Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.

Perbandingan Pijat Oketani Dan Oksitosin Terhadap Produksi Air Susu Ibu
Pada Ibu Post Partum Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di Rumah Sakit
TK II Pelamonia Makassar.
Suharti Buhari
Akbid Pelamonia Makassar

Abstark
Pijat oketani dan oksitosin merupakan salah satu metode perawatan
payudara dalam meningkatkan produksi ASI. Pijat oketani dapat menstimulus
kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI, payudara menjadi
lebih lembut dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat
oketani memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu post
partum, mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh flat nipple dan
inverted. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin, yang dapat
menenangkan ibu sehingga ASI otomatis keluar.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pijat oketani dan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum hari pertama sampai
hari ketiga di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar. Digunakan indikator
frekuensi menyusui, frekuensi BAB dan frekuensi BAK. Digunakan jenis
penelitian quasi eksperiment dengan rancangan post test design. Sampel
sebanyak 50 ibu post partum (25 sampel untuk pijat oketani dan 25 sampel untuk
sampel pijat oksitosin), dengan teknik purposive sampling. Data diuji dengan
Mann-whitney Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi pijat
oketani dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI dengan indikator frekuensi
menyusui, frekuensi BAB dan frekuensi BAK bayi meningkat. Ditemukan bahwa
intervensi ibu post partum dengan metode pijat oketani, lebih baik dibandingkan
dengan pijat oksitosin.
Kesimpulan bahwa perlu dilakukan intervensi pijat oketani dan pijat
oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu post partum.
Direkomendasikan agar semua bidan dan perawat menguasai teknik pemijatan
oketani dan oksitosin.

Kata kunci : Pijat Oketani, Pijat oksitosin, Produksi ASI, Post Partum
Pustaka : 43

A. Pendahuluan

Salah satu fenomena karena Air Susu Ibu (ASI) sudah


penanganan bayi di negara terbukti dapat meningkatkan status
berkembang ialah meningkatnya kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi
angka kematian bayi. Sekitar 10 juta dapat diselamatkan. Untuk
bayi mengalami kematian, dan menurunkan angka kesakitan dan
sekitar 60% dari kematian tersebut kematian anak, United Nation
seharusnya dapat ditekan salah Children Found (UNICEF) dan
satunya adalah dengan menyusui, World Health Organization (WHO)

209
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

merekomendasikan agar anak dan dapat meringankan beban


sebaiknya disusui hanya ASI saja ekonomi (Roesli, 2008).
selama paling sedikit 6 bulan. Tingkat pemberian ASI dapat
Makanan padat seharusnya diberikan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
sesudah anak berumur 6 bulan, dan Salah satunya yaitu karena faktor ibu
pemberian ASI seharusnya bekerja. Apalagi dampak globalisasi
dilanjutkan sampai umur dua tahun yang telah membentuk suatu
(WHO, 2005). paradigma berpikir para kaum
Ketersediaan air susu ibu (ASI) perempuan untuk menuntut
merupakan makanan alamiah yang persamaan hak antara perempuan dan
pertama dan utama bagi bayi karena laki-laki. Banyak ibu yang bekerja
dapat memenuhi kebutuhan bayi sebagai wanita karier. Indonesia
akan energi dan gizi bayi bahkan adalah negara yang banyak menyerap
selama 4-6 bulan pertama tenaga kerja dari para kaum ibu
kehidupannya sehingga mencapai sekaligus negara yang sangat
tumbuh kembang yang optimal,selain rendahnya jumlah ibu yang
sumber energi dan gizi pemberian memberikan ASI (Prasetyono, 2009).
ASI juga merupakan media untuk Salah satu upaya dalam
menjalin hubungan psikologis antara menurunkan angka kematian bayi
ibu dan bayinya,hubungan ini akan (AKB) adalah dengan memberikan
mengantarkan kasih sayang dan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. ASI
Perlindungan untuk adalah makanan alami pertama untuk
ibunya,pemberian ASI pada bayi bayi yang memberikan semua
diharapkan mampu untuk vitamin, mineral dan nutrisi yang
mewujudkan pencapaian target diperlukan oleh bayi untuk
Sustainable Depelopment Gboals pertumbuhan dalam enam bulan
(SDGs) ke 3 target ke 2 yaitu pada pertama dan tidak ada makanan atau
tahun 2030 mengakhiri kematian cairan lain yang diperlukan. United
bayi dan balita yang dapat dicegah National Children”S Emergency
,dan seluruh negara berusaha Fund(UNICEF) menyebutkan bahwa
menurunkan angka kematian anak-anak yang mendapat ASI
neonatal setidaknya hingga 12 per Ekslusif 14 kali lebih mungkin untuk
1000 kelahiran hidup (Puji dan bertahan hidup dalam enam bulan
Irfana,2017). pertama kehidupan dibandingkan
Pemberian ASI sangat penting anak yang tidak disusui.
karena dapat bermanfaat bagi bayi ASI memenuhi setengah atau
dan ibunya. Bagi bayi, ASI adalah lebih kebutuhan gizi anak pada tahun
makanan dengan kandungan gizi pertama hingga tahun kedua
yang paling sesuai untuk kebutuhan kehidupan (WHO,2002). Disamping
bayi, melindungi dari berbagai kandungan nutrisi yang lengkap
infeksi dan memberikan hubungan didalam ASI juga terdapat zat
kasih sayang yang mendukung kekebalan seperti IgA, IgM, IgG,
semua aspek perkembangan bayi IgE, laktoferin, lisosom,
termasuk kesehatan dan kecerdasan immunoglobulin dan zat lainnya yang
bayi. Bagi ibu,pemberian ASI secara melindungi bayi dari berbagai
cepat mengurangi perdarahan pada penyakit infeksi (Moehji, 2008). .
saat persalinan,menunda kesuburan Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)

