Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI REPRODUKSI
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pengampu :

Yuliana Dwi Hastuty, S.Kep, Ners, M.Biomed

Disusun Oleh :

Nama : Zakiah Indriani

Nim : P07524422043
Prodi : Tk 1A D4 Kebidna Medan

JURUSAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KEMENKES RI MEDAN
TINGKAT I SEMESTER I TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyusun laporan pratikum ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Pratikum ini saya buat untuk melengkapi tugas
mata kuliah “Biologi Reproduksi” yang sedang saya tempuh laporan ini dibuat dengan berbagai
sumber kajian dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan laporan pratikum ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan pratikum ini.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan
pada laporan pratikum.

Medan, 26 Oktober 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
(Sistem Reproduksi)

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem reproduksi manusia biasanya melibatkan fertilisasi internal dengan hubungan
seksual. Dalam proses ini, laki-laki memasukkan penis ke dalam vagina dan berejakulasi
semen yang mengandung sperma. Sebagian kecil dari sperma melewati leher rahim ke
dalam rahim, kemudian ke saluran telur untuk pembuahan ovum.
Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi ovum. Setelah berhasil
pembuahan, ovum dibuahi atau zigot, berjalan keluar dari tuba falopi ke rahim, di mana
ia berimplan di dinding rahim. Ini merupakan tanda-tanda awal kehamilan, yang
berlangsung selama sekitar sembilan bulan bagi janin untuk berkembang. Ketika janin
telah berkembang ke titik tertentu, kehamilan diakhiri dengan proses persalinan, yang
melibatkan tenaga kerja. Selama persalinan, otot-otot rahim berkontraksi dan melebarkan
leher rahim selama berjam-jam, dan bayi melewati keluar dari vagina. Bayi manusia yang
hampir tak berdaya membutuhkan pengasuhan. Bayi akan bergantung pada pengasuh
mereka untuk kenyamanan, kebersihan, dan makanan. Makanan dapat diberikan melalui
ASI atau susu formula.[1]
Sistem reproduksi wanita memiliki dua fungsi: untuk memproduksi sel telur, dan
untuk melindungi dan memelihara janin hingga lahir. Sistem reproduksi laki-laki
memiliki satu fungsi: untuk produksi dan penyimpanan sperma. Manusia memiliki
tingkat diferensiasi seksual yang tertinggi. Selain perbedaan di hampir setiap organ
reproduksi, ada banyak perbedaan ciri-ciri seks sekunder yang khas.

1.2 Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui sistem reproduksi pada wanita dan
pria beserta fungsinya.

1.3 Landasan Teori


A. Sistem Reproduksi Wanita
Alat Genetalia Luar
Tundun (Monsveneris). Bgian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu dsn lemak.
Labiya Mayora (Bibir Besar). Dua lipatan dari kulit diantara bagian atas labiya
mayora, banyak mengandung urat saraf.
Labiy Minora (Bibir kecil). Berada sebelah dalam labiya mayora.
Klitoris (Klentit). Sebuah jaringan erektil kecil kira – kira sebesar kacang hijau
dimana dapat mengeras dan tegang (erekktil) yang mengandung urat saraf .
Vestibulum (Serambi). Merupakn rongga yang berada diantara bibir kecil (labiya
minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum dalam vestibulum terdapat
muara muara dari liang senggama (introelus vagina), uretra, kelenjar bartolini, kelenjar
skene kiri dan kanan.
Himen (Selaput Dara). Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang
senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran mensturasi dapat mengalir keluar,
letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda bda ada yang seperti bulan
sabit. Konsistensi da yang kaku dan ada yang lunak, lubangya ada yang seujung jari, ada
yang dilalui satu jari.
Perineum (Kerampang). Terletak diantara vulvadan anus, panjangnya lebih kurang
4 cm.
Alat Genetalia Dalam
Vagina (Liang Kemaluan). Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium
bergaris khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding
belakang. Pada puncak vagina menonjol leher Rahim 9servix uteri) yang disebut porsio.
Bentuk vagina sebelah dalam berlipat lipat disebut rugae.
Uterus (Rahim). Organ tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis
anatar rektum dibelakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut myometrium.
Uterus terapung didalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus kurang
lebih 7,5 cm. Tebal 2,5 cm. Berat 50 gr. Pada Rahim wanita dewasa yang belum pernah
menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8 cm, dan beratya 30-60 gr.
Uterus terdiri dari;
1) Fundus uteri (dasar rahim). Bagian uterus yang terletak anatara kedua pangkal
saluran telur.
2) Korpus uteri. Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai temapat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uter
disebut kavum uteri atau ronggga rahim.
3) Servix uteri. Ujung servix yang menuju puncak vagina desbut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostitum uteri internum.

Dinding uterus terdiri dari ;


1) Endometrium (epitel, kelenjar, jaringan dan pembuluh darah). Merupakan lapisan
dalam uteri yang mempunyai arti penting dalam siklus haid. SEeorang wanita
pada masa reproduksi, pada kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh
darah bertambah banyak hal ini diperlukan untuk memeberi makanan pada janin.
2) Miometrium (lapisan otot otot). Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat
mendorong isinya keluar pada waktu persalinan. Sesudah plasenta lahir akan
mengalami pengecilan sampai keukuran normal sebelumnya.
3) Lapisan Serosa (peritoneum viseral). Terdiri atas ligamentum yang menguatkan
uterus.

Fungsi uterus untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, sebutir
ovum yang telah keluar dari ovarium diantrkan melalui tuba uterine ke uterus.
Pembuahan ovumsecara normal terjadi di dalam tuba uterine, endometrium disiapkan
untuk menerim ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam dalam endometrium. Pada
waktu hamil uterus bertambah besar dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar
sampai keluar pelvis masuk kedalam ronggga abdomen pada masa pertumbuhan janin.
Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.

Ovarium Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterine dan terikat diseblah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Tuba Falopi. Berjalan kearah lateral kiri dan kanan. Ada dua saluran telur kiri dan kanan.
Panajng kira kira 12 cm diameter 3-8 mm.
Tuba Falopi terdiri atas
1) Parst. Intersititialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Parst. Isimika/Ismus, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
3) Fimbriae, merupakan struktur seperti jari bersila, bagian ini berfungsi untuk
menangkap sel telur dari ovarium.
4) Infundibulum, merupakan tepat melekatnya infundibulum.

B. Sisterm Reproduksi Pria


Sistem reproduksi pria terdiri dari organ-organ yang berfungsi untuk mendukung
kelangsungan reproduksi seksual. Secara garis besar, sistem reproduksi ini bekerja untuk
memproduksi, memelihara, dan mengangkut sperma serta air mani. Fungsi berikutnya
adalah untuk mengeluarkan sperma ke dalam saluran reproduksi wanita . Sistem
reproduksi juga menjalankan fungsi untuk memproduksi dan mengeluarkan hormon seks
pria. Alat reproduksi pria terdiri dari beberapa bagian, terutama organ eksternal dan
internal. Setiap bagian dari organ reproduksi pria memiliki fungsinya masing-masing.

Penis. enis pada pria memiliki fungsi yang sama seperti vagina pada wanita. Saat
menerima rangsangan seksual, penis bisa membesar dan mengeras (proses ereksi), Proses
ini membantu mengeluarkan sperma atau disebut juga dengan ejakulasi. Organ
reproduksi pria ini bukan berupa otot, melainkan jaringan seperti spons yang berisi darah.

Secara umum, anatomi penis memiliki tiga bagian utama, yaitu akar (radix), batang
(corpus), dan kepala (glans).

1) Akar (radix)
Radix adalah bagian pangkal penis yang terletak di dekat dasar panggul. Akar
penis memiliki tiga jaringan ereksi dan dua otot, yakni ischiocavernosus dan
bulbospongiosus
2) Batang (corpus)
Batang penis merupakan bagian penghubung akar dan kepala penis. Corpus
terdiri dari tiga silinder jaringan ereksi, yakni dua buah corpora cavernosa dan
sebuah corpus spongiosum.
3) Kepala (glans).
Kepala adalah bagian ujung penis dengan bentuk mengerucut yang terdapat
lubang saluran uretra. Saluran ini mendukung fungsi penis sebagai tempat
keluar urine dan air mani.

Testis
Orang awam mengenal testis dengan sebutan pelir atau biji kemaluan. Organ satu ini
berbentuk oval, seperti telur ayam. Testis akan mulai tumbuh ketika laki-laki memasuki
masa pubertas, sekitar usia 10 – 13 tahun. Ketika testis membesar selama masa
pertumbuhan, kulit di sekitar skrotum akan diselimuti rambut halus, berwarna lebih
gelap, dan menggantung ke bawah. Setiap pria umumnya memiliki ukuran testis yang
berbeda-beda. Fungsi testis sebagai alat reproduksi pria adalah menghasilkan dan
menyimpan sperma. Tak hanya itu, testis juga berfungsi untuk memproduksi hormon
testosteron. Bagian sistem reproduksi pria lainnya yang terhubung langsung dengan
testis, di antaranya sebagai berikut.

Epididimis
Epididimis merupakan tempat penyimpanan sementara dan pematangan sel sperma
sebelum digunakan untuk membuahi sel telur.

Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran berbentuk tabung yang berfungsi menyalurkan sel
sperma matang dari epididimis menuju saluran uretra untuk dikeluarkan saat ejakulasi.

Skrotum
Skrotum merupakan kantong kulit yang menggantung di belakang penis. Organ ini
berfungsi untuk membungkus testis dan mengontrol suhu testis. Testis harus berada pada
suhu yang tepat agar bisa memproduksi sperma yang normal. Idealnya, testis harus
berada pada suhu yang sedikit lebih dingin daripada suhu tubuh. Otot-otot khusus yang
ada di dinding skrotum memungkinkan testis mengerut atau menegang apabila terjadi
perubahan suhu dari lingkungan sekitarnya. Testis secara alamiah akan mengerut atau
mengecil ukurannya ketika mereka terkena suhu dingin. Sebaliknya, testis juga bisa
menjadi elastis ketika berada di suhu yang hangat.

Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran kemih
(uretra), yakni saluran tempat keluarnya urine dan sperma dari dalam tubuh. Fungsi
utama prostat adalah menghasilkan cairan yang bercampur sel sperma yang diproduksi
testis untuk proses ejakulasi. Cairan prostat ini juga berfungsi untuk menjaga sel sperma
agar tetap sehat dan kualitasnya baik. Pasalnya, prostat memiliki komponen antibodi
untuk melindungi dari dalam tubuh.

Kelenjar internal
Pada alat reproduksi pria, terdapat juga organ dalam yang disebut kelenjar internal atau
organ aksesori. Bagian ini juga memainkan peranan penting dalam sistem reproduksi
pria..
1) Saluran ejakulasi
Sluran ejakulasi dibentuk oleh vas deferens dan vesikula seminalis yang berfungsi
untuk mengalirkan sperma keluar dari penis.

2) Uretra
Uretra merupakan tabung yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh
Anda. Pada pria, uretra memiliki fungsi tambahan untuk mengeluarkan air mani
(ejakulasi) saat mencapai orgasme.
3) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis adalah kantung yang menempel pada vas deferens di dekat
pangkal kandung kemih. Kantung ini berfungsi membuat cairan kaya gula
(fruktosa) sebagai sumber energi untuk sel-sel sperma.

4) Kelenjar bulbourethral
Kelenjar ini menghasilkan cairan bening dan licin yang berfungsi untuk melumasi
uretra dan menetralkan keasaman pada organ penis. Dengan begitu, sel-sel sperma
tetap hidup saat dikeluarkan..

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan bahan

a) Alat
 Cutter
 Pensil
 Pensil warna
 Lem
b) Bahan
 Styrofoam
2. Cara kerja / metode pemeriksaan :
 Amati gambar alat reproduksi yang ada pada styrofoam
 Sebutkan bagaian - bagian alat reproduksi yang ada pada styrofoam
 Sebutkan fungsi dari bagian bagian alat reproduksi yang ada pada Styrofoam
1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Alat reproduksi pria berupa penis. Adapun kelenjar kelaminnya berupa testis
sedangkan sel gametnya adalah sperma. Pada alat reproduksi wanita berupa vagina. Adapun
kelenjar kelaminnya adalah ovarium, sedangkan sel gametnya adalah ovum.
DAFTAR PUSTAKA
Swar Riskyi Candra. 2022. “Segala Hal Tentang Organ Reproduksi Pria Yang Wajib
Diketahui”,https://hellosehat.com/pria/penis/alat-reproduksi-pria/, diakses pada 27
Oktober 2022 pukul 11.27

Syaifuddin. 1992. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat. Jakarta: EGC.

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai


ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,
(P07524422043) M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB II

PENDAHULUAN

(Pemeriiksaan Kehamilan)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita. Jika sel
telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat menyebabkan
kehamilan. Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh
pengaruh hormon-hormon somatotropin, estrogen dan progesteron. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh jaringan
plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga dihasilkan bila
terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau
suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG
dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi.

Tes pack merupakan salah satu tes kehamilan untuk mengetahui kehamilan
paling mudah dan akurat. Alat tes hamil ini paling mudah dicari dan dapat ditemukan
disemua apotik. Alat uji kehamilan ini memiliki dua garis. Garis yang pertama
menginisialkan test dilakukan dengan benar, garis kedua menunjukkan hasil test. Dan ini
merupakan bagian alat yang memiliki antibody yang bereaksi dengan HCG dan dapat
berubah warna apabila hormon ini terdeteksi. Bila terdapat HCG dalam urin, HCG terikat
pada antibody dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang
dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibody tersebut. Dengan demikian uji kehamilan
positif apabila terjadi aglutinasi dan kehamilan yang negatif jika tidak terjadi aglutinasi
pada metode lateks.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pemeriksaan HCG secara kualitatif
metode immunokromatograÞ pada urine wanita yang diduga hamil dapat digunakan
untuk membantu deteksi kehamilan dini.
1.3 Landasan Teori

Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatograÞ merupakan cara yang


paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini. Plano test merupakan pemeriksaan
untuk mengkonfirmasi kehamilan dengan cara mendeteksi hormone hGG, inni addalah
pemeriksaan yang umum dilakukan. Kadar minimal beta-hGG untuk menghasilkan hasil
yang positif, berkisar antara 20 – 100 mlU/mL (meskipun tespek ttersebut mengatakan
mempunyai batas deteksi minimal 5 mlU/mL)

Selain mengalir dalam darah, hormon hCG juga dikeluarkan lewat urine. Oleh
karena itu, cara menggunakan plano test adalah dengan memakai alat pemeriksaan tes
rumahan alias test pack. Alat sederhana ini banyak dipilih oleh wanita karena praktis,
murah, dan mudah digunakan. Berdasarkan penelitian yang dipaparkan pada Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, agar hasil pemeriksaan kehamilan ini akurat, Anda harus
mengikuti cara pakai yang tertera di kemasan test pack. Berbeda dari pengambilan
sampel darah, hasil plano test dengan alat rumahan ini hanya berupa tanda positif (atau
dua garis) atau negatif. Jangan membaca hasil test pack yang sudah didiamkan lebih dari
3 menit, karena bisa menunjukkan test pack positif palsu. Yang dimaksud positif semu
adalah hasil tes positif padahal Anda tidak sedang hamil. Hasil ini bisa muncul karena
adanya evaporasi yang mengakibatkan munculnya hasil test pack samar. Anda juga bisa
mendapat hasil negatif, padahal positif hamil, jika kadar hCG dalam urine masih sedikit
(misalnya karena usia kehamilan masih sangat muda). Apabila Anda yakin tengah hamil,
lakukan pemeriksaan kembali dengan stik ini dalam beberapa hari kemudian, atau
kunjungi dokter untuk menjalani tes USG.Meski demikian, jika digunakan dengan benar,
test pack mampu menunjukkan akurasi 99.9%

Faktor yang memengaruhi hasil plano test

Gangguan pada organ reproduksi mampu memengaruhi hasil plano test. Selalu ada risiko
kesalahan hasil, baik itu dengan urine maupun darah. Pada tes menggunakan darah
misalnya, hasil Anda bisa menunjukkan positif semu maupun negatif semu kehamilan
jika:
 Sedang mengonsumsi obat yang mengandung hCG
Adanya kandungan obat ini di dalam darah dapat menaikkan kadar hCG Anda,
meski tidak sedang hamil. Obat yang mengandung hCG misalnya obat fertilitas,
misalnya suntikan choriogonadotropin alfa.

 Tumor sel germinal


Tumor bisa ini bersifat jinak atau malah berkembang menjadi kanker, dan biasanya
ditemukan pada organ reproduksi wanita.

 Gangguan organ pituitari


Organ ini bekerja dengan cara mensekresi hormon ke aliran darah pituitari
menghasilkan hormon untuk reproduksi wanita seperti FSH dan LH dimana jika ia
terganggu akan mempengaruhi kadar HCG.

Positif semu pada pemeriksaan dengan stik plano test memang jarang ditemui,
tetapi bisa saja terjadi karena alasan yang sama di atas. Kadar hCG juga biasanya masih tinggi
saat Anda baru keguguran atau mengalami hamil anggur.

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan bahan

a) Alat
 Slide glass
 Beker glass
 Tangka pengaduk
 Pipet tetes
 Test pack
b) Bahan
 Urine

2. Cara kerja /metode pemeriksaan :


 Tampung sampel urine Anda di wadah
 Masukkan stik ke dalam sampel sampai tanda garis
 Diamkan sebentar hingga urine meresap dan naik ke bagian atas test pack
 Diamkan sebentar hingga urine meresap dan naik ke bagian atas test pack

1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan HCG dari sampel yang diperiksa, didapatkan hasil
negatif tidak mengandung HCG.
DAFTAR PUSTAKA

Harti, Sri Agnes, Estuningsih dan Heni Nurkusumawati. 2013.”Pemeriksaan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi”,
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/54/99/, diakses pada 28 Oktober 2022
pukul 09.27.

Hrismi Asni. 2020.”Mengenal Plano Test , Uji Kehamilan Lewat Urine Maupun Darah”,
https://www.sehatq.com/artikel/plano-test-sebagai-uji-kehamilan-apakah-akurat, diakses pada
27 Oktober 2022 pukul 13.50.

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH Skep. Ners,M


(P07524422043) .biomed
(Nip 19780701 2000 03 2001)
BAB III

Pendahuluan

(Adaptasi Kehamilan)

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Segala yang ada pada manusia dapat
dilihat pertumbuhan dan perkembangannya, baik fisik maupun psikisnya. Dari awal
kehidupan hingga akhir hayat dapat diamati dengan ilmu psikologi. Secara biologis
hidupdimulaipadawaktukonsepsi atau pembuahan. Pendapat aliran Homonculus dalam
abad pertengahan mengatakan bahwa perkembangan psikologis telah dimulai pada saat
konsepsi.Menurut pendapat Homunculus, pada waktu konsepsi semua telah ada dalam
bentuk yang teramat kecil hingga seakan-akan hanya dapat dilihat melalui mikroskop.
Perubahan-perubahan yang terjadi sesudahnya hanyalah bersifat kuantitatif. Penting bagi
semua orang untuk mengetahui perkembangan anak mulai dari masa pranatal hingga ke
masa-masa perkembangan berikutnya. Hal ini agar para orang tua tau dampak fisik dan
dampak psikologis apa saja yang bisa pada anak mulai dari awal perkembangan hingga
pada akhirnya. Perkembangan manusia, tidak dimulai ketika dilahirkan di dunia,
melainkan dimulai dari masa sebelum kelahiran atau yang lebih sering disebut dengan
masa pranatal. Dalam masa pranatal ini, manusia mulai mengalami
perkembangannya.(Santrock 2007) Tahap pranatal merupakan awal dan penentu tahapan
perkembangan berikutnya.

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak


konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnnya janin, lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,
yaitu trimester pertama, dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari
bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan).
Kehamilan mempengaruhi perubahan fisik dan mental emosi ibu. Pada masa kehamilan,
emosi muadaj naik dan turun. Muncul rasa cemas dan takut menghadapi persalinan dan
kondisi bayi dalam kandungan. Hal tersebut bisa diakibatkan perubahan hormon dalam
tubuh serta ada keinginan ibu mendapatkan perhatian suami dan lingkungannya,

1.2 Tuajuan

Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan adaptasi pada kehamilan.

1.3 Landasan Teori

A. Konsepsi

Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan yang menandai awal
kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian Kejad yang meliputi pembentukan gamer
(telur dan sperma), ovulasi (pelepasa telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio
di dalam uterus.

1. Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan s ovum atau kadang-
Ada dua lapisan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan pertama berupa membran
tebal tidak berbentuk, yang disebut zona pelucida yang Lingkaran luar yang disebut
korona kadang lebih menjadi matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung
Saat ovulasi, ovum ke luar dari folikel ovarium yang pecah. Ovun tidak dapat berjalan
sendiri Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan geraka tuba uterina, sehingga silia tuba
tersebut dapat menangkap ovum da menggerakkannya sepanjang tuba menunju rongga
rahimradiata, terdiri dari sel-sel oval dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum dianggap
subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak difertilisasi oleh sperma, ovum. dan
direabsorbsi berdegenerasi dan dierabsorsi.

Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium Dengan gerakan
seperti menyapu oleh fimbria tuba uterina, ia ditangkap dibulum. Selanjutnya ia masuk ke
dalam ampulae sebagai hasil i dan kontraksi otot. Sebuah ovum mungkin
ditangkap/masuk infundibulum tuba yang berlawanan. Keadaan ini disebut migrasi Om
biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan ati dalam 12 jam bila tidak
segera dibuahi.Pembuahan (Konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana
satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Sel telur atau ovum manusia diproduksi oleh
indung telur (ovarium) sejak masa janin. Sel bakal telur (sel promordial) mulai
berkembang dengan mengadakan pembelahan pada usia kehamilan 3 bulan. Pembelahan
terhenti pada suatu fase yang tertahan hingga akil balik dan menjadi sempurna pada saat
sel telur dibuahi.

2. Spermatozoa

Spermatozoa terdiri 3 bagian yaitu:

a) kaput (kepala) yang mengandung bahan nucleus;


b) ekor berguna untuk bergerak;
c) bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor.

Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik posterior, dengan
jumlah spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan ekornya sperma masuk ke
dalam kanalis servikalis. Di dalam rongga uterus dan tuba gerakan sperma terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.

Spermatozoa dapat mencapai ampula, kira-kira satu jam setelah coitus. Ampula tuba
merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hanya beberapa ratus sperma yang bisa
mencapai tempat ini. Sebagian besar mati sebagai akibat keasaman vagina, sebagian lagi
hilang/mati dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita
sampai empat hari.

Dalam saluran reproduksi wanita spermatozoa mengalami kapasitasi sebelum ia mampu


membuahi ovum. Kapasitasi terjadi dalam rongga uterus dan tuba yaitu berupa pelepasan
lapisan pelindung di sekitar akrosom. Setelah ini terjadilah reaksi akrosomik yaitu
pembentukan lobang-lobang kecil pada akrosom tempat dilepaskannya enzim-enzim
yang dapat melisiskan coron radiate dan zona pelucida. Setidak – tidaknya dikenal dua
enzim yaitu (corona penetraling enzyme) yang mencerna corona radialis hialuronidase
yang mncerna zona pelusida.

3. Fertilisasi

Penghamilan (fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan perse antar sel mani dan sel
telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. S setiap kehamilan adalah harus ada:
Spermatozoa, ovum, pembuahan (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dalam literatur
istilah lain yan dipakai untuk fertilisasi adalah konsepsi, fekondasi atau pembuaha.

Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi pronu betina, sementara
spermatozoon setelah melepaskan ekornya ber menjadi pronukleus jantan. Kedua
pronukleus ini akhirnya melebur diteng tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot,
sebuah sel tunggal, a sebuah kehidupan baru makluk manusia.

a. Hasil Fertilisasi

Hasil Fertilisasi adalah;

1. kembalinya sel dengan jumlah kromosom diploid (2n) pada man dengan jumlah
diploid adalah 46;
2. penurunan/pewarisan sifat-sifat spesies;
3. ini disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat ibunyad separuh sifat ayah:
a) penentuan jenis kelamin
b) jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan. Pada manusia struktur
(46, XX) adalah wanita, sedang (46, XY) adalah laki-laki,
c) permulaan pembelahan segmentasi (cleavage):
d) segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam akan memulai
pembelahan segmentasi pertama, yang disusul dengan pembelahan-
pembelahan selanjutnya dengan kecepatan tiap 10-12 jam.

b. Nidasi (Implantasi)

Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/bersarangnya sel telur yang telah dibuahi


(fertilized egg) ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan segera
membelah diri membentuk bola padat yang terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil yang
disebut blastomer. Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer yang disebut
morula. Pada hari ke-4 didalam bola tersebut mulai terbentuk rongga, bangunan ini
disebut blastula.

Dua struktur penting di dalam blastula adalah:


1) lapisan luar yang disebut trofoblas, yang akan menjadi plasenta;

2) embrioblas (inner cell mass) yang kelak akan menjadi janin.

Pada hari ke-4 blastula masuk ke dalam endometrium hari ke-6 menempel pada
endometrium. Pada hari ke-10 blastula (blastokis) sudah terbenam dalam endometrium
dan demikian nidasi sudah selesai.

Nidasi terjadi mungkin karena trofoblast mempunyai day demikian nidasi sudah selesai
menghancurkan sel-sel endometrium. Hancuran endo dipergunakan sebagai bahan
makanan oleh telur. Tempat nida pada dinding depan dan dinding belakang di daerah
fundus uter Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wan mengalami
perdarahan ringan akibat implantasi (bercak da perdarahan ringan pada saat seharusnya
terjadi menstruasi ber Villi korion yang berbentuk seperti jari, terbentuk di luar trofob
menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung banyak pe darah dan mendapat
oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta men karbondioksida dan produk sisa ke dalam
darah ibu.

Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidu terdapat antara telur dan
dinding rahim disebut desidua basalis yang menutup blastosis atau desidua yang terdapat
antara tel cavum uteri ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapis uterus adalah
desidua vera.

B. Perkembangan Janin

Trimester I

Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi.
Tahap ini merupakan masa organogenesis yaitu masa yang paling kritis dalam
perkembangan sistem organ dan penampilan luar utama janin. Daerah yang sedang
berkembang, mengalami pembelahan sel yang cepat dan sangat rentan terhadap
melformasi akibat teratogen. Penggunaan obat-obatan perlu dibatasi dan berhati-hati
untuk mencegah pengaruh yang tidak diinginkan terhadap buah kehamilan.
Dari gumpalan sel yang kecil, embrio berkembang dengan pesat menjadi janin.
Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya berdetak, usus-usus lengkap di
dalam abdomen, genetalia eksterna mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan,
anus sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat menelan, melakukan
gerakan pernafasan, kencing, menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata dan
mengerutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat janin sekitar 15-30 gram dan
panjang 5-9 mm.

Perkembangan Janin saat Trimester Kedua

Kehamilan trimester kedua dimulai dari usia kehamilan 13 minggu hingga 27


minggu. Biasanya, pada usia kehamilan trimester kedua, kondisi ibu akan lebih baik
karena gejala kehamilan sudah mulai mereda dan ibu sudah mulai bisa beraktivitas
normal seperti biasa. Tidak hanya perubahan pada ibu, tentunya janin dalam kandungan
juga akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang cukup pesat di trimester
kedua ini.

Selama trimester kedua, berat bayi bisa mencapai 750 gram hingga 1 kilogram. Pada
trimester kedua, otak bayi juga akan berkembang. Bahkan, janin sudah mampu untuk
menendang, bergerak, berputar dalam rahim, menghisap jari, hingga mendengarkan suara
ibu dan lingkungan yang ada di dekat janin.

Penuhi asupan selama kehamilan trimester kedua, agar proses perkembangan mata
dan telinga bayi dalam kandungan dapat berjalan dengan optimal. Pada usia kehamilan
ini, bulu mata dan alis juga akan mulai mengalami pertumbuhan. Tidak hanya bagian
mata, pada trimester kedua kuku jari bayi akan bertumbuh dan bayi akan mulai memiliki
sidik jari pada jari-jarinya.

Tidak hanya bagian tubuh, pada trimester kedua, organ bayi akan terus mengalami
perkembangan. Hati, pankreas, hingga ginjal akan mulai berfungsi secara perlahan.
Plasenta bayi juga akan mengalami perkembangan yang sangat optimal di usia kehamilan
ini. Hal ini perlu diperhatikan, mengingat plasenta menjadi organ yang sangat vital untuk
memberikan oksigen serta nutrisi pada bayi dalam kandungan.
Perkembangan Janin saat Trimester Ketiga

Sekitar minggu ke-32, tulang-tulang bayi telah terbentuk sepenuhnya. Bayi juga bisa
membuka dan menutup matanya, serta merasakan cahaya. Selain itu, tubuh bayi akan
mulai menyimpan mineral seperti zat besi dan kalsium. Di minggu ke-36, posisi kepala
bayi sudah harus menghadap ke bawah. Jika bayi tidak pindah ke posisi ini, dokter
mungkin akan menyarankan ibu melakukan persalinan caesar.

Setelah minggu ke-37 berlalu, perkembangan bayi dianggap sudah sempurna


sepenuhnya karena organ tubuhnya sudah berfungsi. Umumnya, di usia kehamilan ini
bayi memiliki panjang 48-53 sentimeter dan memiliki berat badan antara 2,7 – 4
kilogram.

C. Adaptasi Janin di Intra dan Ekstrauterin

Beberapa saat dan beberapa jam pertama kehidupan ekstrauterine adalah salah satu
masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Pada saat lahir, bayi baru lahir
berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang
rumit ini dikenal sebagai periode transisi.

1. Perubahan Pernafasan

Sistem pernafasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari
lingkungan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine, bayi baru lahir harus segera mulai
bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin
sebelum bayi lahir adalah plasenta. Janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan
untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Alveoli berkembang sepanjang gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin untuk
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara-alveoli. Ruang interstitial sangat tipis sehingga memungkinkan
kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respons terhadap peningkatan
hormon stress dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi. Pada saat lahir
hingga 35% cairan paru janin hilang. Terdapat peristiwa-peristiwa biokimia, seperti
hipoksia relatif di akhir persalinan dan stimulus fisik terhadap neonates seperti udara
dingin, nyeri, cahaya, yang menyebabkan perangsangan pusat pernafasan.

Upaya mengambil nafas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks
yang terjadi pada menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada toraks
ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut
dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.

Beberapa perubahan fisiologis pada transisi fetal neonatal antara lain adalah :

a. Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang dipasok oleh plasenta. Pembuluh
darah yang memasok dan mengaliri paru mengalami kontraksi sehingga sebagian
besar darah dari sisi kanan jantung melewati paru dan mengalir melalui duktus
arteriosus menuju aorta
b. Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang
c. Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan sejumlah cairan paru keluar
melalui trakea
d. Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat termal, kimiawi, maupun taktil
memulai terjadinya pernafasan
e. Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik pascalahir. Tekanan
intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini. sebagian besar cairan paru
terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam beberapa menit setelah lahir
f. Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen
arterial, aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi vaskuler pulmonal
kemudian turun
g. Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi
rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanan darah sistemik
h. Terdapat penutupan fungsional duktus arteriosus akibat penurunan resistensi
vaskular pulmonal dan peningkatan resistensi vaskular sistemik.
2. Perubahan Sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi
selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi dengan reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru
sebagai respons terhadap tarikan nafas pertama.

Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah. Karena paru
adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran darah yang minimal.
Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah mengalir melalui
lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan
oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.

Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-plasenta
terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup,
bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem
adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistence).
Peningkatan ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas pertama BBL.
Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru relaksasi
dan terbuka. Paru sekarang menjadi sistem yang bertekanan rendah.

Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam
sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan
akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup.
Duktus arteriosus, yang mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam
kehidupan janin, sekarang tidak lagi diperlukan. Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan
secara fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya
disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi ini yang sekarang secara rutin mengalir
melalui duktus arteriosus, juga menyebabkan duktus itu mengecil. Akibat perubahan
dalam tahanan sistemik dan paru, dan penutupan pintu duktus arteriosus serta foramen
ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi jantung. Darah yang
tidak kaya oksigen masuk ke jantung neonates, menjadi teroksigenasi sepenuhnya di
dalam paru dan dipompa ke semua jaringan tubuh lainnya.

3. Termoregulasi dan adaptasi fisiologi sistem metabolisme

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu
lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur
suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor
yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan
tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan, dan derajat
fleksi otot. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara
adekuat sampai dua hari setelah lahir.

Pasca lahir, neonatus harus menyesuaikan terhadap lingkungan dengan suhu yang lebih
rendah. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap hipotermi karena :

a. Memiliki area permukaan tubuh yang relatif besar dibandingkan massanya, sehingga
terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan panas (yang berhubungan dengan
massa), dengan kehilangan panas (yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh)
b. Memiliki kulit yang tipis dan permeabel terhadap panas
c. Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas)
d. Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas, karena bergantung
pada thermogenesis tanpa menggigil dengan menggunakan jaringan adiposa (lemak)
bentuk khusus yaitu lemak coklat (the brown fat), yang terdistribusi di area leher, di
antara scapula, dan di sekitar ginjal dan adrenal.
e. Kemampuannya untuk menghasilkan panas dan respons simpatis yang sangat buruk,
menggigil hanya terjadi pada suhu kurang dari 160C pada bayi aterm dan tidak terjadi
pada bayi prematur sampai usia 2 minggu.
f. Bayi prematur tidak dapat meringkuk untuk mengurangi terpajannya kulit.

Bahaya yang dapat ditimbulkan dari hipotermi adalah peningktana konsumsi oksigen dan
energi sehingga menyebabkan hipoksia, asidosis metabolik, dan hipoglikemia, apnea,
cedera dingin pada neonatus, berkurangnya koagulabilitas darah, kegagalan untuk
menambah berat badan, dan meningkatkan kematian bayi baru lahir.
Kehilangan panas pada neonatus dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu : (1) radiasi,
(2) konveksi, (3) konduksi, dan (4) evaporasi melalui kulit. Hal ini bisa dikurangi
bilamana bayi dikondisikan agar berada dalam lingkungan yang hangat (21-240C).

a. Kehilangan panas melalui konveksi ditentukan oleh perbedaan antara suhu kulit dan
udara, area kulit yang terpajan udara, dan pergerakan udara sekitar. Konveksi
merupakan penyebab penting kehilangan panas pada bayi baru lahir dan dapat
diminimalkan dengan : 1) memakaikan baju bayi, 2) meningkatkan suhu udara, 3)
menghindari aliran udara.
b. Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas dengan cara
perpindahan panas dari kulit bayi ke permukaan padat dimana bayi berkontak
langsung
c. Kehilangan panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara kulit dan
permukaan di sekelilingnya, yaitu dinding isolator (incubator), atau jika di bawah
pengaruh penghangat radian, jendela dan dinding ruangan. Bayi kehilangan panas
melalui gelombang elektromagnetik dari kulit ke permukaan sekitar
d. Kehilangan panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah bayi
harus dikeringkan dan dibungkus dengan handuk hangat. Panas hilang ketika air
menguap dari kulit atau pernapasan

Persalinan membutuhkan energi terutama pada bayi untuk usaha bernafas, aktifitas
otot, dan lain sebagainya sehingga bayi baru lahir harus mengambil cadangan makanan
untuk mempertahankan kadar glukosa darah sehingga tidak terjadi hipoglikemia. Disebut
hipoglikemia jika pada bayi baru lahir kadar glukosa serum kurang dari 45 mg% selama
beberapa hari pertama kehidupan.

Untuk mencegah kondisi hipoglikemia, terjadi respon adaptif dalam metabolisme


yaitu yang pertama terjadi pada bayi baru lahir adalah peningkatan glikogenolisisyang
cepat dari hepar dalam 24 jam (BBL memanfaatkan glukosa 2 kali lipat orang dewasa).
Selain itu juga berlangsung glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari zat
nonkarbohidrat misalnya lemak dan protein) dan liposis dimulai saat lahir sehingga FFA
(free fatty acid atau asam lemak bebas) dalam plasma meningkat 3 kali lipat yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya asidosis metabolik.
4. Perubahan pada sistem Hematologi

Pada janin, tekanan oksigen rendah. Untuk mengkompensasi hal ini, hemoglobin fetal
(Hb F) memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan Hb F ini memiliki afinitas terhadap
oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemoglobin dewasa (Hb A). Oleh karena
itu, saat lahir konsentrasi Hb jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat dewasa. Hb juga
dipengaruhi oleh waktu penjepitan tali pusat pada saat lahir dan posisi bayi relatif
terhadap plasenta. Jika tali pusat langsung dijepit, Hb akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan transfuse plasental akibat penjepitan yang
terlambat dan dengan bayi diletakkan lebih rendah daari plasenta.

Untuk saat ini salah satu perawataan rutin pada BBL adalah pemberian vitamin K
sebagai profilaksis terhadap penyakit perdarahan pada BBL. Vitamin K dapat diberikan
dalam dosis besar tunggal melalui injeksi intramuscular yang memberikan pencegahan
yang dapat dipercaya. Vitamin K dapaat membantu sintesis protrombin di hepar bayi
sehingga dapat mengurangi manifestasi perdarahan kulit yang umumnya terjadi pada
BBL.

5. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir,
janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Refleks muntah dan
batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esophagus
bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam
jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung pada bayi cukup
terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.

Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut
lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang
peristaltic tidak dapat diprediksikan. Kolon pada BBL kurang efisien menyimpan cairan
dari pada kolon orang dewasa sehingga BBL cenderung mengalami komplikasi
kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar serius pada
bayi muda.
6. Perubahan Pada Sistem Imun

Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturan fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Sistem imun yang matur memberikan baik imunitas alami maupun yang
diadapat.

Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Beberapa contoh imunitas alami meliputi (1) perlindungan barier yang diberikan oleh
kulit dan membran mukosa, (2) kerja seperi saringan saluran pernafasan, (3) kolonisasi
pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung, dan (4) perlindungan kimia yang diberikan
oleh lingkungan asam pada lambung. Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh
sel-sel darah yang tersedia pada saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh
mikroorganisme asing. Tiga tipe sel yang bekerja melalui fagositosis : (1) neutrofil
polimorfonuklear, (2) monosit, (3) makrofag.

Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan transpalsenta dari immunoglobulin


varietas IgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat melewati
plasenta. Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba
kecuali jika ibu berespons terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya. Secara
bertahap bayi muda mulai menghasilkan antibodi sirkulasi IgG yang adekuat. Respons
antibodi penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang di dapat pada masa
prenatal dari ibu.

7. Perubahan Pada Sistem Ginjal

Ginjal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah
besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengosentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urine dan
osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, seringkali hanya 30-60 ml.
8. Ikterus Neonatorum Fisiologis

Ikterus neonatorum terjadi pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat. Pada
sebagian besar kasus kondisi ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan
ekstrauterine. Bayi mengalami ikterus akibat :

a. Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat selama
beberapa hari pertama kehidupan
b. Umur eritrosit pada bayi baru lahir lebih pendek dari pada eritrosit pada orang
dewasa, sehingga banyak eritrosit yang hemolisis. Akibat hemolisis maka
hemoglobin yang terkandung di dalamnya terurai menjadi bilirubin tak terkonjugasi
(indirek)
c. Imaturitas enzim-enzim hepar, khususnya UDP-glukoronil transferase pada BBL
menyebabkan gangguan proses konjugasi bilirubin indirek dan ekskresinya.

Ikterus perlu mendapatkan perhatian khusus karena kadar bilirubin indirek yang
tinggi dapat memasuki sawar darah-otak sehingga mengakibatkan kernikterus yang sudah
tentu membahayakan bayi.

Bilirubin merupakan produk dari metabolisme hemoglobin dan protein hem lainnya.
Produk pemecahan awal adalah bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek), yang
dibawa di dalam darah dalam keadaan terikat dengan albumin. Ketika ikatan albumin
tersaturasi, bilirubin tak terkonjugasi yang bebas dapat melewati sawar darah otak karena
bersifat larut lemak. Bilirubin tak terkonjugasi yang berikatan dengan albumin
dikonjugasi di hati (bilirubin direk), yang diekskresikan melalui saluran empedu ke dalam
saluran cerna. Sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran cerna .

Kernikterus merupakan ensefalopati bilirubin yang disebabkan oleh deposisi bilirubin


indirek di ganglia basalis dan nukleus batang otak. Kondisi ini dapat mengakibatkan
iritabilitas, letargis, sulit makan, demam, dan hipertonisitas otot-otot yang bersifat akut
yang menyebabkan kekakuan pada leher dan batang tubuh dan kejang, koma, dan
kematian. Konsekuensi jangka panjang mencakup dysplasia dental, kehilangan
pendengaran neurosensorik frekuensi tinggi, paralisis pada gerakan bola mata ke arah
atas, serebral palsy athenoid, dan kesulitan belajar.
1.4 Pesiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan bahan

a. Alat :

 Cutter
 Pensil
 Pencil Warna
 Guntig
 Lem

b. Bahan :

 Styrofoam

2. Cara kerja/ metode pemeriksaan :

 Buatlah pola perkembangan janin pada styrifoam


 Warnai pola perkembangan janin yan telah dibuat
 Gunting Styrofoam sesuai dengan pola yang sudah dibuat
 Tempelkan Styrofoam yang belum digunting dengan styrofoam yang sudah
berbentuk pola dengan menggunakan lem
 Amatilah pola perkembangan janin yang ada pada styrofoam
 Sebutkan tahap perkembangan janinnya dan apa yang terjadi pada fase tersebut

1.5 Interpretasi Hasil


1.6 Kesimpulan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak


konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnnya janin, lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,
yaitu trimester pertama, dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari
bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan).
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Heni Puji. Yuni Kusmiyati.2013.Asuhan Kehamilan
.Yogyakarta:Penerbit Firtamaya Jl. Babaran 41 Uh.

TTD Mahasiswa TTD Dosen pembimbing Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P07524422043) M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB IV

PENDAHULUAN

( Proses Laktasi)
1.1 Latar Bealakang Masalah

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda
kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan
menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka
organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan bulan pertama kehidupan.

Menyusui merupakan ketrampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi. Dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama
6 bulan. Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan
bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi berguna untuk menambah
pemberian ASI dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan
baik dan benar serta anak memperoleh kekebalan tubuh secara alami.

1.2 Tujuan

Mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan serta mampu


mengidentifikasi dan menjelaskan proses laktasi.

1.3 Lasndasan Teori

Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI, secara horisontal mulai
dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan
subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superfisial dan profundus, yang menutupi
muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna. Bentuk
dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionilnya seperti apa yang
didapatkan pada masa sebelum pubertas, pubertas, adolesen, dewasa, menyusui dan
multipara. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

FISIOLOGI PENGELUARAN AIR SUSU IBU

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rang. sangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran
ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Pembentukan kelenjar payudara.


2. Pembentukan air susu.
3. Pemeliharaan pengeluaran air susu.

Pembentukan kelenjar payudara.

a. Sebelum pubertas

Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Men dekati pubertas
terjadi pertumbuhan yang cepat dari tem duktus terutama di bawah pengaruh hormon
estrogen sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang juga
ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan
oleh kelenjar adenohipofise (hipofise anterior) Hormon yang kurang peran annya adalah
hormon kelenjar adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormon pertumbuhan.

b. Masa pubertas

Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan sistem duktus, proliferasi


dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal
duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan membentuk septum
interiobular.

c. Masa siklus menstruasi

Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus


menstruasi dan perubahan-perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut seperti
estrogen dan progesteron yang dihasil kan oleh korpus luteum. Bila kadar hormon ini
meningkat maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membran epitel dan
keluar nya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara berat dan penuh.
Setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan progesteron berkurang, yang berperan
hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang
mengalami proliferasi. edema berkurang sehingga besarnya payudara berkurang namun
tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah
besar pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30
tahun.

d. Masa kehamilan

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,
percabangan-percabangan dan lobulus. yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta
dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan
adalah prolaktin, lak togen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon
tiroid. hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.

e. Masa Nifas

Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu timbulnya
laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi oleh
karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang kelenjar-kelenjar
payudara ibu.

MEKANISME MENYUSUI

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik, yang diperlukan untuk berhasil nya
meyusui seperti :

1. Refleks mencari (Rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut meru pakan
rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menye bahkan kepala bayi
berputar menuju puting susu yang menempel tadi diiku dengan membuka mulut dan
kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam malut

2. Refleks mengisap (Sucking reflex).

Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mung kin semuanya
masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang
payudaranya besar. Untuk ini maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus
laktiferus yang terletak di pus cak kalang payudara di belakang puting susu. Adalah tidak
dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat
meng isap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah
dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan
rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah
terletak pada langit-langit keras (palatum durum) Dengan tekanan bibir dan gerakan
rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus,
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah
menekan puting susu pada langil langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting
susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting
susu.

3. Refleks menelan (Swallowing reflex).

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
(tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.

Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susu botol di mana rahang mempunyai
peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari
lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebab kan oleh posisi botol yang dipegang
ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya
ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk
mengisap susu menjadi minimal.
Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusu pada ibunya. kemudian dicoba
dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebut akan menjadi bingung puting
(nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusu seperti
mengisap dot botol, ke adaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu.
Oleh karena itu kalau terpaksa hayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal
awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet,
sehingga bayi tidak mengalami bingung puting (Neifert, 1995).

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan bahan

a. Alat

 Cutter
 Gunting
 Pensil
 Pensil warna
 Lem

b. Bahan

 Styrofoam

2. Cara kerja/ metode pemeriksaan

 Gambarlan pola pada styrofoam


 Warnai pola menggunakan pensil warna
 Gunting pola
 Tempel styrofoam yang sudah digunting dengan styrofoam yang masi utuh
mengunakan lem
 Amatilah pola pada styrofoam
 Sebutkan bagian serta fungsi
1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Menyusui merupakan ketrampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi. Dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan.
Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Soetjiningsih, 1997. Asi: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbut Buku
Kedokteran EGC

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P075244220430 M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB V

PENDAHULUAN

(Pemeriksaan Golongan Darah dan Rehesus)

1.1 Latar Belakang Masalah

Golongan darah menjadi salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap
orang dan dapat dengan mudah diiketahui menggunakan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan golongan darah didasarkan pada pola reaksi antara antisera dan darah yang
merujuk pada sistem penggolongan darah mayor. Metode pemeriksaan goldar yang
paling umum dan sederhana adalah menggunakan slide-test. Pentingnya dalam
mengetahui golongan darah tidak hanya pada transfusi darah, tetapi juga penting untuk
identifikasi penyakit yang berhubungan dengan sel darah merah. Kegiatan Pengabdian
Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelayanan pemeriksaan golongan darah
sekaligus memberikan pemahaman pentingnya melakukan pemeriksaan golongan darah
pada mahasiswa. Metode Kegiatan: Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Desember
2021 dengan sasaran mahasiswa yang belum mengetahui golongan darah. Penentuan
jumlah sampel berdasarkan teknik purposive sampling. Pemeriksaan golongan darah
menggunakan sistem A-B-O dan rhesus dengan metode slide test. Data hasil pemeriksaan
dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel. Hasil pemeriksaan golongan darah dari
16 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan hasil terbanyak yaitu golongan
darah B sebanyak 6 orang (37,5%) dan golongan darah paling sedikit adalah O dan AB
masing-masing sebanyak 3 orang (18,75). Pada pemeriksaan rhesus menunjukkan bahwa
semua mahasiswa memiliki rhesus positif (100%). Mahasiswa memahami pentingnya
melakukan pemeriksaan golongan darah dan diketahui mayoritas mahasiswa memiliki
golongan darah B dengan rhesus positif.

1.2 Tujuan

Mampu melakukan pemeriksaan golongan darah dan rhesus serta mampu


mengidentifikasi dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
1.3 Landasan toeri

A. Golongan Darah Sistem ABO


Darah merupakan bagian esensial dari tubuh manusia yang memiliki berbagai fungsi.
Darah berfungsi untuk mengangkut zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan berfungsi sebagai
pertahanan tubuh (Maharani & Noviar, 2018). Darah adalah cairan tubuh yang terdiri atas
beberapa komponen utama, yaitu plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.
Salah satu komponen darah yang bersirkulasi dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan sel adalah sel darah merah (eritrosit).
Pada permukaan membran sel darah merah terdapat protein yang menjadi penentu tipe
golongan darah. Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimiliki (Nadia et al., 2010; D'Aldalmo, 2012).
Membran eritrosit mengandung dua antigen yang disebut aglutinogen, yaitu tipe-A dan
tipe-B. Aglutinogen berikatan spesifik dengan antibodi dalam plasma darah (aglutinin)
yang menyebabkan penggumpalan eritrosit (Melati et al., 2011; Fralnchini, 2012). Ikatan
spesifik aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah (Shaz
et al., 2013). Penggolongan darah yang banyak digunakan adalah sistem ABO dan
Rhesus (Farhud & Yeganeh, 2013). Penggolongan darah dengan sistem ABO ditentukan
oleh ada atau tidak adanya antigen A atau antigen B yang terekspresikan pada sel darah
merah serta ada atau tidaknya antibody A atau antibody B yang terdapat di dalam
serum/plasma. Berdasarkan system golongan darah ABO, golongan darah terdiri atas 4
golongan darah yaitu golongan darah A, B, AB, dan O (Maharani & Noviar, 2018).

Golongan darah rhesus (Rh) adalah golongan darah terbesar kedua setelah sistem
golongan darah A-B-O, namun penggolongan darah pada sistem Rh berbeda dengan
sistem A-B-O. Pada golongan darah Rh penentuan didasarkan pada keberadaan antigen-
D dan bersifat imunogenik (Mitra et al., 2014). Salah satu metode dalam pemeriksaan
golongan darah adalah metode slide. Pemeriksaan dengan metode slide dilakukan dengan
cara mereaksikan darah manusia dengan reagen antisera A dan antisera B untuk
mengetahui keberadaan antigen A dan antigen B. Selain itu, pemeriksaan golongan darah
juga dapat dilakukan dengan metode rhesus.
a. Pembagian Golongan

Darah Pada tahun 1900, seorang dokter kelahiran Wina (Austria) bernama Karl
Landsteiner membedakan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah A,
golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O. Penggolongan darah ini
dikenal dengan sistem penggolongan darah ABO, pembagian golongan darah ini
berdasarkan perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) pada membran
permukaan sel darah merah (Syamsuri, 2007).

Meurut Guyton (2006), pada penggolongan darah ini ada 2 zat yang berperan penting
dalam menentukan golongan darah yaitu aglutiogen dan aglutinin. Aglutinogen atau
antigen ini merupakan polisakarida yang tidak hanya terdapat pada sel darah merah tetapi
juga terdapat pada kelenjar ludah, hati, ginjal, paru- paru, testis dan semen. Sel darah
merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak sama sekali pada permukaan
sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A, golongan B memiliki antigen B, golongan
AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan O tidak mengandung antigen.
Antigen tersebut mampu memproduksi antibodi. Individu yang memiliki golongan darah
AB merupakan resipien universal (dapat menerima semua jenis darah) karena tidak
memiliki antibodi, seseorang yang bergolongan darah O merupakan donor universal
(dapat menerima semua jenis darah) (Kee, 2002).

b. Prinsip Dasar Penggolongan Darah

Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang terdapat pada
pernukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti terhadap antigen tersebut
disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan menghancurkan antigen yang
bersangkutan disebut aglutinin dalam serum, suatu antibodi alamiah yang secara otomatis
terdapat pada tubuh manusia (Waluyo, 2010).

1. Pengertian Reagen Anti-sera

Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan


darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi
immunoglobulin sel tikus dan hasil pemeriksaannya akan terbentuk aglutinasi (Tulip,
2015).

1. Pengertian Serum

Serum merupakan sejumlah darah yang tertampung di tabung atau wadah jika
dibiarkan selama 15 menit akan mengalami proses pemisahan atau pembekuan akibat
terperasnya cairan dari dalam bekuan, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000
rpm selama 5-10 menit. Lapisan jernih kuning muda dibagian atas merupakan serum,
dalam proses bekuan darah fibriogen diubah menjadi fibrin, maka serum sudah tidak
mengandung fibrinogen, tetapi masih mengandung zat- zat lain yang masih didalamnya
(Kee, 2007).

2. Antigen

Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk
merangsang produksi antibodi (Sudoyo, 2007). Atigen adalah zat yang dapat bereaksi
dengan produk respon imun spesifik ( IDAI, 2008). Substansi yang dikenal sebagai
antigen golongan darah merupakan produk gen yang spesifik dan juga bersifat
imunogenik. Individu memiliki suatu pola genetik spesifik (genotip) dan antigen ini
biasanya mengekspresikan diri pada eritrosit (Mutiawati, 2013). Antigen terdapat pada
permukaan sel darah merah, yang terdiri atas bilipid membrane suatu molekul yang besar.
Komposisi bilipid membrane adalah molekul yang dinamakan phospolid yang terdiri dari
hydrophilic dan hydrophobic. Umumnya molekul protein bilipid membrane memiliki
oligosakarida, beberapa diantaranya diketahui menjadi antigen golongan darah, lainya
berfungsi untuk metabolisme sel darah merah (Toha, 2004). Antigen antigen yang
terdapat pada eritrosit bersifat herediter. Menurut Ganong (2003), antigen A dan antigen
B ini diturunkan secara dominan menurut hukum Mendel. Selain di sel darah, antigen ini
juga dapat terdistribusi secara luas di berbagai jaringan tubuh lain yaitu kelenjar liur,
pankreas, saliva, testis, ginjal, hati, semen dan cairan amnion. Antigen AB bukan
merupakan produk gen primer tetapi mereka adalah produk reaksi ezimatik enzim
glikosiltransferase yang diekspresikan pada permukaan eritrosit atau hadir dalam sekresi
sebagai unit glikan dari mucin glikoprotein (NCBI, 2014). Produk dari alel A dan B
adalah enzim glikosiltransferase. Variasi dalam gen ini (polimorfise) menentukan apakah
enzim glikosiltransferase menempelkan N- asetilgalaktosamine (antigen A), galaktosa
(antigen B) atau tidak ada gula (tipe O). Susunan gula ini adalah bagian dari antigen
antigen yang mampu merespon kekebalan tubuh sehingga menghasilkan antibodi untuk
menghancurkan antigen (Criswell, 2008).

3. Antibodi

Antibodi atau immunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma
setelah terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan dan
mengikat antigen secara spesifik (Sudoyo, 2007). Antibodi dapat dikenal bila antibodi itu
bereaksi dengan antigen dan sebaliknya. Dalam golongan darah interaksi ini biasanya
dapat dilihat dari sel-sel darah beraglutinasi. Antibodi golongan darah adalah protein (
spesifiknya gamma globulin), dihasilkan oleh tubuh sebagai mekanisme pertahanan
dalam menanggapi antigen. Antibodi golongan darah yaitu anti A dan anti B pada
umumnya timbul beberapa bulan setelah lahir (3-6 bulan) dan mencapai level maksimal
pada usia 5-10 tahun kemudian secara perlahan-lahan menurun pada usia tua (Ellyani,
2002). Antibodi ABO terjadi secara alamiah, yaitu berkembang tanpa harus terpajan
dengan eritrosit yang mengekspresikan antigen yang sesuai. Antibodi ini belum ada saat
lahir, tapi berkembang dengan pajanan antigen di lingkungannya. Antibodi tersebut
terutama immunoglobulin (Ig) M, reaktif pada suhu 37º C dan dapat mengaktivasi
komplemen (Barbara, 2014)

Ada banyak golongan darah, tetapi yang terkenal di bidang medis adalah
golongan darah ABO dan Rhesus. Kedua golongan darah ini ditemukan oleh Dr. Karl
Landsteiner, seorang dokter dari Austria, pada tahun 1900. Semula Landsteiner
menemukan golongan darah A, B, dan C. Golongan C ini kemudian dinamakan golongan
O.
Pada tahun 1902 kolega Landsteiner, yaitu Alfred Decastello dan Adriano Sturli
menemukan golongan ke empat yaitu golongan AB.
Dasar penggolongan darah ABO adalah adanya aglutinogen (antigen) pada
eritrosit, dan adanya aglutinin (antibodi) di dalam plasma darah. Aglutinogen berarti
antigen yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah jenis antibodi yang
menggumpalkan.

Golongan aglutinogen (antigen) aglutinin (antibodi)


pada eritrosit pada plasma darah

A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b

Menurut sistem ABO darah manusia terbagi atas 4 golongan, yaitu:


Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari teknik transfusi darah.
Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah disebut donor, sedangkan yang menerima
disebut resipien. Transfusi (pindahtuang darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-
aglutinogen, sebab jika terjadi inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka akan
menyebabkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang
resipien.
Secara umum dalam proses transfusi darah prinsip ini yang dipegang:
- Jika aglutinin a bertemu dengan aglutinogen A, atau aglutinin b bertemu dengan
aglutinogen B akan menyebabkan aglutinasi (penggumpalan)
- Cara yang mudah untuk memahami transfusi darah begini: untuk donor perhatikan
aglutinogennya, sedangkan untuk resipien perhatikan aglutininnya.
Misalnya begini:
Saya bergolongan darah A, ingin mendonorkan darah saya kepada Luna Maya yang bergolongan
darah B. Ingat, saya adalah donor, dan Luna Maya adalah resipien. Golongan darah saya A berarti
memiliki aglutinogen A (lihat tabel). Sedangan golongan darah Luna B berarti memiliki aglutinin
a. Jika aglutinin a bertemu dengan aglutinogen A maka akan terjadi aglutinasi. Itu sebabnya saya
yang bergolongan darah A tidak bisa memberikan darah saya kepada Luna Maya yang
bergolongan darah B.
Nah, dari dasar itulah muncul istilah donor universal dan resipien universal. Donor universal
(golongan O) adalah golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya ke semua golongan darah,
karena tidak memiliki aglutinogen Sedangkan resipien universal (golongan AB) adalah golongan
darah yang bisa menerima darah dari semua golongan, karena tidak memiliki aglutinin. Jadi O
bisa menjadi donor ke semua golongan, dan AB bisa menjadi resipien dari semua golongan.
Namun di dunia medis hal tersebut tidak diperbolehkan terutama jika dilakukan transfusi dalam
jumlah besar.

B. GOLONGAN DARAH RHESUS


Selama ini kita lebih sering mengenal sistem golongan darah A B O. Namun
belakangan ini mulai banyak dikenal satu jenis golongan darah lagi, yaitu golongan
darah rhesus. Golongan darah ini berbeda dengan A B O, karena hanya memiliki dua
jenis, yaitu Rhesus positif (Rh+) dan Rhesus negatif (Rh-). Hmm, lalu apa bedanya
golongan darah rhesus ini? Bagaimanakah penggolongannya?
Tidak jauh dari sistem A B O, golongan darah Rhesus ini juga menggolongkan
darah seseorang berdasarkan adanya antigen tertentu dalam darah. Antigen yang
digunakan untuk menggolongkan darah berdasarkan Rhesus disebut sebagai antigen D.
Sederhananya, jika seseorang memiliki antigen D dalam darahnya, ia termasuk Rh+.
Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki antigen D, ia termasuk Rh-.
Meski penggolongannya lebih sederhana, ternyata Rhesus tidak bisa begitu saja
diabaikan lho. Orang dengan Rh- tidak bisa menerima donor dari Rh+. Hal ini
disebabkan karena darah Rh- cenderung akan membuat antibodi terhadap antigen D,
sehingga akan menolak adanya antigen D di dalam darahnya. Sehingga orang dengan Rh-
harus menerima darah dari orang Rh- juga. Sayangnya, jumlah orang dengan Rh- di
dunia ini sangat sedikit, sehingga pasokan darahnya pun terbatas.
Selain itu, golongan darah Rhesus ini juga wajib diperhatikan bagi ibu hamil.
Seorang ibu dengan Rh- jika mengandung anak dengan Rh+, kemungkinan darah sang
ibu akan membentuk antibodi pula. Antibodi ini dapat masuk ke dalam plasenta janin.
Hal ini bisa menyebabkan bayi dalam kandungan mengalami anemia, kulit kekuning-
kuningan, atau bahkan keguguran dalam kandungan.
1.4. Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan


a. Alat
 Jarum
 Kapas
 Alcohol Swab
 Tabung Vacutainer
 Tourniquet
 Plester
 Stiker
b. Bahan
 Anti-A, Anti-B, Anti-AB, Anti-O
2. Cara kerja/metode pemeriksaan
 Siapkan alat dan bahan
 Lakukan hand hygiene
 Pasang APD (sarung tangan)
 Lalu, minta pasien menggenggam tangannya
 Pasang tourniquet
 Pencarian vena dengan cara menepuk
 Setelah dapat, tusuk bagian vena dengan jarum
 Setelah itu tarik jarum dengan perlahan dan tekan tekan kapas sweb
 Setelah darah behenti, plester
1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Darah merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh. Darah dibedakan menjadi
beberapa golongan yaitu A, B, O, dan AB. Secara konvensional, mendeteksi golongan
darah dengan cara meneteskan serum anti-A dan serum anti-B ke darah yang akan
dikenali kemudian melakukan pengamatan langsung terhadap reaksi tetesan serum
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, Fatia Rizki, et al. “Pemeriksaan Golongan Darah Sistem Abo Rhesus Pada
Mahasiswa Stikes Rajekwesi Bojonegoro.” Jurnal Abdi Insani, vol. 9, no. 2, 2022, pp. 489–
96, https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v9i2.566.

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P07524422043) M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB VI

PENDAHULUAN

( Pemeriksaan Leukosit, Fungsi dan Mekanisme Kerja Leukosit)


1.1 Latar Belakang Masalah

Pemeriksaan darah rutin lengkap merupakan pemeriksaan yang sering diminta oleh
klinisi karena dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap rutin dapat terdiagnosis
beberapa penyakit kelainan darah dan dapat ditentukan arah pemeriksaan lebih lanjut dari
penderita tersebut. Pemeriksaan darah rutin antara lain adalah uji kadar hemoglobin
disingkat Hb; jumlah eritrosit, leukosit, trombosit; nilai hematokrit, laju endap darah
disingkat LED dan menentukan indeks eritrosit (Aprianti, 2006). Menghitung sel-sel
darah dari ketiga jenis sel darah leukosit, eritrosit, dan trombosit dihitung jumlahnya
persatuan volume darah.Upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung
elektronik.Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer
otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat.Harga alat penghitung elektronik
mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu
perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan
mutu (quality control). Cara-cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai
pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium. Pada hitung jumlah
leukosit cara automatik sampel yang digunakan sangat sedikit dan ada kemungkinan
kesalahan dalam pengenceran dan sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit
leukosit dibanding eritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang
digunakan lebih besar. Hampir semua laboratorium besar menggunakan cara automatik
untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung partikel secara elektronik
maupun dengan prinsip pembauran cahaya, yang disebut dengan prinsip impedensi
elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan WBC (White Blood Cell). Leukosit
paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-11.000/mm3. Berfungsi untuk
melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari
waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang
masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi. Meskipun leukosit
merupakan sel darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan.
Leukosit hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila
terjadi peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang
mengalami radang dengan cara menembus dinding kapiler.

1.2. Tujuan

Mampu melakukan pemeriksaan sistem imun yang baik serta mampu


mengindentifikasikan hasil pemeriksaan.

1.3 Landasan Teori

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak
bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi
(Sutedjo, 2006). Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-
11.000/mm3. Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit
tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang
dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan
gangguan fungsi (Sadikin, 2002). Meskipun leukosit merupakan sel darah, tapi fungsi
leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara
mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh
leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami radang dengan cara menembus
dinding kapiler.

Jenis-Jenis Leukosit Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-
granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat warna
misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil
berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.

b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu
lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk agranulosit
adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang membentuk
imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular. Limfosit B
memproduksi antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung
berhubungan dengan benda asing untuk difagosit (Tarwoto, 2007). Ada tidaknya
granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap zat warna, merupakan ciri
khas dari jenis leukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula menjadi bagian penting
dalam menentukan jenis leukosit (Nugraha, 2015). Dalam keadaan normal leukosit
yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah dibakukan adalah basofil, eosinofil,
neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit. Keenam jenis sel tersebut
berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya
(Mansyur, 2015).

1. Neutrofil Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus tipis
dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa
(metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah muda
yang samar (Nugraha 2015). Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh
terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat masuk ke
dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu sekitar 10 jam
dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler
(Kiswari,2014). Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar
50-70% diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam netrofil yaitu neutrofil
batang (stab) dan neutrofil segmen (polimorfonuklear) (Kiswari,2014). Perbedaan
dari keduanya yaitu neutrofil batang merupakan bentuk muda dari neutrofil segmen
sering disebut sebagai neutrofil tapal kuda karena mempunyai inti berbentuk seperti
tapal kuda. Seiring dengan proses pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan
akan menjadi neutrofil segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas berwarna
pink pucat dan granula halus berwarna ungu.

1.Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak tipis (pucat), sering
juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas 2-5 segmen
(lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan dengan benang
kromatin. Jumlah neutrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari 6
jumlahnya maka disebut dengan neutrofil hipersegmen. Peningkatan jumlah
neutrofil disebut netrofilia. Neutrofilia dapat terjadi karena respon fisiologik
terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang ekstrim, perdarahan atau
hemolisis akut, melahirkan, dan stres emosi akut. Keadaan patologis yang
menyebabkan netrofilia diantaranya infeksi akut, radang atau inflamasi, kerusakan
jaringan, gangguan metabolik, apendisitis dan leukemia mielositik. Sedangkan
penurunan jumlah neutrofil disebut dengan neutropenia, neutropenia ditemukan pada
penyakit virus, hipersplenisme, leukemia, granolositosis, anemia, pengaruh obat-
obatan.

2. Eosinofil

Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan oleh
parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam
Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil, granula sitoplasma lebih
kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan disebabkan adanya senyawa
protein kation (yang bersifat basa) mengikat zat warna golongan anilin asam seperti
eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa. Granulanya sama besar dan teratur
seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih lama
dalam darah dibandingkan neutrophil Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika
ditemukan penyakit alergi, penyakit parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis,
tromboflebitis, leukemia mielositik kronik (CML), emfisema dan penyakit ginjal.
Sedangkan pada orang stres, pemberian steroid per oral atau injeksi, luka bakar, syok
dan hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan jumlah eosinofil yang menurun.

3. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira kurang
dari 2% memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga
menutupi nukleus dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan
pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan
seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan disebabkan karena
banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu suatu senyawa amina biogenik yang
merupakan metabolit dari asam amino, serotonin. Basofil berperan dalam reaksi
hipersensitifitas yang berhubungan dengan imunoglobulin E (IgE)

. 4. Monosit

Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit memiliki dua
fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) serta
berperan dalam reaksi imun. Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran
paling besar yaitu sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji
kacang, sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam dalam
sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.
Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui
retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria.
Aparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan
mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat
dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system
retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya.

5. Limfosit Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil (20-
40% dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak
dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan meningkat bila
terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas limfosit B dan
limfosit T. Limfosit B matang pada sumsum tulang sedangkan limfosit T matang
dalam timus. Keduanya tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan Giemsa karena
memiliki morfologi yang sama dengan bentuk bulat dengan ukuran 12 μm.
Sitoplasma sedikit karena semua bagian sel hampir ditutupi nukleus padat dan tidak
bergranula (Nugraha, 2015). Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum
tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Limfosit T
terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus limfosit T
belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T
dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening
dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan. Berdasarkan
ukuranya limfosit dibedakan menjadi beberapa jenis :

a. Resting lymphocyte : biasanya berukuran kecil (7-10 μm), inti selnya berbentuk
bulat atau oval.

b. Reactive (“activical”) lymphocyte : berukuran paling besar bila terjadi infeksi


misalnya mono nukleosis.

c. Large granula lymphocyte : berukuran sedang mengandung granula kasar


azurofilik, berperan sebagai sel natural killer (NK) imunologi (Kiswari, 2015).
Ukuran sel limfosit beragam, ada yang seperti eritrosit dan ada yang sebesar netrofil.
Limfosit dengan garis tengah 6-8 mikrometer dikenal sebagai limfosit kecil.
Sitoplasma limfosit bersifat basa lemah dan berwarna biru muda pada sediaan yang
terpulas. Sitoplasma ini mengandung granul azurofilik. Inti selnya kebanyakan bulat
atau terkadang mirip ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna biru gelap. Sel
ini juga relatif sedikit dan berwarna biru langit tanpa granul spesifik, namun pada
beberapa sel terlihat granula azurofil yang jika pulasannya baik bewarna ungu
kemerahan.

Hemopoisis Sel Darah Putih / Lekosit

a. Seri granulosit

1. Mieloblast Mieloblast adalah sel termuda diantara seri granulosit. Sel ini memiliki
inti bulat yang berwarna biru kemerah-merahan, dengan satu atau lebih anak inti,
kromatin inti halus dan tidak menggumpal. Sitoplasma berwarna biru dan sekitar inti
menunjukkan warna yang lebih muda. Mieloblast biasanya lebih kecil daripada
rubriblast dan sitoplasmanya kurang biru dibandingkan rubriblast. Jumlahnya dalam
sumsum tulang normal adalah < 1% dari jumlah sel berinti.

2. Promielosit Dalam fase ini sitoplasma seri granulosit telah memperlihatkan


granula berwarna biru tua / biru kemerah-merahan. Berbentuk bulat dan tidak teratur.
Granula sering tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari lisozom yang
mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan lisozim. Inti
promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin kasar. Anak inti
masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang normal
adalah 1-5 %.

3. Mielosit Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah


mengandung laktoferin, lisozim peroksidase dan fosfatase lindi. Inti sel mungkin
bulat atau lonjong atau mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak inti, sedangkan
kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan dengan promielosit.
Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 2-10 %.

4. Metamielosit Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel
berbentuk seperti kacang merah, kromatin menggumpal walaupun tidak terlalu
padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna kemerah-merahan. Sel ini
dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang dengan jumlah 5-15 %. 5.
Neutrofil Batang dan Segmen Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti
melebihi setengah ukuran inti yang bulat sehingga berbentuk seperti batang yang
lengkung. Inti menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak piknotik
pada kedua ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah
merahan. Dalam darah tepi ditemukan hanya 2-6% dari sel-sel leukosit normal.
Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen.Dalam sumsum tulang normal sel ini
merupakan 10-40 % dari sel berinti.

b. Seri Limfosit

1. Limfoblast dan Prolimfosit Limfoblast memiliki inti bulat berukuran besar dengan
satu atau beberapa anak inti, kromatin inti tipis rata dan tidak menggumpal.
Sitoplasma sedikit dan berwarna biru. Prolimfosit menunjukkan kromatin lebih kasar
tetapi belum menggumpal seperti limfosit. Kadang-kadang sulit membedakan
limfoblast dari limfosit dan pada keadaan ragu-ragu dianjurkan untuk menganggap
sel itu sebagai limfosit.
2. Limfosit Ada

Ada yang besar (limposit besar), ada yang sedang (limposit sedang), ada yang kecil
(limposit kecil). Inti sel, letaknya dalam sel eksentrik, Bentuk inti Oval / bulat dan
relatif besar, Warna inti Biru gelap, Kromatin kompak memadat, Membran inti
kurang jelas terlihat, Butir inti(nucleoli) tidak ada, sitoplasma, luasnya/lebarnya
relatif sempit,Warna sitoplasma Oxyphil, Perinuklear Zone umumnya tidak
ada,Granula dalam sitoplasma tidak ada. Kalau ada granula disebut granula
Azurophil.

c. Seri Monosit

1. Monoblast dan Promonosit Monoblast dan promonosit dalam keadaan normal


sulit dikenal atau dibedakan dari mieloblast dalam sumsum tulang, tetapi pada
keadaan abnormal misalnya pada proliferasi berlebihan sel seri ini, monobalst dan
promonosit dapat dikenali dari intinya yang memperlihatkan lekukan terlipat atau
menyerupai gambaran otak dan sitoplasma dengan pseudopodia. 2. Monosit Inti sel
letaknya dalam sel eksentrik.Bentuk inti menyerupai otak (brain like form), Warna
inti kemerah-merahan/keunguan, Kromatin tersusun lebih kasar, butir inti (nucleoli)
tidak ada, Sitoplasma, Luasnya/lebarnya relatif lebih besar kadang- kadang ada
pseudopodia, Warna sitoplasma biru pucat, Perinuklear Zone tidak ada, Granula
dalam sitoplasma kadang-kadang ada granula Azurophil.

d. Seri Plasmosit

Sel Plasma (Plasmosit) mempunyai hubungan erat dengan limfosit.Sel pelopor


plasmosit maupun limfosit terdapat dalam jaringan limfoid dan keduanya merupakan
unsur penting dalam sistem imun tubuh. Akibat stimulasi antigen, sel limfosit B
mengalami transformasi blast dan membentuk sel plasma yang memproduksi
immunoglobulin. Plasmosit dijumpai dengan jumlah sekitar 1 % dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Dalam keadaan normal plasmablast dan proplasmosit tidak
dapat dijumpai dalam sumsum tulang tetapi tampak pada keadaan-keadaan tertentu
yang disertai proliferasi berlebih dan juga peningkatan produksi imunoglobulin.
Ukuran,bentuk dan struktur plasmablast sulit dibedakan dari blast yang lain, tetapi
hanya satu cara yang dapat dipakai untuk membedakan plasmosit dari seri blast yang
lain, yaitu bentuk inti yang eksentrik dan adanya bagian zona jernih melingkar (halo)
disekitar inti.

Karakteristik Leukosit Leukosit merupakan sistem pertahanan tubuh, muncul dalam


beberapa bentuk dan ukuran dan memiliki fungsi yang berbeda. Adapun
karakteristik leukosit yaitu: a. Masing-masing mempunyai nucleus, yaitu bagian
dalam sebuah sel yang mengandung bahan-bahan untuk pertumbuhan, gizi dan
reproduksi.

b. Masing-masing melayani satu fungsi kekebalan tertentu darah yang belum


matang, yang kemudian berkembang hingga mencapai “kedewasaan”. Fase
perkembangan ini terjadi di berbagai bagian tubuh, tergantung pada tipe sel darah.

2. Peningkatan Dan Penurunan Jumlah Leukosit

Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau


radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendiksitas, tuberculosis, tonsillitis,
dan lain-lain. Dapat juga terjadi pada miokard infar, sirosis hepatis, luka bakar,
kanker, leukemia, penyakit parasit, dan stress karena pembedahan maupun gangguan
emosi. Penurunan jumlah leukosit (lekopenia) dapat terjadi pada penderita infeksi
tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumatoid artritis, dan penyakit
hemopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa).

3. Jenis penyakit yang perlu pemeriksaan leukosit

Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit
dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.Salah satu jenis leukosit yang
cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (sel darah merah), dan mampu bergerak aktif
dalam pembuluh darah maupun diluar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat
bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan
pertahan selama fase infeksi akut.

Hitung Jenis Leukosit

(Diferential Count) Adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Lima sel darah putih yang dihitung adalah neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit merupakan 80-90% dari total leukosit. Hasil
pemeriksaan hitung jenis leukosit memberi informasi spesifik berhubungan dengan
infeksi dan proses penyakit.

1. Kesalahan-Kesalahan Pada Tindakan Menghitung Leukosit

a. Jumlah darah / larutan Turk yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat.

b. Tidak menghomogenkan tabung sebelum mengisi kamar hitung.

c. Kamar hitung atau kaca penutup dalam keadaan kotor dan berminyak.

d. Ada gelembung udara masuk bersama dengan cairan.

e. Letaknya kaca penutup salah.

f. Memakai pipet / Tip basah

g. Terjadi gelembung udara.

h. Pencampuran darah tidak sempurna.

i. Terjadi bekuan darah.

j. Meja mikroskop tidak rata.

2. Hemositometer Hemositometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung


jumlah seldarah dan yang terdiri dari kamar hitung, kaca penutup dan dua macam
pipet,dan. Mutu kamar hitung serta micro pipet harus memenuhi syarat-syarat
ketelitian tertentu.Pada laboratorium besar yang beban kerjanya besar pula, upaya itu
biasanya dilakukan dengan menggunaka alat penghitung elektronik.Pada dasarnya
alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer automatik member
hasil yang sangat teliti dan tepat.Sering kali alat penghitung elektronik di kaitkan
dengan komputer kecil yang dapat memberi data mengenai volume leukosit rata-
rata. Harga alat penghitung automatic rata-ratanya mahal dan mengharuskan
pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu ada upaya untuk
menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality
kontrol).Cara–cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan
kamar hitung tetap menjadi upaya penting didalam suatu laboratorium klinik.
Disamping itu cara tabung sering juga dipergunakan yaitu darah diencerkan dalam
pipet atau tabung leukosit, kemidian dimasukan kedalam kamar hitung. Jumlah
leukosit dihitung dalam volume tertentu, dengan mengenakan faktor konfersi jumlah
leukosit per ul darah dapat diperhitungkan. Larutan pengencer adalah larutan turk
yang mempunyai susunan sebagai berikut, larutan gentian violet 1 % dalam air 1 ml
aquadest, asam asetat glacial 1 ml; aquadest 100ml.

a. Kamar Hitung . Kamar Hitung Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang memakai garis yang memakai
garis bagi “improved neubauer”.Luas: seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2gi
“improved neubauer”.Luas: seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan bidang
itu dibagi lagi menjadi 9 “bidang besar” sehingga memliki luas dan bidang itu dibagi
lagi menjadi 9 “bidang besar” sehingga memliki luasmasing-masing 1 mm2. Dan
bidang besar dibagi lagi menjadi 16”bidang sedang .Dan bidang besar dibagi lagi
menjadi 16”bidang sedang yang luas adalah masing-masing ¼ x ¼ mm². Bidang
besar yang letaknya di yang luas adalah masing-masing ¼ x ¼ mm².

Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah berlainan pembagianya : ia dibagi


menjadi 25 bidang dan tiap tengah-tengah berlainan pembagianya : ia dibagi
menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan
demikian jumlah bidan kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya 1/20 x
1/20 mm². Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis
dan kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Maka volume diatas tiap-tiap
bidang menjadi sebagai berikut :

1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm²

1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm²

1 bidang sedang = ¼ x ¼ x 1/10 = 1/160 mm³

1 bidang sedang = ¼ x ¼ x 1/10 = 1/160 mm³

1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 9/10 mm³

1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 9/10 mm³

Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm

b. Kaca Penutup

Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukan bagi kamar hitung.
Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat dengan sangat
datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh dipakai.

c. Pipet Pipet Thoma untuk pengenceran leukosit (pipet leukosit) terdiri dari sebuah
pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah satu ujung menjadi
bola.Dalam bola itu terdapat sebutir kaca putih. Pada pertengahan pipa kapiler itu
ada garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat
garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda “11”.
Perhatikan bahwa angka – angka itu bukanlah menandakan satu volume yang mutlak
melainkan perbandingan volume.Yang penting dan menentukan ialah pengenceran
darah yang terjadi dalam pipet itu. Seandainya lebih dulu diisap darah sampai
garistanda “0,5” kemudian cairan pengencer sampai garis- tanda “11”, maka darah
dalam bola pipet itu diencerkan 20 kali.

Cara Kerja

1. Dihisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Diapus kelebihan darah diujung pipet

3. Dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45º, tahan agar tetap
ditanda 0,5. Diisap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada
gelembung udara.

4. Ditutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap

5. Dikocok selama 15 – 30 detik

6. Diletakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horizontal diatas meja

7. dikocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet.

8. Dibuang semua cairan di batang kapiler ( 3 – 4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung
pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup 9 Dibiarkan 2-3
menit supaya leukosit mengendap dan sel-sel selain leukosit dilisiskan.

10. Digunakan lensa obyektif mikroskop dengan perbesaran 10 kali, focus diarahkan
ke garis-garis bagi.

11. Dihitunglah leukosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu
ke kiri, ke bawah lalu ke kanan dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis yang
dihitung adalah pada garis kiri dan atas (metose L atas) atau garis kiri dan bawah
(metode L bawah) dipilih salah satu saja. 12 Jumlah leukosit per µl darah adalah :
jumlah sel x 50.

3. Hematology Analyzer

a. Drew 3

b. Prinsip kerja

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyaipanjang


gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja
berdasarkan prinsip flow cytometer . Flow cytometri adalah metode pengukuran
(=metri) jumlah dan sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow)
melalui celah sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa
sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel
dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk inti
sel.

Prinsip impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh
sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro ) yang mana sampel
darah yang diencerkan dengan elktrolit diluents / sys DII akan melalui mikroaperture
yang dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan) yang pada
masing masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan
resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran
sel) yang melewati impulst / voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit
ditingkatkan dan dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan
melisiskan Red Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin
cyanmethemoglobin dan diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang
550 nm pada chamber. Has yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain
grafik sel.

Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah
dimana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut
mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan manangkap berkas-berkas
sinar sesudah melewati sel itu. Alat yang memakai prinsip ini lazim disebut flow
cytometri.

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan


a. Alat
 Hemocytometer, yang terdiri dari : Kamar hitung improved naubuer. Pipet thoma
leukosit. Aspirator
 Mokroskop
 Deck glass/ cover glass
 Larutan turk
b. Bahan
 Sample darah
2. Cara kerja/ metode pemeriksaan
 Lakukan pegambilan sample darah kapiler atau vena
 Isap sample darah sampai tanda 0,5 dengan pipet thoma leukosit
 Hapus darah yang melekat pada luar ujung pipet
 Lalu isap larutan turk sampai tanda 11
 Kocok pipet supaya homogeny, buang 3-4 tetes
 Siapkan kamar hitung yang bersih dan kering dengan deck glass diatasnya lalu
letakkan diatas mikroskop
 Teteskan 1 tetes kesddalam kamar hitung, biarkan 2-3 menit
 Hitung jumlah leukosit dalam 4 kotak besardengan perbesaran 10x
 Kriteria :
o sel yang menyinggung garis kiri atas dihitung
o sel yang menyinggung garis kanan bawah tidak dihitung

1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Leukosit adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan ke dalam 5 jenis.Tiap
sel dapat dihitung presentasenya dalam darah dengan melakukan hitung jenis dan dapat
dibedakan berdasarkan ukuran bentuk inti, warna sitoplasma dan granula di
dalamnya.Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing,
mikroorganisme dan jaringan asing.
DAFTAR PUSTAKA
Hikma, Nur Elfa,Abdul Mutholibdan Ardiya garini. 2021.”Gambaran Golongan Darah
Sidtem ABO dan Rhesus Suku ASli Sumatera Selatan”https://jurnal.poltekes
palembang.ac.id/index.php/jmls/article/download/610/400, diakses pada 16 November
2022 pukul 09.05

Rahman.2018.” Pemeriksaan Gologan Draah dan


Rhesus”http://repository.unimus.ac.id/2273/2/BAB%20II.pdf

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P075244220430 M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB VII

PENDAHULUAN

(Isolasi DNA)
1.1 Latar Belakang Masalah

Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam proses
rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar isolasi total
DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi jaringan tersebut
sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri DNA, RNA dan substansi dasar lainnya.
Ekstrak sel kemudian dipurifikasi sehingga dihasilkan pelet sel yang mengandung
DNA/RNA total. Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu: (1)Isolasi sel; (2)Lisis
dinding dan membran sel; (3)Ekstraksi dalam larutan; (4)Purifikasi; dan (5)Presipitasi.
Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presipitasi.
Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis
molekul. Dengan menjalankan prosedur dengan benar akan diperoleh DNA kromosom
dan plasmid dengan kemurniannya cukup tinggi, dapat dilihat dari penampakan hasil
elektroforesis yang baik. Ketelitian dan kecermatan dalam pelaksanaan penelitian,
sangat menentukan hasil kemurnian DNA kromosom dan plasmid.

1.2 Tujuan

Mampu melakukan pemeriksaan genetika isolasi DNA.

1.3 Landasan Teori

DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang antiparalel dengan komponen-
komponennya, yaitu gula pentosa (deok- siribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa.
Pasangan basa pada DNA terdiri atas dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. Basa
purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang memiliki struktur cincin- ganda,
sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang memiliki struktur
cincin-tunggal. Ketika guanin berikatan dengan sitosin, maka akan terbentuk tiga ikatan
hidrogen, sedangkan ketika adenin berikatan dengan timin maka hanya akan terbentuk
dua ikatan hidrogen. Satu komponen pem- bangun (building block) DNA terdiri atas
satu gula pentosa, satu gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida.
Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat herediter pada
seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap materi genetik (DNA) yang
dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi kromosom. DNA dapat diisolasi,
baik dari sel hewan, manu- sia, maupun pada tumbuhan. DNA ma- nusia dapat diisolasi
melalui darah. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia
(karbohidrat, pro- tein dan hormon), dan gas (oksigen, nitro- gen dan karbon dioksida).
Plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet). Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih. Sel darah
putih dijadikan pilihan karena memiliki nukleus, dimana terdapat DNA di dalamnya.
DNA pada tumbuhan juga dapat diisolasi, contohnya pada tumbuhan bawang merah
(Allium cepa) dan pada pisang (Musa sp.).

Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu:

(1)Isolasi sel;

(2)Lisis din- ding dan membran sel;

(3)Ekstraksi dalam larutan;

(4)Purifikasi; dan

(5)Presipitasi.

Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presi- pitasi.
Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan beratenis molekul
dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan
berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik
sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi
dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation per minute) atau 3000
rpm.

Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam rekayasa
genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar isolasi to- tal
DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi jaringan tersebut
sehingga akan terbentuk ekstraksel yang terdiri atas sel-sel jaringan, DNA, dan RNA.
Kemudian ekstrak sel dipuri-fikasi sehingga dihasilkan pelet sel yang me- ngandung
DNA/RNA total. Prinsip-prinsip isolasi DNA plasmid hampir sama dengan isolasi total
DNA/RNA dari jaringan. Langkah pertama untuk mendapatkan DNA plasmid adalah
dengan menumbuhkan sel-sel bakteri yang me- ngandung plasmid rekombinan. Setelah
itu sel dipanen, dinding serta membran sel dipecah sehingga isi sel (ekstrak sel) keluar.
Ekstrak sel ini kemudian dipurifikasi dengan serangkaian perlakuan sehingga diperoleh
DNA plasmid yang murni. Isolasi DNA yang dilakukan dalam penelitian ini menurut
standar prosedur yang sudah biasa dilaksanakan. Homogenisasi sel dengan prosedur ini
akan menghasilkan DNA utuh karena proses ini menyebabkan disrupsi sel dan
tercucinya komponen-komponen sel lain selain DNA. Penambahan kloroform setelah
sentrifugasi memisahkan larutan menjadi fase cair dan padat dimana fase cair
merupakan DNA dan fase padat adalah campuran protein dan DNA.

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan


a. Bahan
 Sarung tangan
 Tempat buang cairan biologi
 Waterbath
 Mikrosentrifus
 Alat elektroforesis agarose
 Tabung mikrosentrifus (1,5 ml)
 Pipet morh
 Erlenmeyer Flask
 pH water
 Pipet otomatik
 Pipet tetes
 Alat elektroforesis
 Power supply
 Beaker
 Hamilton srynge
 Vorteks
 Spidol
 Tisu
b. Bahan
 7 sample protein darah dari minggu yang lalu
 Sample DNA sel epital
 Pewarna DNA (Crystal violet dalam 20% gliserol)
 Akuades
 Etanol absolut dingin
 Gel poliakrilamide – SDS 10 %
 Isobutanol
 Protein standard SDS – PAGE
 1 N HCI
 Bromfenol biru
 B – merkaptoetanol
 Tris
 DTT
 SDS
 Agar 2%
 Na2HPO4
 Gliserol
 EDTA
 Asam borik
 Larutan pewarna
 Larutan pencuci
 Agarose
2.Cara Kerja/ Metode Pemeriksaan
 Larutan-larutan yang perlu disiapkan:
1. X TBE-siapkan 1000 ml dengan komposisi: 10.8 g Tris, 5.5 g asam borik acid,
0.74 g EDTA → dimasukkan ke dalam beaker 1000 ml tambahkan 900 ml
akuades aduk dengan magnetic stirrer sampai larut →→ Tambahkan akuades
sampai volume larutan 1 liter. → simpan di dalam botol bersih pada temperatur
ruangan.

2. 0.8% Agarose - siapkan agarose secukupnya (diperlukan 40 ml/casting tray)


dengan komposisi: 1 g agarose dimasukkan ke dalam beaker/flask 250 ml yang
bersih → Tambahkan 125 ml larutan IX TBE buffer solution Tutup flask/beaker
dengan foil aluminium untuk mengurangi penguapan dan sisakan celah sedikit
→ Aduk→ panaskan sampai mendidih dan larutan jernih → kemudian
dinginkan sampai 60 → tambahkan 12 µl larutan ethidium bromide/casting tray.

3. Larutan Dapar Sampel (50 mM Tris-HCl pH 6,8; 10% (v/v) gliserol; 1% (h/v)
SDS; 0,01% (b/v) biru bromfenol).

4. Larutan Dapar Elektroda (250 mM Tris-HCl pH 6,8; 1,8 M glisin; 1% (h/v)


SDS).

5. Larutan Pewarna (0.15% Coomassie Brilliant Blue R-250, 250 ml metanol: 50


ml asetat; akuades sampai 500 ml)

6. Larutan Pencuci (50 ml. metanol; 75 ml. asam asetat; akuades sampai 1000 mL)

Tahap Pertama - ELEKTROFORESIS GEL AGAROSE

1. Siapkan casting tray→ pasang satu "comb" (sisir) pada pertengahan "tray" (plat
cetakan) dan satu sisir lagi pada ujungnya...
2. Tuangkan +40 ml 0,8% agarose ke dalam casting tray.

Cara kerja alat elektroforesis:


 Tunggu sampai gel beku lepaskan comb secara hati-hati.
 Letakkan gel di dalam elektroforesis tank yang sudah berisi larutan IX TBE →
kemudian tambahkan larutan IX TBE secukupnya sampai gel terbenam.
 Untuk mewarnai DNA epitel→ campurkan 10 ul DNA epitel dengan 10 µl
perwarna DNA di atas parafilm→ kemudian masukkan semuanya (20 µl) ke dalam
sumur gel,
 Kemudian dengan parafilm baru lagi → campurkan 10 µl DNA sel darah dengan
10 μl pewarna DNA di atas parafilm → masukkan semuanya (20 µl) ke sumur gel.
(Jangan lupa mencatat posisi dan urutan sampel-sampel DNA).
 Hidupkan mesin elektroforesis selama 30 menit dengan tegangan 90 V. Sampel-
sampelnya akan mulai bergerak ke katode. (karena DNA bermuatan negatif)
Matikan mesin elektroforesis secara sempurna.
 Keluarkan gel dengan sangat hati-hati dan letakkan pada tray yang disediakan.
 Pindahkan ke alat "UV reader" supaya hasilnya jelas.

1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam proses
rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar isolasi
total DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi jaringan
tersebut sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri DNA, RNA dan substansi
dasar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Faatih,Mukhlisul.2009.”Isolasi dan Digesti DNA
Kromosom”,https://publikasiilmiah.ums.ac.id/hendle/11617/432 diakses pada 18
November pukul 14.17

TTD Mahasiswa TTD Dosen pemgampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P075244220430 M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)


BAB VIII

PENDAHULUAN

(Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan Laaboratorium)


1.1 Latar Belakang Masalah

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair
berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain mengakibatkan
darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menyebar ke semua
bagian tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus tetap berada pada satu
ruangan agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan di dalam tubuh
melalui suatu sistem yang disebut sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan
pembuluh darah. Dengan sistem tersebut darah dapat diakomodasikan secara teratur dan
diedarkan menuju organ dan jaringan tersebar diseluruh tubuh. Darah didistribusikan
melalui pembuluh darah dari jantung keseluruh tubuh dan akan kembali lagi menuju
jantung. Sistem ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sel atau jaringan akan nutrien
dan oksigen, serta mentransport sisa metabolism sel atau jaringan keluar dari tubuh
(Nugraha, 2015).

1.2 Tujuan

Mampu untuk pengambilan sample untuk pemeriksaan laboratorium.

1.3 Landasan Teori

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang


berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada macam cara
memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

1. Pengambilan darah vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena
median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat
dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica
ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di
daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan
menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

a. Lengan pada sisi mastectomy

b. Daerah edema

c. Hematoma

d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

e. Daerah bekas luka

f. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

g. Daerah intra-vena lines

Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer
dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. Ada dua cara dalam
pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan
dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan
tabung vakum (vacutainer). Pada dasarnya pengambilan darah vena menggunakan
vacutainer sama seperti pengambilan darah vena menggunakan spuit/syringe (jarum
suntik biasa), yang membedakan adalah pada saat setelah menusukkan jarum dan
kemudia melakukan penyedotan darah ke dalam vakum-vakum khusus yang sudah terisi
oleh antikoagulan sesuai pemeriksaan dan mempunyai sistem urutan pengam bilan darah
pemeriksaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah
vena adalah :
1. Pemasangan turniket (tali pembendung)

a. pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan


hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total),melepas turniket
sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.

2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan


masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

3. Penusukan

a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan


sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma

b. Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma

c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan Pengambilan darah vena dengan tabung
vakum tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton
Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung
reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan
pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh
sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum
pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari
karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat
mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan
metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagibagi sampel darah ke dalam beberapa
tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara
bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman,
cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam
tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.

Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika
vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal
ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering
juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang
disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat
dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan
jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan
masuk pada selang (flash).

2. Pengambilan darah kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk
pengambilan darah kapiler adalah di ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun
telinga. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau ibu jari kaki. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya
gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma,
dsb), kongesti atau sianosis setempat.

Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel


dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit
(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method) Prosedur pengambilan
darah kapiler.

1) Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.

2) Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
3) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.

4) Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-
peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini
bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas
kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.

5) Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

6) Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.

D. Pemeriksaan hemoglobin

1. Metode sahli

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling
sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
sianmethemoglobin. metode Sahli prinsipnya hemoglobin dihidrolisi dengan HCl
menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi
menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna
yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).
Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah
warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh.
Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya
dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah
yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli
ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan.
2. Point Of Care Testing (POCT)

POCT (Point Of Care Testing) didefinisikan sebagai pemeriksaan kesehatan


sederhana dengan menggunakan sampel dalam jumlah sedikit, menggunakan
pengukuran arus listrik yang dihasilkan pada sebuah reaksi elektrokimia. Ketika darah
diteteskan pada strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada di dalam darah
dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang
besarnya setara dengan kadar bahan kimia yang ada dalam darah Point Of Care Testing
(POCT) adalah pemeriksaan kesehatan yang dapat memberikan hasil yang cepat,
sehingga pengambilan keputusan dapat segera dilakukan untuk manajemen pasien yang
lebih baik. Kelebihan dari POCT yaitu mudah digunakan, dapat dilakukan oleh perawat
dan keluarga pasien untuk monitoring pasien, volume sampel yang digunakan sangat
sedikit, alat lebih kecil sehingga tidak perlu ruangan khusus.

Pemeriksaan hemoglobin merupakan suatu hal penting sebagai pemeriksaan


penyaring untuk membantu penegakan diagnosa, sebagai pencerminan reaksi tubuh
terhadap suatu penyakit, dan sebagai petunjuk kemajuan terapi penderita anemia atau
penyakit lain. Resiko yang terjadi jika penetapan kadar hemoglobin tidak tepat akan
membuat kesalahan dalam diagnosis suatu penyakit dan pola pengobatan terhadap
pasien. Point-Of-Care Testing meliputi segala pemeriksaan yang dilakukan di tempat
dimana tindakan atau perawatan akan dilakukan kepada pasien. pemeriksaan yang
dilakukan di tempat praktik dokter dan departemen lain selain laboratorium di rumah
sakit seperi Unit Gawat Darurat, kamar operasi, dan ICU Aspek penting dari POCT
adalah bahwa biasanya pasien lebih puas karena pengujian lebih mudah dilakukan,
berikut kit pemeriksaan yang bisa di ujikan dengan alat stik POCT gas darah / elektrolit,
kolesterol / lipid, pemantauan. Koagulasi, darah okultisme tinja, patogen Makanan,
pemantauan glukosa, Hematologi, Penyakit menular, Kehamilan dan kesuburan, Tumor
/ penanda kanker dan pengujian Urinalisi. Meskipun POCT memberikan hasil yang
cepat dan kesempatan untuk keputusan medis yang lebih cepat, risiko kesalahan dengan
POCT sering menimbulkan kekawatiran atas keandalan hasil tes.

Berbeda dengan lab inti, dimana kesalahan paling banyak terjadi pada tahap pre-
analitik dan pasca-analitik namun pada alat POCT kesalahan yang paling banyak terjadi
pada tahap analitik. Hal Ini dapat dikaitkan dengan kurangnya pemahaman atau
pelatihan staf non- laboratorium yang biasanya terlibat dalam POCT atau sebagai hasil
dari keterbatasan uji dan penyalahgunaan. Sementara laboratorium menawarkan
lingkungan pengujian yang terstruktur dan terkontrol, kondisi pengujian untuk POCT
dapat sangat bervariasi.

3. Hematology Analyzer Sysmex XP-100

Pemeriksaan hemoglobin secara automatik menggunakan alat analisis sel darah


automatik. Sysmex XP-100 Auto Hematology Analyzer merupakan suatu penganalisis
hematologi multi parameter untuk pemeriksaan kuantitatif maksimum 19 parameter dan
3 histogram yang meliputi WBC (White Blood Cell atau leukosit), sel tengah
(monosit,basofil,eosinofil), limfosit, granulosit, persentase limfosit, persentase sel
tengah, persentase granulosit, RBC (Red Blood Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean
Cospuscular Volume), MCH (Mean Cospuscular Hemoglobin), MCHC ( Mean
Cospuscular Hemoglobin Concentration), RDW-CV, RDW-SD, HCT (Hematocrit),
PLT (Platelet), MPV (Mean Platelet Volume), PDW (Platelet Distribution Width), PCT
(Plateletcrit), WBC Histogram (White Blood Cell Histogram), RBC (Red Blood Cell
Histogram), PLT Histogram (Platelet Histogram). Pengukuran HGB (hemoglobin)
ditentukan oleh metode kolorimetrik.

Pengenceran WBC / HGB tersebut dikirim ke bak WBC yang dicampur dengan
jumlah tertentu yang mengubah hemoglobin menjadi hemoglobin komplek pengenceran
dan dalam nya memiliki ruang terpisah, tidak ada gangguan dari jumlah leukosit tinggi,
lipemia atau protein abnormal. Sebuah LED dipasang di salah satu sisi bak yang
memancarkan sinar Fluorescent Flow Cytometry dan Fokus Hidrodinamik teknologi
dengan panjang gelombang 525 nm, kemudian diukur dengan sensor-foto yang dipasang
di sisi yang berlawanan. Sinyal tersebut kemudian diperkuat dan tegangan diukur lalu
dibandingkan dengan referensi bacaan kosong (bacaan yang diambil ketika hanya ada
pengencer di bak). HGB tersebut dihitung dan dinyatakan dalam g/L.

Metode ini merupakan baku emas untuk pengukuran konsentrasi hemoglobin


seperti yang direkomendasikan oleh International Committee for Standardization in
Hematology. pemeriksaan kadar hemoglobin dengan hematology analyzer mudah
dilakukan dan hasil pemeriksaan lebih akurat daripada metode yang lain dalam
pemeriksaan hemoglobin. Metode sianmethemoglobin adalah metode referensi untuk
estimasi hemoglobin, semua jenis hemoglobin dapat diukur kecuali sulfhemoglobin,
faktor kesalahanya sekitar ±2%. Metode ini sudah banyak digunakan di beberapa rumah
sakit atau klinik kesehatan. Prinsip dari pemeriksaan sianmethemo-globin adalah heme
(ferro) dioksidasi oleh kalium ferrisianida menjadi (ferri) methemoglo- bin kemudian
methemoglobin bereaksi den- gan ion sianida membentuk sianmethemoglo- bin yang
berwarna coklat, absorban diukur dengan kolorimeter atau spektrofotometer pada λ 540
nm.

Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi


methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-
methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan
dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka
hasilnya lebih objektif namun kelemahan alat ini ialah mahalnya dan susahnya
pemeliharaan, sukarnya mendapatkan standar reagen yang harus dipesan dengan waktu
yang cukap lama karna harus didatangkan langsung dari luar daerah secara periodik,
pemakaian pereaksi yang mebahayakan kesehatan ksrns mengsndung sianida dan
banyak perlengkapan yang harus dibawa bila bekerja dilapangan, perlu dilakukan
kalibrasi secara berkala setiapa hari minimal satu kali dalam sehari agar alat dapat
bekerja dengan baik.

1.4 Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan


a. Alat
 Jarum
 Kapas
 Alcohol swab
 Tabung vacutainer
 Tourniquet
 Plester
 Stiker
b. Bahan
 Sample darah
2. Cara kerja/ metode pemeriksaan
 Siapkan peralatan pengambilan sample
 Lakukan hand higyene sebelum melakukan tindakan
 Pasang APD
 Lengan pasien sebelah kiri atau sebelah kanan, dipilih yang lebih jelas venanya,
diletakkan diatas mmeja sampling dengan diberikan bantal/ alas siku apabila
dipelrukan
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
 Pasag tourniquet kurang lebih 10 cm diatas lipatan siku
 Pilih bagian vena median cubital atau chepalic, pastikan daerah tersebut adalah
vena yang paling besar
 Pencarian vena bsa dilakukan dengan menepuk nepuk daerah vena, atau pasien
diminta untuk membuka tutup kepalan tangan, atau dengan melalukan olahraga
ringan daerah lengan yang akan ditusuk
 Apabila sudah yakin, pengambilan darah bisa dilakukan dan daerah vena harus
didesinfeksi dengan alcohol swa
 Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan sudut
kemiringan antar jarum dan kulit 15 derajat, bila jarum berhasil masuk vena, akan
terlihat darah masuk kedalam semprit, bila
 Darah tidak keluar, ganti posisi penusukan (bila terlalu dalam tarik posisi
begitupun sebaliknya)
 Setelah volume darah dianggap cukup sesuai pemeriksaan, longgarkan lepaskan
tourniquet dan minta pasien untuk membuka kepalan tangannya
 Tarik jarum tusukan secara perlahan dan tekan dengan kapas swab selama kurang
lebih 2 mwnit setelah darah berhenti, plester bagian ini selama 15 menit
 Masukkan darah dari spuid ke tabung EDTA terlebih dahulu, baru tabung lainnya
sesuai dengan pemeriksaan kemudiaan beri stiker nama
 Persilahkan pasien untuk menunggu hasil atau melanjutkan pemeriksaan
berikutnya

1.5 Interpretasi Hasil

1.6 Kesimpulan

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang


berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada macam cara
memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, I Gusti Nugrah Gede Jaya.2018.”Gambaran Kadar Hemoglobin dengan


Pemeriksaan Menggunakan Metode Point OF Care Testing dan Hematology
Analyzer”http://respository.poltekes-denpasar.ac.id/575/ diakses pada 18 November 19.15

TTD Mahasiswa TTD Dosen pengampu Nilai

ZAKIAH INDRIANI YULIANA DH, S.Kep, Ners,


(P075244220430 M.Biomed

(Nip 19780701 2000 03 2001)

Anda mungkin juga menyukai