Anda di halaman 1dari 22

MODUL PEMANTAUAN NYERI DENGAN TERAPI

KOMPLEMENTER

DI SUSUN OLEH :

Dita Veranita

2111102412031

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KALIMANTAN TIMUR

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karuniaNya, penulis mampu menyelesaikan penulisan modul keperawatan
dasar pemantauan nyeri dengan terapi komplementer. Modul Keperawatan Dasar ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah profesi ners pada stase keperawatan
dasar. Diharapkan modul ini mampu memberikan pengetauan terkait teknik, prinsip,
dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang dilakukan secara mandiri
atau berkelompok dan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, dan kelompok baik sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan
memperhatikan aspek bio, psiko, social kultural, dan spiritual yang menjamin
keselamatan klien (patient safety),dan pemenuhan kebutuan dasar manusia yang
paling dasar.Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa dalam
mencapai kompetensi keperawatan dasar. Modul ini tentunya masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang positif
demi perbaikan modul ini.Besar harapan kami modul ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.

Samarinda, 15 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….iii

I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………........1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………....1
B. Tujuan……………………………………………………………………………………………………………2
II. TINJAUAN TEORI ………………………………………………………………………….………………….….3
A.Konsep Nyeri………………………………………………………………………………………………….…3
B. Konsep Terapi Komplementer……………….………………………………………………….….…4
III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR……………………………………………………………………7
IV. PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..…..…8
V. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……………………...…9
VI. LAMPIRAN……………………………………………………………………………..……………………. ……10

3
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi baik


secara mandiri ataupun dibantu. Gangguan dalam hal kebutuhan kenyamanan
akanmemberikan efek negatif pada kesehatan pasien, hal yang sering menyebabkan
gangguan kenyamanan pada pasien adalah keluhan nyeri. Secara definisi nyeri
merupakan pengalaman seorang pasien secara sensori dan emisonal yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan secara potensial ataupun aktual (K.H Kumar
& Elavarasi, 2016 dalam Prihanto & Retnani 2020). Adapun menurut Handayani (2015)
nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan
kesejahteraan individu.
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, elektrik,
neoplasma(jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan
kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani,2015). Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu,
tahap perkembangan, jenis kelamin, keletihan, serta lingkungan dan dukungan keluarga
(Mubarak et al.,2015).
Pada keperawatan cara penanganan terkait nyeri bisa diatasi dengan terapi
komplementer, yang mana terapi komplementer itu sendiri merupakan cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung terhadap pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional. (WHO, dalam Prasetyaningati & Rosyidah 2019)
Untuk itu dalam mengatasi masalah keluhan nyeri pada klien, perawat
diharapkan mampu mengedukasi klien terkait nyeri hingga teknik-teknik terapi
komplementer yang dapat meredakan nyeri yang dirasakan klien.

B. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu mengajarkan


terapi komplementer untuk mengatasi rasa nyeri sesuai dengan standar
operasional prosedur agar bisa diterapkan klien sehingga keluhan nyeri bisa
diatasi secara mandiri.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan hasil dari pernyataan verbal yang disampaikan
oleh pasien bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif, perasaan nyeri
yang dirasakan pasien akan berbeda. Nyeri yang dirasakan dalam kurun
waktu kurang dari 3 bulan disebut dengan nyeri akut, sedangkan nyeri
yang dirasakan selama 3-6 bulan disebut kronis. Jenis nyeri yang sering
muncul adalah nyeri akut dan nyeri kronis (Dinakar & Stillman, 2016
dalam Prihanto,2020).
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Disamping itu, menurut International Association of the
Study of Pain (2015) Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang
tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Pendapat
lain juga menyatakan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. Sehingga nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan
sangat individual yang tidak dapat di ungkapkan kepada orang lain.
(Ratiningsih, 2010 dalam Sholehah,dkk 2020).

b. Kualitas Nyeri

Merupakan bagaimana mutu nyeri yang dirasakan oleh individu. Dalam


Garg diklasifikasikan menjadi:

1. Dull, grawing atau aching (lamban dan tumpul)

2. Throbbing, pounding atau pulsating (berdenyut-denyut)

5
3. Sharp, recurrent atau stabbing pain (menusuk dan tajam)

4. Squeezing atau crushing pain (rasa tertindih/ tertekan)

6
c. Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda.

