PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi isu kesehatan dunia karena AKB
kesejahteraan masyarakat suatu negara. Salah satu tujuan SDGs yang ketiga yaitu
dapat dicegah pada bayi dan balita. Langkah yang akan dicapai dengan cara
mengakhiri kematian bayi dan balita yang adapat di cegah , dengan menurunkan
Angka Kematian hingga 20 per 1000 Kelahiran Hidup, dan Angka Kematian
Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2020), jumlah AKB
relatif sangat kecil. Secara perhitungan absolut, jumlah kematian bayi sebanyak
Dalam empat tahun terakhir (2017-2020) jumlah kematian bayi di Jawa Timur
terlihat cenderung mengalami penurunan, begitu pula jika di lihat dari Angka
Kematian Bayi (AKB) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
dukungan lintas program dan lintas sector serta organisasi profesi yang terkait
Seperti halnya dengan Angka Kematian Neonatal yang dari tahun ke tahun
mengalami penurunan, Angka Kematian Bayi (AKB) 5,01 dari 1000 KH dan
Angka Kematian Balita 5,93 dari 1000 KH (2019). Angka Kematian Bayi di
Surabaya dari tahun ke tahun cenderung menurun, dari 6,48 per KH (Kelahiran
Hidup) di tahun 2015 menjadi 5,01 per KH di tahun 2019 ( Profil Kesehatan Kota
Surabaya, 2020)
terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak. Jika Pelayanan kesehatan tidak
melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir (BBL)
(Sulistyawati, 2009)
bulan. Data riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2021, 52,5 persen atau hanya
setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapatkan
ASI esklusif di Indonesia, atau menurun 12 persen dari angka di tahun 2019.
Angka Inisiasi Menyusui Dini (IMD) juga turun dari 58.2 persen pada tahun
makanan terbaik , yaitu Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI esklusif selam 6
bulan dapat mengurangi hingga 13% angka kematian balita. Pemerintah terus
berkomitmen memberikan dorongan kepada para ibu agar berhasil dalam Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), memberikan ASI esklusif (hanya ASI saja sampai usia 6
bulan) dan meneruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun atau lebih
sendiri segera setelah dilahirkan dan disusui elama satu jam atau lebih, cara bayi
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau
kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan didada atau
diperut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan kecuali pada
telapak tangan dan dibiarkan merangkak untuk mencari putting untuk segera
menyusui. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkrena air ketuban karena
baud an rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu,
dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan putting (Muryani, 2013)
Setiap bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan untuk mulai menyusu
sendiri dan menemukan putting susu ibunya, dengan syarat setelah bayi lahir
tersebut segera diletakkan di atas dada ibu dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu atau skin to skin contact. Bayi yang diberi kesempatan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) lebih dulu mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak
Inisiasi Menyusui Dini dalam wakti 1 jam setelah kelahiran dan tidak ada
untuk meningkatkan hasil kesehatan ibu dan bay baru lahir. Secara global IMD.
Manfaat lain yang bias diperoleh IMD adalah meningkatkan jalinan kasih saying
antara ibu dan bayi ( bonding). Hubungan emosional yang erat, kontak kulit,
rangsangan visual, dan pendengaran yang terjadi pada saat proses IMD membantu
hormone oksitosin pada saat IMD akan lebih meningkat secara signifikan (Nazai
Hasil penelitian dapat disimpukan bahwa jika ibu bersalin melakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) atau memberikan ASI segera setelah lahir ada banyak
sekali manfaat yang diperoleh baik pada bayi maupun ibunya. Sentuhan dengan
kulit ibu memberikan kehangatan dan ketenangan. Bayi juga akan memperoleh
antibodi yang berarti bayi memperoleh imunisasinya yang pertama. Sentuhan dan
hisapan pada payudara ibu serta gerakan kaki bayi pada perut ibu mendorong
dan melarang promosi pengganti ASI. Pemberian ASI Esklusif dan IMD
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mencegah kekurangan gizi
pada balita. Selain itu pemerintah juga sudah memerintahkan pemerintah daerah
untuk menyediakan fasilitas khusus ibu menyusui di tempat kerja agar tetap bisa
untuk IMD di antaranya yaitu: 1) obat-obatan kimiawi yang diberikan saat ibu
dengan obat-obatan atau tindakan seperti seksio sesaria, vakum, forsep, rasa sakit
memfasilitasi IMD.
Berdasarkan riview yang dilakukan Alzaheb (2017) di Timur Tengah dan
persalinan, merokok, parietas, interaksi bayi dan ibu dan pendidikan menyusui.
Persalinan dan hubungannya dengan inisiasi menyusui dini di RSUP Dr. Sardjito
dengan IMD.
Sebenarnya pada post partum seksio sesaera, jika ibu diberikan anestesi
spinal atau epidural di mana ibu masih dalam keadaan sadar, maka ibu dapat
segera memberi respon pada bayi. Jika IMD belum dlakukan dikamar bersalin,
kamar operasi atau bayi harus harus dipindah sebelum satu jam, maka bayi tetap
kontak dengan bayi dapat terjadi di ruang pemulihan, yaitu saat ibu sudah dapat
merespon. Ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan
Salah satu factor yang mempengaruhi pembentukan produksi ASI adalah jenis
persalinan seksio sesaera. Waktu pengeluaran ASI pada ibu post seksio sesaera
lebih lambat disbanding dengan ibu post partum normal. Hal ini disebakan oleh
berbagai factor diantaranya adalah posisi menyusui tidak tepat karena ibu merasa
rawat gabung ibu-anak dan intervensi aerola massage rolling (Desmawati, 2010).
sekali factor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dari
dengan keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu post partum, dimana