210
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

pemberian ASI eksklusif pada bayi perkawinan, merokok, pengalaman


usia 0-1 bulan 48, 7%, pada usia 2-3 menyusui yang gagal, tidak ada
bulan menurun menjadi 42, 2% dan dukungan keluarga, kurang
semakin menurun seiring dengan pengetahuan, sikap dan
meningkatnya usia bayi yaitu 36, 6% keterampilan, faktor sosial budaya
pada bayi berusia 4-5 bulan dan 30, dan petugas kesehatan, rendahnya
2% pada bayi usia 6 bulan. Pada pendidikan laktasi saat prenatal dan
tahun 2009 pencapaian cakupan ASI kebijakan rumah sakit yang kurang
eksklusif sebesar 34, 3 % dan mendukung laktasi (Brown, 2002).
menurun pada 2010 menjadi 33, 6% Kelancaran produksi ASI
(BPS, Susenas 2010). Sedangkan dipengaruhi oleh banyak faktor
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun seperti frekuensi pemberian ASI
2013 jauh lebih rendah lagi yaitu 30, ,berat saat lahir,usia kehamilan saat
2 %. (Riskesdas, 2013). Angka bayi lahir usia ibu dan paritas,stres
tersebut masih jauh dari target dan penyakit akut,IMD,perawatan
cakupan ASI nasional yaitu sebesar payudara,penggunaan alat
80%. kontrasepsi,status gizi dan dukungan
Berdasarkan data WBTI tahun keluarga,ketersedian ASI yang lancar
2012 tentang kondisi menyusui di 51 pada ibu menyusui akan membantu
negara berdasarkan pengukuran kesuksesan pemberian ASI secara
indikator yang telah ditetapkan, ekslusif selama enam bulan
Indonesia urutan ke 49 dari 51 ,sehingga membantu bayi tumbuh
negara dengan angka menyusui dan berkembang dengan baik sesuai
hanya sebesar 27, 5% (IBFAN & rekomendasi WHO (WHO, 2005).
BPNI, 2012). Hal ini tentu sangat Hasil Riset Kesehatan Dasar
memprihatinkan mengingat tahun 2010 persentase pola menyusui
Indonesia merupakan salah satu pada bayi umur 0 bulan adalah
negara yang memiliki kebijakan 39,8% menyusui eksklusif, 5,1%
tentang ASI yang cukup baik serta menyusui predominan, dan 55,1%
upaya- upaya program akselerasi menyusui parsial. Persentase
untuk pencapaian ASI eksklusif yang menyusui eksklusif semakin
sangat gencar baik dilakukan oleh menurun dengan meningkatnya
pemerintah, swasta maupun kelompok umur bayi. Pada bayi yang
Lembaga Swadaya Masyarakat berumur 5 bulan menyusui eksklusif
(LSM). hanya 15,3%, menyusui predominan
Kegagalan pemberian ASI juga 1,5% dan menyusui parsial 83,2%
disebabkan karena kondisi bayi (Riskesdas, 2010).
(BBLR, trauma persalinan, infeksi, Data Badan Kesehatan Dunia
kelainan kongenital, bayi kembar dll) (WHO) tahun 2016 masih
dan kondisi ibu (pembengkakan, menunjukkan rata-rata angka
abses payudara, cemas/kurang pemberian ASI eksklusif di dunia
percaya diri, anggapan yang salah baru Berkisar 38 persen. Di
tentang nilai susu botol, ingin Indonesia meskipun sejumlah besar
bekerja, ibu kurang gizi, dll). Selain perempuan (96%) menyusui anak
itu penyebab kegagalan menyusui mereka dalam kehidupan mereka,
adalah karena inisiasi yang hanya 42% dari bayi yang berusia di
terhambat, ibu belum bawah 6 bulan yang mendapatkan
berpengalaman, paritas, umur, status ASI eksklusif. Pada saat anak-anak

