Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

(Dengue Hemoragic Fever)

DISUSUN OLEH :

Annisa Anggraini

NIM. 2111102412071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KALIMANTAN TIMUR

2021
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 2011). Adapun klasifikasi DHF
menurut WHO sebagai berikut:
a. Derajat I 
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif).
b. Derajat II 
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III 
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20
mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
d. Derajat IV 
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

2. Etiologi
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2007).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990).

3. Tanda dan Gejala


a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)
(Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
4. Klasifikasi DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat yaitu :
a. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
b. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
c. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Arief Mansjoer
&Suprohaita, 2007).

5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek
imun Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi–
virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak
teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya
tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem
komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari
ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila
kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai
akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3)
kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi
faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan
permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
7. Penatalaksanaan
A. Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1
th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan
pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20
– 30 ml/ kg BB )
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
B. Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
2) Observasi intake - output
3) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital
tiap 3 jam ,
4) Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
8. Pathway

Arbovirus (Aedes aegypti)

Beredar di aliran darah

Infeksi virus (viremia) Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Nyeri akut

Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a

Hypothalamus

Hipertermi

Reabsorbsi Na+ +H2O

Resiko syok hipovolemik Permeabilitas kapiler resiko perdarahan

Terjadi renjatan dan hipotensi Trombositopenia

Kebocoran plasma trombosit dalam darah

Ke ekstravaskuler Perdarahan Difisit volume cairan

Abdomen: asites Hb dalam darah Kurang pengetahuan

Mual,muntah,anoreksia suplai O2

Defisiti Nutrisi Gangguan perfusi jaringan

(Ngastiyah, 2011).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Anamnesa
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan
. pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya
meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari
berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim
kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
3) Kaji riwayat keperawatan.
b. Pengkajian Fisik
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut
nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada
ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
c. Lab dan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
d. Ig.G dengue positif
e. Trombositopenia
f. Hemoglobin meningkat
g. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
h. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia dan hipokalemia
i. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
j. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
k. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
l. Waktu pendarahan memanjang
m.Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis
metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan
komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan
yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu
setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah
vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di
jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali.
d. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan (Nanda/SDKI)
1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
3) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx. (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1. Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia (I.15506)
b/d proses (L.14134) 1. Monitor suhu tubuh
infeksi virus Setelah dilakukan 2. Berikan cairan oral
dengue tindakan 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
keperawatan 4. Anjurkan tirah baring
selama 3x24 jam, 5. Kolaborasi pemberian cairan dan
diharapkan elektrolit intravena jika perlu
termoregulasi
dapat membaik
dengan
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh (1-
5)
2. Suhu kulit (1-5)

Ket:
1 = memburuk
2 = cukup
memburuk
3 =sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik

2. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)


berhubungan (L.03030) 1. Monitor asupan makanan
dengan mual Setelah dilakukan 2. Lakukan oral hygiene sebelum makan
muntah dan tindakan 3. Berikan makanan tinggi serat untuk
nafsu makan keperawatan mencegah konstipasi
yang selama 3x24 jam. 4. Anjurkan posisi duduk
menurun. Status nutrisi dapat 5. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
membaik dengan makan
kriteria hasil: 6. Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu
1. Frekuensi
makan (1-5)
2. Frekuensi
makan (1-5)

Ket:
1 = memburuk
2 = cukup
memburuk
3 = sedang
4 = cukup
meningkat
5 = meningkat
3. Resiko terjadi Tingkat Pencegahan Perdarahan (I.02067)
perdarahan Perdarahan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
berhubungan (L.02017) 2. Pertahankan bedrest selama perdarahan
dengan Setelah dilakukan 3. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
penurunan tindakan 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan agar
faktor-faktor keperawatan tidak terjadi konstipasi
pembekuan selama 3x24 jam. 5. Anjurkan segera melapor jika terjadi
darah Tingkat perdarahan perdarahan
(trombositop dapat menurun 6. Kolaborasi obat pengontrol perdarahan, jika
eni) dengan perlu
kriteria hasil:
1. Membrane
mukosa lembab
(1-5)
2. Kelembaban
kulit (1-5)
Ket:
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup
meningkat
5 = meningkat

5
Ti
da
k
ad
a
pe
rd
ar
ah
an
gu
si,
hid
un
g,
he
m
at
e
m
esi
s
da
n
m
ele
na
)
(5)

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification
(NIC). Sixth Edition. Missouri: Mosby
Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II.
Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth


Edition. Missouri: Mosby
Ngastiyah (2011). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia (1st ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Kesehatan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (1st ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Kesehatan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2016) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(1st ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Kesehatan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai