Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN


STATUS PEKERJAAN SUAMI TERHADAP
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

A.Latar Belakang

Periode emas atau 1000 hari pertumbuhan anak sangat penting untuk membentuk

generasi penerus yang berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan pertama kelahiran bayi, di

manabayi seharusnya hanya mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif tanpa

tambahan minuman atau makanan dari luar (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif karena selain

mempunyai manfaat untuk bayi juga mempunyai banyak manfaat untuk ibu dan juga

keluarga (WHO, 2019) Sangat disayangkan bahwa hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6

bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan lebih dari 40% bayi di bawah 6 bulan juga

terlalu dini diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI (UNICEF, 2021)

ASI mempunyai nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama

pada 6 bulan pertama atau ASI eksklusif. Nutrisi yang adekuat dan simbang akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi terutama pada tahun -

tahun pertama kehidupan (Hasnidar et al., 2021; hal. 17)

Salah satu manfaat ASI eksklusif yang sangat penting yaitu dapat memperkecil

kejadian stunting. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat

mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif (Sr & Sampe, 2020; hal.

48)

ASI eksklusif menjadi pencegah terjadinya stunting karena ASI

mengandung nutrisi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah infeksi, serta
mengandung zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan sehingga anak dapat tumbuh

optimal dan terhindar dari risiko penyakit kronis penyebab Stunting (Dewi, 2021; hal 1)

Risiko yang akan didapatkan oleh bayi jika tidak menerima ASI secara eksklusif lainnya

menurit Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

dapat mengalami peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan (ISPA), kematian karena

diare meningkat 3,94 kali, dan penyakit usus parah. ASI eksklusif juga meningkatkan

IQ anak sehingga dapat memiliki fungsi kecerdasan yang tinggi. Selain risiko yang

didapatkan oleh anak, risiko kesehatan juga dapat dialami oleh ibu antara lain adalah

adanya risiko terjadinya kanker payudara dan kanker indung telur (Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI), 2016)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat persentase pemberian ASI eksklusif bayi

berusia 0 - 6 bulan sebesar 71,58% pada 2021. Angka ini menunjukkan perbaikan dari

tahun sebelumnya yang sebesar 69,62% dan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0- 6

bulan di wilayah Nusa Tenggara Barat adalah 81,46%, Namun, sebagian besar provinsi

masih memiliki persentase pemberian ASI eksklusif di bawah rata - rata

nasional(Kementerian Kesehatan RI, 2022) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumba

Timur pada tahun 2021 presentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sumba Timur

pada tahun 2021 sebesar 77,8 % mengalami peningkatan di bandingkan persentase

pemberian ASI eksklusif tahun 2020 yaitu 60,2 %.Berdasarkan data dari Puskesmas

Tanaraing tahun 2021 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 -6 bulan sebesar

64,6 % mengalami peningkatan di bandingkan persentase pemberian ASI Eksklusif

Tahun 2020 yaitu 59,3%.

Salah satu upaya eksternal yang dibutuhkan ibu untuk menunjang upaya ASI eksklusif

adalah dengan adanya dukungan dan motivasi untuk tetap menyusui karena ibu yang

stress akan menghambat produksi oksitosin yang akan membuat prosuksi ASI

berkurang. Suami sebagai keluarga terdekat ibu memberikan dampak yang sangat

signifikan terhadap motivasi ibu dalam menyusui secara eksklusif (Kusumayanti & Susila

Nindya, 2017; hal. 98)


Saat ini belum ada kelas atau program pendidikan kesehatan untuk ayah yang dapat

memberikan pengertian dan pengetahuan ASI eksklusif padahal peran ayah dalam

keberhasilan seorang ibu menyusui diantaranya adalah mendukung keputusan ibu untuk

menyusui anak mereka, melakukan berbagai pendekatan untuk mendukung istri

menyusui, dan memberikan dukungan baik fisik maupun emosional untuk ibu menyusui

(Fahrudin et al., 2020; hal. 91)

Dukungan suami juga sangat berpengaruh juga terhadap pemberian ASI eksklusif.

Dukungan suami terhadap ibu juga mempengaruhi keputusan ibu dalam menyusui

Eksklusif atau tidak. Dukungan suami saat ini masih jarang didapatkan oleh ibu,

adapun faktor yang mempengaruhinya adalah lingkungan dan informasi mengenai ASI

Eksklusif yang didapatkan oleh Suami. Informasi tentang ASI eksklusif telah diberikan

oleh tenaga kesehatan kepada ibu dan keluarga (termasuk suami) pasca melahirkan,

namun dari suami sendiri masih belum ada kontribusi. Salah satu sumber lain untuk

informasi tentang ASI eksklusif adalah lingkungan pekerjaan, hal tersebut dibuktikan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mizawati (2020) menyebutkan bahwa pengetahuan dan

status pekerjaan suami memberikan hubungan yang bermakna terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Mizawati, 2020; hal 215)

Budaya di Indonesia terutama di Sumba Timur lebih memberikan peran

menyusui dan perawatan anak kepada ibu. Suami jarang sekali terlibat dalam pemberian

ASI eksklusif. Lingkungan suami yang sebagian besar bekerja sebagai petani

semangka juga tidak terlalu mendukung untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan

mengenai ASIeksklusif. Padahal menurut teori perilaku, perilaku seseorang sangat

dipengaruhi dengan pengetahuan yang diapatnya didapatnya dalam hal ini adalah

pengetahuan yang baik tentang ASI ekeklusif akan berpengaruh terhadap dukungan dan

pemberian ASI ekeklusif

(Mizawati, 2020; hal 216)


Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penilitian ini adalah

bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan dan status pekerjaan suami terhadap

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tanaraing.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data tersebut peneliti merumuskan masalah, "Apakah ada Pengaruh

Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Suami terhadap Pemberian ASI eksklusif

Di Puskesmas Tanaraing?"

