OPERASI MASTEKTOMI
HALAMAN JUDUL
Oleh :
Ignatia Novianti Tantri
1202006080
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya tinjauan pustaka yang berjudul Tatalaksana Anestesi
dan Reanimasi pada Operasi Mastektomi ini dapat selesai tepat waktu.
Tinjauan pustaka ini merupakan salah satu tugas dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF/Bagian Anestesiologi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar.
Dalam penyusunan Tinjauan Pustaka ini penulis banyak memperoleh
bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. dr. I Ketut Sinardja, Sp.An, KIC selaku Kepala Bagian SMF Ilmu
Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
2. Dr.dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi, SpAn, selaku pembimbing atas
segala bimbingan dan masukan beliau,
3. Residen serta rekan-rekan dokter muda yang bertugas di bagian
Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar yang
telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tinjauan pustaka ini,
4. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, yang dengan tulus
telah bersedia memberikan bantuan dan masukan.
Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tinjauan
pustaka ini. Semoga tinjauan pustaka ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Klinis Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ..................................... 3
Tabel 2.2 Konsekuensi Fisiologis terhadap Nyeri .................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai axis karena merupakan suatu sistem tertutup dengan umpan balik negatif
di dalamnya.3
Axis tersebut membawa manfaat tertentu bagi tubuh yakni dengan
terpoduksinya hormon oleh kelenjar tiroid, adrenal dan gonad. Hormon-hormon
tersebut kemudian disekresikan ke dalam pembuluh darah dan bemanfaat untuk
proteksi dan regenerasi jaringan, aktivitas imun dan kontrol metabolik.3 Oleh
karena itu, untuk dapat memahami lebih dalam pada tulisan ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai mekanisme respon tubuh tehadap nyeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
dan pada beberapa jaringan di dalam tubuh, seperti periosteum, permukaan sendi,
otot rangka dan pulpa gigi.7
a. Transduksi
Transduksi merupakan proses pengubahan stimuli nyeri (noxious stimuli)
menjadi suatu impuls listrik pada ujung-ujung saraf.7 Proses ini diawali
oleh respon nosiseptor perifer terhadap zat kimia, dan stimulasi mekanis
yang berpotensi mengakibatkan trauma. Trauma tersebut kemudian
menghasilkan mediator-medator nyeri perifer sebagai hasil dari respon
humoral dan neural. Prostaglandin beserta ion H+ dan K+ berperan penting
sebagai activator primer nosiseptor perifer serta menginisiasi respon
inflamasi dan sensitisasi perifer yang menyebabkan pembengkakan
jaringan dan nyeri pada lokasi cedera.5
b. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyaluran impuls melalui saraf sensoris
setelah proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut A fiber
dan C fiber sebagai neuron pertama dari perifer ke medulla spinalis.7
Proses tersebut menyalurkan impuls noxious dari nosiseptor primer menuju
ke sel di dorsal horn medulla spinalis.
c. Modulasi
Modulasi adalah proses interaksi antara sistem analgesik endogen dengan
impuls nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Sistem
analgesik endogen meliputi, enkefalin, endorphin, serotonin dan
noradrenalin yang mempunyai efek menekan impuls nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis.7 Konsep modulasi adalah mekanisme supresi
nyeri di dalam dorsal horn medulla spinalis dan pada level yang lebih tinggi
dari batang otak dan otak tengah.
d. Persepsi
Persepsi merupakan hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan
unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang
7
Hume dan Egdahl adalah orang pertama yang mengatakan bahwa impuls
nosiseptif dan stimulus psikis bertanggungjawab atas aktivasi hipotalamus dan
dimulainya respon stres neuroendokrin. Setelah teraktivasi oleh stimulus,
neuron di dalam regio preoptik mensekresi propiomelanocortin, yang akan
menginisiasi keluarnya Adenocorticotropin hormone (ACTH), beta-endorphin,
dan hormon kelenjar hipofisis anterior lainnya. Sekresi ACTH yang
berkelanjutan, melatarbelakangi aktivitas kelenjar adrenokortikal dalam sekresi
hormon kortikosteroid dan mineralokortikoid sebagai respon stres terhadap
kerusakan jaringan.
13
14
DAFTAR PUSTAKA