Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

V DENGAN GANGGUAN NYERI


DI RUANG KEMUNING BAWAH RSU KABUPATEN TANGERANG

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik Kebutuhan Dasar

Dosen Pengampu : Hj.Ermawati Dalami,S.Kp,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Ahlam Madaniyah (P27901121052) Dwi Candra Asih (P27901121061)


Alifia Framudyta (P27901121053) Elvira Rusilawati (P27901121062)
Ana Dea Oktavia (P27901121055) Evatasari (P27901121063)
Anicah Sovianti (P27901121056) Fadila Ambar Wati (P27901121064)
Anisa Iswara (P27901121057) Gina Revita (P27901121066)
Annis Qurroutu Ain (P27901121058) Heru Wahyudi (P27901121067)
Dalistia Syahden Arifanti (P27901121059) Winda Maulida (P27901121095)
Dewi Shifa Fatihah (P27901121060)

TINGKAT 2 SEMESTER 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMEKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar Kelompok tentang “gangguan nyeri ”
Dalam penyusunan laporan seminar ini mungkin ada sedikit hambatan, Namun kami dapat
menyelesaikan laporan seminar ini dengan baik.

Dengan adanya laporan seminar ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga sebagai penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya.

Semoga laporan seminar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan semua
pihak dapat mengetahui materi tentang “Gangguan nyeri ”. Laporan seminar ini mungkin kurang
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................

B. Tujuan Penulisan...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi...............................................................................................................................

B. Etiologi...............................................................................................................................

C. Patofisiologi dan Pathway..................................................................................................

D. Manifestasi Klinik..............................................................................................................

E. Komplikasi.........................................................................................................................

F. pemeriksaan Penunjang......................................................................................................

G. penatalaksanaan .................................................................................................................

H. Asuhan keperawatan...........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. Pengkajian.........................................................................................................................

B. Diagnosis Keperawatan.....................................................................................................

C. Perencanaan Keperawatan................................................................................................

D. Implementasi ....................................................................................................................

E. Evaluasi.............................................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................

B. Saran .................................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu
pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di
bidang psikosomatik menunjukkan bahwa selain dipengaruhi oleh kondisi nyata dari fisik itu
sendiri dan kondisi jiwa, nyeri juga dipengaruhi secara kuat oleh kondisi emosi, fungsi kognitif,
dan faktor-faktor sosial yang menimbulkan serta mempertahankan rasa nyeri. Penelitian juga
menunjukkan bahwa respon setiap orang sangat bervariasi dan sangat personal dalam menyikapi
rasa nyeri.

Dari segi waktu berjalannya penyakit, nyeri dapat tergolong menjadi dua yaitu nyeri akut
dan nyeri kronik. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda yang juga membuat terapi untuk
kedua macam nyeri tersebut dibedakan.Nyeri kronis dapat berlangsung tiga bulan atau lebih lama
tanpa diketahui penyebabnya dan mempengaruhi aktivitas normal pasien sehari-hari. Nyeri
kronis dapat terjadi tanpa trauma yang mendahului, dan seringkali tidak dapat ditentukan adanya
gangguan sistem yang mendasari bahkan setelah dilakukannya observasi dalam jangka waktu
yang lama.

Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas dan menentukan
terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai sedini mungkin dan sangat diperlukan
komunikasi yang baik dengan pasien. Penilaian intensitas nyeri dapat menggunakan Visual
Analogue Scale (VAS). Skala ini mudah digunakan bagi pemeriksa, efisien dan lebih mudah
dipahami oleh pasien. Untuk memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal
yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Keterbatasan penilaian
yang terjadi pada populasi pasien lanjut usia adalah karena menurunnya kemampuan komunikasi
dan kognitif. Penilaian intensitas nyeri juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien dan jenis
kelamin wanita yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil skor VAS.

Nyeri merupakan bentuk dari rasa ketidaknyamanan, yang di definisikan dalam berbagai
perspektif. Asosiasi Internasional untuk penelitian nyeri (International Association for the study
of pain. IASP 1979) menurut Suzanne C. Smeltzer, (2002) dalam Andarmoyo S (2013)
4
mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual,potensial atau yang dirasakan
dalam kejadian kejadian seperti kerusakan. Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks
dan merupakan salah satu alasan seseorang untuk segera mencari pertolongan medis. Nyeri dapat
mengenai semua orang tanpa memandang jenis kelamin, usia, suku, ras dan budaya, status sosial
dan juga pekerjaan. Nyeri merupakan suatu tanda dan gejala pada berbagai penyakit yang ada.