C.Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat

Pengetahuan dan status pekerjaan suami terhadap

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas

Tanaraing, Kabupaten Sumba Timur.

2.Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengetahuan suami mengenai ASI eksklusif di Puskesmas

Tanaraing, Kabupaten Sumba Timur.

b. Menganalisis status pekerjaan suami di Puskesmas Tanaraing, Kabupaten Sumba

Timur.

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan suami dengan pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Tanaraing, Kabupaten Sumba Timur.

d. Menganalisis hubungan jenis pekerjaan dengan pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Tanaraing, Kabupaten Sumba Timur.

e. Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan dan status pekerjaan terhadap

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Tanaraing, Kabupaten Sumba Timur.

Manfaat Penelitian

1.Bagi Responden Meningkatkan pengetahuan suami mengenai pentingnya ASI

eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.


2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan untuk menentukan Langkah - langkah upaya

peningkatan pengetahuan dan dukungan Suami mengenai pentingnya ASI eksklusif

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

3. Bagi Peneliti

Ilmu yang terdapat dalam proses selama penelitian dapat menambah

pengalaman baru dalam diri peneliti dan nantinya dapat di aplikasikan dalam kehidupan

masyarakat.

4. Bagi Masyarakat Untuk masyarakat sangat diperlukan untuk menambah wawasan

dan informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah berbagai hasil penelitian dalam dunia pendidikan serta diharapkan

dapat menjadi referensi bagi pembaca lain yang tertarik melakukan penelitian lebih

lanjut, baik penelitian yang serupa maupun penelitian yang jauh lebih komplek.

Menurut profil KIA

PP No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menjelaskan bahwa Air Susu Ibu (ASI)

adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan bagi bayi. ASI

memiliki manfaat bagi beberapa aspek tumbuh kembang seorang anak. Aspek-aspek tersebut

adalah: 1) aspek gizi (kekebalan tubuh); 2) aspek psikologi (ikatan kasih sayang ibu-bayi dan rasa

aman); dan 3) aspek kecerdasan (perkembangan sistem syaraf otak) (Rahmawati & Ramadhan,

2019). Pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dapat mencukupi

kebutuhan zat-zat gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi (IDAI, 2008). Hal ini

menyebabkan pemberian ASI menjadi penting untuk dilakukan karena kekurangan gizi pada masa ini

dapat memberikan dampak panjang bahkan bersifat permanen (Kemenkes, 2016). Tren persentase

baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI sejak tahun 2017 hingga tahun 2021 mengalami fluktuasi.

Terdapat penurunan persentase sebesar 1,56 persen dari tahun 2017 ke tahun 2018 namun terdapat
kenaikan sebesar 2,19 persen dari tahun 7.1. Status Gizi 7.2.1 Tren Persentase Baduta (0-23 Bulan)

yang Pernah Diberi ASI KemenPPPA Profil Anak Indonesia Tahun 2022 127 Baduta adalah kelompok

usia bayi yang masuk dalam golden period atau masa emas. Pada periode Baduta, anak mengalami

proses pembentukan jaringan otak kompleks yang sangat pesat yaitu sebesar ±80 persen sehingga

pada masa ini anak akan mengalami percepatan proses penyerapan informasi (Ara et al., 2018). Hasil

analisis terhadap persentase Baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI menurut rata-rata lama

pemberian ASI (bulan) 7.2.2 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Rata-

Rata Lama Pemberian ASI (Bulan) 2018 ke tahun 2019. Setelah tahun 2019, persentase baduta yang

pernah diberi ASI mengalami penurunan menjadi 95,02 persen di tahun 2020 dan kembali menurun

menjadi 94,65 persen di tahun 2021. Hal ini dapat diartikan bahwa ada penurunan pemberian ASI

pada baduta dan diprediksi terdapat kenaikan pada pemberian susu formula pada baduta. Penelitian

sebelumnya menyebutkan bahwa faktor dominan yang memberikan pengaruh pemberian ASI

eksklusif dibandingkan dengan susu formula adalah faktor kondisi kesehatan, persepsi, serta

dukungan dari petugas kesehatan (Tsalats, 2017). Adanya pandemi COVID-19 yang terjadi sepanjang

tahun 2020 dan tahun 2021 dapat menjadi salah satu penyebab menurunnya kondisi kesehatan ibu

sehingga mengalami kendala dalam memberikan ASI pada baduta. Secara rinci, tren persentase

baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI tahun 2021 dapat dilihat

Anda mungkin juga menyukai