PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Periode emas atau 1000 hari pertumbuhan anak sangat penting untuk membentuk
generasi penerus yang berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan pertama kelahiran bayi, di
manabayi seharusnya hanya mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif tanpa
tambahan minuman atau makanan dari luar (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
mempunyai manfaat untuk bayi juga mempunyai banyak manfaat untuk ibu dan juga
keluarga (WHO, 2019) Sangat disayangkan bahwa hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan lebih dari 40% bayi di bawah 6 bulan juga
ASI mempunyai nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama
pada 6 bulan pertama atau ASI eksklusif. Nutrisi yang adekuat dan simbang akan
Salah satu manfaat ASI eksklusif yang sangat penting yaitu dapat memperkecil
kejadian stunting. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat
mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif (Sr & Sampe, 2020; hal.
48)
mengandung nutrisi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah infeksi, serta
mengandung zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan sehingga anak dapat tumbuh
optimal dan terhindar dari risiko penyakit kronis penyebab Stunting (Dewi, 2021; hal 1)
Risiko yang akan didapatkan oleh bayi jika tidak menerima ASI secara eksklusif lainnya
menurit Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
dapat mengalami peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan (ISPA), kematian karena
diare meningkat 3,94 kali, dan penyakit usus parah. ASI eksklusif juga meningkatkan
IQ anak sehingga dapat memiliki fungsi kecerdasan yang tinggi. Selain risiko yang
didapatkan oleh anak, risiko kesehatan juga dapat dialami oleh ibu antara lain adalah
adanya risiko terjadinya kanker payudara dan kanker indung telur (Ikatan Dokter Anak
berusia 0 - 6 bulan sebesar 71,58% pada 2021. Angka ini menunjukkan perbaikan dari
tahun sebelumnya yang sebesar 69,62% dan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0- 6
bulan di wilayah Nusa Tenggara Barat adalah 81,46%, Namun, sebagian besar provinsi
nasional(Kementerian Kesehatan RI, 2022) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumba
Timur pada tahun 2021 presentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sumba Timur
pemberian ASI eksklusif tahun 2020 yaitu 60,2 %.Berdasarkan data dari Puskesmas
Tanaraing tahun 2021 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 -6 bulan sebesar
Salah satu upaya eksternal yang dibutuhkan ibu untuk menunjang upaya ASI eksklusif
adalah dengan adanya dukungan dan motivasi untuk tetap menyusui karena ibu yang
stress akan menghambat produksi oksitosin yang akan membuat prosuksi ASI
berkurang. Suami sebagai keluarga terdekat ibu memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap motivasi ibu dalam menyusui secara eksklusif (Kusumayanti & Susila
memberikan pengertian dan pengetahuan ASI eksklusif padahal peran ayah dalam
keberhasilan seorang ibu menyusui diantaranya adalah mendukung keputusan ibu untuk
menyusui, dan memberikan dukungan baik fisik maupun emosional untuk ibu menyusui
Dukungan suami juga sangat berpengaruh juga terhadap pemberian ASI eksklusif.
Dukungan suami terhadap ibu juga mempengaruhi keputusan ibu dalam menyusui
Eksklusif atau tidak. Dukungan suami saat ini masih jarang didapatkan oleh ibu,
adapun faktor yang mempengaruhinya adalah lingkungan dan informasi mengenai ASI
Eksklusif yang didapatkan oleh Suami. Informasi tentang ASI eksklusif telah diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada ibu dan keluarga (termasuk suami) pasca melahirkan,
namun dari suami sendiri masih belum ada kontribusi. Salah satu sumber lain untuk
informasi tentang ASI eksklusif adalah lingkungan pekerjaan, hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mizawati (2020) menyebutkan bahwa pengetahuan dan
status pekerjaan suami memberikan hubungan yang bermakna terhadap pemberian ASI
menyusui dan perawatan anak kepada ibu. Suami jarang sekali terlibat dalam pemberian
ASI eksklusif. Lingkungan suami yang sebagian besar bekerja sebagai petani
semangka juga tidak terlalu mendukung untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan
dipengaruhi dengan pengetahuan yang diapatnya didapatnya dalam hal ini adalah
pengetahuan yang baik tentang ASI ekeklusif akan berpengaruh terhadap dukungan dan
2. Rumusan Masalah
Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Suami terhadap Pemberian ASI eksklusif
Di Puskesmas Tanaraing?"
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat
2.Tujuan Khusus
Timur.
Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
pengalaman baru dalam diri peneliti dan nantinya dapat di aplikasikan dalam kehidupan
masyarakat.
dapat menjadi referensi bagi pembaca lain yang tertarik melakukan penelitian lebih
lanjut, baik penelitian yang serupa maupun penelitian yang jauh lebih komplek.
PP No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menjelaskan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan bagi bayi. ASI
memiliki manfaat bagi beberapa aspek tumbuh kembang seorang anak. Aspek-aspek tersebut
adalah: 1) aspek gizi (kekebalan tubuh); 2) aspek psikologi (ikatan kasih sayang ibu-bayi dan rasa
aman); dan 3) aspek kecerdasan (perkembangan sistem syaraf otak) (Rahmawati & Ramadhan,
2019). Pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dapat mencukupi
kebutuhan zat-zat gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi (IDAI, 2008). Hal ini
menyebabkan pemberian ASI menjadi penting untuk dilakukan karena kekurangan gizi pada masa ini
dapat memberikan dampak panjang bahkan bersifat permanen (Kemenkes, 2016). Tren persentase
baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI sejak tahun 2017 hingga tahun 2021 mengalami fluktuasi.
Terdapat penurunan persentase sebesar 1,56 persen dari tahun 2017 ke tahun 2018 namun terdapat
kenaikan sebesar 2,19 persen dari tahun 7.1. Status Gizi 7.2.1 Tren Persentase Baduta (0-23 Bulan)
yang Pernah Diberi ASI KemenPPPA Profil Anak Indonesia Tahun 2022 127 Baduta adalah kelompok
usia bayi yang masuk dalam golden period atau masa emas. Pada periode Baduta, anak mengalami
proses pembentukan jaringan otak kompleks yang sangat pesat yaitu sebesar ±80 persen sehingga
pada masa ini anak akan mengalami percepatan proses penyerapan informasi (Ara et al., 2018). Hasil
analisis terhadap persentase Baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI menurut rata-rata lama
pemberian ASI (bulan) 7.2.2 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Rata-
Rata Lama Pemberian ASI (Bulan) 2018 ke tahun 2019. Setelah tahun 2019, persentase baduta yang
pernah diberi ASI mengalami penurunan menjadi 95,02 persen di tahun 2020 dan kembali menurun
menjadi 94,65 persen di tahun 2021. Hal ini dapat diartikan bahwa ada penurunan pemberian ASI
pada baduta dan diprediksi terdapat kenaikan pada pemberian susu formula pada baduta. Penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa faktor dominan yang memberikan pengaruh pemberian ASI
eksklusif dibandingkan dengan susu formula adalah faktor kondisi kesehatan, persepsi, serta
dukungan dari petugas kesehatan (Tsalats, 2017). Adanya pandemi COVID-19 yang terjadi sepanjang
tahun 2020 dan tahun 2021 dapat menjadi salah satu penyebab menurunnya kondisi kesehatan ibu
sehingga mengalami kendala dalam memberikan ASI pada baduta. Secara rinci, tren persentase
baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI tahun 2021 dapat dilihat