Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PENYULUHAN ASI EKSLUSIF TERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI


DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

DELIYANTI S. MAANANA

NIM. 1614201168

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

MANADO

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan

dan Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di

Puskesmas Ranotana Weru

Nama : Deliyanti S. Maanana

Nim : 161420168

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Thirsa Mongi, S.Kep., M.Kes Ns. Angelia Pondaa, S.Kep., M.Kes

Mengetahui ,

Dekan

Ns. Verra Karame S.Kep.,M.Kes


NIDK.8831950017

2
BAB I

PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi untuk

bayi yang baru lahir dan merupakan satu-satunya makanan sehat yang

diperlukan bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Namun

demikian, tidak semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya.

Salah satu goal dari program SDG’s (Sustainable Development

Goals) adalah mengakhiri segala bentuk malnutrisi dengan rencana

strategi (renstra) meningkatkan presentase bayi kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan ASI eksklusif dari 42% menjadi 50% pada tahun 2019

nanti (SDG’s Ditjen BGKIA, 2015). Berdasarkan data Word Health

Organization (WHO) pada tahun 2016 tentang cakupan ASI eksklusif di

dunia hanya sebesar 36%. Capaian tersebut masih dibawah target

cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 50%.

Menurut data Riskesdas yang diambil dari tahun 2014 -2018 cakupan

ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 37,3%, 2015 sebesar

55,7%, tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar 61,33%, dan pada

tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 37,3%.

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI

yaitu 80% maka, capaian ASI eksklusif di tingkat Indonesia masih belum

memenuhi target. Pemberian ASI secara Eksklusif juga telah diputuskan

3
dan ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Khususnya pada bab 1

pasal 1 ayat 2 yang berbunyi ASI Ekslusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambahkan dan/atau menggantikan dengan makanan atau minuman

lain. Berdasarkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,

dengan menyusui dapat menjadi salah satu langkah awal bagi seorang

manusia yang barulahir ke dunia untuk mendapatkan kehidupan yang

sehat dan sejahtera. Tercapainya target pemerintah Indonesia tentang

ASI eksklusif berarti ikut membantu dunia dalam mensukseskan tujuan

dari SDGs. Tujuan yang paling erat kaitannya dengan ASI eksklusif

adalah tujuan SDGs nomor dua yaitu tentang kelaparan. Menurut

Bappenas dan UNICEF (2017) tujuan pembangunan berkelanjutan

nomor dua ini untuk mencari solusi sehingga kelaparan dan malnutrisi

pada tahun 2030 dapat di tekan prevalensinya bahkan diharapkan sudah

tidak ada lagi masakah gizi yang terjadi. Malnutrisi mencakup dua hal

yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Pada tahun 2013 menurut Bappenas dan

UNICEFF, 12% anak di dunia di bawah usia lima tahun terkena wasting

(berat badan rendah dibandingkan tinggi badan), dan kurang lebih

jumlah yang sama juga mengalami kelebihan berat badan (Bappenas;

UNICEF, 2017)

Menurut data Kemenkes RI (2018) berbagai macam masalah gizi

balita masih menjadi masalah serius di Indonesia. Pada tahun 2016 dan

4
2017 cakupan balita gizi kurang di Indonesia sebesar 17,8%. Pada tahun

2016 cakupan balita pendek (stunting) di Indonesia sebesar 27,5% dan

pada tahun 2017 meningkat menjadi 29,6%. 11,1% dan pada tahun 2017

sebesar 9,5% yang berarti pada tahun 2017cakupan balita gizi kurus

mengalami penurunan. Untuk cakupan balita yang mengalami gizi lebih

(overweight) pada tahun 2016 sebesar 4,3% dan pada tahun 2017

mengalami peningkatan sebesar 4,6%. Berdasarkan target Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk cakupan

balita pendek (stunting) ditargetkan stinggi-tingginya 32%, balita gizi

kurang 15% (Kemenkes RI, 2018).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara pada

tahun 2016 cakupan ASI Eksklusif sebesar 39. 42 % (Program

Peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2016) dan di Kota Manado sebesar

33,45%. Memberikan ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan

awal langkah untuk membangun manusia Indonesia yang sehat dan

cerdas di masa depan (Fikawati, 2015). ASI mengandung nutrisi atau zat

gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Maryunani, 2010).

Data pada Puskesmas Ranotana Weru dalam 3 bulan terakhir,

menunjukan jumlah balita yang diberikan ASI sekitar 37, 74 % dari 20

balita di Puskesmas Ranotana Weru dan pada saat di observasi dan

wawancara beberapa dari ibu mengatakan bahwa mereka memberikan

ASI masih kurang akan pengetahuannya dan sikap dalam pemberian ASI

5
Ekslusif. Pengetahuan yang benar tentang ASI Eksklusif akan merespon

sikap ibu, serta dapat mendorong respon yang lebih jauh yaitu berupa

tindakan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman

manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan

proses pengalaman yang dialaminya (Mubarak, 2011). Seorang individu

sangat erat hubungannya dengan sikapnya masing-masing sebagai ciri

pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan

yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal.

Pengertian sikap dijelaskan oleh (Saifudin Azwar, 2010) sikap diartikan

sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari seseorang individu

terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap

objek tersebut dengan cara-cara tertentu.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan ASI ekslusif

terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu

menyusui di Puskesmas Ranotana Weru.

B. Rumusan Masalah

Mengetahui apakah ada pengaruh penyuluhan ASI ekslusif

terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu

menyusui di Puskesmas Ranotana Weru.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

6
Mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap tentang ASI eksklusif pada ibu menyusui di

Puskesmas Ranotana Weru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu dalam menyusui ASI

eksklusif sebelum dilakukan penyuluhan ASI eksklusif di

Puskesmas Ranotana Weru.

b. Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu dalam menyusui ASI

eksklusif setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif di

Puskesmas Ranotana Weru.

c. Menganalisis pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap tentang ASI eksklusif pada ibu menyusui

di Puskesmas Ranotana Weru.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lokasi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan bagi puskesmas

terlebih ibu agar dapat mampu memberikan ASI eksklusif secara

maksimal.

2. Bagi Institusi Pendidikan

7
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperkaya

pengetahuan mahasiswa tentang ASI ekslusif terhadap pengetahuan dan

sikap ibu tentang ASI ekslusif ibu menyusui di Puskesmas Ranotana

Weru.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama pendidikan serta

menambah pengetahuan dan pengalaman kerja dalam membuat

penelitian ilmiah dan menambah pengetahuan tentang pengaruh

penyuluhan ASI ekslusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang

ASI ekslusif pada ibu menyusui di Puskesmas Ranotana Weru.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyuluhan

1. Pengertian

Menurut Azrul Azwar penyuluhan yaitu kegiatan pendidikan

yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, danmengerti,

tetapi juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungan nya

dengan kesehatan (Fitriani Sinta, 2011). Penyuluhan adalah proses

perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan

mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,

pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo,

2010).

2. Prinsip – Prinsip Penyuluhan

9
Prinsip penyuluhan kesehatan adalah bekerja bersama sasaran

bukan bekerja untuk sasaran (Waryana, 2016). Terdapat beberapa prinsip

dalam penyuluhan partisipatif diantaranya yaitu menolong diri sendiri,

partisipasi, demokrasi, keterbukaan, kemandirian, membangun

pengetahuan dan adanya kerjasama serta koordinasi terhadap pihak-

pihak terkait. Penyuluhan kesehatan akan efektif apabila mengacu pada

minat dan kebutuhan masyarakat. Penyuluh kesehatan harus mengetahui

kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan sumberdaya

yang ada (Waryana, 2016).

3. Tujuan Penyuluhan

Tujuan utama dari kegiatan penyuluhan yaitu mengubah perilaku

sasaran baik mengenai sikap, pengetahuan atau keterampilannya supaya

tahu, mau dan mampu untuk menerapkan inovasi demi perbaikan mutu

hidupnya, keluarganya dan masyarakat (Waryana, 2016). Sedangkan

(Fitriani, S., 2011) memberikan penjelasan yang lebih singkat mengenai

tujuan dari penyuluhan yaitu tercapainya perubahan perilaku dan

terbentuknya perilaku sehat.

4. Sasaran Penyuluhan

Menurut (Fitriani, 2011) menuliskan sasaran dari penyuluhan

adalah sebagai berikut:

a. Individu.

10
b.Keluarga

c. Kelompok secara khusus, misalnya:

1) Kelompok berdasarkan pertumbuhan, mulai dari anak sampai

dengan manula.

2) Kelompok yang memiliki perilaku merugikan kesehatan.

3) Kelompok yang memiliki penyakit kronis.

4) Kelompok yang ditampung lembaga tertentu seperti panti

asuhan, lembaga masyarakat, panti jompo.

d.Masyarakat

1) Masyarakan binaan puskesmas.

