Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI ekslusif

merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan

kesehatan balita (Roeslie 2013). Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi

tumbuh kembang bayi. jika ASI eksklusif tidak di berikan bayi akan rentan mengalami

kekurangan gizi dan berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh

anak (Angriani, sudaryati&lubis, 2018). Pada awal bulan, bayi sangat beresiko terhadap

berbagai penyakit (Febriyanti, yohanna &nurida, 2018).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sangat baik bagi bayi sejak usia 30 menit

setelah di lahirkan sampai usia 6 bulan karena selain meimiliki komposisi yang lengkap

ASI juga berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang dan meningkatkan daya tahan

tubuh (Lusje, Mandan &kusmiyati, 2014). Menurut (UNICEF, 2013) Di amerika dan

inggris menunjukan penghematan besar dalam layanan kesehatan karena anak yang

mendapatkan ASI jarang sakit.

Word Health Organization (WHO) memperkirakan 130 juta bayi di lahirkan di dunia

setiap tahun dan 4 juta bayi meninggal dalam 28 hari pertama kehidupanya. WHO dan

UNICEF juga merekomendasikan insiasi menyusui dini dalam waktu 1 jam pertama

setelah lahir ASI ekslusif selama 6 bulan hingga 2 tahun atau lebih , ASI harus tetap di

berikan dengan pendamping makanan yang bergizi. Menurut (angriani, sudaryati dan
lubis, 2018) bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan

hidup dalam enam bulan pertama kehidupan di bandingkan denganbayi yang tidak

mendapatkan ASI.

Menurut hasil Riset Kesehatan di Indonesia pada tahun 2016 cakupan ASI eksklusif 29%

pada tahun 2017 35% dan pada tahun 2018 50% cakupan ASI di Indonesia naik di setiap

tahunnya. Lampung salah satu kota yang cakupan ASI eksklusif masih rendah yaitu 32%

pada tahun 2017 (Kemenkes, 2017). Menurut profil kesehatan kabupaten yang ASI

ekslusifnya paling rendah di Lampung adalah Pesawaran dengan presentase 18%.

Meskipun di Indonesia cakupan ASI dari tahun ketahun menunjukan kenaikan presentase

namun di setiap kota Indonesia masih belum mencapai 70% seperti yang telah di

targetkan oleh pemerintah sehingga cakupan ASI di Indonesia masih tergolong rendah .

Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 AKB

di Indonesia sebesar 32/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada bayi yang berusia

29 hari sampai dengan 11 bulan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2011 yaitu diare (31,4%). Hal tersebut erat hubunganya dengan status nutrisi dan

Kurangnya pemberian ASI eksklusif. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif membantu melindungi

bayi dari penyakit diare dan infeksi lainya (Febriyanti, yohanna & nurida, 20118)

Produksi ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan

dalam pemberian ASI (Chan, 2006). Sedangkan Faktor yang mempengaruhi produksi

ASI berasal dari internal meliputi kondisi fisik, psikologis, psikologis pengetahun ibu
dan faktor fisik bayi sedangkan faktor eksternal di antaranya inisiasi menyusui dini dan

frekuensi ASI. Salah satu cara untuk memperbanyak ASI adalah dengan cara menyusui

anak sesering mungkin dan secara teratur (Angriani, sudaryati&lubis, 2018 ).

Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Perinensia, 2006) semakin sering anak

menghisap puting susu ibu maka akan terjadi peningkatan produksi ASI dan sebaliknya

jika anak berhenti menyusu maka terjadi penurunan ASI . bila bayi menghisap puting

payudara maka akan di produksi hormon prolaktin yang mengatur sel dalam alveoli agar

memproduksi air susu. Air susu tersebut akan di kumpulkan ke dalam kumpulan air susu.

isapan bayi juga akan merangsang produksi hormon lain yaitu oksitosin yang membuat

otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu di dorong menuju puting payu dara

Namun sebagian besar ibu menyusui mengeluh tidak lancarnya ASI di karnakan jumlah

ASI yang sangat sedikit dan tidak memadai sehingga ibu memilih untuk memberikan

susu formula pada bayi mereka. Selain itu ibu juga selalu berfikir ASI nya tidak cukup

padahal sebenaranya cukup ASI karna ibu menyusui berfikiran demikian sehingga

banyak ibu yang jarang memberikan ASI pada anaknya ini menjadi salah satu penyebab

paling banyak mengapa ibu lebih cepat berhenti menyusui bayinya. Hal tersebut

menyebabkan pemberian ASI ekslusif yang selama ini di anjurkan oleh pemerintah

belum berjalan dengan baik.


Menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh (angrian, sudaryati & lubis 2018)

Pengisapan anak mempunyai peranan penting dalam produksi air susu ibu, karena

memiliki pengaruh dalam pengeluaran hormon pituirin. Isapan anak akan merangsang

otot polos yang terdapat dalam buah dada. Untuk berkontraksi yang kemudian

merangsang susunan syaraf di sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak. Otak

akan memerintahkan kelenjar hypophyse bagian belakang untuk mengeluarkan pituirin

lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos buah dada dan

uterus. Kontraksi otot-otot polos pada buah dada berguna untuk pembentukan air susu

ibu, sedangkan kontraksi otot-otot polos pada uterus berguna untuk mempercepat

involusi.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh sulistiyah (2016) bahwa terdapat hubungan jyang

signifikan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi 0-6 bulan dengan kelancaran ASI

kesimpulan dari penelitian adalah semakin sering ibu menyusui maka produksi ASI atau

pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hasil dari penelitian angriani sudaryati dan lubis

(2018) bahwa terdapat hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran produksi ASI

ibu post partum dapat di simpulkan bahwa ibu yang memiliki ferkuensi menyusui yang

baik memiliki peluang 2, 438 kali memiliki produksi ASI yang lancar di bandingkan ibu

yang memiliki frekuensi menyusui kurang. Hasil penelitian yang di lakukan oleh

rahmawati dan prayogi( 2017) yang juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi produksi ASI pada ibu bekerja adalah frekuensi menyusui.


Penelitian yang di lakukan oleh nursanti (2012) meningkat kan frekuensi menyusui

mempercepat onset laktasi berdasarkan hasil penelitian ini terutama untukibu postpartum

primipara di harapkan menyusui bayinya dengan frekuensi lebih sering untuk mencegah

terjadinya keterlambatan onset laktasi. Tidak jauh beda dengan penelitian sebelumny

apenelitian yang di lakukan oleh amalia (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara stress dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui pasca persalinan dengan hasil

penelitian di dapatkan pada ibu nifas hari kedua yang mengalami stress mengalami

ketidaklancaran ASI. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Ladomenou & Galanakis

2007 menunjukan salah satu Factor factor negative yang mempengaruhi total durasi

menyusui termasuk kurangnya menyusui .

Menurut hasil wawancara pada beberapa ibu tiga dari sepuluh ibu menyusui mengatakan

tidak menyusui anaknya secara eksklusif karena asinya tidak mencukupi dua ibu

mengatakan berhenti menysui anaknya karna alasan asinya sangat sedikit sehingga ibu

jarang menyusukan ASI nya dan lebih memilih memberi susu formula pada anaknya satu

ibu menyusui mengatakan tidak menysusui anaknya karena ASI nya tidak keluar dan

empat ibu menyusui mengatakan ASI nya lancar sehingga ibu manyusui anaknya secara

eksklusif.
B. Rumusanmasalah

Berdasarkan permasalahan yang ada masalah ASI masih membutuhkan perhatian khusus

karna rendahnya capaian asi di Indonesia. Banyak sekali yang di keluhkan oleh ibu

menyusui salah satunya kurangnya produksi ASI sehingga menyebabkan ibu berfikir

bahwa ASI nya tidak cukup sehingga ibu jarang memberikan ASI dan lebih memilih

untuk memberikan bayi nya susu formula. Mengingat ASI yang begitu banyak

manfaatnya salah satunya mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan emosional

yang dapat mempengaruhi hubungan batin antara ibu dan bayi.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan frekuensi

menyusui dengan kelancaran produksi ASI di wilayah kerja UPT Puskesmas kalirejo

kabupaten pesawaran tahun 2019

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan frekuensi menyusui dengan produksi kelancaran ASI di

wilayah kerja UPT Puskesmas kali rejo kabupaten pesawaran tahun 2019

2. Tujuankhusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden ibu menyusui di wilayahkerja

UPT Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019

b. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan usia, Pendidikan, pekerjaan ibu di

wilayah kerja UPT Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019

c. Untuk mengetahui frekuensi menyusui di wilayah kerja UPT Puskesmas Kalirejo

Kabupaten Pesawaran tahun 2019


D. Manfaat

1. Aplikatif

Di harapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat di

aplikasikan langsung untuk seluruh ibu terutama ibu menyusui . Penelitian ini juga

dapat di manfaatkan oleh tenaga medis untuk menerapkan pentingnya manyusui

untuk ibu ibu menyusui

2. Institusi

Hasil penelitian dapat di manfaaatkan sebagai referensi dan untuk menambah

informasi tentang hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran produksi ASI

bagimahasiswaSTIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Penelitian

Sebagai bahan atau dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan frekuensi

menyusui dengan kelancaran produksi ASI.

E. Ruang Lingkup

1. Jenis penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah analitik

2. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan dengan desain cross sectional

3. Sasaran penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui apakah frekuensi menyusui mempengaruhi

kelancaran produksi ASI

4. Lokasi penelitian
Penelitian akan di lakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kalirejo Kabupaten

Pesawaran.

5. Waktu penelitian

Penelitian akan di lakukan pada bulan April-Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai