Anda di halaman 1dari 16

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, 159 — 174

Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Oleh


Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan

Hanulan Septiani1, Artha Budi2, Karbito3


Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Stikes Mitra Lampung1,2,3
Jl. Z. A. Pagar Alam No. 7. Gedungmeneng, Bandar Lampung
Email: ulan.tia@gmail.com

ABSTRAK
Penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan
masyarakat akan pentingnya ASI, meningkatnya pemberian MPASI sebelum waktunya dan kurangnya dukungan
dari masyarakat, termasuk institusi tempat perempuan bekerja yang belum memberikan kesempatan dan ruang
khusus untuk menyusui. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan perempuan di Kota Bandar Lampung yang memiliki bayi usia 7-
24 bulan. Sampel penelitian ini diambil dari tujuh Puskesmas Kecamatan di Kota Bandar Lampung sebesar 113
responden. Data penelitian menunjukkan persentase pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan perempuan
yaitu (57. 4%). Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah, pengetahuan sebesar 72.
8%, dan sikap positif sebesar 72. 1% (faktor predisposisi). Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI
ekslusif pada (faktor penguat) dukungan keluarga sebesar 75, 7%, dukungan atasan 65, 9% dan dukungan
teman kerja sebesar 68, 8%. Tidak terdapat korelasi antara ketersediaan fasilitas dan pelatihan manajemen
laktasi (faktor pendorong) terhadap pemberian ASI. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan. Ibu dengan pengetahuan yang baik memiliki peluang untuk bisa
memberikan ASI eksklusif sebesar 13 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang.

Kata Kunci: ASI Ekslusif, Tenaga Kesehatan, Perempuan, Puskesmas

FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING BY WOMEN WHO


WORK AS A HEALTH PERSONNEL

ABSTRACT

The causes of low breastfeeding in Indonesia are the lack of knowledge of pregnant women, families and
communities about the importance of breastfeeding, giving weaning food (MPASI) before their time and lack of
support from the community, including institutions where working women have yet to provide opportunities and
special rooms for breastfeeding. This research is an analytical descriptive with cross sectional design. The
population in this study is women health workers in Bandar Lampung City who have babies aged 7- 24 months.
The sample of this research is taken from seven health center in Bandar Lampung city of 113 respondents. The
research data shows the percentage of exclusive breastfeeding for women health workers (57. 4%). The
variables associated with exclusive breastfeeding include knowledge of 72.8%, and a positive attitude of 72.1%
(predisposing factors). The variables associated with exclusive breastfeeding on the family support factor (factor
of strengthening) were 75, 7%, leader support 65, 9% and peer employee support to 68, 8%. There is no
correlation between the availability of facilities and lactation management training (pushing factors) on
breastfeeding. The most dominant factor associated with exclusive breastfeeding is knowledge. Mothers with
good knowledge have an opportunity to be able to give exclusive breastfeeding 13 times greater than mothers
who have less knowledge.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, Women, Health Worker, Health Centre

How to Cite: Septiani, Hanulan; Budi, Artha; Karbito. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan. Jurnal
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (2), 159 – 174.

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan ISSN


2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 160
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

PENDAHULUAN (Riskesdas, 2013). Angka tersebut masih


Salah satu indikator untuk mengetahui jauh dari target cakupan ASI nasional yaitu
status kesehatan masyarakat di suatu negara sebesar 80%. Bahkan berdasarkan data
dapat dilihat dari tingginya Angka WBTI tahun 2012 tentang kondisi
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian menyusui di 51 negara berdasarkan
Bayi (AKB). Penyebab utama kematian pengukuran indikator yang telah ditetapkan,
bayi adalah karena penyakit infeksi yaitu Indonesia urutan ke 49 dari 51 negara
infeksi saluran pernafasan dan diare. dengan angka menyusui hanya sebesar 27,
Estimasi menurut Word Health 5% (IBFAN & BPNI, 2012). Hal ini tentu
Organization (WHO) bahwa 53% kasus sangat memprihatinkan mengingat
pneumonia akut, 55% kematian bayi akibat Indonesia merupakan salah satu negara
diare dikarenakan pemberian makanan yang yang memiliki kebijakan tentang ASI yang
buruk pada enam bulan pertama kehidupan cukup baik serta upaya- upaya program
(Gupta, 2013). akselerasi untuk pencapaian ASI eksklusif
yang sangat gencar baik dilakukan oleh
Salah satu upaya dalam menurunkan AKB
pemerintah, swasta maupun Lembaga
adalah dengan memberikan Air Susu Ibu
Swadaya Masyarakat (LSM)
(ASI) eksklusif. ASI adalah makanan alami
pertama untuk bayi yang memberikan Salah satu penyebab rendahnya pemberian
semua vitamin, mineral dan nutrisi yang ASI di Indonesia adalah kurangnya
diperlukan oleh bayi untuk pertumbuhan pengetahuan ibu hamil, keluarga dan
dalam enam bulan pertama dan tidak ada masyarakat akan pentingnya ASI. Masalah
makanan atau cairan lain yang diperlukan. ini diperparah dengan gencarnya promosi
ASI memenuhi setengah atau lebih susu formula dan kurangnya dukungan dari
kebutuhan gizi anak pada tahun pertama masyarakat, termasuk institusi yang
hingga tahun kedua kehidupan (WHO, mempekerjakan perempuan yang belum
2002). Disamping kandungan nutrisi yang memberikan tempat dan kesempatan bagi
lengkap didalam ASI juga terdapat zat ibu menyusui di tempat kerja (Depkes RI,
kekebalan seperti IgA, IgM, IgG, IgE, 2011).
laktoferin, lisosom, immunoglobulin dan Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
zat lainnya yang melindungi bayi dari ibu yang bekerja lebih beresiko tidak
berbagai penyakit infeksi (Moehji, 2008). memberikan ASI eksklusif dibandingkan
Lebih dari ibu yang tidak bekerja, dimana ibu yang
136 juta bayi lahir setiap tahunnya, dan tidak bekerja lebih berpeluang untuk dapat
sekitar 92 juta diantaranya tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 16,4 kali
mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja
(Gupta, 2013). (Yuliandarin, 2009). Demikian pula dengan
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar penelitian Kurniawan (2013) terdapat
(Riskesdas, 2013) pemberian ASI eksklusif hubungan yang signifikan antara pekerjaan
pada bayi usia 0-1 bulan 48, 7%, pada usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu
2-3 bulan menurun menjadi 42, 2% dan ibu yang bekerja persentase pemberian ASI
semakin menurun seiring dengan eksklusif lebih kecil dibandingkan dengan
meningkatnya usia bayi yaitu 36, 6% pada ibu yang tidak bekerja. Penelitian di
bayi berusia 4-5 bulan dan 30, 2% pada Singapura terhadap 2149 ibu melahirkan di
bayi usia 6 bulan. Pada tahun 2009 rumah sakit didapatkan hubungan yang
pencapaian cakupan ASI eksklusif sebesar signifikan bahwa ibu yang bekerja lebih
34, 3 % dan menurun pada 2010 menjadi mungkin untuk berhenti menyusui
33, 6% (BPS, Susenas 2010). Sedangkan dibandingkan dengan ibu yang tidak
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 bekerja (Ong, G; et. all, 2005).
jauh lebih rendah lagi yaitu 30, 2 %.

