Anda di halaman 1dari 19

TINDAKAN TERAPEUTIK TERHADAP PERMASALAHAN EMOSI, SOSIAL DAN

PSIKOLOGIS PADA PASIEN YANG MENGALAMI PERMASALAHAN


TERSEBUT DALAM KONTEKS PERAWATAN PALLIATIVE

Oleh
Kelompok 7

1. I Gede Jaya Saputra (193213013)


2. Ni Kadek Ayu Januar Cahyani (193213024)
3. Ni Komang Ristikayanti (193213029)
4. Ni Komang Sindy Octaviana Dewi (193213030)
5. Ni Luh Komang Eka Jayanti (193213032)
6. Ni Made Fedila Anindyta Putri (193213036)
7. Putu Ardia Piranika Putri (193213048)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) yang telah melimpahkan rahmatnya serta memberikan perlindungan dan kesehatan,
sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Tindakan Terapeutik Terhadap
Permasalahan Emosi, Sosial Dan Psikologis Pada Pasien Yang Mengalami Permasalahan
Tersebut Dalam Konteks Perawatan Palliative”. Dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang ajal dan Paliatif. Kami sebagai penulis menyadari
sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami banyak menemui kesulitan di karenakan
keterbatasan referensi dan keterbatasan kami sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan
yang kami miliki, maka kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Sebagai manusia kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Denpasar, 5 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Berbagai Tipe Nyeri Misalnya Somatik, Viseral Dan Neuropatik ................................. 3
2.2 Berbagai Sindrome Nyeri yang Lazim Terjadi Misalnya Plexopaties,Sensitisation ...... 4
2.3 Perbedaan manajemen nyeri untuk pasien yang di rumah sakit dengan yang di
lingkungan masyarakat ( homecare) ............................................................................... 7
2.4 Pengkajian nyeri secara komprehensif ............................................................................ 8
2.5 Aktifitas terapeutik dalam penanganan nyeri pada pasien ............................................. 11
2.6 Pengaruh psikis, emosi dan lingkungan terhadap symtom dan penanganan .................. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang
tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang,
mengubah kehidupan orang tersebut.Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit
dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2009).Peran pemberi perawatan primer pada
penanganan nyeri yaitu untuk mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan
obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi
efektivitas intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif
(Smetlzer dan Bare, 2002).

Pada pengkajian nyeri anak berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang dewasa, pada
pengkajian nyeri anak perawat harus mengkaji dari respon verbal dan non verbal. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah QUESTT: Question the child (Bertanya pada anak
mengenai rasa nyeri yang dialamI), Usepain rating scale (menggunakan skala peringkat rasa
nyeri yang sesuai dengan umur dan kemampuan anak, misal dengan menggunakan skala
wajah), Evaluatebehavior and physiologic changes (mengevaluasi perubahan tingkah laku
dan fisiologis seperti: menangis keras atau menjerit, memukul dengan tangan atau kaki),
Secure parent`s involvement (melibatkan orang tua untuk mengamati reaksi anak dalam
menghadapi nyeri), Take cause of pain into account(menentukan dan mencatat penyebab rasa
nyeri), Take action and evaluateresults (mengambil tindakan dan mengevaluasi hasilnya,
mengambil tindakan yaitu dengan menggunakan obat/ tanpa obat, sedangkan untuk
mengevaluasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal) (Wong, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Tipe Nyeri Misalnya Somatik, Viseral Dan Neuropatik?
2. Bagaimana Sindrome Nyeri yang Lazim Terjadi Misalnya Plexopaties,Sensitisation?
3. Apa Perbedaan manajemen nyeri untuk pasien yang di rumah sakit dengan yang di lingkungan
masyarakat ( homecare) ?
4. Bagaimana Pengkajian nyeri secara komprehensif ?
5. Bagaimana Aktifitas terapeutik dalam penanganan nyeri pada pasien?

1
6. Bagaimana Pengaruh psikis, emosi dan lingkungan terhadap symtom dan penanganan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai Tipe Nyeri Misalnya Somatik, Viseral Dan Neuropatik.
2. Untuk mengetahui berbagai Sindrome Nyeri yang Lazim Terjadi Misalnya Plexopaties,
Sensitisation.
3. Untuk mengetahui Perbedaan manajemen nyeri untuk pasien yang di rumah sakit dengan yang
di lingkungan masyarakat ( homecare)
4. Untuk mengetahui Pengkajian nyeri secara komprehensif.
5. Untuk mengetahui Aktifitas terapeutik dalam penanganan nyeri pada pasien.
6. Untuk mengetahui Pengaruh psikis, emosi dan lingkungan terhadap symtom dan penanganan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berbagai Tipe Nyeri Misalnya Somatik, Viseral Dan Neuropatik
 Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,

a. Nyeri Akut

Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga kurang dari 6
bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera fisik.Nyeri
akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi.Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan.Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan.Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan
(Meliala & Suryamiharja, 2007).
b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap sepanjang suatu
periode waktu.Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera fisik.Nyeri kronis dapat tidak
memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya (Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002).Nyeri kronik ini juga sering di
definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam
bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri
kronis (Potter & Perry, 2005).
 Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi,

a. Nyeri Ferifer

Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :

1. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa

2. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi dari reseptor nyeri di
rongga abdomen, cranium dan toraks.
3. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari penyebab nyeri.

b. Nyeri Sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan talamus.
3
c. Nyeri Psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat
pikiran si penderita itu sendiri.
 Menurut Tempat

a. Periferal Pain

- Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)

- Deep Pain (Nyeri Dalam)

- Reffered Pain (Nyeri Alihan) ,nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan
sumber nyerinya.
b. Central Pain

Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak, dll

c. Psychogenic Pain

Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.

d. Phantom Pain

Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya
pada amputasi.Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan
dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain

Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

 Menurut Sifat

a. Insidentil, timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang

b. Steady ,nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama

c. Paroxysmal ,nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10–
15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

d. Intractable Pain ,nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis,
pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit
yang dapat mengakibatkan kecanduan.

4
 Menurut Berat Ringannya

a. Nyeri ringan, dalam intensitas rendah

b. Nyeri sedan, menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis

c. Nyeri berat, dalam intensitas tinggi

 Menurut Waktu Serangan Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada
tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of Pain
mengkategorikan nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut
mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri :
a. Nyeri akut, timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan.

b. Nyeri Kronik Nonmalignan, diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif
atau yang menyembuh.
c. Nyeri Kronik Malignan, nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif.

 Menurut Sumbernya

a. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul sebagai akibat peransangan pada nosiseptor
(serabut A-δ dan serabut C) oleh ransangan mekanik, terminal atau termikal.
b. Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah,
nyeri metatastik, nyeri tulang, dan nyeri artritik.
c. Nyeri viseral adalah nyeri berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang
berongga, misalnya usus, kantung empedu, pankreas jantung. Nyeri juga sering diikuti
referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.
d. Nyeri neuropatik, timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Seringkali persiten,
walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya paien merasakan rasa seperti terbakar,
seperti tersengat listrik atau alodinia dan disestesia.
e. Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri
neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik
2.2 Berbagai Sindrome Nyeri yang Lazim Terjadi Misalnya Plexopaties,Sensitisation
A. Plexophaties

Istilah “plexopati” berkenaan dengan sindrom nyeri yang berhubungan dengan


pleksus saraf perifer. Abnormalitas neurologisnya, melibatkan beberapa syaraf pada
pleksus. Pada kasus brachial plexopati, nyeri diperburuk oleh pernapasan yang dalam atau
gerakan dari leher dan bahu. Palpasi yang dalam pada daerah bahu dapat menimbulkan
5
nyeri atau perasaan penuh. Nyeri pada brachial plexopati mungkin berhubungan dengan
penyebaran neoplastik ke syaraf, perlekatan dan penyebaran setelah infeksi, operasi, atau
terapi radiasi.
Plexopathy adalah gangguan yang mempengaruhi jaringan saraf, pembuluh darah,
atau pembuluh getah bening. Wilayah saraf itu berada di brakialis pleksus atau
lumbosakral. Gejala yang ditimbulkan termasuk rasa sakit atau nyeri, kehilangan kontrol
motor, dan defisit sensorik.Ada dua jenis utama plexopathy yaitu :
a. Brachial plexopathy
b. lumbosakral plexopathy.

Mereka biasanya disebabkan dari beberapa jenis trauma lokal seperti dislokasi bahu.
Kelainan juga dapat disebabkan oleh kompresi, komorbiditas penyakit pembuluh darah,
infeksi, atau mungkin idiopatik dengan penyebab yang tidak diketahui.
Langkah pertama dalam evaluasi dan manajemen plexopathy terdiri dari
mengumpulkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter kesehatan. Pola fungsi
motorik yang cacat akan terdeteksi dengan baik di ekstremitas atas atau bawah membantu
diagnosis gangguan tersebut. Xray dari tulang belakang leher, dada, dan bahu biasanya
diperintahkan jika gejala menunjukkan keadaan akut pada brakialis plexopathy. Jika
riwayat fisik mengungkapkan riwayat diabetes, penyakit vaskular kolagen, atau gejala
infeksi, dokter dapat memerintahkan serangkaian tes darah termasuk hitung darah lengkap
(CBC) dan panel metabolik yang komprehensif (CMP).
B. Sensitisation

Sensitisasi adalah karakterteristik nosiseptor dimana respon terhadap stimuli meningkat


ditempat cedera. Sensitisasi nosiseptor menghasilkan hiperalgesia primer di tempat cedera
yang menghasilkan nyeri terasa terus-menerus selama istirahat dan meningkat selama dan
setelah pembedahan, cedera, persalinan dan sakit akut. Input nosisepsi selama dan setelah
pembedahan, cedera, persalinan dan sakit akut dapat

6
meningkatkan respon saraf yang mentransmisikan nyeri di susunan saraf pusat, hal ini akan
memperbesar sensasi nyeri secara klinis.
Peningkatan respon saraf di susunan saraf pusat terhadap input aferen yang normal atau
dibawah ambang (subtreshold) disebut sensitisasi sentral (central sensitization). Besarnya
sensitisasi sentral tergantung pada banyak factor, termasuk tipe jaringan dan luasnya cedera
Sensittisasi sentral memperkuat transmisi input dari jaringan perifer dan menghasilkan
hiperalgesia sekunder, peningkatan respon neyri yang dibangkitkan oleh stimuli diluar area
cedera. Sensitisasi sentral bisa terjadi baik ditingkat spinal maupun supraspinal.
2.3 Perbedaan manajemen nyeri untuk pasien yang di rumah sakit dengan yang di
lingkungan masyarakat ( homecare)
a. Management nyeri di rumah sakit
Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit adalah suatu system/ proses pengelolaan nyeri

yang dilaksanakan di rumahsakit

Tujuan
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri pasien
b. Memfasilitasi proses penyembuhan dan fungsi yang optimal sehingga pasien cepat

pulang rawat sehingga efisiensi biaya


c. Untuk mengembangkan ketetapan dasar dalam standard pelayanan dan praktik

pengobatan untuk pasien-pasien yang mengalami nyeri

Kebijakan
a. Rumah sakit mempunyai tim pain managemen
b. Menetapkan alur pengelolaan nyeri diruang rawat inap dan rawat jalan
c. Menetapkan system pengelolaan nyeri dari pengkajian sampai dengan evaluasi
d. Semua pasien wajib dilakukan pengkajian nyeri sebagai vtal sign ke 5
e. Setiap pasien yang mendapat intervensi terhadap penatalaksanaan nyeri

diobservasi efektivitasnya
b.Management nyeri di homecare
Perawatan paliatif sebaiknya ditawarkan kepada pasien yang membutuhkan beberapa
pelayanan sesuai dengan keinginan dan kenyamanan baik dari pasien maupun keluarga. Dibeberapa
komunitas, fasilitas perawatan dirumah yang mandiri menyediakan beberapa pemilihan
penatalaksanaan. Beberapa rumah sakit memiliki persetujuan untuk berkolaborasi dalam
menyediakan perawatan dirumah, bagi pasien yang memerlukan perawatan yang berfokus pada
perawatan keluarga. Dalam contoh
7
kasus, penanganan managemen nyeri dirumah meliputi :
a. Penatalaksanaan lingkungan
b. Peningkatan komunikasi verbal dan nonverbal
c. Perbaikan suasana dan situasi lingkungan agar lebih kondusif, tetapi tidak lupa
menerapkan prinsip-prinsip medis diantaranya edukasi teknik relaksasi dan
distraksi serta penggunaan terapi farmakologi. Dalam homecare yang menjadi focus
tujuan utama bertujuan mengurangi penggunaan farmakologi dan mengurangi
nyeri. Hal inilah yang membedakan penanganan nyeri saat dirumah sakit dan
dirumah (homecare). Homecare bukan hanya terdiri dari satu tenaga kesehatan
professional melainkan sebuah satu kesatuan dari seluruh multidisiplin tenaga
kesehatan. Maka diperlukan pemantauan secara berkala oleh multidisiplin tenaga
kesehatan tersebut untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien dan perbedaan
perkembangan saat menjalani perawatan dirumah sakit dan saat menjalani
perawatan dirumah (homecare).
2.4 Pengkajian nyeri secara komprehensif

Pengkajian keperawatan pada individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga
faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi nyeri (pengalaman lalu, ansietas, dan
usia) dan respon individu terhadap strategi pada nyeri. Alat pengkajian nyeri dapat digunakan
untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat tersebut dapat bermanfaat, alat tersebut
harus memenuhi kriteria berikut:
a. Mudah dimengerti dan digunakan

b. Memerlukan sedikit upaya pada pihak pasien

c. Mudah dinilai

d. Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Informasi yang diperlukan saat
pengkajian harus menggambarkan nyeri individualdapat dilakukan dengan berbagai cara.
1) Subyektif(Self Report)

a) NRS (Numeric Rating Scale)

Merupakan alat penunjuk laporan nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri


yang sedang terjadi dan menentukan tujuan untuk fungsi kenyamanan bagi klien dengan
kemmapuan kognitif yang mampu berkomunikasi atau melaporkan informasi tentang
nyeri.

8
NRS (Numeric Rating Scale)

b) Faces Analog Scale

Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, terdiri dari enam wajah
kartun yang diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit), meningkat
wajah yang kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penuh airmata (rasa
sakit yang paling buruk).

Faces Analog Scale

c) Deskriptif/ VRS (Verbal Rating Scale)

Pasien dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (misal:
tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat; atau 0 sampai 10; 0= tidak ada
nyeri, 10= nyeri sangat hebat), nomor yang menerangkan tingkat nyeri yang dipilih oleh
pasienakan mewakilkan tingkat intensitas nyerinya.
Keterangan:

0: Tidak nyeri

1-3: Nyeri ringan ( secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik)

4-6: Nyeri sedang(secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan


lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9: Nyeri berat ( secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi

9
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi).
10: Nyeri sangat berat ( klien tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).

Verbal Rating Scale (VRS)

d) Visual Analog Scale (VAS)

Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan Visual
Analog Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasanya 10 cm
(atau 100 mm), dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, seperti
angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai VAS 0 -<4 = nyeri ringan,
4 -<7 = nyeri sedang dan 7
-10 = nyeri berat.

2) Obyektif

Pada pasien yang tidak dapat mengkomunikasikan rasanyerinya, yang perlu


diperhatikan adalah perubahan perilaku pasien. CPOT (Critical Care Pain Observation Tool)
dan BPS (Behavioral Pain Scale) merupakan instrumenyang terbukti dapat digunakan untuk
menilai adanya perubahan perilaku tersebut.
a) Behavioral Pain Scale(BPS)

BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada prosedur
yang menyakitkan seperti tracheal suctioning ataupun mobilisasi tubuh. BPS terdiri dari
tiga penilaian yaitu ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas, dan komplians dengan
mesin ventilator. Setiap subskala diskoring dari 1 (tidak ada respon) hingga 4 (respon
penuh). Karena itu skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12 (nyeri maksimal). Skor
BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan sebagai nyeri yang tidak dapat diterima
(unacceptable pain)

10
The Behavioral Pain Scale(BPS)

b) Critical Care Pain Observation Tool(CPOT)

CPOT dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi antara lain: mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS >4, tidak mengalami brain injury, memiliki fungsi
motorik yang baik. CPOT terdiri dari empat domain yaitu ekspresi wajah, pergerakan,
tonus otot dan toleransi terhadap ventilator atau vokalisasi (pada pasien yang tidak
menggunakan ventilator). Penilaian CPOT menggunakan skor 0-8, dengan total skor
≥ 2 menunjukkan adanya nyeri.

Critical Care Pain Observation Tool (CPOT)

2.5 Aktifitas terapeutik dalam penanganan nyeri pada pasien

A. Stimulas Kutaneus

11
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk

menghilangkan nyeri. Beberapa teknik stimulasi kulit antara lain :


1. Kompres dingin
2. Analgetic ointments
3. Counteriritan, seperti plester hangat
4. Contralateral stimulation , yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan

area nyeri
B. Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain
sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan
diantaranya dengan :
1. Nafas dalam lambat dan berirama
2. Massage and slow, rhythmic breating
3. Rhythmic singing and tapping
4. Active listening
5. Guide Imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan music

yang lembut
C. Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa

keuntungan antara lain :


1. Relaksasi akan menrunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode intirahat dan tidur
5. Meningkatkan efektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976,959) menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai
berikut:
1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan

rasakan betapa nyaman hal tersebut


3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu

12
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah ke 4 dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung,

dan kelompok otot-otot lainnya.


6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat, klien dapat bernafas secara dangkal.
2.6 Pengaruh psikis, emosi dan lingkungan terhadap symtom dan penanganan
1. Psikis
Pengaruh psikis berpengaruh pada tekanan yang akan dihadapi pasien, selain itu akan

menimbulkan gejala-gejala fisik seperti :


a. Takikardi.
b. Takipneu.
c. Tremor.
d. Peningkatan produksi keringat berlebih tidak jarang menimbulkan hipertemi.
Pengaruh lain akibat psikis yaitu berpengaruh pada komunikasi pasien di tandai dengan
kemampuan komunikasi menurun, ketidakefektifan ekspresi verbal, ketidakefektifan di
dalam memberikan respon pada proses komunikasi efektif.

2. Emosi
Pengaruh emosi terhadap proses management nyeri terkait dengan symtom yaitu

diekspresikan melalui baik ekspresi verbal maupun non verbal.


Ekspresi secara nonverbal diantaranya:
a. Meringis
b. Merintih
c. Mengenang area yang tersa nyeri secara terus-menerus
d. Wajah memerah
Ekspresi secara verbal yaitu:

13
a. Mengatakan adanya nyeri
b. Mampu menunjukan area nyeri
c. Mampu menentukan area nyeri
d. Mampu mengatakan seberapa dalam nyeri yang dirasakan
Pengaruh yang ditimbulkan pasien sering kali melampiaskan rasa nyerinya dengan
bersikap kontradiktif terhadap keluarga atau lingkungannya (mudah marah). Selain itu,
kecenderungan mengurung diri dan menangis untuk menahan rasa nyerinya.

3. Lingkungan
Pengaruh nyeri terhadap lingkungan, yaitu mempengaruhi dua aspek lingkungan yaitu

meliputi :
a. Lingkungan Internal
Lingkungan internal diantaranya meliputi ; lingkungan keluarga dan kerabat

dekat.
b. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal meliputi :
- Lingkungan sosial diarea tempat tinggal pasien
- Meliputi lingkungan tempat rawat inap pasien
- Meliputi lingkungan selama melakukan prosedur tindakan medis yang diberi

14
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenagkan bersifat sangat


subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya.Aktifitas terapeutik dalam penanganan nyeri pada pasien
bisa dilakukan dengan cara : stimulas kutaneus, distraksi dan relaksasi. Sindrom nyeri
yang lazim terjadi misalnya: plexopaties dan sensitisasi. Istilah “plexopati” berkenaan
dengan sindrom nyeri yang berhubungan dengan pleksus saraf perifer. Sensitisasi
adalah karakterteristik nosiseptor dimana respon terhadap stimuli meningkat ditempat
cedera. Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu, nyeri akut dan nyeri kronik.
Menurut sumbernya yaitu nyeri nosiseptif, nyeri visceral, nyeri neuropatikdan nyeri
psikogenik Jadi untuk menjadi seorang perawat professional, maka semua itu diawalai
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, maka gunakanlah bahasa
komunikasi yang professional juga, yaitu komunikasi terapeutik itu sendiri
3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi
pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Arr-Ruzz Media

Meliala, L. Suryamiharja, A. (2007). Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik :ISBN


Merisa, Defi. 2018. NyeriPaliatif. (online).

(https://www.scribd.com/mobile/document/369767858/356001541-Nyeri-Paliatif diakses
tanggal 6 maret 2021)

16

Anda mungkin juga menyukai