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui penyebab Gangguan nyeri

2. Mengetahui apa itu definisi dari gangguan nyeri

3. Mengetahui etiologi dari gangguan nyeri

4. Mengetahui patofisiologi dan pathway dari gangguan nyeri

5. Mengetahui manisfestasi klinik dari gangguan nyeri

6. Mengetahui apa komplikasi dari gangguan nyeri

7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari gangguan nyeri

8. Mengetahui penatalaksanaan dari gangguan myeri

9. Mengetahui asuhan keperawatan sesuai dengan teori

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang
dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di
rumah sakit(Perry & Potter, 2009).

Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya.Walaupun


demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan
sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu
merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan
lain-lain (Perry & Potter, 2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri
akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan
gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor
(Mubarak et al., 2015).

6
B. ETIOLOGI NYERI AKUT
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos, elektrik,
neoplasma, peradangan,gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang
terakhir adalah trauma psikologis (Handayani,2015)
Patopisiologi & Pathway
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitasektopik, reorganisasi struktural, dan
penurunan inhibi si. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat
empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
a. Transduksi
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf afren menerjemahkan
stimulus ke dalam implus nosiseptip.

b. Transmisi

Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen
primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan
dengan banyak neuronspina
c. Modulasi
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin
juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta
dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak
tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil
dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornudorsali
d. Persepsi
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspekpsi kologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
7
yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor.

8
Secara anatomis, reseptor nyeri ( nocisept or ) ada yang bermiyelin dan ada
juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006).
C. PATHWAY

D. MANIFESTASI KLINIS
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri

9
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 Depresi,frustasi

E. KOMPLIKASI
1. Kecemasan atau kegelisahan

2. Depresi

3. Kurang istirahat karena sulit tidur sehingga dapat menyebabkan penderita sulit
berkonsentrasi

4. Merasa hilang arah dan tujuan hidup

5. Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan

6. Penyalahgunaan narkoba atau alkohol

7. Menghindari pasangan atau keluarga karena sakit atau karena memicu rasa sakit

8. Sulit mencari atau kehilangan pekerjaan

9. Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup (bunuh diri)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
- Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
- Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
- Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya keridak percayaan, kesalah
pahaman, ketakutan, dan kelelahan

2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik tekhnik berikut : Teknik


latihan pengalihan :

a. Menonton televisi

10
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
d. Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru
dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot
tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil
terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.

e. Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
- Pemberian obat analgesic
3. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter
masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri karena
informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgetik
narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Ada 3 jenis
analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiate
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

11
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien gangguan Nyeri Akut Berhubungan faktor pencedera fisik

A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah nyeri. Dalam melakukan pengkajian
nyeri harus diperhatikan P,Q,R,S,T.
P (Provoking) : Faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : Kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau
tertusuk. R (Region) : Daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : Parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (1-5)
T (Time) : Waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn
serta keluhan klien selama mengalami nyeri dilakukan pengkajian.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien .Resiko
kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru,
DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga. kebiasaan keluarga mencari
pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit
turunan.
6. Pola pola fungsional
a. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien, Penurunan kekuatan, tahanan;

12
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
b. Pola Eliminasi
Terjadi penurunan jumlah urine/diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Apakah terjadi anoreksia; mual/muntah.
d. Pola istirahat dan tidur
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum meliputi : kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan
kebersihan diri.
2) TTV Meliputi : tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi.
3) Pemeriksaan fisik head to toe
Meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah (kepala dan rambut, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, pemertiksaan dada/thorax, abdomen, genitalia, muskuloskeletal dan
ekstremitas). Dengan metode :

- Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan sirkulasi
sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
- Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara, sirkulasi
perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
- Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
- Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau suaranapas
tambahan.

13
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri (D.0054)
3. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil atau Intervensi Rasional
Tujuan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen Nyeri Pengalaman
berhubungan intervensi keperawatan (I.08238) Observasi sensorik atau
dengan agen selama 3x24 jam Identifikasi emosional yang
pencedera diharapkan lokasi,karakteristik,dan berkaitan dengan
fisik Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri pada bagian kerusakan
(D.0077) Meringis karena nyeri Fraktur jaringan aktual
menurun Monitor efek samping atau fungsional
Tingkat nyeri (L.08066) penggunaan analgesik dengan onset
Terapeutik mendadak atau
Berikan teknik lambat dan
nonfarmakologis untuk berintensitas
mengurangi rasa nyeri ringan hingga
Kontrol lingkungan yang berat dan konstan
memperberat rasa nyeri
misal suhu ruangan
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri pada Fraktur
Anjurkan memonitor nyeri
Fraktur secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Kolaborasi
pemberian alagesik
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi ( Kemampuan
mobilitas intervensi keperawatan I.06171) dalam gerakan