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
161

Tenaga kesehatan perempuan merupakan terhadap 626 dokter hanya 11% yang
bagian dari ibu bekerja yang secara memberikan ASI eksklusif (Sadoh, 2011)
fitrahnya akan menikah dan memiliki anak. sedangkan penelitian yang dilakukan di
Menyusui menjadi satu bagian tak Malaysia hanya 5% perawat yang
terpisahkan dari proses tersebut. memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan
Keberhasilan seorang ibu dalam menyusui (Sinniah, 1980 dalam Dachew, 2014). Di
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, faktor Indonesia penelitian yang dilakukan oleh
predisposisi, faktor pemungkin dan faktor Harjanti (2009) di sebuah RS di Semarang
penguat (Green 1980 dalam Notoatmojo, terhadap 35 perawat, hanya 11,4% atau 4
2010). Faktor predisposisi yang meliputi orang responden yang memberikan ASI
umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, eksklusif. Demikian peneltian oleh
keterpaparan terhadap informasi. Faktor Nikmatul Khayati (2013) di sebuah RS
pemungkin meliputi kebijakan instansi, Jawa Tengah sebagian besar manajemen
ketersediaan fasilitas. Sedangkan faktor laktasi tidak dilaksanakan secara optimal
penguatnya adalah adanya dukungan suami, oleh 46 perawat (51, 1%) perawat dan
dukungan keluarga dan yang tidak kalah sebagian yang lain 44 perawat (44%) sudah
pentingnya adalah dukungan dari tenaga dilakukan secara optimal. Hal ini terjadi
kesehatan (Abdulah, 2012). Diantara semua karena pelaksanaan manajemen laktasi ini
faktor diatas, dukungan tenaga kesehatan membutuhkan kerjasama yang baik dari
mempunyai nilai odds ratio (OR) paling berbagai pihak.Tanpa adanya integritasi dan
tinggi yaitu 23,85, artinya bahwa ibu yang kerjasama yang baik maka hal ini sulit
mendapatkan dukungan dari tenaga dilaksanakan karena masalah laktasi
kesehatan baik tenaga kesehatan penolong merupakan masalah yang kompleks.
persalinan maupun tenaga kesehatan saat
ibu kembali memeriksakan bayinya setelah Penelitian mengenai faktor-faktor yang
pulang rawat inap dalam memfasilitasi dan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
mendorong ibu untuk memberikan ASI terhadap ibu telah banyak dilakukan, tetapi
eksklusif, mempunyai peluang untuk sangat jarang yang meneliti pada tenaga
berhasil memberikan ASI eksklusif 23,8 kesehatan perempuan. Hal ini menurut
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu peneliti menjadi sangat penting karena
yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan mempunyai peranan
tenaga kesehatan (Permata, 2014). Tenaga penting dalam mempromosikan,
kesehatan yang memiliki tingkat mendukung pelaksanan pemberian ASI
pengetahuan yang tinggi mengenai ASI eksklusif, dimana salah satunya dipengaruhi
eksklusif berhubungan secara signifikan oleh pengetahuan, pengalaman pribadi yang
terhadap dukungan pemberian ASI pada ibu disebut dengan istilah experience learning
menyusui (Olaolorun & Lawoyin, 2006) (Leavitt, et all, 2009: Leviniene, et all,
2009)
Tetapi hal ini menjadi sangat ironis, Berdasarkan laporan tahunan Dinas
manakala tenaga kesehatan sendiri Kesehatan Propinsi Lampung tampak
persentasenya sangat kecil yang berhasil bahwa cakupan pemberian Asi Ekslusif
memberikan ASI eksklusif. Dalam pada tahun 2011 adalah sebesar 29,24
penelitian (Dachew& Bifftu, 2014) yang dengan angka target 60%, sedangkan pada
dilakukan di Ethiopia terhadap 178 tenaga tahun 2012 angka cakupan tercatat sebesar
kesehatan (dokter, perawat dan bidan) 30, 05% dengan target sebesar 80% di
didapatkan hasil hanya 35,9% yang privinsi Lampung belum mencapai target
memberikan ASI eksklusif atau sebanyak yang di tetapkan provinsi (Dinkes Provinsi
66 tenaga kesehatan. Berdasarkan Lampung, 2009) Alasan memilih Kota
penelitian yang dilakukan di Nigeria Bandar Lampung sebagai tempat penelitian

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 162
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

karena belum memuaskan pencapaian mendukung keberhasilan program


cakupan ASI ekslusif dan juga dari tahun ke pemberian ASI ekslusif. Pengurus tempat
tahun menunjukkan hasil yang fluktuatif. kerja wajib memberikan kesempatan
Pada tahun 2011 tercatat pencapaian ASI kepada ibu yang bekerja untuk memberikan
ekslusif di Kota Bandar lampung sebesar ASI Ekslusif kepada bayi atau memerah
65, 1% dan di tahun berikutnya 2012 terjadi ASI selama waktu kerja di tempat kerja.
peningkatan sebesar 67, 93% namun di
tahun 2013 mengalami penurunan yaitu Bandar Lampung merupakan wilayah yang
sebesar 66,54%. memiliki jumlah kelahiran bayi tertinggi
dibandingkan dengan wilayah lainnya, yang
Tahun 2014 cakupan pemberian ASI tentu saja dapat berpotensi tidak
ekslusif di Kota Bandar Lampung adalah mendapatkan ASI eksklusif jika dukungan
68, 7% terjadi peningkatan sebesar 72, 9% dari tenaga kesehatan tidak memadai, selain
di tahun 2015. Angka ini bila di bandingkan itu juga menjadi angka kejadian pneumonia
dengan target nasional masih dibawah dari balita tertinggi, pada tahun 2012 ditemukan
target yang di inginkan (82, 25%) (Dinkes 4 kasus, dan pada tahun 2013 menjadi 6
Kota Bandar Lampung). kasus. Berdasarkan jenis kelamin jumlah
Keluarnya peraturan daerah (Perda) penderita pneumonia hampir sama antara
Provinsi Lampung No. 17 tahun 2014 laki-laki (51%) dengan perempuan (49%).
tentang Pemberian ASI Ekslusif menjadi (Profil Bidang Kesehatan Kota Bandar
sebuah terobosan yang baik. Namun, harus Lampung, 2013).
diiringi dengan sosialisasi ketentuan
tersebut serta pengawasan terhadap METODOLOGI PENELITIAN
implementasinya sehingga tujuan dari
keluarnya peraturan tersebut dapat di Penelitian merupakan penelitian kuantitatif
evaluasi secara berkala keberhasilannya. dengan menggunakan desain penelitian
Upaya-upaya Pemerintah untuk Ibu deskriptif analitik dengan rancangan cross
Menyusui yang bekerja seiring dengan sectional, yaitu penelitian yang bertujuan
ditetapkannya PP Nomor 33 tahun 2012 untuk mendeskripsikan mengenai suatu
tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif fenomena/ kejadian yang ditemukan yaitu
pada tanggal 1 Maret 2012. Peraturan ini berupa faktor resiko, efek atau hasil untuk
dibuat dalam rangka melindungi, kemudian dilakukan analisis hubungan
mendukung dan mempromosikan antar variabel (Sastroasmoro dan Ismael,
pemberian ASI Ekslusif sehingga perlu 2010).
dilakukan upaya untuk meningkatkan Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas
dukungan dari Pemerintah, Pemerintah Kecamatan Kota Bandar Lampung yaitu
Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan sebanyak 20 Kecamatan. Dalam penelitian
Tenaga Kesehatan, masyarakat serta ini peneliti akan menyoroti rendahnya
Keluarga agar ibu dapat memberikan ASI capaian cakupan ASI eksklusif dari sisi
ekslusif kepada bayi. Melalui PP ini perilaku tenaga kesehatannya dalam
pemerintah mengharuskan pengurus tempat memberikan ASI eksklusif.
kerja (perusahaan, perkantoran milik
pemerintah, Pemda dan swasta) serta Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penyelenggaraan tempat sarana umum tenaga kesehatan perempuan di Bandar
untuk mendukung program ASI ekslusif, Lampung yang memiliki bayi usia 7- 24
menyediakan fasilitas khusus untuk bulan. Sedangkan sampel dalam penelitian
menyusui dan atau memerah ASI sesuai ini adalah tenaga kesehatan perempuan
dengan kondisi kemampuan perusahaan, yang bekerja di 7 Puskesmas Kecamatan
membuat peraturan internal yang Kota Bandar Lampung dan memiliki bayi
usia 7 - 24 bulan. Untuk penghitungan

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
163

sampel dengan menggunakan rumus uji bivariat dengan menggunakan uji chi
hipotesis proporsi satu populasi dengan square karena baik variabel dependen
menggunakan penghitungan sample size maupun independen berjenis kategorik.
maka didapatkan sampel terbesar yaitu 113
responden. Dalam penelitian ini jenis data Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin,
yang digunakan adalah data primer yang dan Faktor Penguat
diperoleh langsung dari responden. Dalam
pengumpulan data dilakukan dengan Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada
menggunakan kuesioner yang diisi oleh kelompok umur 20-35 tahun (53. 6%)
responden sendiri yang didampingi oleh dibandingkan pada kelompok umur < 20
peneliti maupun enumerator. atau > 35 tahun. Hasil analisis bivariat
diperoleh nilai p value= 0. 194 (p > 0. 05),
Analisa data menurut (Sugiono, 2009) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
adalah kegiatan mengelompokkan data ada hubungan antara umur dengan
berdasarkan variabel dan karakteristik pemberian ASI eksklusif.
responden, kemudian menyajikan data yang
diteliti, melakukan pengujian dengan Pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan
statistik guna menjawab rumusan dan primipara lebih banyak yaitu (64 %)
hipotesa penelitian. Analisis dalam dibandingkan ibu dengan primipara
penelitian ini meliputi: analisa univariat, (52.3%). Hasil uji statistik pada analisis
analisa bivariat dan analisa multivariate. bivariat diperoleh nilai p value= 0. 255 (p >
0. 05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara paritas dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemberian ASI eksklusif.

Analisis Univariat Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada


kelompok ibu dengan pengetahuan baik
Analisis univariat adalah analisis yang (72, 8%) dibandingkan ibu dengan
bertujuan untuk mendeskripsikan atau pengetahuan kurang (20. 6%). Hasil uji
memberikan gambaran variabel yang akan statistik diperoleh nilai p value = 0.001,
diteliti. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
Tabel 1. Distribusi Responden Yang Memberikan
ASI Eksklusif pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan
Pemberian ASI N Persentase nilai OR yaitu sebesar 10, 3 artinya adalah
Diberikan 66 57.4 bahwa ibu dengan pengetahuan yang baik
Tidak diberikan 49 42.6 berpeluang memberikan ASI eksklusif
Total 115 100.0 sebesar 10, 3 kali lebih besar dibanding ibu
yang memiliki pengetahuan cukup.
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada
responden yang memberikan ASI eksklusif kelompok responden yang memiliki sikap
lebih banyak yaitu sebesar (57. 4%), positif (72. 1%) dibandingkan yang
dibandingkan dengan yang tidak memiliki sikap negatif (40. 7%). Hasil uji
memberikan ASI eksklusif yaitu (42.6%). statistik diperoleh nilai p value= 0.001,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Analisis Bivariat hubungan yang signifikan antara sikap
dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil
Analisis bivariat digunakan untuk
analisis juga menunjukkan nilai OR sebesar
mengetahui ada tidaknya hubungan antara
3.7, artinya bahwa responden yang
variabel independen dengan variabel
memiliki sikap positif terhadap pemberian
dependen. Pada penelitian ini analisis
ASI memiliki peluang 3.7 kali lebih besar

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 164
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

untuk memberikan ASI eksklusif tidak mendapatkan dukungan (36. 4%).


