelayanan Kesehatan
yang diberikan baik.
g. Peningkatan Fungsi Tubuh dan Pengimbangan Manusia dalam Kelompok Sosial
Sesuai dengan Potensinya
 Konsumsi vitamin : Tidak ada
 Imunisasi : Tidak ada
 Olahraga : Satu kali seminggu
 Upaya keharmonisan keluarga: Pasien tetap menjaga hubungan baik dengan
keluarga
 Stres dan adaptasi : Pasien tidak merasakan stress saat berada di RS dan
dapat beradaptasi dengan mudah
2. Pemeriksaan Fisik
a. KeadaanUmum
Kesadaran umum : Alert
GCS : E4 V5 M6
Penampilan : Tampak sakit sedang
TD 112/76 mmHg Nadi 87x/menit RR 20x/menit Suhu 36,0C

BB 65kg TB 173cm BMI 21kg/m2


b. Kepala
Bentuk kepala (Brakhiocephalus/ bulat)
Kesimetrisan (+)
Hidrochepalus ( - )
Luka ( - )
Darah ( - )
Trepanasi ( - ).
Nyeri tekan ( - )
Fontanella/pada bayi (tidak)
c. Wajah
Ekspresi wajah (tegang)
Dagu kecil ( - )
Edema ( - )
Kelumpuhan otot-otot fasialis ( - )
Sikatrik ( - )
Micrognathia ( - )
Rambut wajah ( - )
d. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
Ekssoftalmus ( - )
Endofthalmus ( - )
Edema ( - )
Ptosis ( - )
Peradangan ( - )
Luka ( - )
Benjolan ( - )
Bulu mata (tidak rontok)
Konjunctiva dan sclera : Normal
Reaksi pupil terhadap cahaya: (miosis/ midriasis) isokor ( - )
Kornea: warna coklat kehitaman
Nigtasmus ( - ), Strabismus ( - )
Ketajaman penglihatan : Baik
Penggunaan kontak lensa : Tidak
Penggunaan kacamata : Tidak
Pemeriksaan tekanan bola mata: normal
e. Telinga
Bentuk normal
Lesi ( - )
Nyeri tekan ( - )
Peradangan ( - )
Penumpukan serumen ( - )
Perdarahan ( - )
Perforasi ( - )
Tes kepekaan telinga: normal
f. Hidung
Perdarahan ( - )
Kotoran ( - )
Pembengkakan ( - )
Pembesaran/ polip ( - )
Pernafasan cuping hidung ( - )

g. Mulut dan faring


Bibir pecah (+)
Amati gigi, gusi dan lidah: Caries(+). Kotoran(-), Gingivitis (-), Gigi palsu(-),
Gigi Goyang(-), Gigi maju(-)
Kemampuan membuka mulu < 3 cm (+)
Warna lidah: Merah muda pucat
Perdarahan (-)
Abses (+) ukuran: Normal
Orofaring atau rongga mulut: Bau mulut: Busuk, Uvula (simetris)
Benda asing: Tidak ada
Tonsil: 4
Mallapati: 1
h. Leher
Bentuk leher: Simetris
Peradangan (+)
Jaringan parut ()
Perubahan warna (-)
Massa (-)
Pembesaraan kelenjar tiroid (+)
Pembesaran vena jugularis (-)
Pembesaran kelenjar limfe (-)
Posisi trakea: Simetris
Mobilitas leher: Ekstensi(+), Fleksi(+), Menggukan collar(), Leher pendek (tidak)
Vena jugularis:
Jarak thyromentalis
i. Payudara dan Ketiak
Bentuk (simetris)
Pembengkakan (-)
Kulit payudara: normal
Lesi (-)
Areola: perubahan warna (-)
Putting: cairan yang keluar (-)
Ulkus (-)
Pembengkakan (-)
Nyeri tekan (-)
Kekenyalan (normal)
Benjolan massa (-)
j. Thorak
Paru-paru
Inspeksi: Irama napas teratur, pengembangan paru kiri dan kanan sama, tidak
ada barel chest, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada lesi maupun jejas
Palpasi: Takil fremitus raba kanan dan kiri sama, nyeri tekan
Perkusi: Suara perkusi paru sonor.
Auskultasi: Tidak terdengar suara tambahan
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi: Ictus cordis kuat angkat

Perkusi: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular


k. Abdomen
Inspeksi : ada distensi abdomen

Auskultasi : bising usus 6x/menit

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada pinggang kanan

Perkusi : kuadran 1-4 timpan


l. Tulang Belakang
Kyopisis (-)
Scolisosis (-)
Lordosis (-)
Pelukaan (-)
Infeksi (-)
Mobilitas (+)
Fibrosis (-)
HNP (-)
m. Genetelia
Pria
Rambut pubis (normal)
Lesi (-)
Benjolan (-)
Penyumbatan lubang uretra (-)
Hipospadia (-)
Epispadia (-)
Terpasang kateter (-)
Penis: nyeri tekan (-), benjolan (-), cairan: -
Scrotum dan testis: benjolan(-), nyeri tekan(-), kelainan (tidak ada)
Hidrochele (-)
Scrotal Hernia (-)
Spermatochele (-)
Epididimal Mass/ Nodularyti (-)
Epididimitis (-)
Torsi pada saluran sperma (-)
Tumor testicular (-)
Inguinal hernia (-)
Femoral hernia (-)
Pembengkakan (-)
n. Anus
Atresia ani (-)
Tumor (-)
Haemorroid (-)
Perdarahan (-)
Perineum: jahitan(-), benjolan(-)
Nyeri tekan pada daerah anus (-)
Pemeriksaan Rectal Toucher: normal
o. Ekstermitas
Atas
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris)
Deformitas (-)
Fraktur (-)
Terpasang gips (-)
Traksi (-)
Atropi otot (-)
IV line: terpasang di: kanan, ukuran abocatch , tetesan 20 tpm
ROM: normal
CRT: normal
Edema: 1
Kekuatan otot: 5
Bawah
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris)
Deformitas (-)
Fraktur (-)
Terpasang gips (-)
Traksi (-)
Atropi otot (-)
IV line: terpasang di: -, ukuran abocatch -, tetesan -
ROM: normal
CRT: normal
Edema: 1
Kekuatan otot: 5

3. Pemeriksaan Neurologis
a. Memeriksan Tanda-Tanda Rangsangan Otak
Peningkatan suhu tubuh (-)
Nyeri kepala (-)
Kaku kudu (-)
Mual muntah (-)
Riwayat kejang (-)
Penurunan tingkat kesadaran (-)
Riwayat pingsan (-)
b. Memeriksan Nervus Cranialis
Nervus I (Olfaktorius): normal
Nervus II (Opticus): normal
Nervus III (Ocumulatoris): normal
Nervus IV (Thorclearis): normal
Nervus V ( Thrigeminus)
- Cabang Optalmicus: normal
- Cabang Maxilaris: normal
- Cabang Mandibularis: normal

Nervus VI (Abdusen): normal


Nervus VII (Facialis): normal
Nervus VIII (Auditorius): normal
Nervus IX (Glosopharingeal): normal
Nervus X (Vagus): normal
Nervus XI (Accessoriua): normal
Normal XII (Hypoglosal): normal
c. Memeriksa Fungsi Sensorik
Kepekaan saraf perifer: benda tumpul (+), benda tajam (+), menguji sensasi
panas/dingin (+), kapas halus (+)
d. Memeriksa Reflek Kedalaman Tendon
1) Reflek fisiologi
- Refelek bisep (+)
- Reflek trisep (+)
- Reflek brachiradialis (+)
- Reflek patella (+)
- Reflek achiales (+)

2) Patologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstermitas pada kasus-kasus tertentu
- Reflek Babinski (+)
- Refelek chaddok (+)
- Reflek schaeffer (+)
- Reflek Oppenheim (+)
- Reflek Gordon (+)
B. Data Penunjang Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Desember 2021
Jam : 09:40 WIB

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Darah Rutin :
Hemoglobin 15.0 g/dL 14 – 18
Lekosit 5970 sel/uL 4000 – 10000
Trombosit 213000 sel/uL 150000 – 400000
Hematokrit 45.0 % 40 – 48
Hitung Jenis (DIFF) :
- Basophil% 2.5 % 0–1
- Eoshofil% 3.0 % 1–3
- Neutrofil% 60.6 % 50 – 70
- Limfosit% 30.2 % 20 – 40
- Monosit% 3.7 % 2–8
KOAGULASI
Waktu Pembekuan 14 Menit 10 – 15
(CT)
Waktu Pendarahan 4 Menit 1–6
(BT)
IMUNO-SEROLOGI 2
HBsAg Kualitatif Non Reaktif Npn Reaktif
KIMIA KLINIK 1
Glukosa Sewaktu 109 mg/dL < 180
Ureum 19.6 mg/dL 10.7 – 42.8
Creatinin 0.59 mg/dL <= 1.2
SGOT 24 U/L 20 – 40
SGPT 20 U/L 10 – 40

2. Pemeriksaan Radiologi
Tonsil platina membesar dan hiperemis bilateral. Terdapat perubahan
edematous densitas rendah dalam ruang mukosa parafaring, yang menyebabkan
penyempitan riang saluran napas orofaringeal atas, dan asimetri hipofaring,
terutama di sebelah kiri dengan asimetri fossa piriformis. Tidak ada pembentukan
abses yang nyata. Ruang retropharyngeal. Sejumlah pembesaran, mungkin reaktif
tingkat 2 kelenjar getah bening dalam hadir secara bilateral di samping kelenjar
tingkat 4 yang lebih kecil tersebar secara bilateral. Penampilan normal dari kelenjar
parotis, dan pembeluh darah utama.

3. Pemeriksaan Lainnya

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Raapid Test Antigen
NEGATIVE NEGATIVE
SARS-COV-2

C. Terapi Saat Ini: Propofol 120 mg, Roculax 20 mg, Miloz 3 mg, As. Tramex 1 gr, Vit K
2 mg, Keto 30 mg, Tramadol 100 mg, dexamet 10 mg, ondan 4 mg
D. Kesimpulan Status Fisik (ASA): ASA I
E. Pertimbangan Anestesi
1. Faktor Penyulit : Tidak Ada
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Teknik Anestesi : GETA

F. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi


1. Persiapan Alat
- Persiapan alat general anestesi dengan teknik intubasi Endotracheal Tube
(ETT), alat yang dipersiapkan: Laringoscope, stetoscope, ETT ukuran 7.0 dan
7.5, OPA, Plester, Introducer, Connector, Suction, Spuit, Jelly, obat-obat
premedikasi dan induksi
- Persiapan bedside monitor yaitu tekanan darah, pulse oxymetri
- Siapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
2. Persiapan obat
a. Obat Premedikasi : Tramadol 100 mg
b. Obat Induksi : Propofol 120 mg
c. Obat Pelumpuh Otot : Roculax 20 mg
d. Obat Analgetik : Ketorolac 30 mg, Tramex 100 mg
e. Obat 5HT – antagonis : Tidak Ada
f. Obat anti perdarahan : Ondancentron 4 mg
g. Obat emergency : Tidak Ada
h. Cairan infuse :
- Kristloid : RL 500 ml
- Koloid : Tidak Ada
- Darah : Tidak Ada
3. Persiapan Pasien
Pasien tiba di IBS pukul 16.00 dilakukan serah terima pasien dengan petugas
ruangan, memeriksa status pasien termasuk informed consent, dan obat-obatan
yang telah diberikan diruang perawatan. TTV pasien sbb TD: 112/78 mmHg; N:
98x/mnt; SpO2: 99%; RR: 20x/mnt, S: 36,5ᵒC. Pasien mengatakan takut dan cemas
menjalani operasi serta baru pertama kali operasi.
4. Penatalaksanaan Anestesi
Persiapan klien di Ruang Penerimaan
1). Mengecek kelengkapan status klien
2). Klien telah puasa sejak pukul 22.00 WIB
3). Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS, dari pasien
mengatakan takut dan cemas menjalani operasi.
4). Klien sudah terpasang infus line pada tangan kanan infus lancar
5). Klien telah memakai baju operasi.
6). Memposisikan klien.
G. Kebutuhan Cairan Maintanance
Maintanance menggunakan:
-
O2 : 5 lt/mnt, N2O: 3 lt/mnt dengan 2%Vol
-
Balance cairan:
 Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x BB = 2 x 62 = 124 cc
 Pengganti Puasa (PP) = M x lama puasa = 124 x 6 = 744 cc
 Stress operasi (SO) = 8 x BB = 8 x 62 = 496 cc
 Kebutuhan Cairan =
Jam I: M + ½ PP + SO = 124 + ½ 744 + 496 = 992 cc
Jam II: M + ¼ PP + SO = 124 + 1/3 744 + 496 = 868 cc
Jam III: M + ¼ PP + SO = 124 + ¼ 744 + 496 = 806 cc
Jam IV: M + SO = 124 + 496 = 620 cc
H. Analisis Data
N Data Masalah Etiologi
O
PRE ANESTESI
1 DS: Nyeri akut Berhubungan dengan
Pasien meengatakan nyeri saat trauma jaringan dan
menelan spasme otot refleks
P: Karena ada pembengkakan di
tonsil
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Daerah tenggorokan
S: Skala 5
T: Ilang timbul

DO:
TD: 124/72 mmHg
N: 80x/ menit
RR: 20x/ menit
Skala nyeri 5
Pasien terlihat menahan sakit
2 DS: Ansietas Invasive Procedure
- Pasien mengatakan takut
untuk menjalani operasi
- Pasien mengatakan baru
pertama kali dilakukan
operasi

DO:
TD: 124/72 mmHg
N: 80x/ menit
RR: 20x/ menit
Pasien terlihat ketakutan
Pasien terlihat cemas
INTRA ANESTESI

POST ANESTESI
1 DS: Nyeri akut Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri dan pembedahan
susah saat menelan
- Pasien mengatakan skala
nyeri 3
P: Karena telah melakukan
operasi
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Daerah tenggorokan
S: Skala 3
T: Ilang timbul
DO:
TD: 129/81 mmHg
N: 87x/ menit
RR: 20x/ menit
SpO2: 99%
Kesadaran: alert
Pasien terlihat kesusahan
berbicara
2 DS: Ketidakseimbangan Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan kesulitan nutrisi kurang dari penurunan asupan oral,
mengkonsumsi makanan kebutuhan tubuh ketidaknyamanan pada
padat mulut akibat:
- Pasien mengatakan susa tonsilektomi
bicara dan buka membuka
mulut

DO:
- Pasien terlihat susah menelan
- Melakukan diit makanan
tekstur padat
- Pasien terlihat susah bicara
dan buka mulut
- Pasien telihat memakan bubur

II. Problem ( Masalah)


A. Preanestei
1. Prioritas tinggi (mengancam nyawa):
2. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan): Nyeri akut
3. Prioritas rendah (situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik): Ansietas
B. Intraanestesi
1. Prioritas tinggi (mengancam nyawa):
2. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan):
3. Prioritas rendah (situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik):
C. Pascaanestesi
1. Prioritas tinggi (mengancam nyawa):
2. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan): Nyeri akut
3. Prioritas rendah (situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik): Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
D. Rencana Intervensi Kepenataan Anestesi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


PRE ANESTESI
1 Nyeri akut NOC NIC a. Orang yang siap
Setelah dilakukan O : Kaji tingkat untuk prosedur
tindakan nyeri termasuk menyakitkan dengan
keperawatan selama PQRST dan penjelasan
1 x 15 menit Observasi TTV (Lynda,2013)
diharapkan masalah
Nyeri akut di pre T : Ajarkan b.Membantu
anestesi teknik relaksasi keluarga dan pasien
Teratasi/berkurang nafas dalam memahami nyeri
dengan (Mc. Caffery,2004)
kriteria hasil : E : Ajarkan
a. Menunjukkan pasien tentang c.Penggunaan
penurunan skala apa penyebab tindakan Pereda
nyeri ke skala nyeri nyeri nyeri non-invasif
dari 7 menjadi 5 (Cepeda,2006)
b. Menyatakan rasa
nyaman setelah d. Pemberian obat
nyeri berkurang Pereda nyeri untuk
menghasilkan
euphoria (Pasero,
Mc.Caffery,2011)
2 Ansietas NOC NIC a. Strategi
Setelah dilakukan O: Kaji tingkat keperawatan akan
tindakan kecemasan berbeda tergantung
keperawatan selama (ringan, sedang, tingkat cemas
1 x 15 menit berat) (Tarsitano,1992)
diharapkan masalah
Ansietas pada pre- T: Ajarkan b. Teknik relaksasi
anestesi pasien relaksasi nafas dalam dapat
Teratasi/berkurang nafas dalam membantu
dengan kriteria hasil mengurangi cemas
: E: Edukasi (Vacrolis,2011)
a. Pasien dapat pasien bahwa
menjelaskan operasi akan c. Teknik terapi
ansietas dan pola berjalan dengan nafas dalam
kopingnya lancer karena mengelola stress dan
b. pasien dapat dilakukan oleh cemas
menggunakan tenaga medis (Yilmaz,2003)
mekanisme koping yang
yang efektif berkompetensi, d. Harapan yang
dan selalu tidak realistis akan
berdoa mempertinggi
ekspektasi dan
kecemasan
(Lynda,2013)
INTRA ANESTESI