14
fisik selama 3x24 jam Observasi fisik dari satu atau
berhubungan diharapkan identifikasi adanya nyeri lebih ekstremitas
dengan Nyeri Pergerakan ekstremitas atau keluhan fisik lain secara mandiri
(D.0054) meningkat monitor kondisi umum
Nyeri menurun selama melakukan ambulasi
Gerakan terbatas Terapeutik
menurun Fasilitasi aktivitas ambulasi
Mobilitas dengan alat bantu
Fisik(L.05042) Fasilitasi melakukan
ambulasi
Libatkan keluarga untuk
membantu pasiendalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
3 Defisit Setelah dilakukan Perawatan kuku
Perawatan intervensi keperawatan (l.11355) Observasi ;
Diri (D0109) selama 3 x 24 jam Monitor kebersihan
diharapkan kuku Terapeutik
Kemampua Rendam kuku dengan air
mempertahankan hangat
kebersihan diri Fasilitasi pemotongan dan
meningkat pembersihan kuku
Bersihkan kuku dengan
bahan alami mis air putih
Edukasi
Anjurkan memotong kuku
secara rutin

15
D. Implementasi
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari
proses keperawatan. selama implementasi perawat mengkaji kembali pasien, modifikasi
rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. untuk
implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
proses implementasi, dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan
yaitu: fase persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana ,validasi rencana , pengetahuan dan
keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien dan lingkungan.
fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengan tujuan .
implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau interdependen.
fase terminasi merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah implementasi dilakukan.
E. Evaluasi
Evaluasi fase proses terakhir perawatan adalah evaluasi terhadap Asuhan Keperawatan
yang diberikan, hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitas data , teratasi atau tidaknya
masalah pasien , serta mencapai tujuan ketetapan intervensi keperawatan. tujuan evaluasi
adalah untuk memberikan umpan balik Keperawatan menilai dan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan

16
DAFTAR
PUSTAKA

Ardiansyah, A. (2022) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Nyeri dan Kenyamanan (Nyeri Akut) Menggunakan Intervensi Terapi Murottal dan
Asmaul Husna di RSUD Labuang Baji Kota Makassar. Karya Tulis Akhir (KTA) thesis,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Nur Bambang, 2015. Asuhan Keperawatan Fraktur atau Patah Tulang
Bachrudin, Mohamad, 2017. “ Patofisiologi Nyeri : joirnal ilmu kesehatan dan kedokteran
keluarga” . Malang: Santika Medika
Sadiyah Ilmiyatus. 2015. Laporan Pendahuluan Nyeri
PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) edisi I Cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia( SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2019. Standar I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI .
Jakarta

17
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama klien : Tn. V
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Sukabakti RT/RW 002/003
Umur : 32 Thn
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. RM :
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp.Sukabakti rt/rw : 002/003
Hubungan Dengan Klien : Ibu pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Pasien post kecelakaan, luka di kepala dan fraktur femur dextra
B. Riwayat Pengkajian Sekarang
Pada tanggal 03 November 2022 masuk IGD RSU Kabupaten Tangerang, pasien
post kecelakaan luka di kepala dan fraktur femur dextra. Pasien mengeluh nyeri pada
bagian kepala dan paha kanan, nyeri paling dirasa di paha kanan, nyeri terasa seperti
ditusuk- tusuk, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul, hanya terasa pada saat beraktivitas
atau pada saat bergerak, dan wajah pasien terlihat meringis.
C. Riwayat Pengkajian Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di RS
D. Riwayat Kesehatan Keluarga

18
Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit keturunan.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Sedang
b. GCS : E : 4, M : 6, V : 15 = 15
c. Tingkat Kesadaran : Compos Metis
d. Tanda-Tanda Vital : TD : 120/80
Suhu : 36 ˚c
RR : 20x/menit
Nadi : 98
e. Kenyamanan Nyeri :
P : Nyeri saat aktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk R : Nyeri dirasa di
paha kanan S : 4
T : Hilang timbul
4. Pemeriksaan Persistem
a. Sistem Pernafasan
Pada saat dilakukan pengkajian bentuk dada klien normal, pergerakan dada simetris
kanan dan kiri, RR 20x/menit, tidak terdapat sumbatan jalan napas, irama napas
teratur, tidak ada batuk, tidak ada sputum.
b. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat dilakukan pengkajian, TD: 120/80 mmHg, irama nadi teratur, denyut
nadi teraba kuat, akral teraba hangat, tidak ada nyeri dada

 Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak tampak Ictus Cordis (IC).

 Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba.

 Perkusi : suara jantung redup.

 Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 regular.

c. Sistem Perkemihan
Pada saat dilakukan pengkajian sistem perkemihan tidak ada gangguan
a. BAB Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : 1-2 kali sehari
2) Konsistensi : padat lunak
3) Warna : kuning khas
19
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar :-
b. Saat sakit
1) Frekuensi BAB : belum BAB
2) Konsistensi :-
3) Warna :-
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar :-
a. BAK Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 7 - 8 kali sehari
2) Jumlah Urine : 1500 ml
3) Warna : kuning jernih
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
b. Saat Sakit
1) Frekuensi BAK : 3 - 4 kali sehari
2) Jumlah Urine : 1000 ml
3) Warna : kuning
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
d. Sistem Pencernaan
Pada saat dilakukan pengkajian bentuk abdomen simetris.
• Inspeksi : tidak ada lesi dan tonjolan
• Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan pankreas
• Perkusi : Suara timpani
• Aukultusi : Peristaltik usus normal 10x/menit
e. Sistem Persarafan
Pada saat d ilakukan pengkajian nilai GCS : 15, respon motorik : 6, respon
verbal : 5, respon membuka mata : 4
1. Kepala
 Bentuk dan ukuran kepala : normal
 Pertumbuhan rambut : tersebar merata
 Kulit kepala : tidak kering
2. Muka
1) Mata
 Kebersihan : bersih

20
 Fungsi penglihatan : baik
 Palpebral : lebam
 Konjungtiva : tidak anemis
 Sclera : tidak ikterik
 Pupil : ishokor
 Diameter ki/ka : >22 mm
 Reflek Terhadap Cahaya : langsung (+)
 Pengunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
 Fungsi penciuman : baik
 Sekret : tidak ada
 Nyeri sinus : tidak ada
 Polip : tidak ada
 Napas Cuping Hidung : tidak ada
3) Mulut
 Kemampuan bicara : baik
 Keadaan bibir : kering dan terdapat bekas luka
 Selaput mukrosa : kering
 Warna lidah : Merah muda
 Keadaan gigi : Bersih
 Bau nafas : Tidak berbau
 Dahak : Tidak ada
4) Gigi
 Jumlah : 28 gigi
 Kebersihan gigi : bersih
5) Telinga
 Fungsi pendengaran : baik
 Bentuk : normal dan simetris terhadap tubuh
 Kebersihan : bersih
 Serumen : tidak ada
 Nyeri Telinga : tidak ada
6) Leher
 Bentuk : normal

21
 Pembesaran tyroid : tidak ada
 Kelenjar getah bening : tidak ada
 Nyeri waktu menelan : tidak ada
 JVP : tidak ada peningkatan
f. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pengkajiian bentuk ekstermitas atas dan bawah simetris. Di
esktermitas bawah terdapat fraktur femur dextra.
g. Sstem Integumen
Pada saat dilakukan pengkajian turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna
kulit pucat.
4. POLA AKTIVITAS
NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nutrisi
a. Makan
Jenis Nasi.sayur.laukpauk bubur,sayur,laukpauk
Frekuensi 3 × sehari 3 × sehari
1 Porsi 1 porsi ½ porsi
b. Minum
Jenis Air putih, jus the kopi air putih
dll
Frekuensi 6 - 8 gelas perhari 5 - 6 gelas perhari
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 – 2 × sehari belum BAB
Warna Kuning khas
Bau Khas
2 Konsistensi Padat lunak
b. BAK
Frekuensi 7 - 8 × sehari 5 - 6 × sehari
Warna Kuning jernih kuning jernih
Bau Khas (urea / amoniak) Khas (urea / amoniak)
Personal Hygiene
a. Mandi 2 × sehari 1 × sekali (dilap)
3 b. Sikat Gigi 2 × sehari 1 × sekali
c. Cuci Rambut 2 × sehari Tidak pernah
d. Gunting Kuku 1 minggu sekali 1 minggu sekali
Istirahat
4 a. Siang 1 jam 2 jam
b. Malam 8 jam 8 jam
5 Aktivitas Aktivitas dirumah Bedrest
Perlu dibantu untuk bergerak

22
5. DATA PENUNJANG
a. Thorax foto dewasa PA/AP
Jantung kanan tidak membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea ditengah, kedua hillus tidak menebal
Corakan bronkhovaskular kedua paru baik
Tidak tampak infiltrat maupun nodul dikedua lapangan paru
Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinus kostoprenikus lancip
Curiga cirous alienum berdenistas logam di setinggi +/- costae 4 anterior kanan jaringan
lunak dinding dada terlihat baik
Kesan :
- Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo secara foto polos saat ini
- Suspek corpus alienum berdenistas logam disetinggi +/- costase 4 anterior kanan,
DD/artefak film
b. Radiografi Femur kanan Ap/Lateral
Tampak 1/3 distal os femur kanan sebagian terpotong film, pada os fermur kanan yang
dapatntervisualisaksi kesan tulang-tulang intak
Kedudukan tulang femur baik, tidak tampak subluksasi/dislokasi
Tidak tampak tanda-tanda fraktur, destruksi, lesi litik/blastik pada os femur kanan yang
dapat tervisuakisasi
Celah sendi femorotibial kanan tidak dapat dinila (terpotong film)
Tampak soft tissue edema disertai multipel area lusen do dalamnya di regio femur kanan
Kesan :

