DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH:
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan
Keperawatan anak pada Klien dengan Sirkumsisi “ dengan tepat waktu. Penulisan makalah
ini bertujuan, untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak, selain itu penulisan
makalah ini juga beretujuan untuk menambah pengetahuan kami sebagai kelompok dan
khususnya bagi kami yang merupakan mahasiswa keperawatan. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, dan
semoga segala bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan akan mendapat balasan dari
Allah SWT, amin.
Tentunya dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan , kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalm karya-karya kami
kedepan. Dengan adanya penulisan makalah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Sirkumsisi ini kami berharap dapat bermanfaat bagi kelompok, pembaca dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…………
KATA PENGANTAR…………………………………………………..……………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
2,1. Definisi………………………………………………………..…………..
2.2. Etiologi……………………………………………………………...………..
2.6. Komplikasi………………………………………………………………….
3.5. Implementasi…………………………………………………………………
3.6, Evaluasi………………………………………………………………………
KESIMPULAN……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sunat /sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-
gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Menurut literatur
AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukansunat pada anaknya terutama
disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi,
survey tahun 2001 menunjukkan bahwa23,5% orang tua melakukannya dengan alasan
kesehatan. Beberapa para ahli mengatakan sunat bermanfaat bagi kesehatan namun hal ini
hanya berlaku jika pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan
kelamin.
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere
(berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum
dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan sirkumsisi
dan tinjauan kasus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Sirkumsisi
b. Untuk mengetahui Etiologi Sirkumsisi
c. Untuk mengetahui Tujuan Sirkumsisi
d. Untuk mengetahui Indikasi Sirkumsi
e. Untuk mengetahui KontraIndikasi Sirkumsisi
f. Untuk mengetahui Intervensi Medis Sirkumsisi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
a. Akibat adanya infeksi di preputium dan glands penis, higiens yang kurang
b. Preputium tidak bisa ditarik ke proksimal
c. Fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan
C. TUJUAN SIRKUMSISI
D. INDIKASI SIRKUMSISI
Sirkumsisi biasa dilakukan dengan tujuan tertentu. Selain untuk menjaga kebersihan
penis, sirkumsisi memiliki banyak manfaat lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa indikasi
dilakukannya sirkumsisi, antara lain:
1. Manfaat Agama
Dari segi agama, beberapa agama seperti Agama Islam dan Yahudi
mewajibkan laki-laki untuk melakukan sirkumsisi. Dalam agama Islam, sirkumsisi
dilakukan berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan,
mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis, dan
memotong kuku” (HR Bukhari 6 Muslim). Sedangkan dalam agama Yahudi, khitan
dilaksanakan sebagai bentuk perjanjian atas perintah Allah SWT.
Sirkumsisi secara tradisional dilakukan pada bayi laki-laki yang berusia 8 hari.
Hal ini dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi medis. Agama Buddha memiliki
pandangan sirkumsisi dalam suatu perkawinan merupakan bagian tubuh penghasil
keturunan, sehingga bagian tersebut disucikan dari kekafiran dengan percurahan darah
sebagai lambang kematian. Walaupun terdapat perbedaan tujuan dari sirkumsisi pada
beberapa agama, tetapi sirkumsisi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyucikan
diri (World Health Organization, 2010).
2. Manfaat Medis
Dengan dilakukannya pemotongan dari prepusium penis, sirkumsisi tidak
hanya bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi karena akumulasi
smegma. Sirkumsisi memiliki manfaat salah satunya adalah sebagai terapi dari
beberapa penyakit. Contoh penyakit yang dapat diatasi dengan dilakukannya
sirkumsisi yakni fimosis, parafimosis, kondiloma akuminata (Syamsir, 2014).
Menurut Leslie (2018), sirkumsisi merupakan salah satu terapi untuk zipper
injury. Zipper injury adalah trauma pada penis yang disebabkan oleh karena
terjepitnya prepusium saat melakukan penutupan ritsleting. Cedera ini dapat terjadi
pada dewasa yang mengalami demensia maupun anak-anak yang teralihkan
perhatiannya.
Selain manfaat terapi, sirkumsisi juga merupakan langkah preventif dari
beberapa penyakit. Khitan diketahui dapat mencegah terjadinya akumulasi smegma
yang memiliki keterkaitan dengan angka kejadian tumor ganas penis. Tumor ganas
pada penis yang paling banyak yaitu jenis squamous cell carcinoma (Syamsir, 2014).
E. KONTRAINDIKASI SIRKUMSISI
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada kondisi medis tertentu. Beberapa kondisi dapat
menjadikan sirkumsisi tidak dapat dilakukan, atau perlu ditunda terlebih dahulu. Kondisi ini
disebut kontraindikasi sirkumsisi. Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi kontraindikasi
absolut dan kontraindikasi relatif (Syamsir, 2014).
1. Kontraindikasi Absolut
2. Kontraindikasi Relatif
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Pemotongan Kulit
4. Fimosis.
5. Trauma Penis
6. Metal Stenosis
7. Jembatan Kulit (Skin Bridge)
8. Komplikasi Anestesi
9. Mortalitas
G. INTERVENSI MEDIS
4. Persiapan
Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal
dengan 2 klem lurus(pada jam 11, 1 ). Klem ketiga dipasang pada garis
tengah ventral (jam 6).
Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) sampai
kira-kira ½ sentimeter dari sulkus koronarius (dorsumsisi).
Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong dari frenulum ke arah
jam 12
Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang disiapkan,
atau di cauterisasi.
BAB 3
TNJAUN KASUS