Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CA SERVIKS

Disusun Oleh
Kelompok 10

1. Ayu Kumala Apsari (19.321.3007)


2. I Dewa Ayu Diah Savitri (19.321.3012)
3. Ni Komang Siti Aryani (19.321.3031)
4. Ni Putu Dewi Murdani (19.321.3039)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan CA Serviks” ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
dalam menempuh pendidikan Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wira Medika Bali pada Semester V tahun 2021.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan beberapa
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih yang setulus–tulusnya kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh karena itu
segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya – karya penulis berikutnya.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 30 September 2021

Penulis,
A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi
Kanker serviks/kanker leher rahim termasuk dalam kategori
tumor ganas yang timbul di leher rahim wanita. Kanker ini dapat meluas
ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine, 2012). Dari beberapa
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker serviks/kanker
leher rahaimadalah tumor ganas atau neoplasma yang berkembang di
daerah leher rahim wanita.
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher

rahim merupakan keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks
terjadi ketika sel pada serviks mengalami pertumbuhan yang tidak normal
serta menginvasi jaringanatau organ – organ lain disekitar serviks seperti
pada vagina bagian dalam, kandung kemih, rektum, dinding panggul,
ginjal, hati, paru-paru dan tulang (Arisusilo, 2012). Serviks merupakan
bagian dari organ reproduksi internal wanit tepatnya sepertiga
bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan terletakdiantara
rahim (uterus) dengan vagina (Kemenkes RI, 2015). Kanker
serviksmerupakan kanker yang disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16
dan 18.
Dalam konteks pelayanan kegawat daruratan, aspek asuhan
keperawatan pada tahap pelaksanaan/implemetasi harus mengacu pada
dokrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life saving
(waktu adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah respon time
(waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≥ 2 jam dengan
lingkup pelayanan kegawat daruratan yaitu melakukan primery survei,
tanpa dukungan alat diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary
survey menggunakan tahap ABCD yaitu A: Arway management, B :
Breahiting managemen, C : Circulation managemen, D : Disabiliy
managemen dan E : Exposure managemen. Pada kasus Kanker sevik
dengan stadium lanjut (stadium IVA dan IVA) ditemukan
kegawatdaruratan pada pola nafas tidak efektif, penurunan kesadaran serta
nyeri hebat yang dirasakan pada daerah perut tembus kebelakan(Basoeki,
dkk, 2015).
Gambar 2.1
Cerviks Sehat Dan Terkena Kanker

2. Anatomi Fisiologi
Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita yang
terdapat di luar dan di dalam tubuh.
Gambar 2.2
Anatomi Cerviks

1) Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam

a) Ovarium

Merupakan organ utama pada wanita. Ovarium (indung telur) berjumlah


sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam
rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan
ovum setiap 28 hari. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam rongga perut
pada daera pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan
sel ovum dan hormon wanita seperti: Estrogen yang berfungsi untuk
mempertahankan sifat sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam
prosers pematangan sel ovum. Progesterone yang berfungsi dalam
memelihara masa kehamilan.
b) Fimbriae

Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium


berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel
ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
c) Infundibulum
Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan
dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
d) Tuba fallopi
Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat
fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada
dindingnya.
e) Oviduct
Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi.Berfungsi sebagai tempat
fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
f) Uterus
Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir dengan
bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe
uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu
janin. Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan yang
terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus), Miometrium (lapisan yang kaya akan
sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan
kembalike bentuk semula setiap bulannya), Endometrium (lapisan terdalam yang kaya
akan seldarah merah.
Bila tidak terjadi pembuahan maka dinding endometrium inilah yang akan
meluruh bersamaan dengan selovum matang).
g) Fimbriae
Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan
dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang
yang dikeluarkan oleh ovarium.
h) Infundibulum
Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan
dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
i) Tuba fallopi
Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat
fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada
dindingnya.
j) Oviduct
Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi.Berfungsi sebagai tempat
fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya
k) Uterus

Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir dengan
bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe
uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu
janin. Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan yang
terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus), Miometrium (lapisan yang kaya akan
sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan
kembalike bentuk semula setiap bulannya), Endometrium (lapisan terdalam yang kaya
akan seldarah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka dindingendometrium inilah
yang akan meluruh bersamaan dengan selovum matang).
l) Cervix
Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga
sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan
keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.

m) Saluran vagina

Merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.


n) Klitoris
Merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. Sering disebut dengan klentit.
2) Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
a. Vagina
Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar.
Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering
disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara.
b. Vulva
Merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar. Vulva terbagi atas sepertiga bagian
bawah vagina,klitoris, dan labia. Hanya mons dan labia mayora yang dapat terlihat pada
genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini
berasal dari arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva
mengalir ke nodus inguinalis.

3) Alat genetalia luar terdiri dari :


a) Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas simfisis pubis.
Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.
b) Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora banyak
mengandung urat syaraf. Labia mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna
wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada mons pubis
c) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus
membuka labia mayora terlebih dahulu.
d) Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang dapat mengeras
dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf, jadi homolog dengan penis dan
merupakan organ perangsang seksual pada wanita.
e) Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka belakang
dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari : liang
senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f) Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada
bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada
yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui
satu jari. Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama
kali.
g) Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital
dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan
perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus.

3. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namum ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjo, antara lain :

1) Pemekaian celana ketat

Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak
daya hidup sebagian mikro organisme, dan mendukung perkembangan sebagian
mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak
seimbang. Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang
justru menyebabkan terjadinya infeksi
2) Umur
Umur pertamakali melakukan hubungan seksual penelitian menunjukkan bahwa
semakin mudah wanita melaukan hubungan seksual semakin besar mendapatkan
kanker serviks. Hubungan seksual pad usia 20 tahun di anggap masih terlalu
mudah umur peningkatan usia seseorang kinerja organ-organ dan kekebalan
tubuhnya. Danitu membuatnya relatif muda terserang berbagai infeksi. Kanker
rahim berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun.
3) Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal.
Pada proses persalinan normal, baik bergerak melalui mulut rahim
dan ada kemungkinan sedikit merusak jarinagn epitel ditempat
tersebut. Pada kasus wanita yang melahirkan lebih dari 2x dan
dengan jarak yang terlalu dekat. Keruskan jaringan epitel in
berkembang kearah pertumbuhan sel upnormal yang brtpotensi
ganas.
4) Penurunan sistem kekebalan tubuh
Tunuh kita memiliki serangkaian sistem kekebalan yang secara
otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan
pertumbuhan sel upnormal. Namun dalam kondisi tertentu, sistem
kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya
pun melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang
menjalani oprasi gagal ginjal, atau pengidap virus HIV. Denga
melemahnya sistem kekebalan, maka perkembanagn infeksi tidak
terhambat, dan pertumbuhan sel upnormal terus meningkat hingga
mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).
5) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol )
DES ( Diethilstilbestrol ) adalah obat penguat kehamilan yang
dikomsumsi untuk mencegah keguguran. Oabat ini sekarang sudah
tidak popular para ahli menyimpulkan DES berpotensi
menimbulakn sel kanker diwilayah serviks.
6) Pemakaian Pil KB.
Pemakaian pil KB secara terus menerus berpotensi menimbulkan
kanker seviks. Pada pemakaian lebih dari 5 tahun, resiko ini
menetap menjadi 2x lebih besar dibanding wanita yang tidak
memakai pil KB.

7) RAS
Pola kehidupan sosial ekonomi tiap-tiap ras dapat berpengaruh
terhadap meningkatan resiko mengidap kanker rahim. Hasil
penelitian menunjukkan Ras afrika-amerika paling beresiko tinggi
mengidap kanker rahim. Sementara Amerika-hispanik cenderung
dibawahnya. Adapun ras Asia- Amerika relatif sama dengan
Amerika-Hispanik.
8) Polusi Udara
Polusi udara baik yang bersal dari asap rokok, emisi kendaraan,
pabrik dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa
karsinogen yang berpotensi memunculkan sel kanker
9) Pemakian anti septik di vagina
Wanita moderen selalu ingin tampil sempurna termasuk diwilayah
pribadinya. Kali ini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina
yang bisa membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun
pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik
tersebut dapat membunuh bakteri dosekitar vagina, termasuk
bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis
yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut.
Iritasi ini bisa berkembang menjadi sel upnormal yang berpotensi
displasia.
10) Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat larsinoma serviks.
11) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap
kanker serviks ini.
12) Inveksi Virus
Inveksi virus Herpes simpleks (HISV-2) dan virus papiloma atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.

4. Patofisioloi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh
Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses
pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan oleh
squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga
SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus
herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi
ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker
yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di
daerah Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio.
Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan tanda-tanda dan
keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive
(metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.

1) Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:


 Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
 Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
 Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
2) Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial
(CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:
 CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga,
perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
 CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel
yang lebih rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik
terjadi di atas sel epitel ketiga.
 CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk
pada semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan
karsinoma insitu.
Pathway

Virus HPV Virus herpes simplex Faktor-faktor resiko


Sito megalo virus

Ca Cerviks

Luka
Pengobatan Pendarahan

Psikologis
Hipovolemi, Anemia Bau Menyebar ke
Eksternal Kemoterapi busuk pelvik
Kurang radiasi
Kelelahan
pengetahuan
Gangguan Tekanan
Citra intrapelvik
Intoleransi Tubuh
aktivitas
Ansietas
Tekanan
intra
Peningkatan Depresi Mulut abdomen
pemanasan pada sumsum tulang kering
epidermis kulit stomatiti
s Nyeri
Hb Kronis
Eritema, pecah-
pecah, keriinng,
puiritus Anemia Keletihan

Sel kurang O2
Kerusakan Integritas
Kulit
Gastrointestin
kurang O2
Risiko
Kerusakan Kekurangan volume
Integritas Mual, muntah cairan
Kulit
Nutrisi kurang

Kelemahan/kelelahan

Daya tahan tubuh


berkurang Risiko infeksi
12

5. Klasifikasi Ca Cerviks
Penentuan diagnosis stadium kanker serviks sangat penting untuk pengobatan atau
penanganan yang tepat. Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5 jenis.
Menurut Cancer Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan sebagai
berikut:
1) Stadium 1

Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada di


serviks dan ukuran kelainannya kurang dari 3 mm.

Stadium ini berarti bahwa kanker hanya terdapat dalam leher


rahim. Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada stadium ini, yaitu:
 Stadium 1A
Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Stadium 1A1 berarti kanker telah tumbuh kurang dari 3
milimeter (mm) ke dalam jaringan leher rahim, dan kurang dari 7 mm
lebarnya. Stadium 1A2 berarti kanker telah tumbuh antara 3 dan 5 mm
ke dalam jaringan serviks, tetapi masih kurang dari 7 mm lebarnya.
Gambar 2.3 Stadium 1A

 Stadium 1B
Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi kanker masih
hanya dalam jaringan serviks dan belum menyebar. Biasanya dapat
dilihat tanpa mikroskop, tetapi tidak selalu terlihat. Pada stadium 1B1
kanker tidak lebih besar dari 4 cm. Pada tahap 1B2 kanker lebih besar
dari 4 cm.
13

Gambar 2.4
Stadium 1B1 dan 1B2

2) Stadium 2
Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai menyebar di luar leher
rahim ke dalam jaringan sekitarnya. Namun belum tumbuh ke dalam otot
atau ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian bawah
vagina. Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:
 Stadium 2A
Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam bagian atas vagina.

Gambar 2.5 Stadium 2A

 Stadium 2B
Pada tahap 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di sekitar leher rahim.
Gambar 2.6 Stadium 2B
14

3) Stadium 3
Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi masih berada
didalam rongga panggul dan belum masuk sampai kandung kemih atau
rektum.Namun kelenjar getah bening sudah bisa mengandung sel kanker.
Kanker pada stadium ini adalah kanker yang tingkat dan gejalanya sudah
semakin parah. Stadium 3 ini dibagi menjadi dua, yaitu:

Gambar 2.7 Stadium 3A

 Stadium 3B
Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke dinding panggul
bahkan sudah bisa memblokir ureter karena ukurannya yang sudah
membesar. Sumbatan ini bisa menyebabkan ginjal berhenti bekerja.

Gambar 2.8 Stadium 3B


15

4) Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung kemih,
rektum atau yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua,
yaitu 4A dan 4B.
 Stadium 4A
Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum serta
kelenjar getah bening.
Gambar 2.9Stadium 4a

 Stadium 4B
Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan kelenjar
getahbening lain selain panggul seperti hati, perut, paru-paru, saluran
pencernaan, tulang.
Gambar 2.10 stadium 4B

6. Tanda dan gejala.

1) Stadium I karsinoma tersebut pada serviks


 Stadium IA : Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal)
Tanda dan gela yangg muncul pada stadium IA biasanya tidak nampak,
kalupun ada hanya berupa keputihan berwarna putuh pucat atau merah
muda dan berbau
 Stadium IB : karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
16

Tanda dan gejala yang muncul pada stadium IB berupa keputihan berwarna
berwarna kecokelatan atau berdarah, aroma yang menyengat, jumlah yang
lebih banyak daripada biasanyadan sedikit perdarahan setelah berhubungan
seksual.
2) Stadium II karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding
panggul
 Stadium IIA : kanker sudah meluas menjadi 5cm atau lebih dan
kedalaman kanker lebih jauh, kanker juga semakin meluas merambah sisi
vagina.
Tanda dan gela yang muncul pada stadium IIA berupa Vagina berair dan
mengeluarkan aroma busuk, Vagina terasa nyeri dan tidak nyaman saat
berhubungan intim, dan Perdarahan setelah berhubungan intim, baik saat
menstruasi maupun di periode menopause.
 Stadium IIB : Kanker sudah menyebar ke jaringan yang berada di samping
leher rahim (parametria).
Tanda dan gejalaberupa perdarahan akan semakin kentara. Bukan lagi
hanya keluar bercak darah biasa dari vagina, tetapi kadang berupa darah
segar. Pada beberapa kondisi, kemungkinan penderitanya akan terus
mengeluarkan darah menstruasi tanpa jeda atau datang dan pergi dalam
durasi yang pendek serta nyeri yang dirasakan pada daerah perut bagian
bawah.
3) Stadium III karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan
rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan
komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginal.
 Stadium IIIA : Belum mencapai dinding panggul
Gejala kanker serviks stadium IIIA sudah sangat jelas, yaitu berupa
perdarahan abnormal, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau, dan
terjadi intasi vagina serta mukosa vulva. Perdaraha vagina akan semakin
sering terjadi dan nyeri semakin progresif
 Stadium IIIB : Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada idronefrosis
atau afungsi ginjal.
17

Serangan kanker sudah akan mulai menyebar pada jaringan saraf yang
terdapat pada area panggul yang akan menyebabkan penyumbatan pada
area selangkangan dan perut. Dalam hal ini biasanya perut pasien akan
terlihat membesar, pasien juga akan merasakan amat sakit pada perut
bagian bawah dan kadang berpindah sakitnya dari perut bagian kiri
kemudian ke perut bagian kanan. Aliran darah yang menuju kaki juga
akan tersumbat karena tekanan, sehingga memicu pembengkakan pada
kedua kaki atau salah satunya. pasien bisa mengeluhkan rasa nyeri ringan
hingga sedang pada ginjal akibat endapan cairan pada ginjal.
4) Stadium IV karsinoma sudah meluas keluar velvik kecil (True velvic atau
secara klinik sudah mengenai mukaso veksika urinaria dan rektum).
 Sadium IVA : Menyebar ke kandung kemih atau rektum, dan kelenjar
getah bening atau tempat jauh. Pada stadium IVA Serangan kanker sudah
akan mulai menyebar pada jaringan saraf yang terdapat pada area pelvis
yang akan menyebabkan Pasien juga akan kesulitan buang air kecil
(BAK), Penurunan jumlah urine, urine berdarah, atau inkontinensia urine
(tidak dapat menahan pipis)karena saluran kencing tersumbat oleh massa
kanker.
Gejala jika kanker serviks menyebar ke kelenjar getah bening :
Gejala paling umum yang terjadi ketika kanker menyebar ke kelenjar
getah bening adalah teraba keras atau bengkak pada Kelenjar getah
bening yang terlibat. Kanker serviks dapat menyebar ke kelenjar getah
bening di daerah antara tulang pinggul. Sel-sel kanker juga dapat
menghentikan aliran cairan getah bening. Hal ini bisa menyebabkan
pembengkakan di kaki karena cairan getah bening yang menumpuk akibat
bendungan tersebut. Pembengkakan ini disebut lymphoedema
(limfedema).
 Stadium IVB : Menyebar ke organ yang jauh seperti hati, paru-paru,
tulang. Gejala kanker serviks menyebar ke hati:
ketidaknyamanan atau rasa sakit di sisi kanan perut, merasa
sakit/meriyang, nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan, perut
18