- 1/3 distal os femur kanan sebagian terpotong film, pada os femur kanan yang
dapat tervisualisaksi tulang-tulang intak
- Soft tissue edema disertai multipel area lusen do dalamnya diregio femur kanan

6. THERAPI OBAT
Terpasang infus RL 500 ml /8 jam
a. Injek : Citicollin 2x500 mg
Mecobalamin 2x1
Ondancentron 3x1
Dexametason 4x1

23
Manitol 4x124 ml
Ketorolac 3x6 mg
Ranitidin 2x50 mg
Ceftriaxon 2x1gr
Gentamicyn 2x80 mg
b. Oral : Beahistin 3x6 mg
Flunarizin 1x10 mg
Curcuma 3x1

7. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Trauma fisik Nyeri akut


• Klien mengatakan (D.0077)
nyeri pada bagian paha Fraktur (terbuka atau
kanan tertutup)
P : Nyeri saat
aktivitas Kerusakan jaringan
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk Pembengkakan jaringan
R : Nyeri dirasa di
paha kanan Nyeri akut
S 4
T : Hilang timbul

DO :
• Terdapat cedera fisik
• TD : 120/70
• Nadi : 100x/menit
• Suhu : 36,0 ‘C
• Pernafasan
: 24x/menit

24
2. DS : Trauma fisik Gangguan
- Pasien mengatakan Mobilitas Fisik
nyeri timbul saat Fraktur (terbuka atau (D.0054)
bergerak tertutup)
- Pasien mengatakan
masih merasa takut
Perubahan fragmen tulang
saat melakukan
kerusakan pada jaringan
pergerakan
dan pembuluh darah
DO :
- Pasien terlihat
lemah Perdarahan lokal
- Gerakan pasien
terbatas
Hematoma pada daerah
- Terdapat cedera
fisik fraktur
- Pasien terlihat
meringis Aliran darah ke daerah
distal berkurang atau
terhambat

(warna jaringan
pucat, nadi lemas,
cianosis, kesemutan)

Kerusakan neuromuskuler

Gangguan organ distal

Gangguan mobilitas

fisik

25
3. DS : Trauma fisik Gangguan rasa
• Pasien nyaman
mengatakan Fraktur (terbuka atau tertutup) (D.0074)
jarang merawat diri
selama di rumah Kerusakan jaringan
sakit DO :
• Kuku pasien Pembengkakan jaringan Nyeri
terlihat kotor dan
Panjang akut

Gangguan rasa nyaman

8. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri (D.0054)
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit(D.0074)

9. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosis Perencanaan
DX Keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Nyeri Akut : Tingkat Nyeri : L.08066 Manajemen Nyeri : 1.08238
D.0077
Setelah dilakukan tindakan
Nyeri akut Observasi
berdasarkan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dengan agen jam diharapkan masalah nyeri
pencedera fisik
ditandai dengan keperawatan dapat teratasi - Identifikasi skala nyeri
pasien mengeluh - Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan kriteriahasil: - Identifikasi faktor yang
nyeri. memperberat dan memperingan
- Keluhan nyeri menurun
nyeri
(5) - Identifikasi pengetahuan dan
P : Nyeri saat - Meringis menurun (5) keyakinan tentang nyeri
aktivitas - Gelisah menurun (5)

26
Q : Nyeri seperti Frekuensi nadi menurun (5 - Identifikasi pengaruh
ditusuk-tusuk budaya
terhadap respon nyeri
R : Nyeri dirasa - Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
di paha kanan hidup
S 4 - Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
T : Hilang sudah diberikan
- Monitor efek samping
Timbul penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberatkan rasa
nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat daan tidur
- Pertimbangan jenis sumber
nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredaka
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgenik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik :L.05042 Dukungan Ambulasi : 106171
Mobilitas Fisik :
D.0054 Setelah dilakukan intervensi k Observasi
Gangguan eperawatan selama 3 x24 jam - Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan
mobilitas fisik b.d nyeri diharapkan : fisik lainya
d.d nyeri saat - Identifikasi
bergerak - Pergerakan ekstremita toleransi fisik melakukan

27
DS: s (Meningkat) ambulasi
- Monitor
- Klien mengatakan
frekuensi
sulit untuk jantung dan tekanan darah
menggerakan
ekstremitas
- Klien mengatakan
nyeri saat bergerak
- Klien mengatakan
merasa cemas saat
bergerak

DO:
- Rentang gerak
(ROM)  menurun
- Gerakan tampak
terbatas Fisik
klien tampak
lemah