211
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

mendekati ulang tahunnya yang ke tidak mengalami bendungan ASI.


dua, hanya 55% yang masih diberi Sedangkan pada ibu post partum
ASI.Jika dibandingkan dengan target yang tidak dilakukan pijat oketani
WHO yang mencapai 50%, maka didapatkan 17 orang (77,3%)
angka tersebut masihlah jauh dari mengalami bendungan ASI. Hasil
target. Berdasarkan data yang analisis paired t-test diperoleh p
dikumpulkan International Baby value = 0,021, hal ini menunjukkan
Food Action Network (IBFAN) 2014, bahwa pijat oketani pada ibu post
Indonesia menduduki peringkat ke partum efektif dalam pencegahan
tiga terbawah dari 51 negara di dunia terhadap bendungan ASI.
yang mengikuti penilaian status Kesimpulan dari penelitian ini
kebijakan dan program pemberian menyatakan bahwa kejadian
makan bayi dan anak (Infant-Young bendungan asi efektif dapat dicegah
Child Feeding)(Eka Pramita.2017). dengan pijat oketani.
Upaya untuk merangsang Penelitian lain yang dilakukan
hormon prolaktin dan oksitosin dapat oleh Mera Delima, Gina Zulfia Arni,
dilakukan dengan upaya pemijitan Ernalinda Rosya.2017. Pengaruh
pada payudara serta pijat Pijat Oksitosin Terhadap
oketani,penelitian yang dilakukan Peningkatan Produksi Asi Ibu
oleh Machmudah(2017) tentang pijat Menyusui Di Puskesmas Plus
oketani dan oksitosin pada ibu post Mandiangin. Sampel penelitian
secio sesaria di Rumah sakit wilayah adalah 21 orang yang berada di
kota Semarang menunjukan hasil ada Puskesmas Plus Mandiangin
peningkatan frekuensi Bukittinggi 2016. Dalam penelitian
menyusui,frekuensi BAB,frekuensi ini menunjukkan bahwa ada efek
BAK pada responden setelah pijat oksitosin untuk meningkatkan
dilakukan pijat oketani dan oksitosin produksi ASI ibu menyusui di
pada hari ketujuh dengan p value Puskesmas Plus Mandiangin Bukit
masing-masing parameter adalah tinggi 2016, dengan p-value sebesar
0,00(α<0,05). Hasil penelitian 0,000. Disimpulkan bahwa ada efek
Kusumastuti, Umi Laelatul Qomar, pijat oksitosin untuk meningkatkan
dan Pratiwi tahun.2018 dengan judul produksi ASI ibu menyusui di
Efektifitas Pijat Oketani Terhadap Puskesmas Plus Mandiangin
Pencegahan Bendungan ASI Pada Bukittinggi 2016.
Ibu Post partum yang dilakukan di Dari pengalaman peneliti
Bidan Praktik Mandiri (BPM) selama berdines di ruangan
wilayah Puskesmas Kebumen II perawatan nifas jumlah pasien post
Kabupaten Kebumen pada bulan Juni partum yang masih memberikan susu
- Agustus 2017. Populasi penelitian formula masih sekitar 40% dari
ini adalah seluruh ibu post partum jumlah ibu post partum adapun usaha
dengan subjek penelitian sejumlah 22 yang telah dilakukan dalam rangka
responden pada masing-masing upaya peningkatan produksi ASI
kelompok dengan teknik adalah perawatan payudara secara
pengambilan sampel menggunakan konvensional yang dilaksanakan
konsecutive sampling. Pada hasil secara rutin pada semua ibu post
penelitian, didapatkan seluruh ibu partum ,namun hasil dari intervensi
post partum yang dilakukan pijat ini masih belum menunjukan hasil
oketani sebanyak 22 orang (100%) yang memuaskan dimana ibu dan

212
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

keluarga masaih memberikan susu Penelitian ini adalah semua ibu post
formula pada bayinya dengan alasan partum hari pertama sampai hari ketiga
ASI masih sangat sedikit sehingga di Rumah sakit TK II Pelamonia
membuat bayinya rewel dan sering Makassar pada periode 1 Agustus
menangis,hal inilah yang memotivasi sampai dengan 31 Oktober sejumlah 101
ibu post partum
peneliti untuk mencari alternativ
perawatan payudara dalam usaha Sampel
meningkatkan produksi ASI pada ibu
post partum Pengambilan sampel dilakukan
Berdasarkan latar belakang dengan Purposive sampling sesuai
tersebut, maka dianggap perlu untuk dengan kriteria inklusi dengan jumlah
mengetahui dan membandingkan sampel 50 ibu post partum dI bagi 2
pengaruhi pijat oksitosin dan oketani kelompok intervensi
terhadap produksi ASI pada ibu post
partum hari 1 sampai hari ke 3 di Tehnik pengumpulan data
Rumah Sakit TK II Pelamonia Kota Pengumpulan data didapatkan
Makassar. dari hasil wawancara dan observasi
terhadap frekuensi
Metode Penelitian menyusui,frekuensi BAB bayi dan
frekuensi BAK bayi dalam 24 jam
Desain Penelitian ini adalah quasi
eksperiment dengan rancangan yang
digunakan adalah post test design yaitu
suatu pengukuran dilakukan pada saat
setelah intervensi , Penelitian ini
menggunakan penelitian berupa
observasi selama 3 hari,yaitu pemijitan
oksitosin dan oketani pada ibu post
partum,dengan menilai frekuensi
menyusui ,frekuensi BAB dan frekuensi
BAK bayi selama 24 jam
Populasi
Hasil
Tabel 4.1
Perbandingan Frekuensi Menyusui Hari Pertama ,Kedua Dan Ketiga
Pada Pijat Oketani Dan Pijat Oksitosin
Di RS TK Pelamonia Makassar

Frekuensi Menyusui
Hari Tehnik pemijatan n Nilai p
Min-mak mean±sd
1 Oketani 25 04-10 5,28± 1,42
,003
Oksitosin 25 3-7 4,52± 0,96
2 Oketani 25 06-11 7,48± 0,96
,000
Oksitosin 25 04-10 6,16± 1,21
Oketani 25 08-12 10,8± 1,11
3 ,000
Oksitosin 25 06-10 7,28± 0,93
sumber :Data Primer 2018

213
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

Berdasarkan Tabel 4.2 . pada pijat oksitosin(3,36) dengan


Frekuensi menyusui hari pertama nilai p ,004 dari nilai tersebut ada
lebih tinggi pada kelompok pijat perbedaan frekuensi menyusui pada
oketani dengan nilai mean (5,25) pijat oketani dan pijat oksitosin
dibandingkan dengan pijat oksitosin signifikan
dengan nilai mean (4,52) dengan Frekuensi menyusui hari ketiga
nilai p 0,003 dari hasil analisa lebih sering pada pijat oketani
tersebut menunjukkan frekuensi dengan nilai mean(10,8) dan pada
menyusui pada pijat oketani dan pijat pijat oksitosin(7,28) dengan nilai p
oksitosin signifikan ,000 dari hasil analisa menunjukkan
Frekuensi Menyusui hari kedua ada perbedaan yang signifikan pada
juga lebih baik pada kelompok kelompok pijat oketani dan oksitosin.
oketani dengan nilai mean (3,96) dan
Tabel 4.2
Perbandingan Frekuensi BAB bayi Hari Pertama ,Kedua Dan Ketiga Pada Pijat
Oketani Dan Pijat Oksitosin Di RS TK II Pelamonia

Frekuensi BAB Nilai


Hari Tehnik pemijatan n.
Min-mak mean±sd p
1 Oketani 25 2-3 2,60± 0,50
,091
Oksitosin 25 0-3 2,24±0,77
2 Oketani 25 2-5 3,96±0,79
,004
Oksitosin 25 2-4 3,36±0,56
Oketani 25 4-7 5,32±0,69
3 Oksitosin 25 3-5 4,04±0,53 ,000

Sumber data primer 2018

Berdasarkan tabel 4.3 Frekuensi nilai p ,004 menunjukkan


BAB bayi hari pertama lebih banyak perbedaan frekuensi BAB bayi
pada pijat oketani dengan nilai mean signifikan pada pijat oketani dan
(2,60) dan pada pijat oksitosin nilai pijat oksitosin
mean(2,24) dengan nilai p ,091 hal Frekuensi BAB bayi lebih
ini tidak signifikan pada pijat oketani tinggi pada kelompok pijat oketani
dan oksitosin dengan nilai mean(5,32) pada
Namun pada hari kedua oksitosin nilai mean(4,04) dengan
frekuensi BAB bayi lebih meningkat nilai p ,000 menunjukkan perbedaan
pada kelompok pijat oketani dengan frekuensi BAB bayi yang signifikan
nilai mean (3,96) pada oksitosin pada pijat oketani dan pijat oksitosin
dengan nilai mean (3,96) dengan

214
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

Tabel 4.3
Perbandingan Frekuensi BAK bayi Hari Pertama ,Kedua Dan Ketiga Pada Pijat
Oketani Dan Pijat Oksitosin Di RS TK II
Pelamonia Makassar

Frekuensi BAK
Hari Tehnik pemijatan n. Nilai p
Min-mak mean±sd
1 Oketani 25 2-5 3,64± 0,75
,282
Oksitosin 25 1-6 3,36±1,15
2 Oketani 25 3-7` 5,56±1,26
,003
Oksitosin 25 2-7 4,48±1,26
Oketani 25 4-8 6,88±1,01
3 ,000
Oksitosin 25 4-8 5,12±0,97
Sumber :Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.4 Frekuensi BAK bayi pada kelompok oketani lebih
tinggi dengan nilai mean (3,64) dan pada pijat oksitosin nilai mean (3,36) dengan
nilai p ,282, perbedaan frekuensi BAK tidak signifikan pada kelompok pijat
oketani dan oksitosin pada hari pertama
Frekuensi BAK bayi pada hari kedua lebih meningkat pada pijat oketani
dengan nilai mean (5,56) dan pada pijat oksitosin nilai mean (4,48) dengan nilai p
,003 hal ini ada perbedaan frekuensi BAK bayi signifikan pada pijat oketani dan
pijat oksitosin
Pada frekuensi BAK bayi hari ketiga lebih tinggi pada pijat oketani(6,88) dan
pada pijat oksitosin dengan nilai mean(5,12) dengan nilai p ,000 hal ini
menunjukkan perbedaan frekuensi BAK bayi signifikan pada pijat oketani dan
pijat oksitosin

Tabel 4.4
Penilaian Kecukupan ASI Dengan Indikator Frekuensi Menyusui Hari
Pertama,Kedua Dan Ketiga Pada Pijat Oketani Dan Oksitosin Di Rumah Sakit
TK II Pelamonia Makassar

Tehnik pemijatan
Oketani Oksitosin
Hari I Hari II Hari III Hari I Hari II Hari III
Menyusui n (%) n (%) n (%) n (%) N (%) n (%)
Cukup 2 8 11 78,6 25 100 0 0 3 12 10 40
Kurang 23 92 14 22,4 0 0 25 100 22 88 15 60
Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%
Sumber data primer 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 Pada pijat oksitosin 0% hal ini menunjukkan


oketani penilaian kecukupan ASI perbedaan frekuensi menyusui pijat
didapatkan 8,0%,dan pada pijat oketani dan pijat oksitosin

215
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

Hari kedua pada pijat oketani Penilaian kecukupan ASI pada


nilai tertinggi 78,6% dan dan pada hari ketiga didapatkan nilai tertinggi
pijat oksitosin 12% hal ini pada kelompok pijat oketani yakni
menunjukkan ada perbedaan 100% sedangkan pada pijat oksitosin
peningkatan frekuensi menyusui didapatkan nilai 40% hal ini
pada ibu yang dilakukan pijat oketani menunjukkan perbedaan yang
dibandingkan dengan yang di pijat signifikan pada pijat oketani dan
oksitosin pijat oksitosin

Tabel 4.5
Penilaian Kecukupan ASI Dengan Indikator Frekuensi BAB Hari Pertama,Kedua
Dan Ketiga Pada Pijat Oketani Dan Oksitosin Di Rumah Sakit TK II Pelamonia
Makassar

Tehnik pemijatan
Oketani Oksitosin
Hari I Hari II Hari III Hari I Hari II Hari III

BAB n (%) n (%) n. (%) n (%) n (%) n (%)


1 60 2 96 2 100 1 40 2 96 25 100
Cukup 5 4 5 0 4
Kuran 1 40 1 4 0 0% 1 60 1 4 0 0
g 0 5
2 100 2 100 2 100 2 100 2 100 25 100
Total 5 % 5 % 5 % 5 % 5 % %
Sumber data primer 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 Pada pijat 24% ini menunjukkan ada perbedaan
oketani hari pertama didapatkan nilai yang signifikan pada frekuensi BAB
tertinggi 60%, dan pada pijat bayi pada pijat oketani dan pijat
oksitosin 40% hal ini menunjukkan oksitosin
perbedaan frekuensi BAB bayi yang Hari ketiga pada pijat oketani
signifikan pada pijat oketani dan didapatkan niali teringgi 100% dan
pijat oksitosin pada pijat okitosin 100% ,hal ini
Hari kedua pada kelompok tidak ada perbedaan signifikan pada
pijat oketani nilai tertinggi 96% dan pijat oketani dan pijat oksitosin
pada pijat okstosin didapatkan nilai

216
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

Tabel 4.6
Penilaian Kecukupan ASI Dengan Indikator Frekuensi BAK Hari Pertama,Kedua
Dan Ketiga Pada Pijat Oketani Dan Oksitosin
Di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar

Tehnik Pemijatan
Penilain Oketani Oksitosin
Hari I Hari II Hari III Hari I Hari II Hari III
Baik n % N % N % n % n % n %
0 0 16 64 22 88 1 4 4 16 4 1
Cukup
25 100 9 36 3 12 24 96 21 84 21 84
Kurang
Total 25 100% 25 100% 25 100 25 100 25 100 25 100
Sumber data primer 2018
Berdasarkan Tabel 4.6 Pada bayi signifikan pada pijat oketani dan
pijat oketani penilaian kecukupan pijat oksitosin
ASI dengan indikator frekuensi Sedangkan pada hari ketiga
BAK bayi hari pertama didapatkan nilai tertinggi pada pijat oketani
0%,dan pada pijat oksitosin dengan nilai 88% dan pada pijat
didapatkan 4% perbedaan frekuensi oksitosin 16%hal ini menunjukkan
BAK bayi didapatkan tidak ada perbedaan frekuensi BAK bayi
signifikan pada pijat oketani dan yang signifikan pada pijat oketani
pijat oksitosin dan oksitosin
Pada hari kedua didapatkan
nilai tertinggi pada pijat oketani 64%
dan pada pijat oksitosin 16% hal ini
menunjukan ada beda frekuensi BAK
Tabel 4.7
Kecukupan Produksi Asi Dengan Kriteria Frekuensi Menyusui,Frekuensi
BAB,Frekuensi BAK Hari Pertama,Kedua Dan Ketiga Pada Pijat Oketani Dan
Oksitosin

Tehnik Pemijatan
Hari I Hari II Hari III
Oketani Oksitosin Oketani Oksitosin Oketani Oksitosin
n % n % n. % n. % n % n. %
Memenuhi
1 kriteria 13 52, 0 10 40,0 9 36,0 21 8 0 0 14 56,0

Memenuhi
2 8,0 0 0 13 52,0 2 8,0 52 20 9 36,0
2 kriteria
Memenuhi 0
0 0 0 2 8,0 1 4,0 20 80 2 8,0
3 kriteria
Total 15 60 10 40 24 96 24 96
25 25 100 25 100
Sumber data primer 2018

217
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

Berdasarkan Tabel 4.7 Pada menenangkan ibu sehingga otomatis


kelompok pijat oketani didapatkan ASI keluar (Astutik,2014)
jumlah tertinggi yang memenuhi 3
kriteria kecukupan ASI pada hari ke 1 Perbandingan frekuensi menyusui
3 didapatkan dengan jumlah 20(80%) pijat oketani dan pijat oksitosin
dan pada pijat oksitosin didapatkan pada ibu post partum hari
2(8,0) yang memenuhi 3 kriteria pertama sampai hari ketiga,
kecukupan ASI hal ini menunjukkan Dari hasil penelitian
perbedaan yang signifikan pada menunjukaan frekuensi menyusui hari
kelompok oketani dan pijat oksitosin pertama lebih tinggi pada kelompok
pijat oketani dengan nilai mean (5,25)
Pembahasan dibandingkan dengan pijat oksitosin
Pijat Oketani adalah dengan nilai mean (4,52) dan nilai p
0,003 hal ini menunjukkan perbedaan
merupakan perawatan payudara frekuensi menyusui signifikan pada
yang unik yang pertam kali pijat oketani dan pijat oksitosin
dipopulerkan oleh Sotomi Oketani
dari Jepang,pijat oketani dapat Hal ini sejalan dengan penelitian
menstimulus kekuatan otot pectoralis Machmudah,Nikmatul khayati(2014)
untuk meningkatkan produksi ASI bahwa ada peningkatan frekuensi
dan membuat payudara menjadi lebih menyusui pada sampel setelah dilakukan
lembut dan elastis sehingga intervensi yaitu 12 kali sehari hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa
memudahkan bayi untuk mengisap
ada beda frekuensi menyusui setelah
ASI dan aliran susu menjadi lebih dilakukan pijat oketani dan oksitosin
lancar karena ada penekanan pada ,hal ini sejalan dengan penelitian
alveoli (Kabir dan Tasnim ,2019) Gartner(2005) menjelaskan bahwa untuk
ini Bertujuan untuk memberikan rasa menjaga produksi ASI agar tetap tinggi
lega dan nyaman secara dapat dengan membiasakan menyusui
Keseluruhan pada ibu karena tidak setiap 2-3 jam , sebanyak delapan kali
menimbulkan rasa sehari untuk mempertahankan produksi
nyeri,meningkatkan kualitas ASI ASI ,Kabir dan Tasnim (2009)
,mencegah puting lecet serta dapat menjelaskan bahwa pijat oketani dapat
mencegah bendungan ASI serta meningkatkan kemampuan bayi dalam
mengisap ,sehingga semakin sering bayi
dapat mengurangi masaalah laktasi
menyusu akan semakin meningkat
yang disebabkan oleh puting yang produksi ASI Hockenberry (2002)
rata(flat nippel) dan puting yang menyebutkan bahwa pijat oksitosin akan
masuk kedalam (invirted) efektif apabila dilakukan dua kali sehari
(Machmudah dan Khayati,2014). yaitu pagi dan sore Penelitian yang
Pijat oksitosin adalah dilakukan Biancuzzo (2003) menyatakan
pemijatan pada sepanjang tulang bahwa pijat oksitosin dan breast care
belakang (vertebra) sampai tulang yang dilakukan dua kali sehari dapat
costae kelima-keenam dan mempengaruhi produksi ASI pada ibu
merupakan usaha untuk merangsang post partum ,penelitian yang sama juga
hormon prolaktin dan oksitosin dilakukan oleh Sholichah (2011)
menyatakan bahwa perawatan payudara
setelah melahirkan, pijatan ini
yang sering dapat memperlancar
berpungsi untuk meningkatkan pengeluaran produksi ASI, hal tersebut
hormon oksitosin yang dapat sejalan dengan penelitian ini yang
melaksanakan perawatan payudara

218
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

selama 3 hari dan dilaksanakan 2 kali sehari ,bayi yang disusui pada
sehari yaitu pagi dan sore umumnya mengeluarkan faeses lebih
sering dibandingkan dengan yang
Hal lain yang ditemukan selama
penelitian didapatkan pada pijat
diberi susu formula,hal ini sejalan
oksitosin sampel merasakan efek dengan penelitian
kenyamanan atau relaksasi sehingga Machmudah,Nikmatul khayati(2014)
berefek pada tidur malam hari yang dari uji analisis menunjukkan bahwa
sangat lelap sehingga frekuensi ada beda frekuensi BAB pada
menyusui pada malam hari berkurang ini kelompok intervensi dan kelompok
sejalan dengan penelitian Dwi kontrol sebelum dilakukan pijat
rahayu(2015) tentang acupressur for oketani dan oksitosin dengan p-
lactasion dan pijat oksitosin dapat value0,005(α=0,05),frekuensi BAB
meningkatkan kenyamanan pada ibu pada bayi baru lahir akan lebih sering
post partum sekaligus meningkatkan
sekitar 6-8 kali sehari ,bayi yang
produksi ASI dibandingkan dengan ibu
yang tidak mendapat
mendapat ASI akan berbeda dengan
intervensi,Gach(1990) menyatakan susu formula ,ASI sangat mudah
bahwa pijatan akupressur akan dicerna maka bayi akan lebih sering
menstimulus peningkatan morphin tubuh BAB.
yaitu endorfin dimana endorfin 3. Perbandingan frekuensi BAK bayi
merupakan opiat tubuh secara alami pada ibu post partum dengan pijat
dihasilkan oleh kelenjar pituaitary yang Oketani dan Oksitosin pada ibu
berguna untuk mengurangi nyeri post partum
,mempengaruhi memori dan mood yang Frekuensi BAK bayi pada
akan memberikan rasa kelompok oketani lebih tinggi
rileks(Tuner,2010 )
dengan nilai mean(3,36) dan pada
2. Perbandingan frekuensi BAB pada pijat oksotosin nilai mean(3,36)
bayi hari pertama sampai hari dengan nilai p ,282 perbedaan
ketiga pada ibu dengan pijat frekuensi menyusui tidak signifikan
oketani dan pijat oksitosin pada kelompok pijat oketani dan
oksitosin, pada hari kedua lebih
Dari hasil penelitian meningkat pada pijat oketani dengan
menunjukkan frekuensi BAB bayi nilai mean(5,56) dan pada pijat
pada hari pertama lebih banyak pada oksitosin dengan nilai mean (4,48)
pijat oketani dengan nilai mean dengan nilai p ,003 hal ini ada
(2,60) dan pada pijat oksitosin nilai perbedaan frekuensi BAK bayi
mean(2,24) dengan nilai p ,091 hal signifikan pada pijat oketani dan
ini tidak signifikan pada pijat oketani oksitosin sedang pada hari ketiga
dan oksitosin ,Namun pada hari frekuensi BAK bayi lebih tinggi pada
kedua frekuensi BAB bayi pijat oketani dengan nilai mean(6,88)
meningkat pada kelompok pijat dan pada pijat oksitosin dengan nilai
oketani dengan nilai Mean (3,96) dan mean(5,12) dengan nilai p ,000 hal
pada pijat oksitosin dengan nilai ini menunjukkan perbedaan
mean (3,36) dengan nilai p ,004 frekuensi BAK bayi signifikan pada
menunjukkan perbedaan frekuensi pijat oketani dan pijat oksitosin hal
BAB bayi signifikan pada pijat ini sejalan dengan penelitian
oketani dan pijat oksitosin,Menurut Machmudah,Nikmatul khayati(2014)
Sears (2013) diawal kelahiran dari uji analisis statistik
frekuensi BAB bayi minimal 3-4 kali menunjukkan Bahwa ada beda

