Anda di halaman 1dari 27

MODUL PEMANTAUAN NYERI DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER

DI SUSUN OLEH :

Annisa Anggraini

NIM. 2111102412071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KALIMANTAN TIMUR

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan modul
keperawatan dasar pemantauan nyeri dengan terapi komplementer. Modul
Keperawatan Dasar ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah profesi ners pada
stase keperawatan dasar profesi.

Diharapkan modul ini mampu memberikan pengetauan terkait teknik, prinsip,


dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang dilakukan secara mandiri
atau berkelompok dan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, dan kelompok baik sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan
memperhatikan aspek bio, psiko, social kultural, dan spiritual yang menjamin
keselamatan klien (patient safety),dan pemenuhan kebutuan dasar manusia yang
paling dasar. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa dalam
mencapai kompetensi keperawatan dasar. Modul ini tentunya masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang positif
demi perbaikan modul ini.Besar harapan kami modul ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.

Samarinda, 15 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
Pendahuluan.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................2
A. Konsep Nyeri..........................................................................................................2
B. Konsep Terapi Komplementer................................................................................6
1. Teknik relaksasi nafas dalam..................................................................................6
2. Teknik relaksasi otot progresif................................................................................7
3. Teknik pemberian aromaterapi...............................................................................7
4. Teknik terapi musik.................................................................................................7
BAB 3................................................................................................................................8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR........................................................................8
BAB 4..............................................................................................................................18
PENUTUP........................................................................................................................18
a. Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
LAMPIRAN......................................................................................................................21

3
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi baik


secara mandiri ataupun dibantu. Gangguan dalam hal kebutuhan kenyamanan
akanmemberikan efek negatif pada kesehatan pasien, hal yang sering
menyebabkan gangguan kenyamanan pada pasien adalah keluhan nyeri. Secara
definisi nyeri merupakan pengalaman seorang pasien secara sensori dan emisonal
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan secara potensial ataupun aktual (K.H
Kumar & Elavarasi, 2016 dalam Prihanto & Retnani 2020). Adapun menurut
Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya
hidup dan kesejahteraan individu.
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, elektrik,
neoplasma(jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan
kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani,2015). Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu,
tahap perkembangan, jenis kelamin, keletihan, serta lingkungan dan dukungan
keluarga (Mubarak et al.,2015).
Pada keperawatan cara penanganan terkait nyeri bisa diatasi dengan terapi
komplementer, yang mana terapi komplementer itu sendiri merupakan cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung terhadap pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional. (WHO, dalam Prasetyaningati & Rosyidah 2019)
Untuk itu dalam mengatasi masalah keluhan nyeri pada klien, perawat
diharapkan mampu mengedukasi klien terkait nyeri hingga teknik-teknik terapi
komplementer yang dapat meredakan nyeri yang dirasakan klien.

B. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu mengajarkan


terapi komplementer 1untuk mengatasi rasa nyeri sesuai dengan standar
operasional prosedur agar bisa diterapkan klien sehingga keluhan nyeri bisa
diatasi secara mandiri.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri

a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan hasil dari pernyataan verbal yang disampaikan
oleh pasien bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif, perasaan
nyeri yang dirasakan pasien akan berbeda. Nyeri yang dirasakan
dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan disebut dengan nyeri akut,
sedangkan nyeri yang dirasakan selama 3-6 bulan disebut kronis.
Jenis nyeri yang sering muncul adalah nyeri akut dan nyeri kronis
(Dinakar & Stillman, 2016 dalam Prihanto,2020).
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Disamping itu, menurut International Association of the
Study of Pain (2015) Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Pendapat lain juga menyatakan nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang aktual dan potensial. Sehingga nyeri adalah sensasi yang tidak
menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat di ungkapkan
kepada orang lain. (Ratiningsih, 2010 dalam Sholehah,dkk 2020).

b. Kualitas Nyeri

Merupakan bagaimana mutu nyeri yang dirasakan oleh individu. Dalam


Garg diklasifikasikan menjadi:

1. Dull, grawing atau aching (lamban dan tumpul)

2 pounding atau pulsating (berdenyut-denyut)


2. Throbbing,

3. Sharp, recurrent atau stabbing pain (menusuk dan tajam)


4. Squeezing atau crushing pain (rasa tertindih/ tertekan)

3
c. Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan


oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda.

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

4
2. Skala Intensitas Nyer Numerik

5
3. Skala Intensitas Nyeri Menurut Boubanis

Keterangan:

 0: tidak nyeri
 1-3: nyeri ringan, secara objektif individu dapat berkomunikasi dengan baik
 4-6 : nyeri sedang, secara objektif individu mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
degan baik
 7-9 : nyeri berat, secara objektif individu terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi
 10 : nyeri sangat berat, individu sudah tidak mampu berkomunikasi

4. Skala Intensitas Nyeri Menurut Wong-Baker


Skala nyeri ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya dengan
melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kitamenanyakan
6
keluhannya.
Keterangan (dari kiri ke kanan):

 Wajah pertama: sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali
 Wajah kedua: sakit hanya sedikit
 Wajah ketiga: sedikit lebih sakit
 Wajah keempat: jauh lebih sakit
 Wajah kelima: jauh lebih sakit sekali
 Wajah keenam: sangat sakit luar biasa hingga menangis

7
B. Konsep Terapi Komplementer

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi
Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO, dalam
Prasetyaningati & Rosyidah 2019)

Jenis-jenis terapi komplementer untuk meredakan nyeri:

1. Teknik relaksasi nafas dalam


Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
((Smeltzer & Bare, 2002 dalam Yusrizal 2012)Utomo,dkk 2020). Beberapa
penelitian telah menunjukan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif
dalam menurunkan nyeri pasca operasi. Hal ini karena relatif kecilnya peran
otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi tersebut agar efektif. Periode relaksasi yang
teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang
terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri ((Brunner & Suddart,
2001 dalam Pinandita, 2012) dalam Utomo,dkk 2020). Pada penelitian
terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik serta rata-rata tekanan darah arteri
dengan latihan relaksasi napas dalam. (Ping,dkk 2018).

8
2. Teknik relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif menjadi salah satu alternatif atau
komplementer dalam memberikan terapi menurunkan tingkat nyeri. Beberapa
artikel menunjukan efektivitas pemberian terapi relaksasi otot progresif untuk
menurutkan nyeri. Teknik ini pernah digunakan pada klien post operasi sesar
pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz Ismail dan Elgazar, menghasilkan
penurunan nyeri secara efektif (Ismail & Elgzar,2018 dalam Prihanto,2020).
Dan pada penelitian lain juga menyebutkan teknik relaksasi otot progresif
pada wanita pasca operasi caesar memiliki nyeri yang lebih rendah serta
kualitas tidur yang lebih baik(Ismail & Elgzar, 2018)

3. Teknik pemberian aromaterapi


Seperti yang diketahui aromaterapi adalah salah satu metode
nonfarmakologis untuk menangani nyeri dengan mengeluarkan
neuromodulator yaitu endorphin dan enkafalin yang berfungsi sebagai
penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang
(Sholehah,2020). aromaterapi dapat digunakan sebagai metode pelengkap
bersama dengan perawatan rutin atau bahkan sebagai alternatif metode.
Oleh karena itu, aromaterapi dapat digunakan sebagai strategi yang efektif
dan tidak rumit untuk mengurangi kecemasan dalam situasi cemas.
Karenanya, perawat dapat menggunakan metode ini untuk menstabilkan vital
tanda-tanda (Tahmasebi.H, dkk, 2020)

4. Teknik terapi musik


Terapi musik merupakan salah satu tekhnik untuk mempercepat
penyembuhan. Selama setengah abad lebih, berbagai penelitian
menunjukkan bahwa terapi musik terbukti efektif dalam membantu rehabilitasi
gangguan fisik, peningkatan motivasi dalam menjalani perawatan,
memberikan dorongan emosional untuk pasien dan keluarga,
mengekspresikan perasaan dan dalam berbagai proses psikoterapi (Djohan,
9
2006 dalam Taligan 2020). Pada penelitian terdahulu didapatkan terapi musik
dapat memiliki efek dalam mengatasi nyeri dan kecemasan selama
persalinan. (Acosta,dkk 2020)
BAB 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SOPTeknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam

a. Pengertian : Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada


pasien yang mengalami nyerikronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasansehingga mencegah
menghebatnya stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik
relaksasi
1) Posisikan pasien dengan tepat
2) Pikiran beristirahat
3) Lingkungan yang tenangTujuan :Untuk menggurangi atau
menghilangkan rasa nyeri
b. Tujuan Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi
:Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
c. Prosedur pelaksanaan :
1) Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2) Tahap orintasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
3) Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang dipahami/jelas
10
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam sehingga
rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap anggota
tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk memusatkan
perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa
nikmatnya rasanya.
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa
saat (1-2) menit.
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju
keparu-paru seterusnya rasakan udara mengalir keseluruh bagian
anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,
udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari
tangan dan kai dan rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa
nyeri kembali lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5) Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga (Sumber: Murni, 2014)

11
SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik


ini yaitu:

a. Persiapan Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan


yang tenang dan sunyi
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutu
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
b. Prosedur
1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
relaks yang dialami.
e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian
atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepala.
b. Kemudian membawa
12 kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.
4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi
di bahu punggung atas, dan leher.
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan
maupun belakang
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher
dan punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung
c. Busungkan dada,
13 tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.
12) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyakbanyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi
sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.
14) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
15) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

14
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON ESSENTIAL OIL

1. Indikasi Diberikan pada klien yang akan dan mengalami keluhan mual dan atau
muntah
2. Kontraindikasi Klien yang mempunyai alergi terhadap aromaterapi khususnya
aromaterapi lemon essential oil
3. Persiapan Alat dan Bahan
a. Aromaterapi lemon essential oil
b. Tissue
c. Sarung tangan
4. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
3) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
4) Beri kesempatan klien untuk bertanya
5) Pengaturan posisi yang nyaman bagi klien
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
3) Lakukan cuci tangan dan menggunakan sarung tangan
4) Teteskan 3 tetes aromaterapi lemon essential oil pada tissue
5) Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi lemon essential oil
selama 10 menit
6) Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk
15
klien
7) Alat-alat dirapikan
8) Cuci tangan
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Berikan umpan balik positif
3) Salam terapeutik untuk mengakhiri intervensi

16
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Terapi Musik

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis


kepada klien.

Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, mengurangi rasa Nyeri

1. Persiapan alat : CD/tape musik/handphone/earphone/headset


a. Pre interaksi
1) Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2) Observasi vital sign dan skala nyeri pasien
3) Siapkan alat-alat
4) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
5) Cuci tangan Tahap orientasi
b. Tahap orientasi
1) Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga Tahap kerja
c. Tahap kerja
1) Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2) Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
3) Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan yaitu relaksasi dan mengurangi rasa sakit.
4) Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
5) Identifikasi pilihan musik klien.
6) Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam
musik.
7) Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
8) Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman
9) Batasi stimulasi
17
eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung,
panggilan telepon selama mendengarkan musik.
10) Pastikan tape musik/CD/ handphone dan perlengkapan dalam
kondisi baik.
11) Dukung dengan headphone dan earphone/ head set jika diperlukan.
12) Memberi KIE terapi Musik akan diberikan selama 15 menit setelah
itu musik akan dihentikan 20 Atur volume musik agar nyaman untuk
pasien
13) Berikan Terapi musik selama 15 menit Terminasi
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2) Evaluasi vital sign dan skala nyeri pasien
3) Merapikan alat dan pasien
4) Mencuci tangan