bengkak (disebut asites) menguningnya kulit (jaundice),gatal pada kulit


sekujur tubuh.
Gejala jika kanker serviks menyebar ke paru-paru:
Ketika kanker sudah bermetastase (berpindah) sampai di paru-paru akan
menghambat proses ventilasi. Ventilasi yang tidak maksimal akan
menyebabkan jantung membutuhkan usaha lebih untuk memompa darah,
karena tidak adekuatnya ventilasi dan beban jantung meningkat, cairan
paru-paru menumpuk dan keluar melalui dinding sel sehingga muncul
gejala sebagai berikut :
- Batuk yang tidak kunjung hilang
- Sesak napas
- Lebih mudah mengalami infeksi paru
- Batuk darah
- Penumpukan cairan antara dinding dada dan paru (efusi pleura)
- Penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk
- Terdapat bunyi tambahan snoring
Gejala kanker serviks stadium 4 jika telah menyebar ke tulang:

Gejala paling umum jika kanker telah menyebar ke tulang

adalah nyeri tulang, nyeri tumpul ataupun menusuk. Bahkan

nyerinya sering muncul tak terduga, tak jarang

membangunkan penderitanya saat tidur. Selain rasa sakit,

tulang yang tertekan juga menjadi lebih lemah dan cenderung

mudah patah (fraktur).

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Sitologi/Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah
pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini
kanker leher rahim. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan
19

stadium dari kanker serviks :


a) Normal
b) Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c) Displapsia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d) Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar)
e) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Keuntungan: murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat.
Kelemahan: tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2) Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen
karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka
hasil yang didapatkan yaitu :
 Epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3) Koloskopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks
dan bagian serviks yang abnormal. Memeriksa dengan
menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Hasil pemeriksaan kolposkopi yaitu :
 Benigna
Epitel gegepan normal, ectodi, zone transforman dan perubahan
peradangan.
 Suspek
Lekoplakia, punctation : daerah bertitik merah, palpillary punctation,
mozaik, dan transformasi yang atypis
20

Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan


sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja
yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
4) Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
5) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.
Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga
kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain.
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak
bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.

Tabel 2.1
Hasil Tes IVA

Klasivikasi IVA Temuan Klinis


Hasil Tes-Positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite,

biasanya dekat SSK


Hasil Tes-Negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi,
nabothian cysts.
Kanker Massa mirip kembang kol atau bisul

6) Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat
21

komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks


dengan mengukur kadar hemoglobin yang akan menurun , leukosit
meningkat, trombosit meningkat dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel- sel tubuh.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kegawat daruratan kanker serviks,


tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara
yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umumberdasarkan stadium
kanker serviks:
Tabel 2.2
Klasifikasi penatalaksanaan

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut Histerektomi
0 transvaginal
Biopsi kerucut
Ia Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta
Ib,Iia
(bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca
pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi Radiasi
IVa, Ivb paliatif Kemoterapi

Menurut Reader dkk (2013), penatalaksanaan pada kanker


serviks yaitu :

1) Stadium IA
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histektomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
22

serviks
2) Stadium IB dan IIB
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bolateral
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah
serviksnsampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan
biasanya dengan radioterapi, kemoterapi dan pembedahan.
9. Konsep teori pemberian O2
1) Nasal kanul
Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan
aliran 1-6 liter/menit dengan frekuensi oksigen (O2) (Fi- 02) anatar
24-44%. Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan fraksi
oksigen secara bermakna di atas 44% dan dapat mengakibatkan
mukosa membran menjadi kering
2) Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksigen (O2)
dan karbom dioksida (CO2) hasil ekpirasi. Alat ini mampu
menyediakan fraksi oksigen (O2) (Fi-02) sekitar 40- 60% dengan
aliran sekitar 5-10 liter/menit. Pada penggunaan alat ini di
rekomendasikan agar aliran oksigen dapat tetap di pertahankan
sekitar 5 liter/menit atau lebih yang bertujuan untuk mencegah
karbon dioksida yang telah dikeluarkan dan tertahan pada sungkup
untuk terhirup kembali.

Frekuensi oksigen (O2) (Fi-02) pada

Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi


Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)
23

Nasal Kanul
1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36
5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
0,5-4 Liter/ menit 24-40
Sungkup Oksigen (O2)
5-6 Liter/ menit 40
6-7 Liter/ menit 50
7-8 Liter/ menit 60
Sungkup dengan Reservoir
6 Liter/ menit 60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80
9 Liter/ menit 90
10 Liter/ menit > 99
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
Sistem Arus Tinggi
Sungkup Venturi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


KANKER SERVIKS (CA SERVIKS)

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan:
24

1) Status kesehatan saat ini


2) Status kesehatan masa lalu
3) Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang
mengandung zat–zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
serviks.
2) Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh ibu.
3) Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa
juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot
abdominal
4) Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis
makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker
serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari
perkembangan janin.
5) Pola kognitif – perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
pengecap. Bila sudah metastase ke organ tubuh
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.
25

Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering
berganti – ganti pasangan seksual.
7) Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan
skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu
orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
8) Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan (dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
9) Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
10) Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya.
11) Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurang asupan makanan
d.d berat badan menurun, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat.
b. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien merasa bingung, pasien
merasa khawatir dengan kondisinya, pasien tampak gelisah.
c. Risiko kerusakan integritas kulit d.d terapi radiasi
d. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif.
26

e. Nyeri kronis b.d kondisi pasca trauma d.d pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis kesakitan, pasien tampak gelisah.
f. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d frkuensi nadi
meningkat, tekanan arah menurun, dan pasien merasa lemah.
g. Gangguan Citra Tubuh b.d efek tindakan/pengobatan d.d fungsi struktur tubuh
berubah, menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan, hubungan sosial
berubah.
h. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d frekuensi jantung meningkat, tekanan
darah berubah, sianosis.
i. Keletihan b.d kondisi fisiologis d.d tidak mampu mempertahankan aktivitas
rutin, tampak lesu, kebutuhan istirahat meningkat.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Kep. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selaman 3x24 Observasi :
kebutuhan b.d jam, diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi px
kurang asupan nutrisi terpenuhi dengan 2. Monitor berat badan
makanan d.d berat kriteria hasil : 3. Monitor asupan makanan
badan menurun, - Makanan yang dihabiskan Terapeutik :
bising usus meningkat 4. Berikan makanan tinggi serat, kalori
hiperaktif, membran - BB bertambah dan protein
mukosa pucat - Tidak sariawan Edukasi :
- Nyeri abdomen berkurang 5. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahi gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
2. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
terpapar informasi keperawatan selama 3x24
27

d.d pasien merasa jam, diharapkan tingkat Observasi :


bingung, pasien ansietas menurun dengan
1. Monitor tanda-tanda ansietas
merasa khawatir kriteria hasil :
Terapeutik :
dengan kondisinya, - Verbalisasi kebingungan
pasien tampak menurun 2. Temani px untuk mengurangi
gelisah. - Gelisah berkurang kecemasan
- Tegang berkurang 3. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Konsentrasi meningkat anjurkan mengungkapkan perasaan
- Pola tidur meningkat
Edukasi :
- Kontak mata meningkat
4. Latihan teknik
relaksasi

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas,jika perlu.
3. Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
integritas kulit d.d keperawatan selama 3x24
1. Identifikasi penyebab gangguan
terapi radiasi jam, diharapkan integritas
integritas kulit (mis. Perubahan
kulit meningkat dengan
sirkulasi, perubahan statusnutrisi,
kriteria hasil :
penurunan kelembaban, suhu
- Kerusakan kulit
lingkungan ekstrim, penurunan
menurun
mobilitas)
- Nyeri menurun
Terapeutik :
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
- Hematoma menurun baring

3. Gunakan produk berbahan petrilium


atau minyak pada kulit kering

Edukasi :

4. Anjurkan menggunakan pelembab


(mis. Lotion dan serum)
28

5. Anjurkan minum air yang cukup

6. Anjurkan mandi dan menggunakan


sabun secukupnya.
4. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
efek prosedur keperawatan selaman 3x24 Observasi

invasif jam, diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi

infeksi menurun dengan lokal dan sistemik

kriteria hasil : Terapeutik

- Demam menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah

- Kemerahan kontak dengan pasien dan

menurun lingkungan pasien

- Nyeri menurun Edukasi

- Bengkak menurun 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


4. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian imunisi, jika
perlu
5. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
kondisi pasca keperawatan selaman 3x24 Observasi
trauma d.d pasien jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri, nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas dan
pasien tampak kriteria hasil : intensitas nyeri
meringis kesakitan, - Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
pasien tampak menurun Terapeutik
gelisah. - Meringis menurun 3. Berikan teknik nonfarmakologi
- Frekuensi nadi 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
29

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik
6. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Managemen Hipovolemia
cairan b.d keperawatan selaman 3x24 Observasi
kehilangan cairan jam, diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
aktif d.d frkuensi keseimbangan cairan hipovolemia
nadi meningkat, terpenuhi dengan kriteria 2. Monitor intake dan output cairan
tekanan arah hasil : Terapeutik
menurun, dan pasien - Asupan cairan 3. Hitung kebutuhan cairan
merasa lemah. meningkat 4. Berikan asupan cairan oral
- Output urin Edukasi
meningkat 5. Ajarkan memperbanyk asupan oral
- Deidrasi menurun Kolaborasi
- Tekanan darah 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik isotonis

7. Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh


Tubuh b.d efek keperawatan selaman 3x24 Observasi
tindakan/pengobatan jam, diharapkan citra tubuh 1. Identifikasi harapan citra tubuh
d.d fungsi struktur pasien meningkat dengan berdasarkan tahap perkembangan
tubuh berubah, kriteria hasil : Terapeutik
menyembunyikan - Melihat bagian 2. Diskusikan kondisi stres yang
bagian tubuh secara tubuh membaik mempengaruhi citra tubuh
berlebihan, - Menyentuh bagian 3. Diskusikan persepsi pasien dan
hubungan sosial tubuh membaik keluarga tentang perubahan citra
berubah. - Verbalisasi bagian tubuh
tubuh membaik Edukasi
- Verbalisasi 4. Jelaskan kepada keluarga tentang
kehilangan bagian perawatan perubahan citra tubuh
tubuh membaik
30

8. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi


b.d kelemahan d.d keperawatan selaman 3x24 Observasi
frekuensi jantung jam, diharapkan toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat, tekanan aktifitas meningkat dengan yang mengakibatkan kelelahan
darah berubah, kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan
sianosis. - Keluhan lelah emosional
menurun Terapeutik
- Dispnea saat 3. Sediakan lingkungan nyaman dan
aktifitas menurun rendah stimulus
- Dispnea setelah 4. Berikan aktivitas distraksi yang
aktifitas menurun menenangkan
- Frekuensi nadi Edukasi
membaik 5. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
9. Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi aktivitas/istirahat
kondisi fisiologis keperawatan selaman 3x24 Observasi
d.d tidak mampu jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
mempertahankan keletihan menurun dengan kemampuan menerima informasi
aktivitas rutin, kriteria hasil : Terapeutik
tampak lesu, - Verbalisasi 2. Sediakan materi dan media
kebutuhan istirahat kepulihan energi pengaturan aktivitas dan istirahat
meningkat. meningkat Edukasi
- Tenaga meningkat 3. Jelaskan pentingnya melakukan
- Aktivitas rutin aktifitas fisik/ olahraga secara rutin
meningkat 4. Ajarkan cara mengidentifikasi
- Lesu menurun kebutuhan istirahat
31

1. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menggunakan metode SOAP
32

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Huda Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:Mediaction
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta:EGC
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Anda mungkin juga menyukai