219
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Desember 2018 Vol 2 No.2

frekuensi BAK bayi setelah Saran


dilakukan pijat oketani dan oksitosin 1. Pentingnya Pihak Rumah Sakit
dengan p-value 0,000 untuk dapat menerapkan praktek
(α=0,05),Bobak(2005)menjelaskan pijat oketani dan oksitosin pada
bahwa salah satu penilaian Produksi ibu post partum
ASI adalah dengan menilai frekuensi 2. Bagi tenaga kesehatan
BAK bayi ,BAK yang normal khususnya bidan dan perawat
sebanyak 6-8 kali Penelitian ini sangat penting untuk
sesuai yang dilakukan oleh Budiarti menguasai tehnik dalam
(2009) dan mardianingsih (2010) melakukan pijat oketani dan
yang menyebutkn bahwa produksi pijat oksitosin
ASI dapat dinilai dari frekuensi 3. Institusi pendidikan perlu untuk
BAK bayi sebanyak 6-8 kali dalam mengenalkan metode oketani
sehari,frekuensi BAK yang cukup sebagai salah satu upaya untuk
asupan nutrisi atau asupan ASI akan meningkatkan produksi ASI
berkemih 6-8 kali pada ibu post partum
/hari.(Maryanti,2011).Hal lain yang 4. Bagi peneliti selanjutnya
perlu di waspadai jika bayi diharapkan dapat melanjutkan
mengalami : penelitian ini dengan menilai
- Dalam kurun waktu 24 jam kadar oksitosin pre dan post
buang air kecil bayi kurang dari intervensi untuk menilai
3 kali pengaruh konsentrasi hormon
- Warna urine menjadi piucat oksitosin sehingga
- Pada urine terlihat ada darah memperbanyak teori yang
- Setiap kali buang air kecil bayi berkaitan dengan pijat oketani
tampak seperti kesakitan. dan pijat oksitosin dalam
Kesimpulan pelaksanaan pijat dapat memberi
1. Ada pengaruh pijat oketani manfaat yang besar pada ibu
terhadap frekuensi menyusui post partum
pada ibu post partum hari 1
sampai hari ke3 di Rumah Sakit
TK II Pelamonia Makassar
2. Ada pengaruh pijat oketani
terhadap frekuensi BAB bayi pada
ibu post partum hari 2 sampai hari
ke 3 di Rumah Sakit TK II
Pelamonia
3. Ada pengaruh pijat oketani
terhadap frekuensi BAK bayi
pada hari ke 2 dan ke 3 ibu post
partum di Rumah Sakit TK II
Pelamonia
4. Pijat oketani lebih baik dibanding
dengan pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu post
partum hari 1 sampai hari ke 3.

220

Anda mungkin juga menyukai