Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ Otolit dan tiga
pasang kanalis semisirkularis. Otolit terbagi atas sepasang kantong yang disebut
sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu
penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-
sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin
tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin
selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.2
2.5 Patofisiologi
1 Teori overstimulasi
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik
di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda
dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan
proses pengolahan sentral sebagai penyebab. Sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
3 Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistem syaraf
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem syaraf parasimpatis
mulai berperan.
4 Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan
timbulnya gejala vertigo.
5 Teori sinap
Selain teori tersebut diatas, pada vertigo perifer jenis BPPV, keadaan berputar ini
dapat dicetuskan melalui kalsium karbonat yang berasal dari makula pada utrikulus
lepas dan bergerak dalam lumen dari salah satu kanal semisirkular. Kalsium karbonat
sendiri dua kali lipat lebih padat dibandingkan endolimfe, sehingga bergerak sebagai
respon terhadap gravitasi dan pergerakan akseleratif lain. Ketika kalsium karbonat
tersebut bergerak dalam kanal semisirkular, akan terjadi pergerakan endolimfe yang
menstimulasi ampula pada kanal yang terkena, sehingga menyebabkan vertigo.7
1. Teori Cupulolithiasis
Partikel otolit yang terlepas dari makula utrikulus menempel pada permukaan
kupula. Kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat
partikel yang melekat pada kupula (Paul, 2007).
2. Teori Canalithiasis
Partikel otolith bergerak bebas di dalam kanalis semisirkularis. Ketika kepala
dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan
gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel
ini berotasi ke atas sarnpai 90o di sepanjang lengkung kanalis. Hal ini
menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan
kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing.
Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan
pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah
berlawanan. Lesi pada kanalis semisirkularis dapat menginduksi sensasi berputar
(rotatoar) sementara gangguan pada sistem otolit dapat menyebabkan sensasi
linear/ terayun.7
Gejala klinis dari vertigo dapat bervariasi meliputi pusing, rasa berputar,
kepala terasa ringan, mual, keringat dingin, mual muntah, instabilitas, nistagmus,
tinnitus, sakit kepala dan defisit neurologis. Rasa berputar dapat dirasakan sebagai
perputaran vertikal, horizontal, maupun rotasi. Perputaran jenis rotasi biasa terjadi
pada vertigo sentral, serta pada vertigo jenis sentral juga cenderung menimbulkan
rasa berputar yang menetap tidak menghilang dengan perubahan posisi apapun,
sementara untuk vertigo perifer biasanya hanya berlangsung 10-30 detik namun
dengan instensitas yang berat. Pada jenis vertigo perifer, keluhan berputar diinduksi
oleh pergerakan kepala atau perubahan posisi tubuh.8
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala +
Gejala otonom ++
Gangguan pendengaran +
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Sistem vertebrobasiler dan gangguan
Sistem vestibuler (telinga dalam,
Lesi vaskular (otak, batang otak,
saraf perifer)
serebelum)
Vertigo posisional paroksismal jinak
(BPPV), penyakit maniere, neuronitis Iskemik batang otak, vertebrobasiler
Penyebab
vestibuler, labirintis, neuroma insufisiensi, neoplasma, migren basiler
akustik, trauma
Diantaranya :diplopia, parestesi,
Gejala gangguan SSP Tidak ada gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Tabel 2.1 Perbandingan vertigo perifer dengan vertigo sentral
Nistagmus atau pergerakan bola mata secara cepat merupakan salah satu
gejala yang muncul pada vertigo berkaitan dengan salah satu system keseimbangan
tubuh yaitu sistem optik. Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang sifatnya
involunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nistagmus bisa bersifat
fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat
bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata
posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala. Pada vertigo
jenis perifer, nistagmus yang biasanya ditemukan adalah jenis horizontal, sedangkan
pada vertigo sentral nistagmus dapat terjadi pada semua arah dan berotasi tak
menentu.4
2.7 Diagnosis
Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan untuk
membedakan perifer atau sentral meliputi:
1. Karakteristik dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau light headness,
atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)
2. Keparahan
Vertigo dengan tingkat keparahan ringan-sedang biasanya mengarah kepada
vertigo sedangkan vertigo yang dirasakan sangat berat biasanya adalah vertigo
perifer.
3. Onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostik yang signifikan, semakin
lama durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih
besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo
sentral kecuali pada serangan serebrovaskular. Onset vertigo perifer biasanya
berlangsung 10-20 detik.
4. Faktor yang mempengaruhi
Vertigo perifer, terutama vertigo posisional, sangat dipengaruhi pergerakan
kepala ataupun perubahan posisi tubuh secara mendadak. Apabila vertigo
dirasakan tidak membaik dengan metode apapun dan menetap maka
kecenderungan mengarah pada jenis sentral.
5. Gejala penyerta
Gejala penyerta yang dapat muncul adalah mual muntah, ganguan
pendengaran, tinnitus, nistagmus, migren dan sakit kepala, gangguan
pengelihatan, kelemahan, gangguan proprioseptif, perubahan sensoris, ataksia.
Gejala penyerta seperti tinnitus terjadi pada vertigo perifer sedangkan, gejala
neurologis biasanya muncul pada vertigo sentral.
a. Tes Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. Pasien dengan
vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan,
sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan
seringkali tidak dapat berjalan.9
b. Stepping test
Pasien diinstruksikan berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke
depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin
selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.10
c. Tandem gait
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan
menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.11
d. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi lengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
e. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
f. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan
lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
1. Manuver Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horizontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.
Pada vertigo perifer, gejala vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten
2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali. Sementara pada vertigo sentral,
tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila
diulang ulang reaksi tetap seperti semula. Apabila reaksi menetap maka dikatakan
Hallpike positif.
2. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air
dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak
setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan
irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya paresis kanalis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Paresis kanalis adalah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Paresis kanalis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau nervus VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.11
3. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.
Gambar 3. Manuver Hallpike