POST ANESTESI
1 Nyeri akut NOC NIC a. Orang yang siap
Setelah dilakukan O: Kaji tingkat untuk prosedur
tindakan nyeri pasien menyakitkan dengan
keperawatan selama dengan penjelasan
1 x 15 menit pengkajian (Lynda,2013)
diharapkan masalah PQRST
Nyeri akut di post b.Membantu
anestesi T: Ajarkan keluarga dan pasien
Teratasi/berkurang teknik relaksasi memahami nyeri
dengan nafas dalam (Mc. Caffery,2004)
kriteria hasil :
a. Menunjukkan E: Edukasi c.Penggunaan
penurunan skala pasien tentang tindakan Pereda
nyeri ke skala nyeri apa penyebab nyeri non-invasif
dari 5 menejadi 3 nyri (Cepeda,2006)
b. Pasien dapat
beristirahat dengan d. Pemberian obat
tenang Pereda nyeri untuk
menghasilkan
euphoria (Pasero,
Mc.Caffery,2011)
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC - Membantu dalm
nutrisi kurang dari tindakan O: Kaji adanya identifikasi
kebutuhan tubuh keperawatan selama alergi makanan malnutrisi
1 x 15 menit protein –kalori,
diharapkan masalah T: Ciptakan khususnya bila
Ketidakseimbangan suasana yang berat badan
nutrisi di post menyenangkan kurang dari
anestesi Teratasi dan santai untuk normal
kriteria hasil : makan - Untuk
a. Tidak adanya memudahkan
tanda-tanda E: Edukasi proses makan
malnutrisi pasien untuk - Untuk
b. Tidak terjadi melakukan diit meningkatkan
penurunan padat selama 7 nafsu makan
berat badan hari kedepan - Membuat waktu
yang berarti makan lebih
menyenangkan,
yang dapat
meningkatkan
nafsu makan

E. Impelementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Waktu Keperawatan
Pre Operasi
21 Nyeri Akut a. Mengkaji tingkat nyeri 11.15
Desember pasien dengan pengkajian S :
2021 PQRST. Pasien mengatakan nyeri
11.00 b. Mengajarkan teknik saat menelan
relaksasi nafas dalam.
c. Mengedukasi pasien Pengkajian Nyeri :
tentang apa penyebab P : Karena pembengkakan di
nyeri. tonsil
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Daerah tenggorokan
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul

O:
- TD : 124 / 72 mmHg
- N : 80x / menit
- RR : 20x / menit
- Skala nyeri 7 menjadi 5
- Pasien terlihat menahan
nyeri
- Pasien bisa melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam

A:
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan Intervensi

21 Ansietas a. Mengkaji tingkat 11.45


Desember kecemasan (ringan, S :
2021 sedang, berat). - Pasien mengatakan takut
11.30 b. Mengajarkan pasien untuk menjalani operasi
relaksasi nafas dalam. - Pasien mnegatakan baru
c. Mengedukasi pasien pertama kali menjalani
bahwa operasi akan operasi
berjalan lancar karena
dilakukan oleh tenaga O :
medis yang berkompeten, - TD : 124 / 72 mmHg
dan selalu berdoa. - N : 80x / menit
- RR : 20x / menit
- Pasien terlihat sudah tidak
ketakutan lagi
- Pasien terlihat sudah tidak
cemas lagi

A:
Masalah ansietas teratasi

P:
Hentikan Intervensi

Post Operasi
23 Nyeri Akut a. Mengkaji tingkat nyeri 14.45
Desember pasien dengan pengkajian S :
2021 PQRST. Pasien mengatakan nyeri
14.30 b. Mengajarkan teknik saat menelan
relaksasi nafas dalam.
c. Mengedukasi pasien Pengkajian Nyeri :
tentang apa penyebab P : Karena telah melakukan
nyeri. operasi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Daerah tenggorokan
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul

O:
- TD : 129 / 81 mmHg
- N : 87x / menit
- RR : 20x / menit
- SpO2 : 99%
- Kesadaran : Alert
- Skala Nyeri 5 menjadi 3
- Pasien terlihat kesusahan
berbicara
- Pasien bisa melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam

A:
Masalah nyeri akut teratasi
sebagian

P:
Hentikan Intervensi

23 Nutrisi Kurang a. Mengkaji adanya alergi 15.15


Desember dari Kebutuhan makanan. S:
2021 b. Menciptakan suasana - Pasien mengatakan
15.00 yang menyenangkan dan kesulitan mengkonsumsi
santai untuk makan. makanan padat
c. Mengedukasi pasien - Pasien mengatakan susah
untuk melakukakn diit bicara dan membuka
padat selama 7 hari mulut
kedepan
O:
- Pasien tidak mempunyai
elergi makanan
- Pasien terlihat susah
menelan
- Melakukan diit makanan
tekstur padat
- Pasien terlihat susah
bicara dan membuka
mulut

A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi sebagian

P:
Lanjutkan Intervensi secara
mandiri

Anda mungkin juga menyukai