Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SIRKUMSISI

DOSEN PENGAMPU :

PAULINUS DENY K. S.Kep. Ns. M.Kep

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK : IVA 15.1

1. SRI BETSEBA SEPTI EDA LEDI (20130074)

2. CINDI DELIVIA DEMNY (18130088)

3. RISKA PERMATA SARI (18130089)

4. KRISANTI AMBU BORA 18130090)

5. MARIA REGINA TETING (18130096)

6. FRANSISKA MAHUSE (18130097)

7. MARIA KRISANTI OKOSERAY (18130103)

8. MARTINA YASINTA RAHAWARIN (20130013

9. ARIYA DHAMAYANTI (20130014)

10. ELFISON MARKUS ELIMANAFE (20170023)

11. HERDIYONO (20130015)


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan
Keperawatan anak pada Klien dengan Sirkumsisi “ dengan tepat waktu. Penulisan makalah
ini bertujuan, untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak, selain itu penulisan
makalah ini juga beretujuan untuk menambah pengetahuan kami sebagai kelompok dan
khususnya bagi kami yang merupakan mahasiswa keperawatan. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, dan
semoga segala bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan akan mendapat balasan dari
Allah SWT, amin.

Tentunya dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan , kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalm karya-karya kami
kedepan. Dengan adanya penulisan makalah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Sirkumsisi ini kami berharap dapat bermanfaat bagi kelompok, pembaca dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya.

Yogyakarta, 24 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…………

KATA PENGANTAR…………………………………………………..……………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

1.1. Latar belakang………………………………………………...……………

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….

1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………….

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………

2,1. Definisi………………………………………………………..…………..

2.2. Etiologi……………………………………………………………...………..

2.3. Tujuan Sirkumsisi…………………………………………………………….

2.4. Indikasi Sirkumsisi…………………………………………………………….

2.5. KontraIndikasi Sirkumsisi……………………………………………………..

2.6. Komplikasi………………………………………………………………….

2.5. Intervensi Medis………………………………………………………………

BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………………

3.1 Pengkajian …………………………………………………………………

3.2. Analisa data……………………………………………………………


3.4. Diagnosis keperawatan ……………………………………………………

3.4. Intervensi ……………………………………………………………………

3.5. Implementasi…………………………………………………………………

3.6, Evaluasi………………………………………………………………………

KESIMPULAN……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sunat /sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-
gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Menurut literatur
AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukansunat pada anaknya terutama
disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi,
survey tahun 2001 menunjukkan bahwa23,5% orang tua melakukannya dengan alasan
kesehatan. Beberapa para ahli mengatakan sunat bermanfaat bagi kesehatan namun hal ini
hanya berlaku jika pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan
kelamin.

Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere
(berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum
dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan sirkumsisi
dan tinjauan kasus

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Sirkumsisi
b. Untuk mengetahui Etiologi Sirkumsisi
c. Untuk mengetahui Tujuan Sirkumsisi
d. Untuk mengetahui Indikasi Sirkumsi
e. Untuk mengetahui KontraIndikasi Sirkumsisi
f. Untuk mengetahui Intervensi Medis Sirkumsisi
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Sirkumsisi adalah tindakan operatif yang ditujukan untuk mengangkat sebagian,


maupun seluruh bagian, dari kulup atau prepusium dari penis. Sirkumsisi termasuk dalam
prosedur bedah minor. Prosedur ini merupakan yang paling umum dilakukan di dunia (WHO,
2010). Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering
menyebutnya sunat (Purnomo, 2011)

Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere


(berarti “memotong”. Sirkumsisi (circu memotong cicion) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan
dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang
dinamakan frenektomi.

Kulit kulup (prepusium) adalah lapisan luar/lipatan kulit yang menyelubungiglans


penis. Prepusium menempel pada glans penis di sisi ventral frenulum.
Sebuah pembuluh darah kecil membentang di frenulum. Selama perkembangan intrauteri,
epitelium prepusium dalam memulai memisah dari epitelium glans. Kendati retraksi
prepusium minimal saat lahir, pemisahan fisiologis normal
ini berlanjut hingga sepanjang masa kanak-kanak. Muara puncak prepusium adalah cincin
prepusium.
Korona adalah bagian atas glans. Sulkus korona adalah batas antara glans
& badan penis. Eksisi prepusium yang tepat adalah sejajar sulkus korona. Muara (meatus)
uretra dalam kondisi normal terletak pada puncak tengah glans. Apabila meatus uretra berada
pada bidang vertical/dorsal, kondisi ini disebut hipospadia & sirkumsisi tidak boleh
dilakukan.

B. ETIOLOGI

a. Akibat adanya infeksi di preputium dan glands penis, higiens yang kurang
b. Preputium tidak bisa ditarik ke proksimal
c. Fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan

C. TUJUAN SIRKUMSISI

Sirkumsisi bertujuan untuk mencegah timbulnya penumpukan smegma pada penis.


Smegma adalah waxy material yang disekresikan oleh kelenjarkelenjar prepusium yang
terdapat di sepanjang kulit dan mukosa prepusium. Prepusium adalah lipatan kulit yang
menutupi ujung penis. Prepusium melekat di sekitar corona radiata hingga menutup bagian
glans (Hosseinzadeh et al, 2013). Apabila higienitas di daerah prepusium tidak dijaga dengan
baik, akan terjadi akumulasi dari smegma di prepusium. Bakteri akan dengan mudah
berkembang di area tersebut. Hal ini mengakibatkan inflamasi dan infeksi menjadi sering
terjadi pada daerah prepusium. Oleh karena itu dengan dihilangkannya bagian prepusium
dengan cara sirkumsisi akan mengurangi akumulasi smegma di daerah glans. Oleh karena itu
tujuan dari sirkumsisi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi maupun inflamasi
(Hosseinzadeh et al, 2013).

D. INDIKASI SIRKUMSISI

Sirkumsisi biasa dilakukan dengan tujuan tertentu. Selain untuk menjaga kebersihan
penis, sirkumsisi memiliki banyak manfaat lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa indikasi
dilakukannya sirkumsisi, antara lain:
1. Manfaat Agama
Dari segi agama, beberapa agama seperti Agama Islam dan Yahudi
mewajibkan laki-laki untuk melakukan sirkumsisi. Dalam agama Islam, sirkumsisi
dilakukan berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan,
mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis, dan
memotong kuku” (HR Bukhari 6 Muslim). Sedangkan dalam agama Yahudi, khitan
dilaksanakan sebagai bentuk perjanjian atas perintah Allah SWT.
Sirkumsisi secara tradisional dilakukan pada bayi laki-laki yang berusia 8 hari.
Hal ini dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi medis. Agama Buddha memiliki
pandangan sirkumsisi dalam suatu perkawinan merupakan bagian tubuh penghasil
keturunan, sehingga bagian tersebut disucikan dari kekafiran dengan percurahan darah
sebagai lambang kematian. Walaupun terdapat perbedaan tujuan dari sirkumsisi pada
beberapa agama, tetapi sirkumsisi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyucikan
diri (World Health Organization, 2010).

2. Manfaat Medis
Dengan dilakukannya pemotongan dari prepusium penis, sirkumsisi tidak
hanya bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi karena akumulasi
smegma. Sirkumsisi memiliki manfaat salah satunya adalah sebagai terapi dari
beberapa penyakit. Contoh penyakit yang dapat diatasi dengan dilakukannya
sirkumsisi yakni fimosis, parafimosis, kondiloma akuminata (Syamsir, 2014).
Menurut Leslie (2018), sirkumsisi merupakan salah satu terapi untuk zipper
injury. Zipper injury adalah trauma pada penis yang disebabkan oleh karena
terjepitnya prepusium saat melakukan penutupan ritsleting. Cedera ini dapat terjadi
pada dewasa yang mengalami demensia maupun anak-anak yang teralihkan
perhatiannya.
Selain manfaat terapi, sirkumsisi juga merupakan langkah preventif dari
beberapa penyakit. Khitan diketahui dapat mencegah terjadinya akumulasi smegma
yang memiliki keterkaitan dengan angka kejadian tumor ganas penis. Tumor ganas
pada penis yang paling banyak yaitu jenis squamous cell carcinoma (Syamsir, 2014).