dibandingkan dengan responden yang Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=
memiliki sikap negatif terhadap ASI. 0.006 (< 0.05), sehingga dapat disimpulkan
Pemberian ASI eksklusif pada kelompok bahwa ada hubungan antara dukungan
yang ketersediaan fasilitasnya mendukung atasan dengan pemberian ASI eksklusif
lebih banyak yaitu (68. 6%) dibandingkan Pemberian ASI ekslusif lebih banyak pada
responden yang fasilitasnya tidak responden yang mendapat dukungan dari
mendukung (24. 3%). Hasil uji statistik teman kerja (68. 8%) dibandingkan
diperoleh nilai p value = 0. 001 (< 0.05), responden yang tidak mendapat dukungan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada dari teman kerja (41. 1%). Hasil uji statistik
hubungan yang signifikan antara diperoleh nilai p value= 0.008, sehingga
ketersediaan fasilitas dengan pemberian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
ASI eksklusif. Hasil analisis juga yang signifikan antara dukungan teman
menunjukkan nilai OR 6.9 yang berarti kerja dengan pemberian ASI eksklusif.
bahwa ibu dengan ketersediaan fasilitas Hasil analisis juga menunjukkan nilai OR
yang mendukung 6.9 kali lebih berpeluang sebesar 2. 96, artinya bahwa ibu yang
untuk memberikan ASI dibandingkan mendapatkan dukungan teman kerja
dengan ibu yang ketersediaan fasilitasnya memiliki peluang 2.96 kali lebih besar
tidak mendukung. untuk memberikan ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada dibandingkan dengan ibu yang tidak
responden yang pernah mengikuti pelatihan mendapatkan dukungan dari teman kerja
manajemen laktasi maupun pelatihan terkait dalam pemberian ASI eksklusif.
menyusui (66. 7%) dibandingkan yang
tidak pernah mengikuti pelatihan (55. 6%). Analisis Multivariat
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0. Analisis multivariat berguna untuk
731 (> 0.05), sehingga dapat disimpulkan mengetahui variabel/faktor yang paling
bahwa tidak ada hubungan antara pelatihan dominan berhubungan dengan pemberian
manajemen laktasi dengan pemberian ASI ASI eksklusif. Dalam melakukan analisis
eksklusif. multivariat harus melewati beberapa
Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada tahapan yaitu seleksi bivariat, menyusun
responden yang mendapat dukungan dari permodelan multivariat, seleksi
keluarga (75. 7%) dibandingkan yang tidak konfounding, melakukan uji interaksi, dan
mendapat dukungan dari keluarga (28. 8%). menyusun permodelan akhir multivariat.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=
0.001, sehingga dapat disimpulkan bahwa Seleksi Bivariat
ada hubungan yang signifikan antara Langkah pertama dalam analisis multivariat
dukungan keluarga dengan pemberian ASI adalah masing-masing variabel independen
eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan dihubungkan dengan variabel dependennya,
nilai OR sebesar 7, 6, artinya bahwa ibu apabila skor p value < 0, 25 maka variabel
yang mendapat dukungan keluarga tersebut masuk kedalam tahap multivariat.
memiliki peluang 7, 6 kali lebih besar untuk Berdasarkan tabel 2 maka variabel yang
memberikan ASI eksklusif dibandingkan ikut dalam multivariat adalah yang
dengan ibu yang tidak mendapatkan memiliki nilai p value < 0.25 yaitu: umur,
dukungan keluarga. pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas,
Pemberian ASI eksklusif pada responden dukungan keluarga, dukungan atasan,
yang mendapat dukungan dari atasan lebih dukungan teman kerja.
banyak yaitu (65. 9%) dibandingkan yang

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
165

Tabel 2. Distribusi variabel dalam seleksi bivariat Tabel 3. Model Pertama Multivariat
Variabel p value Keterangan Variabel p value OR

Kandidat Umur 0.637 1.293


Umur 0.194 Multivariat Pengetahuan 0.014 12.252
Tidak masuk Sikap 0.747 1.186
Paritas 0.255 multivariate
Ketersediaan Fasilitas 0.392 1.739
Tidak masuk
Pelatihan Man. Laktasi 0.731 multivariate Dukungan Keluarga 0.010 4.036
Kandidat Dukungan Atasan 0.441 0.599
Pengetahuan 0.000 Multivariat Dukungan Teman Kerja 0.187 0.338
Sikap Kandidat
Multivariat
0.001 Berdasarkan tabel 3. model pertama
Kandidat
Ketersediaan Fasilitas 0.000 multivariat terdapat 5 variabel yang
Multivariat
Kandidat memiliki nilai p value > 0,05 yaitu variabel
Dukungan Keluarga 0.000
Multivariat umur ketersediaan fasilitas, sikap,
Kandidat
Dukungan Atasan 0.006 dukungan teman kerja, dukungan atasan,
Multivariat
Kandidat maka variabel-variabel tersebut dikeluarkan
Dukungan Teman Kerja 0.008
Multivariat satu persatu dari model dimulai dari
variabel dukungan atasan karena
Permodelan multivariat mendapatkan skor p value yang terbesar.
Langkah selanjutnya kedelapan variabel
independen dianalisis bersama-sama di Uji Interaksi
tahap multivariat. Bila ada variabel dengan Langkah selanjutnya adalah melakukan uji
p value > 0, 05 maka variabel dikeluarkan interaksi antar variabel independen jika
dari permodelan multivariat secara bertahap variabel tersebut secara substansi dinilai
mulai dari p value terbesar. Setelah ada interaksi. Variabel yang diduga ada
dikeluarkan, variabel yang masih tersisa di interaksi adalah pengetahuan dan sikap.
model dilakukan evaluasi perubahan nilai
OR, bila ada salah satu variabel yang nilai Hasil uji interaksi pada tabel 4.
OR nya berubah > 10% maka variabel yang menunjukkan bahwa hasil uji omnibusnya
tadi dikeluarkan dapat dimasukkan kembali sebesar 0.549 berarti > 0,05 sehingga tidak
ke dalam permodelan. Hasil pemodelan ada interaksi antara pengetahuan dan sikap.
multivariat dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 4. Pemodelan Uji Interaksi

Variabel B p value OR CI 95%


Pengetahuan 2.27 0.042 9.71 1.0 - 87,0
Sikap -061 0.656 0.54 0.03 - 7.9
Ketersediaan Fasilitas 0.70 0.289 2.07 0.55 - 7.38
Dukungan Keluarga 1.42 0.009 4.14 1.42 - 12.05
Dukungan Atasan -0.54 0.413 0.58 0.15 - 2.12
Dukungan Teman Kerja -1.08 0.185 0.33 0.06 - 1.68
Pengetahuan by sikap 0.89 0.549 2.44 0.13 – 45,1

Berdasarkan model akhir multivariate pada dukungan keluarga. Faktor yang paling
tabel 5. dapat dijelaskan bahwa faktor- dominan berhubungan dengan pemberian
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan yaitu
ASI eksklusif adalah pengetahuan dan dengan nilai OR 13 yang berarti bahwa ibu

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 166
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

dengan pengetahuan baik 13 kali lebih variabel sikap, ketersediaan fasiltas,


berpeluang untuk memberikan ASI dukungan atasan dan dukungan teman
eksklusif dibandingkan dengan ibu dengan kerja.
pengetahuan kurang, setelah dikontrol oleh

Tabel 5. Model Terakhir Multivariat

Variabel B p value OR CI 95%


Pengetahuan 2.56 0.012 13.007 1.8 - 95,2
Sikap 0.13 0.793 1.148 0.4 - 3.2
Ketersediaan Fasilitas 0.59 0.358 1.805 0.5 - 6.3
Dukungan Keluarga 1.40 0.010 4.060 1.4 - 11.7
Dukungan Atasan -0.54 0.406 0.578 0.1 - 2.1
Dukungan Teman Kerja -1.11 0.173 0.327 0.0 - 1.6

Hasil penelitian ini memberikan gambaran dengan penelitian Kaneko (2006) yang
persentase pemberian ASI eksklusif pada menyatakan bahwa proporsi menyusui
tenaga kesehatan perempuan yaitu (57.4%). terbanyak pada usia 20-39 tahun.
Hasil ini masih lebih baik bila
dibandingkan dengan cakupan pemberian Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini
ASI berdasarkan data SDKI (2012) maupun umur tidak berhubungan dengan perilaku
Riskesdas (2013) yaitu sebesar 30.2 % serta pemberian ASI eksklusif, nilai p= 0,194
masih lebih tinggi dibandingkan cakupan di dimana OR sebesar 1.799 (95% CI 0.762-
kota Banda Lampung yaitu sebesar 72,5%. 4.244). Hasil ini senada dengan penelitian
Namun demikian seharusnya capaian ini Permata (2014) yang menyatakan bahwa
bisa lebih tinggi mengingat responden tidak ada hubungan antara umur ibu dengan
penelitiannya adalah tenaga kesehatan yang pemberian ASI eksklusif, hasil penelitian
secara pengetahuan seharusnya lebih baik Abdullah (2012), juga menyatakan hal yang
dibandingkan dengan masyarakat pada sama yaitu tidak ada hubungan antara umur
umumnya. ibu dengan pemberian ASI eksklusif .
Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang
Faktor Predisposisi terhadap pemberian dilakukan oleh Yulianah, dkk (2013),
ASI eksklusif Rahmawati (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara umur
Hubungan Usia dengan Perilaku
ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif
Umur merupakan variabel penting dalam Hubungan Paritas Terhadap Perilaku
siklus kehidupan manusia. Dikatakan Pemberian ASI Eksklusif
bahwa umur terbaik untuk reproduktif sehat Menurut Suraatmaja (1997) menyatakan
adalah rentang 20-35tahun. Pada usia ini bahwa pada kenaikan paritas, ada sedikit
dianggap sebagai periode emas untuk perubahan produksi ASI walaupun tidak
bereproduksi karena fungsi-fungsi organ bermakna. Volume ASI meningkat setelah
reproduksi dinilai sudah matang sehingga kelahiran anak pertama dan akan menurun
siap untuk hamil, melahirkan dan setelah kelahiran anak kelima. Keberhasilan
menyusui. Hasil pada penelitian ini pemberian ASI eksklusif dalam penelitian
didapatkan bahwa umur terbanyak yang ini lebih banyak pada kelompok ibu dengan
memberikan ASI eksklusif adalah pada multipara (56.5%) dibandingkan ibu dengan
rentang umur 20-35 yaitu sebanyak (74.1%) primipara.
dibandingkan dengan yang berusia <20
atau>35 tahun. Hal ini sedikit berbeda

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
167

Hasil analisis bivariat menyatakan tidak ada Pada penelitian ini 70,4 % responden
hubungan antara paritas dengan pemberian berpengetahuan baik. Hasil analisis bivariat
ASI ekslusif. Hal ini dimungkinkan karena menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
responden penelitian ini adalah tenaga signifikan antara pengetahuan dengan
kesehatan, sehingga pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif (p value = 0,000)
manajemen laktasinya lebih baik, oleh dengan OR 10,3 (95% CI 3, 94 - 27, 14),
karena itu baik primipara maupun multipara sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu
memiliki peluang dan kemungkinan yang dengan pengetahuan baik 10, 3 kali lebih
sama dalam memberikan ASI eksklusif. berpeluang untuk memberikan ASI
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian eksklusif dibandingkan dengan ibu yang
yang dilakukan oleh Ogunlesi (2010) yang berpengetahuan cukup. Hal ini sesuai
menyatakan bahwa tidak ada hubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
antara paritas dengan lama menyusui. Hal Mekuria & Edris (2015) yang juga
ini berbeda dengan beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berikut ini yang menyatakan bahwa signifikan pengetahuan dengan ASI
terdapat hubungan yang signifikan antara eksklusif di mana pada ibu dengan
paritas dengan pemberian ASI eksklusif pengetahuan yang baik berpeluang 2,6 kali
yaitu : Yulianah, dkk (2013), Rahmawati lebih mungkin untuk memberikan ASI
(2010) menyatakan bahwa terdapat eksklusif.Demikian pula dengan penelitian
pengaruh yang signifikan antara urutan yang dilakukan oleh Sriningsih (2011),
kelahiran bayi/paritas dengan pemberian Wulandari, dkk (2009) menyatakan terdapat
ASI eksklusif, demikian juga penelitian hubungan yang signifikan antara
yang dilakukan oleh (Dachew & pengetahuan tentang ASI dengan perilaku
bifftu,2014) yang memperkuat dengan pemberian ASI eksklusif. Permata (2014)
menyatakan bahwa ibu dengan multipara juga menyatakan bahwa ibu dengan
berpeluang 2 kali lebih mungkin untuk pengetahuan tinggi tentang ASI eksklusif
menyusui eksklusif dibanding dengan ibu memiliki peluang untuk memberikan ASI
yang primipara, serta penelitian oleh eksklusif sebesar 20,8 kali dibandingkan
Penchlivani, et al (2005) bahwa terdapat ibu yang berpengetahuan rendah.
hubungan antara paritas dengan ASI Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
eksklusif yaitu ibu multipara menunjukkan penelitian oleh Abdullah (2012) bahwa
angka lebih tinggi dalam memberikan ASI tingginya tingkat pengetahuan tidak selalu
eksklusif dibandingkan dengan primipara. diiringi dengan perilaku yang positif hal ini
Pengalaman menyusui sebelumnya juga terlihat bahwa dari ibu yang
mempengaruhi sikap ibu dalam berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif
memberikan ASI eksklusif terutama dalam sebesar 88, 3% namun yang memberikan
menghadapi masalah-masalah saat ASI hanya 63%. Hal serupa juga
menyusui. didapatkan dari penelitian Sadoh (2011)
terhadap 36 dokter wanita di Nigeria.
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hampir semua responden berpengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif baik tentang ASI eksklusif namun hanya
Pengetahuan adalah hasil penginderaan 11, 1% yang memberikan ASI eksklusif
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap terhadap bayinya serta penelitian oleh
obyek melalui indera yang dimilikinya yang Rahmawati (2010) yang menyatakan bahwa
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
persepsi terhadap objek (Notoatmojo, tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI
2010). eksklusif. Hal ini karena perilaku seseorang
selain dipengaruhi oleh faktor pengetahuan