28
- Nyeri (Menurun) sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama
- Gerakan terbatas melakukan ambulasi
(Menurun) Terapeutik
- Fasilitas aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis, tongkat,
kruk)
- Fasilitas melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambilasi
dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis, berjalan
dan
tempat tdiur ke kursi roda,
berjalan dari tempa tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)

3. Gangguan rasa Status Kenyamanan Pengaturan Posisi (I.01019)


nyaman (D.0074) (L.08064) Observasi
Setelah dilakukan    
DS - Monitor status oksigenasi sebelum dan
tindakan sesudah
- Klien keperawatan 3x24      jam, mengubah posisi
mengatakan masalah gangguan rasa - Monitor alat traksi agar selalu tepat
tidak nyaman nyaman dapat meningkat
- Klien dengan ktiteria hasil:
mengatakan  Dukungan sosial
sulit untuk dari keluarga Terapeutik
tidur meningkat - Tempatkan pada matras/tempat
- Klien  Dukungan sosial tidur terapeutik yang tepat
mengatakan dari teman meningkat
tidak mampu - Tempatkan pada posisi terapeutik
 Keluhan tidak nyaman - Berikan bantal yang tepat pada
rileks
DO menurun leher
- Klien tampak  Gelisah menurun - Hindari menempatkan pada posisi
gelisah  Merintih yang dapat meningkatkan nyeri
- Klien tampak menurun - Ubah posisi pada setiap dua jam
merintih  Pola tidur
- Terdapat membaik
kantung mata Edukasi
karena klien - Informasikan saat akan dilakukan
tidur tidak perubahan posisi
teratur
- Ajarkan cara menggunakan postur
yang baik dan mekanika tubuh yang
baik selama melakukan perubahan
29
posisi.

Kolaborasi
- - Kolaborasi pemberian premedikasi
sebelum mengubah posisi, jika perlu

30
10. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Kamis Nyeri Akut : 14.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Nurse
03-11-2022 D.0077 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
Nyeri akut berdasark skala nyeri.
an dengan agen 14.40 Hasil :
pencedera fisik
S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian
ditandai dengan
pasien mengeluh paha kanan, nyeri paling dirasa di paha
nyeri. kanan, nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 4, nyeri hilang
timbul, hanya terasa pada saat
beraktivitas atau pada saat bergerak.
O:
- Wajah pasien
tampak meringis

- Klien tampak meringis


- Terdapat cedera fisik
- TD : 120/70
- Nadi : 100x/menit
- Suhu : 36,0 ‘C
- Pernafasan : 24x/menit

2. Mengidentifikasi respon nyeri non


verbal
Hasil :
S : Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk pada bagian paha
kanan
O : Tampak meringis kesakitan

3. Berikan teknik non farmakologis


untuk mengurasi rasa nyeri (teknik
nafas dalam)
Hasil :
S : Pasien mengatakan nyeri masih
ada hanya berkurang sedikit
O : Pasien diajarkan teknik
nafas dalam

4. Menjelaskan penyebab, periode,

31
dan pemicu nyeri
Hasil :
S : klien mengatakan mengerti apa
yang di jelaskan perawat
O:
- Pasien diberikan penjelasan
pengenai kondisinya
- Pasien tampak mengerti
mengenai kondisisnya yang
sudah dijelaskan oleh perawat

5. Menjelaskan strategi meredakan


nyeri
Hasil :
S : Klien mengatakan sudah tahu
cara mengatasi nyeri
O : Klien tampak mengerti cara
meredakan nyeri

6. Mengkolaborasikan dengan dokter


untuk pemeberian analgetik
Hasil : Obat toleransi terhadap tubuh
pasien

Kamis Gangguan 14.50 1. Fasilitasi posisi semi fowler Nurse


03-11-2022 Mobilitas Fisik : Hasil :
D.0054 S : Klien mengatakan masih kurang
Gangguan mobilitas nyaman dengan posisi semo fowler
fisik b.d nyeri d.d O : Klien tampak meringis
nyeri saat bergerak
Kamis Gangguan rasa 15.00 1. Memonitor status oksigenasi Nurse
03-11-2022 nyaman (D.0074) sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2. Memonitor alat traksi agar
selalu tepat
3. Menempatkan pasien pada
tempat tidur yang tepat
Hasil :
Kenyamanan tidur pasien dapat
meningkat
4. Menempatkan pada posisi
terapeutik

Hasil :

Pasien dapat merasa nyaman

32
5. Memberikan bantal yang tepat
pada leher
6. Menginformasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
Berkolaborasi pemberian premedikasi
sebelum mengubah posisi
Jumat Nyeri Akut : 20.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Nurse
04-11-2022 D.0077 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
Nyeri akut berdasark skala nyeri
an dengan agen penc Hasil :
edera fisik ditandai
S : Pasien mengatakan masih nyeri
d engan pasien
pada bagian paha kanan.
mengel uh nyeri.
O:
- Wajah pasien sedikit meringis

33
- Skala nyeri 3
- TD : 120/90
- N : 95x/menit
- S : 36, 3o C
- RR : 20x/menit

2. Mengidentifikasi respon nyeri non


verbal
Hasil :
- Meringis berkurang

3. Memberikan teknik nonfarmakologi


untuk mengurasi rasa nyeri (teknik
pengalihan rasa).
Hasil :
S : klien mengatkan nyeri sedikit
berkurang, hanya di bagian
punggung masih terasa mendenyut
O : meringis berkurang

4. Mengkolaborasikan dengan dokter


untuk pemeberian analgetik
Hasil : Obat toleransi terhadap tubuh
pasien

Jumat Gangguan 21.40 1. Fasilitasi posisi semi fowler/fowler Nurse


04-11-2022 Mobilitas Fisik :
Hasil :
D.0054
Gangguan mobilitas S : Klien mengatakan nyeri berkurang
fisik b.d nyeri d.d dan merasa nyaman dengan posisi
nyeri saat bergerak
fowler dan tetapi belum bisa
bergerakaktif
O : Meringis berkurang
Jumat Gangguan rasa 21.50 1. Memonitor status oksigenasi Nurse
04-11-2022 nyaman (D.0074) sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2. Memonitor alat traksi agar selalu
tepat
3. Menempatkan pasien pada
tempat tidur yang tepat
Hasil :
Kenyamanan tidur pasien dapat
meningkat

4. Menempatkan pada posisi


terapeutik
34
Hasil :

Pasien dapat merasa nyaman

5. Memberikan bantal yang tepat


pada leher
6. Menginformasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
Berkolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi
Sabtu Nyeri Akut : 08.30 1. Berikan teknik non farmakologis untuk

35
05-11-2022 D.0077 mengurasi rasa nyeri
Nyeri akut berdasark (teknik penghilang rasa
an dengan agen penc nyeri)
edera fisik ditandai Hasil :
d engan pasien S : klien mengatakan nyeri sudah
mengel uh nyeri. mulai berkurang
O:
- Meringis berkurang
- Skala nyeri 2
- TD : 110/90
- N : 90x/menit
- S : 36, 4oC
- RR : 20x/menit
2. Mengkolaborasikan dengan dokter
untuk pemeberian analgetik dan
fisioterapi.
Hasil : Obat toleransi terhadap tubuh
pasien
Sabtu Gangguan 09.00 1. Memfasilitasi melakukan mobilisasi
05-11-2022 Mobilitas Fisik : fisik (posisi semi fowler/fowler)
D.0054 S : Klien mengatakan nyeri
Gangguan mobilitas berkurang dan merasa nyaman
fisik b.d nyeri d.d
dengan posisi semi fowler dan
nyeri saat bergerak
bisa bergerak aktif
O : Meringis berkurang

36
11. EVALUASI
Hari,Tanggal/ No.DX Catatan perkembangan Paraf
Jam
05-11-2022 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang pada Nurse
08.30 area punggung bawah
O:
- Skala nyeri 2
- Meringis berkurang
- Skala nyeri 3
- TD : 120/90
- N : 95x/menit
- S : 36, 3o C
- RR : 20x/menit

A : masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
05-11-2022 2 S: Nurse
08.30 - Pasien mengatakan nyeri sudah
mulai berkurang saat melakukan
pergerakan
- Pasien sudah bisa melakukan
pergerakan semi fowler
O:
- Pergerakan ektremitas meningkat
- Nyeri berkurang
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
05-11-2022 3 S : Klien mengatakan tidur klien sudah mulai Nurse
teratur
08.30
O:

- Jam tidur klien sudah kembali


normal 8 jam
- Wajah klien sudah tampak lebih
cerah

37
• TD : 120/70
• N : 75
• S : 36,9C
• RR : 18
A : gangguan rasa nyaman sudah teratasi
P : Intervensi di hentikan

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Tn. V post operasi fraktur femur
dexttra. di Paviliun Kemuning Bawah RSU Kabupaten Tangerang, maka dalam bab ini penulis akan membahas
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan
membahas kesulitan yang di temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Tn. V post operasi
fraktur femur dextra dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan ( SDKI DPP PPNI 2016).

1. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) d.d mengeluh
nyeri

Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya
rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan
atau kurang. Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu
pengungkapan tentang deskriptor nyeri, dan data minor yaitu ketidakaktifan fisik atau
imobilitas, perubahan pola tidur, dan perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktifitas
sebelumnya. Alasan diagnosa tersebut diangkat karena saat pengkajian didapatkan data
subjektif yaitu pasien mengatakan merasakan nyeri di panggul post KLL (Kecelakaan Lalu
Lintas), dan data obyektif yaitu : Pasien meringis karena nyeri P: Nyeri dirasakan karena
cedera post KLL, Q: Nyeri seperti tertusuk, R: Letak nyeri berada dibagian pinggul, S: Skala
nyeri 3, T: Nyeri dirasakan saat beralih baring. Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena
keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani akan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa mengganggu aktifitas klien sehingga
akan timbul rasa ketakutan untuk melakukan gerakan dan tindakan.

39
b. b. d. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri saat bergerak

Gangguan mobilisasi fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri. Diagnosa tersebut dapat ditegakan bila ada data mayor yang
mendukung yaitu kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun. Dan data minor
yaitu merasa nyeri saat bergerak, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas,
fisik lemah. Alasan diagnosis tersebut diangkat karena ditemukan faktor-faktor resiko yang
mendukung yaitu ketidakmampuan berpindah tempat dari kursi ke tempat tidur dan
sebaaliknya secara mandiri, adanya rasa nyeri dengan skala 3. Diagnosa tersebut penulis
jadikan faktor pendukun sebagai diagnosa pertama karena klien mengatakan pada setiap
beraktifitas dibantu oleh keluarga.

c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d sulit tidur

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Diagnosis tersebut ditegakan apabila ada
data mayor yang mendukung yaitu mengeluh tidak nyaman dan data minor yaitu mengeluh
sulit tidur. Alasan diagnosis tersebut ditegakan karena pada saat pengkajian rasa nyeri yang
dirasakan klien mempengaruhi tidur klien.Diagnosis tersebut tidak penulis prioritaskan
karena tidak mengancam kehidupan klien.

B. IMPLEMENTASI

Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) d.d mengeluh nyeri.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah mengkaji karakteristik nyeri, skala
nyeri, mengevaluasi tanda-tanda vital, mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, kalaborasi pemberian
analgetik. Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri. Kelemahannya
adalah terkadang klien tidak bisa di ajak untuk kerjasama dan melakukan ajaran yang diberikan.

1. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri saat bergerak

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah mengidentifikasi toleransi


fisik dalam melakukan pergerakan, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulaii mobilisasi, memfasilitasi aktivitas dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur),
menganjurkan melakukan mobilisasi dini. Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam
meningkatkan kemampuan dalam gerakan fisik secara mandiri. Kelemahannya adalah terkadang
40
klien tidak bisa di ajak untuk kerjasama dan melakukan ajaran yang diberikan.

2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah menempatkan pasien pada
tempat tidur yang tepat,menempatkan pada posisi terapeutik, memonitor status oksigenasi sebelum
dan sesudah mengubah posisi.
C. EVALUASI
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) d.d mengeluh nyeri.
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah ekspresi wajah rileks, nyeri teratasi, tanda-
tanda vital dalam batas normal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subyektif:
Pasien mengatakan nyeri berkurang, obyektif: Pasien tampak lebih rileks dengan skala nyeri Hal
tersebut menandakan diagnosa pertama teratasi sebagian sehingga tindakan perlu dilanjutkan
sampai pasien tidak terasa nyeri kembali.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri saat bergerak
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah pasien sudah bisa mandiri dalam melakukan
aktifitas,tanda-tanda vital dalam batas normal, masalah teratasi. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diperoleh hasil subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang

c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur
Kriteria hasil untuk diagnosa di atas adalah pasien mengatakan jam tidur nya sudah
kembali teratur yaitu 8 jam, Tanda-tanda vital batas normal, masalah teratasi. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil Gangguan rasa nyaman sudah teratasi.

41
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. V dengan Cidera Kepala Sedang di
Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2022 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penulis mampu memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cidera Kepala Sedang
seperti pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi dan
WOC, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi dapat dipahami dengan
baik oleh penulis maupun pembaca.
2. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. V dengan Cidera Kepala Sedang di
Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2022. Pada pengkajian penulis
tidak menemukan perbedaan serta hambatan.
3. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan pasien Cidera Kepala
Sedang di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2022.
4. Penulis mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien Cidera Kepala Sedang
di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2022.
5. Pada implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Cidera Kepala Sedang di Ruang
Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2022 hampir 100 semua dapat dilakukan
namun ada beberapa rencana tindakan yang penulis tidak lakukan tetapi dilakukan oleh
perawat ruangan tersebut.
6. Evaluasi pada pasien dengan Cidera Kepala Sedang di Ruang Rawat Inap RSU
Kabupaten Tangerang tahun 2022 sudah teratasi karena kondisi pasien yang membaik.

42

Anda mungkin juga menyukai