E. KONTRAINDIKASI SIRKUMSISI
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada kondisi medis tertentu. Beberapa kondisi dapat
menjadikan sirkumsisi tidak dapat dilakukan, atau perlu ditunda terlebih dahulu. Kondisi ini
disebut kontraindikasi sirkumsisi. Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi kontraindikasi
absolut dan kontraindikasi relatif (Syamsir, 2014).

1. Kontraindikasi Absolut

Kontraindikasi absolut sirkumsisi antara lain hipospadia dan epispadia.


Hipospadia adalah keadaan dimana lubang penis berada di bawah penis. Sedangkan
epispadia adalah keadaan dimana lubang penis berada di bagian atas penis (Patricia,
2016). Menurut Syamsir (2014), bayi prematur, kelainan bentuk penis atau kulit
penis, mikropenis, ambigus genitalia juga merupakan kontraindikasi sirkumsisi.
Mikropenis adalah ukuran penis yang terlalu kecil. Sedangkan ambigus genitalia
adalah kelainan pada bentuk genitalia eksterna atau fenotip yang tidak jelas laki-laki
atau perempuan.

2. Kontraindikasi Relatif

Sedangkan yang termasuk kontraindikasi relatif sirkumsisi yakni pasien


dengan diabetes mellitus. Diabetes mellitus menjadi kontraindikasi relatif karena akan
mempermudah terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan (Syamsir, 2014).
Infeksi lokal pada penis maupun sekitarnya dan infeksi umum juga dapat menjadi
kontraindikasi relatif sirkumsisi (Mulia & Adiputra, 2013). Menurut Syamsir (2014),
bleeding diathesis adalah salah satu kontraindikasi relatif dilakukannya sirkumsisi.
Bleeding diathesis adalah kecenderungan terjadinya 9 perdarahan atau koagulopati.
Gangguan pembekuan dan perdarahan bukan kontraindikasi mutlak dilakukannya
sirkumsisi. Sirkumsisi masih dapat dilakukan setelah konsultasi dengan dokter
spesialis anak ahli hematologi.

F. KOMPLIKASI

1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Pemotongan Kulit
4. Fimosis.
5. Trauma Penis
6. Metal Stenosis
7. Jembatan Kulit (Skin Bridge)
8. Komplikasi Anestesi
9. Mortalitas

G. INTERVENSI MEDIS

1. Setelah fisik dan mental dipersiapkan,


2. Informed consent didapat dari penderita atau keluarganya
3. Disiapkan alat-alat :
 Sarung tangan steril 2 pasang
 Kasa steril
 Disinfektan, seperti povidone iodine
 Klem untuk disinfeksi
 Doek lubang steril
 Spuit 2.5 atau 5 cc steril
 Lidokain untuk anestesi infiltrasi
 2 atau 3 klem lurus
 atau klem arteri kecil
 Gunting jaringan
 Gunting benang
 Benang bedah yang cepat diserap, misalnya plain catgut 3/0 dengan jarum
jahit a-traumatic cutting
 Needle holder
 Pinset

4. Persiapan

 Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi

 Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril


 Lakukan anestesi blok atau infiltrasi subkutan dimulai dari pangkal penis
melingkar.

 Tunggu 3 – 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan


mencubitkan pinset

 Lepaskan perlengketan preputium dengan glans.

 Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal
dengan 2 klem lurus(pada jam 11, 1 ). Klem ketiga dipasang pada garis
tengah ventral (jam 6).

 Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) sampai
kira-kira ½ sentimeter dari sulkus koronarius (dorsumsisi).

 Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong dari frenulum ke arah
jam 12

 Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang disiapkan,
atau di cauterisasi.

BAB 3
TNJAUN KASUS

Anda mungkin juga menyukai