18
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri merupakan suatu keadaan dimana tubuh seseorang akan


mengalami ketidaknyamanan atau rasa sakit yang kemudian akan
disampaikan melalui verbal dan bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif,
perasaan nyeri yang dialami oleh setiap orang akan berbeda-beda. Dalam hal
ini, untuk dapat memantau dan meredakan nyeri dapat dilakukan secara
mandiri oleh semua orang mulai dari remaja hingga orang dewasa.
Pemantauan dan meredakan nyeri secara mandiri dapat dilakukan dengan
cara terapi non farmakologis salah satunya adalah terapi komplementer.
Terapi komplementer adalah terapi cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Jenis-jenis terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri
yaitu, teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi otot progresif, teknik
pemberian aroma terapi, dan teknik terapi musik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, hendrik sudarmoko & (2011) ‘SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF’, pp. 1–13.

Aziz Ismail, N. I. A. and Elgzar, W. T. I. (2018) ‘The Effect of Progressive Muscle Relaxation on
Post Cesarean Section Pain, Quality of Sleep and Physical Activities Limitation’, International
Journal of Studies in Nursing, 3(3), p. 14. doi: 10.20849/ijsn.v3i3.461.

FATIMAH, O. R. (1981) ‘Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon Essential Oil Terhadap


Mual Muntah Pasca Operasi Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi di RSKIA Sadewa
Sleman’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Handayani, S. (2015) ‘No Title’, Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri
Post Sectio Caesarea Di RSUD Dr.Moewardi.
Mubarak.,Indrawati, dan J. S. (2015) ‘No Title’, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.

Ni Putu Pancani, Ss. (2021) ‘Standar Operasional Prosedur’, 148, pp. 148–162.

Novita, H. et al. (2020) ‘Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Pasca Sectio Caesarea Di Ruang Hibrida Rsu Sembiring Tahun 2020’,
Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(2). Available at:
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM.

P, N. M. S. (2019) ‘STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Teknik Mengatasi Nyeri Atau


Relaksasi Nafas Dalam’, Repository.Poltekkes-Kdi.Ac.Id. Available at:
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1497/8/LAMPIRAN.pdf.

Ping, K. F. et al. (2018) ‘The impact of music guided deep breathing exercise on blood
pressure control - A participant blinded randomised controlled study’, Medical Journal of
Malaysia, 73(4), pp. 233–238.

Prasetyaningati, D. and Rosyidah, I. (2019) ‘Modul Pembelajaran Komplementer’,


Www.Google.Com, pp. 1–17. Available at: http://www.teknologipendidikan.net/wp-
content/uploads/2012/10/Merancang-Modul-yang-Efektif.pdf.

Prihanto and Retnani, C. T. (2020) ‘Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Nyeri’,
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(4), p. Hal 491–500.

Santiváñez-Acosta, R., Tapia-López, E. de las N. and Santero, M. (2020) ‘Music therapy in


pain and anxiety management 20 during labor: A systematic review and meta-analysis’,
Medicina (Lithuania), 56(10), pp. 1–11. doi: 10.3390/medicina56100526.
Sholehah, K. S., Arlym, L. T. and Putra, A. N. (2020) ‘Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri
Mawar Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di Puskesmas Pangalengan
Kabupaten Bandung’, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(1), pp. 39–51. doi:
10.37012/jik.v12i1.116.

Utomo, C. S., et al. (2020) ‘PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM GUNA
MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr.R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA’, Journal of Nursing and
Health, 5(2), pp. 84–94. doi: 10.52488/jnh.v5i2.121.

Tahmasebi, H., et al. (2020) ‘The Effectiveness of Orange Essential Oil Aromatherapy on
Blood Pressure, Pulse Rate, and Respiratory Rate of Patients Scheduled for Coronary
Angiography: A Clinical Trial’, Preventive Care In Nursing and Midwifery Journal, 10(2), pp.
42–47. doi: 10.52547/pcnm.10.2.42.

21
LAMPIRAN

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai