KOMPLEMENTER
DI SUSUN OLEH :
Dita Veranita
2111102412031
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karuniaNya, penulis mampu menyelesaikan penulisan modul keperawatan
dasar pemantauan nyeri dengan terapi komplementer. Modul Keperawatan Dasar ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah profesi ners pada stase keperawatan
dasar. Diharapkan modul ini mampu memberikan pengetauan terkait teknik, prinsip,
dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang dilakukan secara mandiri
atau berkelompok dan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, dan kelompok baik sehat, sakit, dan kegawatdaruratan dengan
memperhatikan aspek bio, psiko, social kultural, dan spiritual yang menjamin
keselamatan klien (patient safety),dan pemenuhan kebutuan dasar manusia yang
paling dasar.Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa dalam
mencapai kompetensi keperawatan dasar. Modul ini tentunya masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang positif
demi perbaikan modul ini.Besar harapan kami modul ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….iii
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………........1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………....1
B. Tujuan……………………………………………………………………………………………………………2
II. TINJAUAN TEORI ………………………………………………………………………….………………….….3
A.Konsep Nyeri………………………………………………………………………………………………….…3
B. Konsep Terapi Komplementer……………….………………………………………………….….…4
III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR……………………………………………………………………7
IV. PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..…..…8
V. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……………………...…9
VI. LAMPIRAN……………………………………………………………………………..……………………. ……10
3
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan hasil dari pernyataan verbal yang disampaikan
oleh pasien bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif, perasaan nyeri
yang dirasakan pasien akan berbeda. Nyeri yang dirasakan dalam kurun
waktu kurang dari 3 bulan disebut dengan nyeri akut, sedangkan nyeri
yang dirasakan selama 3-6 bulan disebut kronis. Jenis nyeri yang sering
muncul adalah nyeri akut dan nyeri kronis (Dinakar & Stillman, 2016
dalam Prihanto,2020).
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Disamping itu, menurut International Association of the
Study of Pain (2015) Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang
tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Pendapat
lain juga menyatakan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. Sehingga nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan
sangat individual yang tidak dapat di ungkapkan kepada orang lain.
(Ratiningsih, 2010 dalam Sholehah,dkk 2020).
b. Kualitas Nyeri
5
3. Sharp, recurrent atau stabbing pain (menusuk dan tajam)
6
c. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda.
3.
3.
Sk
ala Intensitas Nyeri Menurut Boubanis
Keterangan:
0: tidak nyeri
1-3: nyeri ringan, secara objektif individu dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : nyeri sedang, secara objektif individu mendesis, menyeringai, dapat
7
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
degan baik
7-9 : nyeri berat, secara objektif individu terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : nyeri sangat berat, individu sudah tidak mampu berkomunikasi
Wajah pertama: sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali
Wajah kedua: sakit hanya sedikit
Wajah ketiga: sedikit lebih sakit
Wajah keempat: jauh lebih sakit
Wajah kelima: jauh lebih sakit sekali
Wajah keenam: sangat sakit luar biasa hingga menangis
8
B. Konsep Terapi Komplementer
9
2. Teknik relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif menjadi salah satu alternatif atau komplementer
dalam memberikan terapi menurunkan tingkat nyeri. Beberapa artikel
menunjukan efektivitas pemberian terapi relaksasi otot progresif untuk
menurutkan nyeri. Teknik ini pernah digunakan pada klien post operasi sesar
pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz Ismail dan Elgazar, menghasilkan
penurunan nyeri secara efektif (Ismail & Elgzar,2018 dalam Prihanto,2020). Dan
pada penelitian lain juga menyebutkan teknik relaksasi otot progresif pada
wanita pasca operasi caesar memiliki nyeri yang lebih rendah serta kualitas tidur
yang lebih baik.(Ismail & Elgzar, 2018)
BAB 3
10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
12
SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:
a. Persiapan Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutu
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
b. Prosedur
1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian
atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepala.
b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.
4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
13
kedua telinga.
b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan di sekitar otot rahang.
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
14
menjadi lurus.
12) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyakbanyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi
sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.
14) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
15) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
15
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON ESSENTIAL OIL
1. Indikasi Diberikan pada klien yang akan dan mengalami keluhan mual dan atau
muntah
2. Kontraindikasi Klien yang mempunyai alergi terhadap aromaterapi khususnya
aromaterapi lemon essential oil
3. Persiapan Alat dan Bahan
a. Aromaterapi lemon essential oil
b. Tissue
c. Sarung tangan
4. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi
3) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
4) Beri kesempatan klien untuk bertanya
5) Pengaturan posisi yang nyaman bagi klien
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
3) Lakukan cuci tangan dan menggunakan sarung tangan
4) Teteskan 3 tetes aromaterapi lemon essential oil pada tissue
5) Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi lemon essential oil
selama 10 menit
6) Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk klien
7) Alat-alat dirapikan
8) Cuci tangan
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
16
2) Berikan umpan balik positif
3) Salam terapeutik untuk mengakhiri intervensi
17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Terapi Musik
18
11) Dukung dengan headphone dan earphone/ head set jika diperlukan.
12) Memberi KIE terapi Musik akan diberikan selama 15 menit setelah itu
musik akan dihentikan 20 Atur volume musik agar nyaman untuk pasien
13) Berikan Terapi musik selama 15 menit Terminasi
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2) Evaluasi vital sign dan skala nyeri pasien
3) Merapikan alat dan pasien
4) Mencuci tangan
19
BAB 4
PENUTUP
a. Kesimpulan
Nyeri merupakan suatu keadaan dimana tubuh seseorang akan mengalami
ketidaknyamanan atau rasa sakit yang kemudian akan disampaikan melalui
verbal dan bersifat subyektif. Karena bersifat subyektif, perasaan nyeri yang
dialami oleh setiap orang akan berbeda-beda. Dalam hal ini, untuk dapat
memantau dan meredakan nyeri dapat dilakukan secara mandiri oleh semua
orang mulai dari remaja hingga orang dewasa. Pemantauan dan meredakan
nyeri secara mandiri dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologis salah
satunya adalah terapi komplementer. Terapi komplementer adalah terapi cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional. Jenis-jenis terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk
meredakan nyeri yaitu, teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi otot
progresif, teknik pemberian aroma terapi, dan teknik terapi musik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
21
22