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

2. Skala Intensitas Nyer Numerik

3.
3.
Sk
ala Intensitas Nyeri Menurut Boubanis

Keterangan:

 0: tidak nyeri
 1-3: nyeri ringan, secara objektif individu dapat berkomunikasi dengan baik
 4-6 : nyeri sedang, secara objektif individu mendesis, menyeringai, dapat
7
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
degan baik
 7-9 : nyeri berat, secara objektif individu terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
 10 : nyeri sangat berat, individu sudah tidak mampu berkomunikasi

4. Skala Intensitas Nyeri Menurut Wong-Baker


Skala nyeri ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat
ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kitamenanyakan keluhannya.

Keterangan (dari kiri ke kanan):

 Wajah pertama: sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali
 Wajah kedua: sakit hanya sedikit
 Wajah ketiga: sedikit lebih sakit
 Wajah keempat: jauh lebih sakit
 Wajah kelima: jauh lebih sakit sekali
 Wajah keenam: sangat sakit luar biasa hingga menangis

8
B. Konsep Terapi Komplementer

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi Komplementer adalah
pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan.
Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional (WHO, dalam Prasetyaningati & Rosyidah 2019)

Jenis-jenis terapi komplementer untuk meredakan nyeri:

1. Teknik relaksasi nafas dalam


Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah ((Smeltzer &
Bare, 2002 dalam Yusrizal 2012)Utomo,dkk 2020). Beberapa penelitian telah
menunjukan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan
nyeri pasca operasi. Hal ini karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam
nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
tersebut agar efektif. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk
melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan
yang meningkatkan nyeri ((Brunner & Suddart, 2001 dalam Pinandita, 2012)
dalam Utomo,dkk 2020). Pada penelitian terdahulu menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik
serta rata-rata tekanan darah arteri dengan latihan relaksasi napas dalam.
(Ping,dkk 2018).

9
2. Teknik relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif menjadi salah satu alternatif atau komplementer
dalam memberikan terapi menurunkan tingkat nyeri. Beberapa artikel
menunjukan efektivitas pemberian terapi relaksasi otot progresif untuk
menurutkan nyeri. Teknik ini pernah digunakan pada klien post operasi sesar
pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz Ismail dan Elgazar, menghasilkan
penurunan nyeri secara efektif (Ismail & Elgzar,2018 dalam Prihanto,2020). Dan
pada penelitian lain juga menyebutkan teknik relaksasi otot progresif pada
wanita pasca operasi caesar memiliki nyeri yang lebih rendah serta kualitas tidur
yang lebih baik.(Ismail & Elgzar, 2018)

3. Teknik pemberian aromaterapi


Seperti yang diketahui aromaterapi adalah salah satu metode
nonfarmakologis untuk menangani nyeri dengan mengeluarkan neuromodulator
yaitu endorphin dan enkafalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit
alami dan menghasilkan perasaan tenang (Sholehah,2020). aromaterapi dapat
digunakan sebagai metode pelengkap bersama dengan perawatan rutin atau
bahkan sebagai alternatif metode. Oleh karena itu, aromaterapi dapat digunakan
sebagai strategi yang efektif dan tidak rumit untuk mengurangi kecemasan dalam
situasi cemas. Karenanya, perawat dapat menggunakan metode ini untuk
menstabilkan vital tanda-tanda (Tahmasebi.H, dkk, 2020)

4. Teknik terapi musik


Terapi musik merupakan salah satu tekhnik untuk mempercepat
penyembuhan. Selama setengah abad lebih, berbagai penelitian menunjukkan
bahwa terapi musik terbukti efektif dalam membantu rehabilitasi gangguan fisik,
peningkatan motivasi dalam menjalani perawatan, memberikan dorongan
emosional untuk pasien dan keluarga, mengekspresikan perasaan dan dalam
berbagai proses psikoterapi (Djohan, 2006 dalam Taligan 2020). Pada penelitian
terdahulu didapatkan terapi musik dapat memiliki efek dalam mengatasi nyeri
dan kecemasan selama persalinan. (Acosta,dkk 2020)

BAB 3

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SOPTeknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam

a. Pengertian : Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada


pasien yang mengalami nyerikronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasansehingga mencegah menghebatnya
stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi
1) Posisikan pasien dengan tepat
2) Pikiran beristirahat
3) Lingkungan yang tenangTujuan :Untuk menggurangi atau menghilangkan
rasa nyeri
b. Tujuan Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi :Dilakukan
untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
c. Prosedur pelaksanaan :
1) Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2) Tahap orintasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga
3) Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu
yang kurang dipahami/jelas
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam sehingga
rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap anggota
tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk memusatkan
perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa
11
nikmatnya rasanya.
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat
(1-2) menit.
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju
keparu-paru seterusnya rasakan udara mengalir keseluruh bagian
anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kai dan rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa
nyeri kembali lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5) Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga (Sumber: Murni, 2014)

12
SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:

a. Persiapan Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutu
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
b. Prosedur
1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian
atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepala.
b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.
4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh

13
kedua telinga.
b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan di sekitar otot rahang.
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot

14
menjadi lurus.
12) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyakbanyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi
sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.
14) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
15) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

15
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON ESSENTIAL OIL

1. Indikasi Diberikan pada klien yang akan dan mengalami keluhan mual dan atau
muntah
2. Kontraindikasi Klien yang mempunyai alergi terhadap aromaterapi khususnya
aromaterapi lemon essential oil
3. Persiapan Alat dan Bahan
a. Aromaterapi lemon essential oil
b. Tissue
c. Sarung tangan
4. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi
3) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
4) Beri kesempatan klien untuk bertanya
5) Pengaturan posisi yang nyaman bagi klien
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
3) Lakukan cuci tangan dan menggunakan sarung tangan
4) Teteskan 3 tetes aromaterapi lemon essential oil pada tissue
5) Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi lemon essential oil
selama 10 menit
6) Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk klien
7) Alat-alat dirapikan
8) Cuci tangan
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
16
2) Berikan umpan balik positif
3) Salam terapeutik untuk mengakhiri intervensi

17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Terapi Musik

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis


kepada klien.

Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, mengurangi rasa Nyeri

1. Persiapan alat : CD/tape musik/handphone/earphone/headset


a. Pre interaksi
1) Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2) Observasi vital sign dan skala nyeri pasien
3) Siapkan alat-alat
4) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
5) Cuci tangan Tahap orientasi
b. Tahap orientasi
1) Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
c. Tahap kerja
1) Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2) Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
3) Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
yaitu relaksasi dan mengurangi rasa sakit.
4) Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
5) Identifikasi pilihan musik klien.
6) Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam
musik.
7) Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
8) Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman
9) Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.
10) Pastikan tape musik/CD/ handphone dan perlengkapan dalam kondisi
baik.

18
11) Dukung dengan headphone dan earphone/ head set jika diperlukan.
12) Memberi KIE terapi Musik akan diberikan selama 15 menit setelah itu
musik akan dihentikan 20 Atur volume musik agar nyaman untuk pasien
13) Berikan Terapi musik selama 15 menit Terminasi
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2) Evaluasi vital sign dan skala nyeri pasien
3) Merapikan alat dan pasien
4) Mencuci tangan

19
BAB 4

PENUTUP

a. Kesimpulan
Nyeri merupakan suatu keadaan dimana tubuh seseorang akan mengalami
ketidaknyamanan atau rasa sakit yang kemudian akan disampaikan melalui
verbal dan bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif, perasaan nyeri yang
dialami oleh setiap orang akan berbeda-beda. Dalam hal ini, untuk dapat
memantau dan meredakan nyeri dapat dilakukan secara mandiri oleh semua
orang mulai dari remaja hingga orang dewasa. Pemantauan dan meredakan
nyeri secara mandiri dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologis salah
satunya adalah terapi komplementer. Terapi komplementer adalah terapi cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional. Jenis-jenis terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk
meredakan nyeri yaitu, teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi otot
progresif, teknik pemberian aroma terapi, dan teknik terapi musik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

21
22

Anda mungkin juga menyukai