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 168
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

juga di pengaruhi oleh nilai-nilai, tindakan dengan cara yang masuk akal; 2)
keyakinan serta faktor pendukung lainnya. manusia akan mempertimbangkan
Pada uji multivariat diketahui bahwa informasi yang mendasari perhitungan
pengetahuan berhubungan dengan akibat dari tindakan. Sikap positif
pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol tentangASI akan berpengaruh pada praktik
oleh variabel sikap, dukungan keluarga, pemberian ASI secara eksklusif. Perilaku
dukungan atasan, dukungan teman kerja, merupakan hasil proses pengambilan
dengan nilai p value: 0.012 dan OR sebesar keputusan yang teliti dan beralasan dengan
13.007 (95% CI 1.777 - 95.203). Artinya mempertimbangkan keuntungan dan
bahwa responden dengan pengetahuan baik kerugian tindakan tersebut.
berpeluang memberikan ASI eksklusif Hasil penelitian ini pada uji bivariat
sebesar 13 kali dibandingkan responden diperoleh p value= 0, 001 yang berarti
dengan pengetahuan kurang. terdapat hubungan antara sikap dengan
Pengetahuan merupakan domain yang pemberian ASI Eksklusif, di mana sikap
cukup penting dalam menentukan perilaku. positif berpeluang 3,7 kali (95% CI 1.7-
Perilaku yang didasari pengetahuan, 8,20) untuk memberikan ASI eksklusif
kesadaran dan sikap positif akan semakin dibandingkan dengan responden yang
langgeng. Pengetahuan yang baik akan memiliki sikap negatif. Hal ini sejalan
memudahkan seseorang untuk merubah dengan penelitian yang dilakukan oleh
perilaku termasuk dalampraktik menyusui. Nurhuda dan Mahmudah (2012)
Perilaku ibu untuk memberikan ASI menunjukkan bahwa sikap ibu berhubungan
eksklusif disebabkan oleh faktorpenyebab dengan praktek pemberian ASI. Ibu yang
perilaku yang salah satunya menganggap bahwa ASI merupakan
adalahpengetahuan, dimana faktor ini makanan terbaik untuk bayi berencana
menjadi dasaratau motivasi bagi individu untuk memberikan ASI selama 6
dalam mengambil keputusan (Notoatmojo, bulan.Sikap ibu terhadap pemberian makan
2002 dalam Sriningsih, 2011). bayi menjadi prediktor kuat dalam
pemberian ASI eksklusif. Demikian pula
Kecenderungan tindakan pada kondisi
penelitian oleh Abdullah (2012) yang
pengetahuan yang baik adalah mendekati,
menyatakan terdapat hubungan yang
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu,
signifikan sikap dengan pemberian ASI
sedangkan kecenderungan tindakan pada
eksklusif. Semakin positif sikap seseorang
pengetahuan yang kurang adalah menjauhi,
semakin besar peluang untuk memberikan
menghindari, membenci, tidak menyukai
ASI eksklusif.
obyek tertentu (Azwar, 2011 dalam
Nurhuda, dkk, 2013). Pada uji multivariat, sikap tidak
berhubungan dengan pemberian ASI
Sikap Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini sama dengan
Eksklusif penelitian yang dilakukan oleh Yulianah,
Sikap adalah merupakan respon tertutup dkk (2013) yang menyatakan bahwa tidak
seseorang terhadap stimulus atau objek ada hubungan yang signifikan sikap dengan
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian
pendapat dan emosi yang bersangkutan. ini meskipun saat dilakukan analisis
Salah satu teori yang dapat menjelaskan multivariat tidak ditemukan adanya
hubungan sikap dengan praktik pemberian hubungan namun jika kita cermati dari hasil
ASI adalah teoritindakan beralasan (theory penelitian ini bahwa persentase ibu yang
of reasoned action) oleh Ajzen dan memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar
Fishbein. Asumsi yang mendasari teoriini 53% memiliki sikap positif terhadap
adalah: 1) manusia umumnya melakukan pemberian ASI eksklusif. Artinya bahwa

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
169

sikap yang positif akan cenderung serta peralatan yang dimiliki oleh
menghasilkan perilaku yang positif pula. responden dalam upaya untuk mendukung
keberlangsungan dalam memberikan ASI.
Faktor Pemungkin terhadap Pemberian Hasil penelitian ini pada uji bivariat
ASI eksklusif didapatkan bahwa ketersediaan fasilitas
Pelatihan Manajemen Laktasi terhadap berhubungan dengan perilaku pemberian
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ASI eksklusif dengan nilai p value 0.000
Pelatihan manajemen laktasi bertujuan dengan OR sebesar 6.8 yang berarti bahwa
untuk meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki fasilitas yang
khususnya nakes dalam menyelesaikan mendukung akan berpeluang 6.8 kali lebih
masalah-masalah yang ditemukan saat besar untuk memberikan ASI eksklusif
menyusui. Dalam manajemen laktasi dibandingkan dengan ibu yang ketersediaan
meliputi kegiatan Breastfeeding Technique, fasilitasnya tidak mendukung. Hal ini tidak
Breastfeeding Technology, Breastfeeding sejalan dengan penelitian Abdullah (2012)
Problem Solving and Infant Issues (Manel, yang menyatakan bahwa ketersediaan
Martens, Walker, 2007) fasilitas di instansi tidak berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
pelatihan manajemen laktasi tidak Ruang laktasi/pojok ASI bukan hanya
berhubungan dengan perilaku pemberian sekedar ruang untuk memerah ASI namun,
ASI eksklusif. Berdasarkan hasil kuantitatif lebih dari itu fungsi pojok ASI merupakan
diketahui bahwa dari 115 responden hanya tempat di mana para ibu menyusui
9 (7. 8%) yang pernah mengikuti pelatihan berkumpul dan saling bertukar pengalaman.
terkait menyusui. Meskipun pelatihan Hal ini tentu akan memperkaya
manajemen laktasi secara statistik tidak pengetahuan mengenai ASI dan laktasi.
ditemukan adanya hubungan bermakna Apalagi pemerintah juga sudah membuat
terhadap pemberian ASI eksklusif namun peraturan tentang kewajiban suatu instansi
keikutsertaan dalam pelatihan akan atau perusahaan untuk menyediakan
membantu dalam meningkatkan fasilitas kepada karyawannya yang tertuang
pengetahuan dan ketrampilan saat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.15
menyusui. Tahun 2013 tentang tata cara penyediaan
fasilitas khusus menyusui dan/atau
Penelitian yang dilakukan oleh Owoaje memerah air susu ibu.
(2002) terhadap 298 perawat dan 113
diantaranya telah mengikuti pelatihan Faktor Pendorong terhadap Pemberian
menyusui dan hasilnya adalah terdapat ASI eksklusif
hubungan yang signifikan antara pelatihan
Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku
menyusui terhadap pengetahuan, sikap dan
Pemberian ASI eksklusif
perilaku perawat dalam pemberian ASI
eksklsuif. Perawat yang mendapatkan Keluarga merupakan bagian yang sangat
pelatihan menyusui memiliki pengetahuan penting dalam kehidupan seseorang.
yang baik dalam mengatasi masalah Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
menyusui, serta sikap yang positif dalam oleh seorang ibu dalam keberhasilannya
mempromosikan ASI eksklsuif. memberikan ASI eksklusif, dukungan dari
keluarga akan mempengaruhi keputusan ibu
Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku dalam memberikan ASI eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif
Hasil uji bivariat diperoleh p value = 0,000
Ketersediaan fasilitas ini meliputi adanya yang berarti bahwa dukungan keluarga
pojok ASI, tempat penyimpan ASI perah berhubungan secara signifikan terhadap
pemberian ASI Eksklusif, di mana ibu yang

