Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KESEHATAN


SWOT dalam Meningkatkat Mutu Pelayanan:
“Pencapaian IMD di Rumah Sakit”
Dosen Pengampu: Dr. dr. Nurul Hidayati, M.Kes

Oleh Kelompok 4:
Mahanutabah H.Q (186070400111001)
Ehda Safitri (186070400111007)
Anggie Diniayuningrum (186070400111018)
Sabatina Windyaningrum (186070400111019)
Dini Ria Octavia (186070400111022)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
BAB II Tinjauan Masalah dan Analisis SWOT ..........................................................
2.1 ...............................................................................................................................
2.2 ...............................................................................................................................
2.3 ...............................................................................................................................
2.4 ...............................................................................................................................
BAB III Penutup .........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) adalah menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB). Program Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah penting untuk
mencegah kematian bayi di masa awal kehidupannya melalui pemberian ASI di dua jam
pertama kehidupan bayi (Mujiati, 2015). Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu dari
10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) yang diusung oleh WHO dan United
Nations Children’s Fund (UNICEF) melalui pembentukan baby friendly hospital initiative
(BFHI) atau rumah sakit sayang bayi pada tahun 1991 (Fahriani et al., 2014). Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan jumlah bayi
yang menyusu pada 1 jam pertama setelah lahir (inisiasi menyusu dini, IMD) baru
mencapai 3,7% sementara pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan adalah
39,5%. Sedangkan data SDKI tahun 2007, angka IMD 43,9%, sementara pemberian ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan sebesar 32,4%. Angka keberhasilan ASI eksklusif di
Indonesia secara keseluruhan cenderung menurun.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, yang memberikan rangsangan awal dimulai pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara dini, dan diharapkan berkelanjutan selama enam bulan pertama. Kegagalan
IMD dan pemberian ASI eksklusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan
defisiensi zat gizi pada bayi, serta memungkinkan terjadi status gizi kurang, yang berujung
pada penurunan poin kecerdasan intelektual bayi, dan menjadi ancaman terhadap sumber
daya manusia Indonesia peda masa mendatang (Sirajjudin et al., 2013).
Institusi yang paling bertanggung jawab terhadap inisiasi menyusu dini adalah
institusi yang memberikan pelayanan persalinan, termasuk di dalamnya adalah rumah sakit,
rumah bersalin, dan bidan praktek swasta (Raharjo, 2014). Mujiati (2015) dalam penelitian
yang dilakukan mengenai faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD di rumah sakit
melalui wawancara mendalam menyatakan bahwa hampir, seluruh ibu di RSUD ‘Y’ gagal
melakukan IMD. Beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya IMD di rumah sakit
dikarenakan kondisi tertentu pada ibu dan bayi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
IMD. Kondisi tersebut meliputi ibu mengalami mual pasca SC atau kondisi gawat baik
pada ibu maupun bayi baru lahir (Widiastuti et al., 2013).

1
Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), yang
menyatakan bahwa IMD merupakan satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
resiko pendarahan post partum pada ibu dan mengurangi infeksi setelah persalinan, hal ini
dikarenakan hisapan pertama bayi akan merangsang keluarnya plasenta lebih cepat akibat
pelepasan hormon oksitosin. 4 Selain untuk dapat mencegah kematian bayi dan ibu paska
persalinan, IMD juga mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif. Dengan melakukan IMD, ibu mempunyai peluang 8 kali lebih
besar untuk berhasil ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD
(Mujiati, 2015).
Oleh karena itu, untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit mengenai
keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusui dini, maka penulis tertarik melakukan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity dan Threat).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit mengenai
keberhasilan pelaksanaan inisiasi di rumah sakit melalui analisis SWOT?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengkaji permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan IMD di rumah sakit.
1.3.2 Mengetahui visi, misi, tujuan dan target pada pelaksanaan IMD di rumah
sakit.
1.3.3 Menganalisis pelaksanaan inisiasi menyusui dini di rumah sakit menggunakan
SWOT
1.3.4 Melakukan perencanaan untuk kelanjutan pelaksanaan inisiasi menyusui dini
di rumah sakit.

BAB 2
TINJAUAN MASALAH DAN ANALISIS SWOT

2.1 Inisiasi Menyusu Dini

2
Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusu yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari
dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. WHO-
UNICEF mengeluarkan protokol tentang “ASI Segera” yang harus diketahui tenaga
kesehatan (bidan). Protokol tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya
siap menyusu. Kontak langsung kulit ibu dan bayi akan memberikan kehangatan dan ikatan
antara ibu dan bayi (Pangerapan, 2017).
Inisiasi Menyusui Dini atau lebih dikenal dengan istilah IMD (Early Initiation)
merupakan suatu program yang sedang marak dianjurkan oleh pemerintah. IMD bukan
berarti menyusu tetapi bayi harus aktif menemukan puting susu ibunya sendiri. Program
ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu (lebih kurang 60 menit).
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang
atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali
tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu (Lubis, 2018).
ASI mengandung zat gizi dan zat protektif yang bermanfaat untuk daya tahan
tubuh bayi sehingga jarang sakit. Penelitian di negara Afrika, IMD dapat menurunkan
resiko kematian bayi usia 2-28 hari akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. Kontak kulit
ibu dan kulit bayi serta ASI pertama (kolostrum) dapat menstimulasi sistem kekebalan
tubuh bayi (Pangerapan, 2017).
Kebijakan inisiasi menyusui dini telah disosialisasikan di Indonesia sejak
Agustus 2007. Setidaknya, tiap 6 menit bayi baru lahir di Indonesia meninggal. Angka
kematian bayi dan balita yang tinggi itu bisa ditekan dengan melakukan IMD dan
memberikan ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian jika bayi yang baru lahir dipisahkan
dengan ibunya maka hormon stres akan meningkat 50%. Otomatis hal tersebut akan
menyebabkan kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun. Bila dilakukan kontak antara
kulit ibu dan bayi maka hormon stress akan kembali turun. Sehingga bayi menjadi lebih
tenang, tidak stres, pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil (Lubis, 2018).
Pemerintah telah mensosialisasikan IMD pada saat pekan ASI se-dunia tahun
2007 yang dibacakan langsung oleh Ibu negara. Dalam Asuhan Persalinan Normal (APN)
IMD juga merupakan langkah penting yang harus dilakukan petugas kesehatan dalam
membantu proses persalinan, serta disahkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 33/2012
mengenai Pemberian ASI Eksklusif, di dalam peraturan tersebut berisi tentang IMD,
pengaturan penggunaan susu formula, dan produk bayi lainnya. Sarana menyusui tanggung

3
jawab pemerintah, pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam serta
pendanaannya. Usaha pemerintah untuk mensukseskan program IMD adalah dengan
meningkatkan mutu pelayanan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang telah
memahami prinsip pelaksanaan IMD (Lubis, 2018).
Penelitian Forster, (2015) meneliti “Feeding infants directly at the breastduring
the postpartum hospital stay isassociated with increased breastfeeding at 6 months
postpartum” dengan tujuan untuk menyelidiki apakah asupan makanan hanya secara
langsung dari payudara di 24-48 jam pertama kehidupan meningkatkan proporsi bayi yang
menerima ASI pada 6 bulan pertama, hasil menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan
hanya ASI pada 24-48 jam pertama kehidupan lebih mungkin untuk terus memberikan ASI
selama 6 bulan pertama daripada mereka yang menerima susu formula bayi (Pangerapan,
2017).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, secara garis besar berisi tentang:
1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu.
2. Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang
dilahirkannya.
3. Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan
inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama 1 (satu) jam.
4. Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat
pada kulit ibu.
5. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
6. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.

4
8. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
9. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.
10. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
11. Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan penyediaan
tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya.
12. Mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum pendidikan formal
dan nonformal bagi Tenaga Kesehatan.
13. Membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program
pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat.
14. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan ASI
Eksklusif;
15. Mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak lain di
dalam dan/atau luar negeri.
16. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

2.2 Tinjauan Umum Masalah Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 33/2012 mengenai Pemberian
ASI Eksklusif, seharusnya masalah kurangnya keberhasilan IMD di masyarakat tidak
terjadi. Namun, pada kenyataannya tingkat keberhasilan IMD di masyarakat rendah yang
berdampak pada pemberian ASI Eksklusif pada bayi menurun.
Masalah berkurangnya keberhasilan IMD yang terjadi di masyarakat,
diantaranya;
1. Menurunnya komitmen tenaga kesehatan dalam mensosialisasikan secara meluas
tentang tujuan dan manfaat IMD.
2. Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan untuk kegiatan
penyuluhan IMD di masyarakat.

5
3. Kurangnya komitmen dan ketelatenan tenaga kesehatan saat melakukan IMD di
fasilitas kesehatan pada 1 jam pertama kehidupan.
4. Kurangnya tenaga konselor ASI yang melakukan sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif
di masyarakat.
5. Keterbatasan dana untuk keberlangsungan program IMD, dana tidak mencukupi baik
dari pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
6. Kurangnya ide-ide kreatif dan inovatif dalam melakukan sosialisasi IMD pada
masyarakat sehingga tidak adanya kesan mendalam tentang pentingya IMD bagi bayi.
7. Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga dalam mensukseskan IMD pada bayi
baru lahir.
8. Kebijakan Rumah Sakit yang kurang memfasilitasi untuk melaksanakan IMD pada
bayi baru lahir saat 1 jam pertama kehidupan.
9. Kurangnya pemantauan untuk ANC Terpadu pada ibu hamil, sehingga terjadinya
komplikasi kehamilan dan persalinan yang menyebabkan tidak dapat dilakukannya
IMD saat 1 jam pertama kehidupan bayi.
10. Kendala budaya masyarakat setempat yang menentang dan tidak mendukung
kesuksesan dari program IMD.

2.3 Visi
Menjadi Rumah sakit sayang ibu dan anak yang unggul, terpercaya dan profesional
demi terwujudnya kesehatan paripurna 2025 di kabupaten “ x “

2.4 Misi
A. Melaksanakan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi yang bermutu dan
adil dalam program IMD di Rumah sakit.
B. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional, berkualitas dan
berdaya saing dalam pelaksanaan program IMD di Rumah sakit.
C. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
mendukung program IMD di rumah sakit.
D. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung program IMD di
Rumah sakit.
2.5 Tujuan
A. Tujuan Umum
Melalui Program Inisiasi Menyusu dini ( IMD ) mampu mengurangi resiko
kematian bayi.

6
B. Khusus
 Tercapainya cakupan IMD sesuai dengan target nasional 80 %.
 Petugas di Rumah sakit ibu dan anak dapat menerapkan pelayanan IMD.
 Pasien di Rumah sakit ibu dan anak dapat melaksanakan IMD.
 Memperkenalkan “ Bonding attachment “ dengan ibu sesegera mungkin
melalui inisiasi menyusu dini.
 Mempertahankan kondisi bayi baru lahir dalam keadaan sehat secara
optimal.
 Mencegah perdarahan post partum sebagai efek fisiologis dari IMD.

2.6 Sasaran strategis


 Meningkatkan Cakupan Inisiasi menyusu dini ( IMD ) menjadi 80 % di
rumah sakit “ S “
 Menurunnya angka kesakitan dan kematian bayi terutama yang lahir di
lingkup Rumah sakit “ S “
 Provider ( Dokter, bidan, perawat ) di unit terkait ( Poli kandungan, Kamar
bersalin, Ruang operasi )
 Ibu hamil , ibu bersalin dan keluarga yang berkunjung dan rawat inap di
Rumah sakit
 Masyarakat

2.7 Analisis SWOT


Strenght:
 Tenaga kesehatan memiliki pengetahuan dasar tentang imd,
 Tenaga kesehatan di unit pelayanan kebidanan dan rawat inap ibu dan bayi
telah mendapatkan pelatihan mengenai proses IMD dan beberapa diantaranya
mendapat pelatihan konseling laktasi
 Jumlah Tenaga kesehatan yang cukup memadai sehingga jelas pembagian
kerjanya, adanya kesepahaman dan komitmen untuk melakukan imd.
Weakness:
 Kadang kurang koordinir antara nakes persalinan, konselor asi, serta dokter
 Kondisi ibu saat persalinan mempengaruhi apakah IMD dapat dilakukan atau
tidak

7
 Kurangnya pemberian informasi kepada ibu yang melahirkan mengenai proses
IMD, apa manfaatnya dan tujuannya belum cukup dipahami.
 Ibu kurang tahu imd apa, atau daya tangkap ibu terhadap informasi yang
disampaikan kurang jelas tetapi tidak meminta penjelasan yang lebih.
 Tenaga kesehatan tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.
 Tenaga Kesehatan ada yang menganggap IMD tidak terlihat jelas manfaatnya
bagi ibu dan bayi.
 Nakes tidak mengikuti sop persalinan
Opportunity:
 Sudah adanya program nasional dalam RPJMN 2015-2019, dan Renstra
mengenai target tercapainya IMD artinya pemerintah telah berupaya
meningkatkan IMD dalam bentuk kebijakan
 Dari sisi lain, jika anak tidak melakukan IMD yang bertujuan sebagai bentuk
adaptasi bayi dan untuk mendapatkan kolustrum selama 1 jam setelah bayi
dilahirkan, kolustrum bisa bertahan kandungannya selama 3 hari
Threat :
 Jika anak lahir cacat dan ibu seperti depresi tidak mau mlakukan imd,
 Jika kurang nakes,
 Tenaga Kesehatan Tidak disipilin atau tidak mematuhi prosedur persalinan
sehingga IMD tidak dilakukan.
 Jika ibu SC pada persalinannya, obat bius dapat memberikan efek muntah dan
mual sehingga sulit untuk melakukan IMD dan perlu pemulihan pasca bedah.
disamping itu ibu khawatir bila tidak secepatnya diberikan asi bayi akan
kehausan jadi kadang meminta perawat langsung memberikan susu formula.
Padahal menurut teori anak baru lahir mampu bertahan hidup 2 kali 24 jam
tanpa asupan.
 Target pemerintah terlalu tinggi s

8
DAFTAR PUSTAKA

Fahriani R, Rohsiswatmo R, Hendarto A. Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI


Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Sari Pediatri, 2014;15(6):394-402.
Lubis, Musdalifah., et. all. 2018. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi
Menyusui Dini di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2017. Jurnal Kedokteran
Methodist, Vol. 11 No. 2 Desember 2018. http://ojs.lppmmethodistmedan.net
Mujiati, N. Faktor Pendukung Keberhasilan Praktik Inisiasi Menyusu Dini Di Rs Swasta
Dan Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
2015;6(1), ISSN p-ISSN: 2087-703X, e-ISSN: 2354-8762
Pangerapan, Nontje L. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) di RSUD Datoe Binangkang. Program Pascsarjana
Universitas Sam Ratulangi Manado. Community Health, Vol. 2, No. 1, Tahun
2017.
Raharjo, BB. Profil Ibu dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2014:10(1) p53-63. ISSN 1858-1196
Sirajjudin S, Abdullah T, Lumula SN. Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2013;8 (3)
Widiastuti YP, Rejeki S, Khamidah N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Soewondo Kendal. Jurnal Keperawatan Maternitas, 2013;1(2) p.142-146
Santi, Mina Yumei. Upaya Peningkatan Cakupan ASI Ekslusif dan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD). Jurnal Kesmas Indonesia, Volume. 9 No. 1, Januari 2017, Hal 78-90.

9
x

Anda mungkin juga menyukai