Anda di halaman 1dari 15

UPACARA BISO TIAN

( PRAKTEK BUDAYA KEHAMILAN DI SUKU SAMAWA )


KABUPATEN SUMBAWA, NTB

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Kebidanan Komunitas


Dosen Pengampu: dr. I Wayan Agung Indrawan, SpOG(K)

INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg"
\* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-
Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-
ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-
UB-BT-ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg"
\* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-
Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-
ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-
UB-BT-ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg"
\* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-ala-

1
Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "http://static.ub.ac.id/static_files/logo/Frame-UB-BT-

ala-Jpg.jpg" \* MERGEFORMATINET

Oleh:

EHDA SAFITRI : 186070400111007

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan “Makalah Upacara Biso Tian Praktek Budaya Kehamilan Di suku
Samawa” yang merupakan salah satu tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Kebidanan
Komunitas pada Program Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas pada studi S2 kebidanan ini.
Dalam penyusunan tugas ini masih ada kekurangan yang masih membutuhkan kritikan dan
saran yang membangun guna untuk penyusunan tugas selanjutnya. Demikian tulisan ini, agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, Mei 2019

Ehda safitri

3
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................2

BAB 2 UPACARA BISO TIAN...........................................................................3


2.1 Definisi Biso Tian..............................................................................
2.2 Tujuan Biso Tian................................................................................
2.3 Waktu pelaksanaan Biso Tian............................................................
2.4 Tata cara Biso Tian.............................................................................
2.5 Tinjauan Medis Tentang Upacara Biso Tian

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting untuk diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan
(antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Kenyataannya berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak
perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan diantaranya Aspek budaya.
Budaya telah ada sejak jaman nenek moyang kita dilahirkan. Budaya hadir dan melekat erat
dalam kehidupan masyarakat indonesia. Dengan berbagai suku tentunya budaya juga
berbeda. Akan tetapi pelayanan dan standar kesehatan tetaplah sama. Mengacu kepada
standar pelayanan yang telah di tetapkan dan disepakati.
Dari semua keistimewaan yang dimiliki oleh perempuan, mengandung dan melahirkan
merupakan keistimewaan yang paling tinggi nilainya. Suka cita menjalani masa-masa
mengandung adalah kenimatan tersendiri bagi masing-masing calon ibu. Bukan hanya calon
ibu yang bersuka cita, keluarga besar pun ikut merasakan semaraknya suasana rumah ketika
kehamilan salah satu anggota keluarga dikabarkan. Utamanya kabar kehamilan anak
pertama.

Kehamilan pertama biasanya mendapatkan perlakuan lebih ketimbang kehamilan


kedua dan seterusnya, baik dari ibu si calon bayi maupun keluarga. Pada masa kehamilan
ada banyak ritual yang harus dilakukan yang menandakan bahwa masyarakat di budaya
mana pun menganggap kehamilan sebagai peristiwa yang luar biasa, bukan hanya dalam
kehidupan wanita hamil itu sendiri tetapi juga suami dan keluarganya. Perhatian masyarakat
terhadap ibu yang sedang hamil merupakan bentuk dukungan sosial. Salah satu bentuk
perlakuan khusus tersebut adalah melakukan tradisi Biso Tian.

Biso Tian merupakan tradisi tujuh bulanan seperti juga di berbagai daerah di Indonesia
dengan beragam cara dan kebiasaan tergantung suku tempat berada. Biso Tian merupakan
5
tradisi suku samawa pada ibu hamil yang terdapat di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Upacara ini bertujuan sebagai ungkapan kebahagiaan menanti bayi pertama dari seorang
ibu. Selain itu, meramaikan acara tujuh bulanan khas Sumbawa ini juga untuk memberikan
kekuatan dan semangat kepada si calon ibu yang baru pertama kali akan mengalami proses
luar biasa dalam hidupnya, yaitu melahirkan. Dalam ini kita akan membahas tentang
Upacara Biso tian dan tinjauan secara medis khususnya kebidanan.

1.2 Tujuan
1) Mengetahui Budaya pada masa kehamilan di
2) Mengetahui Tinjauan secara medis terkait praktek budaya kehamilan

6
BAB 2
UPACARA BISO TIAN

2.1 Definisi
Biso Tian adalah upacara yan dilaksanakan pada wanita yang hamil pertama kali.
Jika Diartikan menurut bahasa indonesia tiap kata maka arti Biso : Cuci dan Tian : Perut.
Kosok Tian adalah tindakan menggoyangkan perut ibu hamil dengan tujuan mengatur agar
posisi lebih baik dan mapan.
2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Upacara Biso tian ini dilaksanakan ketika usia kehamilan meninjak 7 bulan, atau kadang
juga dilaksanakan ketika melampaui usia 7 bulan ( 8 atau 9 bulan ) tergantung kesiapan
finansial keluarga. Pelaksanaan Di Rumah Ibu mertua ( Orang tua Suami ) jika pasangan
suami istri menikah sesama suku Samawa. Jika menikah dengan Beda Suku maka
pelaksanaan dapat dirumah orang Tua atau kediaman pribadi pasangan suami istri. Upacara
ini dilakukan dengan Bantuan Sandro Tamang ( Dukun Beranak, yang terlatih)
2.3 Tujuan
1) Sebagai ungkapan kebahagiaan menanti bayi pertama dari seorang
ibu
2) Untuk memberikan kekuatan dan semangat kepada si calon ibu
yang baru pertama kali akan mengalami proses luar biasa dalam
hidupnya, yaitu melahirkan,
3) Agar Bayi yang dikandung kelak lahir dalam keadaan bersih, selamat, dan tidak
kurang satu apapun.
4) Untuk mempersiapkan calon ibu agar ikhlas serta tabah dalam mendidik dan
membesarkan anak – anaknya dengan penuh perjuangan.
2.4 Pelaksanaan Upacara Biso Tian
1) Persiapan
 7 lembar Kain Panjang warna - warni ( Tiap lembaran di taburi Uang logam ).
Kain berwarna-warni tujuh lapis dipakai sebagai alas tidur oleh
ibu hamil selama prosesi berlangsung. Tujuh lapis kain ini
melambangkan bahwa kehidupan manusia itu betapa tinggi
7
nilainya serupa tujuh lapis bumi dan langit yang kerap
diumpamakan terhadap alam semesta ini.
 Tipar Sarumpu ( Alas tempat ibu hamil terbuat dari anyaman pandan )
 Tali Genteng ( pengikat perut bagian atas ibu )
 Medo Bura ( terdiri dari : Bete , Loto Kuning ). Bete adalah Yang berwarna
putih adalah khusus dibuat dari padi yang disangrai sampai
mekar. Beras warna-warni sebagai pelengkap prosesi ini
merupakan lambang kemakmuran yang diharapkan dari sang
bayi yang akan lahir.
 Telequ ( Terbuat dari Kuningan ) berisi air dengan berbagai Kembang, bunga
kelapa dan Rempah Untuk Mandi dengan mencampur air dari 3 sumber yang
berbeda.
 Nyir (Kelapa Gading) yang di beri lilin di atasnya
Sebagai lambang harapan bahwa kelak si bayi akan menjalani
kehidupan di jalan yang benar dan lurus yang disimbolkan
dengan lilin yang menyala.
 Pego ( Bejana khas suku samawa dari Kuningan )
Berisi beras berwarna-warni; hitam, hijau, merah muda dan
putih.
 Temar ( Lulur Khusus untuk ibu hamil dari Herbal )
 Kelapa Bertunas
2) Tata cara
Diawali dengan memandikan calon ibu dengan air kembang
dimana ibu duduk di kelapa yang telah di hilangkan tunasnya oleh
suami ibu hamil dengan tujuan membuang segala penyakit. Biso
Tian pun dimulai, Sarakal ( Doa dan salawatan ) untuk kemudahan
dan kebaikan bagi calon ibu mengalir dari bibir Sandro
Tamang sepanjang ritual jeruk ai oram ( mandi kembang )
berlangsung. Guyuran lembut yang dipenuhi bunga-bunga tentu
saja memberikan kenyamanan bagi calon ibu dan bayi yang
dikandungnya. Setelah itu, sang calon ibu mempercantik

8
penampilannya dengan memakai pakaian adat Sumbawa khusus
untuk ibu hamil, menuju prosesi inti Biso Tian.
Di atas alas yang disiapkan khusus, calon ibu tidur dengan
nyaman. Alas khusus ini terdiri dari selembar tikar yang dibuat
secara khusus juga, orang Sumbawa menyebutnya Tipar sarumpu.
Tikar ini adalah tikar khas masyarakat adat Samawa yang diyakini
mampu menangkal hal-hal negatif yang mengarah pada calon ibu
dan bayinya. Untuk melindunginya secara supranatural dari
kemungkinan-kemungkinan niat jahat dari alam lain. Tidak hanya
itu di atas Tipar sarumpu tersebut diletakkan pula tujuh lapis kain
berwarna-warni sebagai alas lapisan kedua. Dan pada lapisan ketiga
akan diletakkan kembali tujuh lapis kain lagi. Dan di atas kain inilah,
calon ibu ditidurkan.
Tujuh orang perempuan akan mengambil peran saat acara inti
Biso Tian ini. Selain Sandro Tamang, terdapat enam orang lainnya
yang akan ikut terlibat dalam prosesi inti Biso Tian yang
disebut Mengas Mentar. Saat lilin yang diletakkan di atas sebutir
kelapa pada pegu berisi beras dinyalakan, Mengas Mentar pun
dimulai. Selembar kain pada lapisan teratas di bagian kiri dan kanan
perut calon ibu, akan dipegang oleh Sandro Tamang. Dengan
perlahan, Sandro Tamang akan mengangkat sedikit kain tersebut
sembari menggerak-gerakkannya secara lembut. Perut calon ibu
pun terangkat dan bergoyang-goyang lembut sekali. Diawali oleh
Sandro tamang melakukan Bekosok/Kosok Tian (mengangkat perut
calon ibu menggunakan kain kemudian digoyangkan). Enam orang
lainnya adalah perempuan yang ditokohkan atau yang diteladani di
kampung tersebut, melakukan hal yang sama mengikuti cara Sanro
Tamang.
Usai melakukan Mengas Mentar, Sandro Tamang mengeluarkan
kain lapisan teratas yang sudah dipakai tersebut sehingga
meninggalkan enam kain dari lapisan ketiga tadi. Hal yang sama
9
kemudian diikuti oleh keenam perempuan pilihan tersebut. Dan
setiap lapis kain yang telah dipakai Mengas Mentar itu, dikeluarkan
tumpukan lapisan tempat tidur calon ibu. Ada kenyamanan yang
akan dirasakan calon ibu selama Mengas Mentar ini berlangsung
sehingga calon ibu tampak tenang. Harapannya senyaman dan
setenang inilah nanti calon ibu saat menjalani proses persalinan.
Simbol harapan untuk kemudahan proses melahirkan juga ada pada
telur diolesi dengan minyak yang diusapkan dari ubun-ubun hingga
ujung telapak kaki sang calon ibu. Kemudian Sandro Tamang
mengikatkan Tali genteng di perut bagian atas ibu tujuan agar
posisi bayi tidak berubah.
Proses Mengas Mentar memberi gambaran secara alami, seperti
sebuah kotak yang berisi sesuatu yang penuh namun tidak sesak,
ketika isinya tersebut akan dikeluarkan, maka untuk memudahkan
mengeluarkan isi tersebut, biasanya akan digoyang-goyang dahulu
agar benda yang berada dalam kotak tidak lengket pada dinding-
dinding kotak tersebut sehingga mudah dikeluarkan. Tampaknya,
masyarakat adat Samawa memaknai prosesi ini dengan belajar dari
alam meski secara media belum ditemukan kaitannya. Bagi
masyarakat tradisional, niat dan tujuan baik dari sebuah kegiatan
adatlah yang menjadi panutan mereka.
Mengas Mentar usai, calon ibu bangkit. Dalam gendongan baju
calon ibu, telah diletakkan tiga kain yang diletakkan saat Mengas
Mentar dan uang logam. Calon ibu kemudian perlahan menuju
pintu rumah di mana di halaman rumah telah dipenuhi undangan.
Saat inilah acara yang paling ditunggu oleh undangan yang lebih
banyak para ibu, berebut uang logam. Membuang kain dan uang
logam ini memiliki makna tersendiri. Membuang kain yang
dipakai Mengas Mentar secara simbolik ini bermakna bahwa si ibu
tengah menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi pada dirinya
dan bayi yang dikandungnya. Agar segala proses persalinan
10
berjalan lancar seperti yang diharapkan. Sedangkan menyebar uang
logam adalah simbol berbagi rezeki.
Diikuti oleh salah seorang keluarga yang memegang pegu berisi
beras warna-warni yang di dalamnya juga terdapat uang logam
yang banyak, di depan pintu rumah calon ibu mulai berbagi dengan
melemparkan kain yang dipakai saat Mengas Mentar tersebut dan
logam-logam dari gendongan bajunya. Uang logam tersebut disebar
ke berbagai tempat para undangan yang sedari tadi bersiap untuk
saling rebut setiap receh yang dilemparkan oleh calon ibu. Suasana
pun seketika pecah, riuh oleh sorak dan lengkingan gembira para
ibu yang saling rebut uang receh tersebut. Para undangan pun
bersuka cita saling rebut uang logam dan dengan bangga
mengangkat logam tersebut jika mendapatkannya. Inilah acara
paling seru dan ramai dalam acara Biso Tian. Histeria dan
kegaduhan akan sangat tampak saat ini ketika para ibu ini adu
cepat dan tepat untuk mendapatkan uang logam.
Dalam acara rebutan logam ini, miskin dan kaya tidak ada
bedanya. Karena yang direbut bukan nilai uangnya, tapi logam yang
diterjemahkan sebagai berkah. Semakin banyak yang bisa diperoleh
dengan cara rebutan, maka dianggap semakin besar berkah
rezekinya. Logam dalam acara Biso Tian yang disebar calon ibu ini,
bukanlah sembarang logam. Ia memiliki makna yang sangat berarti
bagi mereka yang mendapatkannya. Uang logam ini diyakini dapat
membawa berkah karena tentu saja, saat calon ibu menyebar uang
logam tersebut selalu disertai dengan doa, meski pun tidak terucap,
agar anaknya menjadi anak yang mulia bagi dirinya dan juga
masyarakat. Doa ibu adalah berkah yang paling tinggi, yang paling
agung bagi seorang anak. Dan logam inilah simbol keberkahan yang
menempati posisi tertinggi.
2.5 Tinjauan Medis Upacara Biso Tian

11
Upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil terutama selama melalui masa - masa
kehamilan sangat penting untuk kita ketahui. Terutama bagi Bidan sebagai care provider
yang memberikan asuhan kepada ibu hamil. Kegiatan Upacara ini merupakan dukungan
psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun.
Didalamnya juga terkandung nilai - nilai Budaya dan spiritual yang disesuaikan dengan
agama masing - masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri,
menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara
pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan
perasaan dihargai.
Upacara biso tian ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali dan merupakan
dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami
perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi
masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu
hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara biso tian dengan pakaian adat samawa
yang di gunakan.
Semua yang dilakukan dalam simbolik upacara ini erat kaitannya dengan dukungan
mental bagi ibu selama hamil dan menjelang persalinan. Menanamkan sugesti diri yang
positif. Tak lupa disertai doa dari keluarga, kerabat dan para tetangga. Harapan bahwa
menjelang proses persalinan tak kurang suatu apapun, ibu hamil melaluinya dengan tenang
dan bahagia. Melahirkan dengan lancar tanpa penyulit.
Ditinjau dari aspek medis maupun psikologis, terdapat sisi positif dan negative dari
upacara ini. Pertama dampak sisi positif yang dapat di ambil antara lain : secara psikologi
ibu hamil mendapatkan dukungan keluarga dan orang sekitar. Ibu hamil juga akan lebih
semangat untuk mempersiapkan proses kelahiran bayi. Karena dengan adanya upacara ini
menjadi petanda bagi ibu bahwa persalinan semakin dekat, karena ibu telah memasuki
trimester ketiga. Dukungan sosial selama kehamilan sangat penting untuk mengurangi stress.
Selama kehamilan dukungan dapat menimbulkan rasa percaya diri pada wanita bahwa dia
memiliki persiapan yang cukup untuk melahirkan.
Kedua, dampak Sisi negative dari Upacara ini yakni pada kegiatan Begosok /Kosok
Tian, Pada zaman dahulu ritual ini dilakukan dengan cara menggoyang kan perut ibu sambil
mengurut area perut ibu hamil yang dilakukan oleh Dukun beranak ( Sandro Tamang ).

12
Tujuannya untuk mengatur posisi dan memperbaiki syaraf dan aliran darah yang sehingga
kelak proses persalinan lancar. Secara medis hal ini merupakan praktek yang merugikan ibu
hamil dan janinnya. Karena seperti yang kita ketahui tindakan manipulasi pada abdomen ibu
hamil seperti versi luar telah lama ditinggalkan. Beberapa komplikasi dapat terjadi pada ibu
dan janin seperti, Ruptur uteri, perdarahan, kematian janin bahkan berakhir ke kematian ibu.
Sedangkan Untuk ritual pengikatan perut dengan tali genteng ( mengikat perut ibu bagian
atas/di atas fundus uteri ) juga beresiko bagi ibu dapat menyebabkan ibu sesak nafas dan
terganggunya sirkulasi darah dan oksigenasi ibu yang dapat berdampak ke janin.
Seiring dengan perkembangan zaman. Terjadi sublimasi kebudayaan,dimana bidan
dan tenaga kesehatan lain memberikan pemahaman kepada Dukun dan masyarakat tentang
tradisi yang dapat merugikan ibu hamil. Kebudayaan tidaklah mudah awalnya untuk di
rubah. Setiap langkah tetap dilakukan tapi dikemas dengan cara yang lebih aman. Misalnya
pada tahap Kosok tian, adat tetap dilaksanakan tetapi dengan cara lembut dan hati – hati.
Pengikatan perut dengan tali genteng juga dilakukan secara simbolis, dengan tidak mengikat
secara kencang tapi cukup melingkari perut. Meskipun tidak dapat dipungkiri masih
ditemukan praktek budaya kehamilan ini pada daerah pedesaan/pedalaman yang akses masih
sulit. Hal ini menjadi tugas Bidan dan tenaga kesehatan lain dalam mengikis perlahan –
lahan budaya yang dapat berdampak buruk dan merugikan ibu hamil.
Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah terjadi
pergeseran namun di sebagian lain masih dipertahankan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh
O’Neil (2006) bahwa semua budaya yang diwariskan cenderung untuk berubah tetapi ada
kalanya juga dipertahankan. Ada proses dinamis yang mendukung diterimanya hal-hal dan
ide-ide baru dan ada juga yang mendukung untuk mempertahankan kestabilan budaya yang
ada. Kebudayaan masyarakat sumbawa dalam hal praktek budaya kehamilan tetap
dilestarikan dengan menjaga batasan dan tidak lepas dari pengawasan dan keterlibatan
tenaga kesehatan. Pengawasan kehamilan tersebut dalam aspek medis dan psikologis tidak
kalah penting manfaatnya karena ikut berperan menunjang perbaikan kesehatan ibu dan
anak di Kabupaten Sumbawa NTB.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Faktor sosial budaya ikut berperan terhadap kondisi Kesehatan ibu dan Anak. Praktek
budaya kehamilan merupakan hal yang erat melekat dalam kehidupan masyarakat indonesia.
Nilai-nilai budaya serta tradisi sosial berupa ritual terkait dengan kehamilan seorang wanita
masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat suku Samawa Kabupaten Sumbawa NTB.
Ritual diyakini masyarakat mempengaruhi kesehatan ibu selama hamil dan janin yang
dikandungnya, dengan harapan agar ibu dan bayi yang dikandung lahir dengan selamat dan

14
sehat. Ritual terkait masa kehamilan seorang wanita merupakan bentuk pengawasan yang
mempunyai dampak baik positif maupun negative terhadap kesehatan ibu yang sedang hamil
dan janin yang dikandungnya. Pengawasan kehamilan tersebut dalam aspek medis dan
psikologis tidak kalah penting manfaatnya karena ikut berperan menunjang perbaikan
kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Sumbawa NTB.

3.2 SARAN
Pengawasan kehamilan secara tradisional dalam aspek medis dan psikologis tidak
kalah penting manfaatnya, karena ikut berperan dalam menunjang perbaikan kesehatan
masyarakat di Kabupaten Sumbawa terutama kesehatan ibu dan anak, untuk itu perlu
dilestarikan. Diharapkan Bidan sebagai tenaga kesehatan yang dekat dengan ibu hamil dapat
selalu berperan dalam upacara budaya yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA

 Naniek I. Taufan. 2011.Tradisi dalam Siklus Hidup Masyarakat Sasak, Samawa dan
Mbojo. Penerbit: Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Bima.
http://humasntb.blogspot.com/2015/05/budaya-samawa-biso-tian.html. Akses 17 Mei
2019 Pukul 21.15
 Zulkarnaen Aries. 2011. Tradisi dan Adat Istiadat Samawa. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

15

Anda mungkin juga menyukai