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 170
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

mendapatkan dukungan dari keluarga penting dalam keputusan ibu tentang cara
berpeluang 7, 6 kali (95% CI 3, 29 - 17,86) memberi makan bayi dan ibu yang memilih
untuk memberikan ASI eksklusif untuk memberikan susu botol atau
dibandingkan ibu yang tidak mendapat menyusui untuk waktu yang lebih singkat
dukungan dari keluarga. Hasil penelitianini ketika ayah tidak mendukung.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Umar, dkk (2013) yang menyatakan Menurut Roesli (2005), seorang ayah dapat
bahwa ada hubungan antaradukungan berperan aktif dalam keberhasilan
keluarga dengan pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI dengan jalan memberikan
Ramadani (2009) yang menyatakan bahwa dukungan secara emosional dan bantuan-
ibu yang mendapat dukungan dari suami bantuan praktis lainnya, seperti mengganti
akan berpeluang memberikan ASI eksklusif popok atau menyendawakan bayi.
sebesar 3 kali dibandingkan ibu yang tidak Hubungan yang unik antara seorang ayah
mendapatkan dukungan suami, Evareny dan bayinya merupakan faktor yang penting
(2010) juga memperlihatkan hubungan dalam pertumbuhan dan perkembangan
yang signifikan antara dukungan keluarga seorang anak di kemudian hari. Ayah perlu
dan peran ayah dengan perilaku pemberian mengerti dan memahami persoalan ASI dan
ASI eksklusif di mana proporsi praktik menyusui agar ibu dapat menyusui dengan
pemberian ASI secara eksklusif baik.
padakelompok ayah yang mendukung lebih Keluarga, selain bisa menjadi faktor
tinggi 2, 25 kali dibandingkan dengan pendukung sekaligus justru bisa menjadi
kelompok ayah yang tidakmendukung. faktor penghambat. Keinginan ibu untuk
Permata (2014) juga menyatakan bahwa ibu memberikan ASI eksklusif sebaiknya sudah
yang mendapat dukungan dari keluarga didiskusikan dengan keluarga terutama
memiliki peluang 14. 5 kali untuk bisa orang-orang yang akan tinggal bersama ibu
memberikan ASI eksklusif dibandingkan saat bayi itu lahir misal suami, ibu, ibu
ibu yang tidak mendapat dukungan dari mertua jauh sebelum si bayi lahir atau
keluarga.Tetapi berbeda dengan penelitian minimal saat fase kehamilan. Tanamkan
Abdullah (2012), Rahmawati (2010), yang kepada keluarga pentingnya ASI,
menyatakan bahwa tidak ada hubungan bagaimana memberikan ASI eksklusif serta
antara dukungan suami terhadap perilaku dukungan apa yang mereka bisa berikan.
ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini menjadi penting, karena pada
Pada uji multivariat, dukungan keluarga beberapa kasus, kegagalan seorang ibu
berhubungan dengan perilaku pemberian dalam memberikan ASI eksklusif justru
ASI Eksklusif p value 0, 01 dan OR sebesar karena pemahaman yang salah dari
4. 06 (95% CI 7 - 11.7). Artinya bahwa keluarga, misalnya diberikan air putih
responden dyang medapat dukungan supaya bayi tidak kuning, atau
keuarga berpeluang memberikan ASI menambahkan bayi dengan susu formula
eksklusif sebesar 4 kali dibandingkan karena bayi menangis dan beranggapan
responden dengan kurang mendapatkan bahwa bayi masih lapar dan saat itu si ibu
dukungan. bayi kesulitan menolak atau menentang
karena yang memberikan adalah ibu mertua
Hal ini sesuai dengan penelitian yang maupun ibu kandungnya. Peristiwa ini akan
dilakukan oleh Pisacane, et al (2005) bisa diminimalisir saat ibu maupun
menunjukkan bahwa ayah memainkan keluarga memiliki pengetahuan tentang ASI
peran penting dalam mendukung yang baik serta kesepakatan dan komitmen
keberhasilan menyusui dan meningkatkan yang kuat untuk mendukung ibu dalam
angka menyusui. Data pengamatan memberikan ASI eksklusif.
menunjukkan bahwa ayah memiliki peran

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
171

Dukungan Atasan Terhadap Perilaku dipengaruhi oleh faktor internal yaitu niat
Pemberian ASI eksklusif atau komitmen ibu serta faktor ekskternal
Ibu yang bekerja memiliki resiko untuk yaitu faktor yang berasal dari luar diri ibu
berhenti menyusui, hal ini bisa disebabkan seperti kebijakan instansi, dukungan atasan.
oleh beberapa faktor diantaranya adalah Dukungan atasan yang baik tidak serta
kebijakan instansi tempat ibu bekerja merta akan membuat ibu berhasil
termasuk didalamnya kebijakan atasan yang memberikan ASI eksklusif karena ada
tidak atau kurang mendukung ibu untuk faktor yang lebih kuat yaitu bagaimana
tetap memberikan ASI. komitmen atau niat ibu, tetapi dukungan
dan kebijakan instansi yang tidak
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p =
mendukung pemberian ASI bisa dipastikan
0,006, OR sebesar 3.4 (95% CI 1.4 - 7.8)
akan lebih besar ibu bekerja yang tidak
yang berarti bahwa ibu yang mendpat
berhasil memberikan ASI.
dukungan atasan berhubungan berpeluang
lebih besar untuk memberikan ASI Dukungan Teman Kerja Terhadap Perilaku
Eksklusif. Penelitian yang dilakukan Tsai Pemberian ASI eksklusif
(2013) terhadap 715 ibu bekerja di
perusahaan manufaktur di Taiwan, bahwa Dukungan teman selama di tempat kerja
ibu yang mendapatkan beban kerja lebih akan membuat ibu mempunyai kesempatan
rendah (tidak lebih dari 8 jam sehari) untuk tetap memberikan ASI. Ibu yang
memiliki peluang tetap bisa memberikan mendapat dukungan dari teman kerjanya
ASI hingga 6 bulan sebesar 2,6 kali dan mempunyai peluang untuk bisa
yang diberikan kesempatan istirahat untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 2,8 kali
memompa ASI berpeluang 61,6 kali untuk lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
bisa memberikan ASI eksklusif 6 bulan. mendapat dukungan dari teman kerjanya
Sedangkan menurut Guendelman, et al (Tsai, 2013).
(2009) bahwa bentuk dukungan atasan yang Hasil uji bivariat pada penelitian ini
dapat meningkatkan durasi menyusui didapatkan dimana nilai p = 0,008 yang
adalah memberikan kelonggaran dalam berarti bahwa di mana ibu yang
pekerjaan maupun memberikan kesempatan mendapatkan dukungan dari teman
untuk memerah ASI. berpeluang memberikan ASI eksklusif
Hasil uji multivariate ibu yang sebesar 2,8 kali (95% CI 0,98 - 7,91)
mendapatkan dukungan tidak meingkatkan dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan
peluang untukmemberikan ASI eksklusif di dukungan dari teman kerja.Penelitian ini
mana nilai p = 0,173. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tsai (2013) yang menyatakan bahwa
oleh Abdullah (2012) yang menyatakan ibu yang mendapat dukungan dari teman
tidak ada hubungan yang signifikan antara kerjanya mempunyai peluang untuk bisa
dukungan pimpinan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif sebesar 2.8 kali
pemberian ASI eksklusif. Meskipun secara lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
statistik tidak ada hubungan, tetapi proporsi mendapat dukungan dari teman kerjanya
ibu yang memberikan ASI eksklusif lebih (Tsai, 2013).
banyak pada kelompok yang mendapatkan Hasil Pada uji multivariat didapatkan
dukungan dari atasan (71.3%) dibandingkan bahwa dukungan teman tidak meningkatkan
ibu yang tidak mendapat dukungan dari peluang ibu untuk memberikan ASI
atasan (28.7%). Eksklusif dengan nilai p = 0,173 dan OR
Keberhasilan ibu bekerja dalam sebesar 0.327 (95% CI 0.065 - 1,634). Dari
memberikan ASI eksklusif dapat hasil analisis multivariat diatas meskipun
teman kerja tidak berhubungan dengan

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 172
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol


oleh variabel lain, namun tidak bisa juga
dikatakan bahwa dukungan teman kerja itu
tidaklah penting, karena berdasarkan data
bahwa persentase ibu yang menyusui ASI
eksklusif berada pada kelompok yang
mendapatkan dukungan dari teman kerja
yaitu sebesar 55.7%.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa proporsi
pemberian ASI eksklusif pada tenaga
kesehatan perempuan di Puskesmas Kota
Bandar Lampung adalah sebesar 57,4%
cakupan. Variabel yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan sebesar 72.8%, dan sikap
positif sebesar 72.1% (faktor predisposisi).
Variabel yang berhubungan dengan
pemberian ASI ekslusif (faktor penguat)
dukungan keluarga sebesar 75, 7%,
dukungan atasan 65, 9% dan dukungan
teman kerja sebesar 68, 8%. Tidak terdapat
hubungan antara ketersediaan fasilitas dan
pelatihan manajemen laktasi pada (faktor
pendorong) terhadap pemberian ASI.
Faktor yang paling dominan berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan. Ibu dengan pengetahuan yang
baik memiliki peluang untuk bisa
memberikan ASI eksklusif sebesar 13 kali
lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki
pengetahuan kurang.

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, —
173

DAFTAR PUSTAKA tanggal 10 Februari


2015http://litbang.patikab.go.id/inde
Abdullah, G. I., Ayubi. D. (2013). x.php/jurnal/247.
Determinan Perilaku Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif pada Ibu Pekerja. Fikawati, S. dan Syafiq, A. (2003).
Jurnal Kesehatan Masyarakat Hubungan Antara Intermediate
Nasional 7 (7). 2013. Breastfeeding dan ASI Eksklusif 4
Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti.
Academy of Breastfeeding Medicine. Vol 22 (2), 2003.
(2004). Clinical Protocol Number 8:
Human Milk Storage Information for Fikawati, S. dan Syafiq, A. (2009).
Home Use for Healthy Full Term Penyebab Keberhasilan dan
Infants. Princeton Junction, New Kegagalan Praktik Pemberian ASI
Jersey: Academy of Breastfeeding Eksklusif. Jurnal Kesmas Nasional.
Medicine. Vol. 2 (3): 120-131, 2009.
Brodribb, W., Fallon, A., Jackson, C., Green. L. W; Ottoson, J. M. (2006). A
Hegney, D. (2008). The Relationship Frame Work for Planning and
between Personal Breastfeeding Evaluation: PRECEEDE -
Experience and The Breastfeeding PROCEED Evolution and
Attitudes, Knowledge, Confidence Application of The Model. 10es ans
And Effectiveness Of Australian Gp jornees de santé publique. Montreal,
Registrars. Matern Child Nursing. 4: Quebec.
264–7, 2008. [PubMed].
Gupta, A., Padhich, J. P., Suri, S. (2013).
Badan Pusat Statistik. (2012), Tenaga kerja How Global Rates Of Exclusive
Indonesia naik 0, 85%. diakses 24 Breastfeeding For The First 6
February 2016, Months Be Enhanced. ICAN. Vol. 5
<www.ekonomi.inilah.com>. (3): 133-140, 2013.
Creswell, J. W. (2010). Research Design IBFAN and BPNI. (2012). World
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Breastfeeding Trend Initiatives.The
dan Mixed. Yogyakarya: Pustaka State of Breastfeeding in 51
Pelajar. Countries (Policy and Programmes).
IBFAN and BPNI.
Departemen Kesehatan. (2011). Banyak
Sekali Manfaat ASI Bagi Bayi dan Kurniawan, B. (2013). Determinan
Ibu. Depkes, 2011, diakses pada Keberhasilan Pemberian Air Susu
tanggal 10 Februari 2015 Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran
(<http://www.bppsdmk.depkes.go.id/ Brawijaya. Vol. 27 (4), Agustus
index.php?option=com_content&vie 2013.
w=article&id=170:banyak-sekali-
manfaat-asi-bagi-bayi-dan- Khayati, N; Rachmawati, I. N; Nasution, Y.
ibu&catid=38:berita&Itemid=82>. (2013). Pelaksanaan Manajemen
Laktasi oleh Perawat di Rumah Sakit
Ernawati A. (2014). Pengetahuan, dan Faktor yang Mempengaruhinya.
Komitmen, dan Dukungan Sosial Prosiding PPNI. Jawa Tengah: PPNI,
dalam Pemberian ASI Eksklusif pada 2013.
Pegawai Negeri Sipil. 2014, Diakses

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, — 174
Hanulan Septiani, Artha Budi, Karbito

WHO. (2014), Global Health Observatory


(Gho): Situation And Trend “ Infant
Mortaliy”. WHO, 2014 diakses 14
Februri 2016
http://www.who.int/gho/child
health/mortality/neonatal infant.

Copyright Ⓢ 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Anda mungkin juga menyukai