Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Muhammad Riqo Prasetyo (P07220322018)
2. Musdalimah (P07220322021)
3. Galih Citra Putri (P07220322035)
4. Nur Rahmawati (P07220322044)
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan
sistem reproduksi Ca Cerviks & Payudara” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam
bayangan menuju alam yang terang benderang. Dengan adanya makalah penulisan ini semoga
bisa membantu dalam pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang
khususnya dalam ruang lingkup ilmu termasuk.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna.Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berpikir selamat membaca dan semoga makalah
ini dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
belajar dalam membahas Asuhan Keperawatan pada gangguan sistem reproduksi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Fisiologi dan Patofisiologi dari Sakit Luka.......................................................................................5
B. Nyeri Neuropatis................................................................................................................................6
C. Penelitian Kronis Sakit Luka.............................................................................................................7
D. Variasi dalam Pengalaman Sakit Menurut Luka...............................................................................9
E. Pengajaran Perawatan Diri Pedoman...............................................................................................11
F. Perawatan Obat................................................................................................................................12
G. Perawatan Bukan Obat.....................................................................................................................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................13
Kesimpulan..............................................................................................................................................13
DAFTA PUSTAKA....................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri mendefinisikan nyeri sebagai
“Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dikaitkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Definisi ini menekankan bahwa nyeri melibatkan dua komponen: fisik dan emosional.
World Union of Wound Healing Societies mendefinisikan nyeri yang berhubungan
dengan luka sebagai “gejala atau pengalaman berbahaya yang berhubungan langsung
dengan ulkus kulit terbuka.” Komponen-komponen ini terdapat pada pasien dengan
etiologi nyeri luka yang berbeda, baik nyeri operasi yang berhubungan dengan
pembedahan atau nyeri akibat debridemen dan penggantian balutan yang berhubungan
dengan luka kronis, luka bakar, atau kanker. Misalnya, pasien kanker yang melaporkan
tingkat nyeri dengan intensitas tinggi juga melaporkan tingkat frustrasi dan kelelahan
yang tinggi
Nyeri biasanya dinilai menggunakan skala nyeri, yang bersifat satu dimensi dan
hanya mengukur komponen fisik, yaitu intensitas nyeri. Skala multidimensi, seperti
kuesioner nyeri McGill, yang mengukur komponen fisik dan emosional lebih jarang
digunakan. Oleh karena itu, sering kali dokter atau perawat menafsirkan pengalaman
nyeri pasien sesuai dengan perspektif dan bias pribadinya. Akibatnya, pengalaman nyeri
pasien, terutama dalam kasus nyeri luka kronis, mungkin terpinggirkan, dan rasa sakitnya
mungkin tidak terkontrol dengan baik
Manajemen nyeri memerlukan perawatan medis yang sangat individual dan
terampil, serta kesabaran, kasih sayang, dan komitmen. Ahli manajemen nyeri tidak
tersedia di sebagian besar rangkaian, dan banyak dokter tidak cukup siap untuk
mengembangkan rencana perawatan manajemen nyeri. Dokter memerlukan pedoman
dalam manajemen nyeri luka akut dan kronis. Tujuan bab ini adalah untuk memberikan
pedoman ini. Kita mulai dengan meninjau fisiologi dan patofisiologi nyeri, serta
hubungan nyeri dengan luka akut dan kronis serta penyembuhan luka. Hal ini diikuti
dengan informasi mengenai penilaian dan intervensi untuk mengelola atau mencegah rasa
sakit dan pedoman rujukan dan perawatan mandiri pasien.
B. Tujuan
1. Diskusikan akibat nyeri luka terhadap penyembuhan luka.
2. Gunakan alat/metode yang tervalidasi untuk menilai nyeri luka.
3. Pilih penatalaksanaan nyeri luka yang tepat, termasuk obat-obatan dan nonfarmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
F. Perawatan Obat
Perawatan obat dan perawatan non-obat dapat berhasil mengendalikan dan
mencegah rasa sakit. Jangan khawatir akan “kecanduan” obat pereda nyeri; ini adalah
kejadian yang jarang terjadi kecuali Anda sudah mempunyai masalah dengan
penyalahgunaan narkoba, Obat pereda nyeri dapat diberikan dalam bentuk pil atau cairan,
dalam bentuk suntikan, atau dalam bentuk aplikasi topikal seperti tempelan. JANGAN
segan meminum obat pereda nyeri. Gunakan untuk MENCEGAH rasa sakitnya, bukan
untuk mengejar rasa sakitnya. Ambil tindakan untuk menghilangkan rasa sakit segera
setelah rasa sakit itu muncul. Lebih sulit untuk meredakan rasa sakit begitu rasa sakit itu
mulai muncul. Obat pereda nyeri memerlukan waktu 30 hingga 60 menit untuk mulai
bekerja. Ini tidak akan menghentikan rasa sakit dengan segera, Jadwal pengobatan dapat
mencegah nyeri hebat, Mengonsumsi obat pereda nyeri 30 hingga 60 menit sebelum
prosedur perawatan luka (penggantian balutan atau debridemen) adalah rencana yang
baik. Contoh NSAID seperti aspirin atau ibuprofen digunakan secara rutin untuk
mengatasi keluhan nyeri umum seperti sakit kepala, nyeri otot, atau kram menstruasi, dan
lebih efektif dibandingkan asetaminofen untuk pengobatan kondisi inflamasi seperti
artritis. Mereka juga bermanfaat jika mengikuti prosedur ekstensif
Kesimpulan