2) Masyarakat pedesaan.

3) Masyarakat nelayan.

4) Masyarakat yang terkena wabah.

5. Materi/Pesan Penyuluhan

Menurut (Fitriani, 2011) Materi atau pesan dari penyuluhan yang

disampaikan hendaknya memenuhi persyaratan berikut:

a. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

b.Materi tidak sulit dan mudah dipahami.

c. Menggunakan alat peraga.

d.Materi sesuai kebutuhan.

6. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan

a. Faktor penyuluh

1) Persiapan

11
2) Penguasaan materi

3) Penampilan

4) Penggunaan Bahasa

5) Cara penyampaian

b. Faktor sasaran

1) Tingkat Pendidikan

2) Tingkat sosial ekonomi

3) Kepercayaan dan adat

4) Kondisi lingkungan

c. Faktor proses penyuluhan

1) Pilihan waktu

2) Tempat

3) Jumlah sasaran

4) Alat peraga (Media)

5) Metode (Fitriani, 2011).

7. Metode Penyuluhan

Menurut (Notoatmodjo, 2010) metode yang dapat dipergunakan

dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah:

a. Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok

sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

b. Metode Diskusi Kelompok

12
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20

peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah

ditunjuk.

c. Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap

anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah

yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan evaluasi atas

pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian.

d. Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan

pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang

atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

e. Metode Bermain peran

Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang

atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

f. Metode Demonstrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan

prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti

untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu

tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

13
g. Metode Simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2

sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling

berhubungan erat.

h. Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli

yang menguasai bidangnya.

8. Media Penyuluhan

a. Pengertian Media penyuluhan

Media adalah suatu alat peraga dalam promosi dibidang

kesehatan yang dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi

kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,

untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

(Kholid, 2014). Sedangkan menurut (Notoatmodjo, 2014), media

promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang tersedia yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,

elektronik (TV, radio, komputer, dan sebagainya) dan media luar

ruang, sehingga sasaran dapat meningkan pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah positif

atau lebih baik.

b. Macam-Macam Media/Alat Peraga

14
Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan

dapat memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui berbagai

macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat

mempunyai intensitas yang berbeda- beda didalam membantu

permasalahan seseorang

9. Tujuan Penggunaan Media

Notoatmodjo (2010), memberikan beberapa penjelasan bahwa

terdapat tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan didalam

pelaksanaan promosi kesehatan antara lain:

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c. Dapat menjelaskan informasi

d. Media dapat mempermudah pengertian

e. Mengurangi komunikasi yang verbalistic

f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata

g. Memperlancar komunikasi

h. Mempermudah penerima informasi oleh sasaran pendidikan

i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

B. Konsep ASI Eksklusif

1. Pengertian

15
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono,

2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja

atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010). ASI

eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa

pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air

teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,

bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono, 2014)

Pemberian makanan yang baik dan tepat pada bayi sejak lahir

hingga usia dua (2) tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk

mencapai kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk

memenuhi hak bayi atas ASI. Pola pemberian makan pada bayi lahir

sampai 2 tahun yang di rekomendasikan dalam Global Strategy on Infant

and Child Feeding adalah sebagai berikut: (1) Inisiasi Menyusu Dini, (2)

Menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, (3) MP-ASI diberikan mulai

bayi berumur 6 bulan; dan (4) tetap menyusui hingga anak berusia 24

bulan atau lebih (Kemenkes RI, 2014).

Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi,

imunitas dan memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi. Tidak ada susu buatan (Susu Formula) yang

dapat menyamai ASI baik dalam hal kandungan nutrisi, faktor

16
pertumbuhan, hormon dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi

hanya bisa didapatkan dari ASI. (Kemenkes RI, 2014).

2. Komposisi ASI

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor

yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan

nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi adalah

kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati, 2015).

a. Kolostrom

Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara,

mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat

dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan

sesudah masa puerperium. Kolostrom keluar pada hari pertama

sampai hari keempat pasca persalinan. Cairan ini mempunyai

viskositas kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan.

Cairan kolostrom mengandung tinggi protein, mineral garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi

dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah

lemak dan laktosa. Protein utamanya adalah immunoglobulin

(IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi untuk mencegah dan

menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume kolostrom

antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit

volumenya, tetapi volume tersebut mendekati kapasitas lambung

bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrom berfungsi sebagai

17
pencahar ideal yang dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak

terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan kondisi

saluran pencernaan agar siap menerima makanan yang akan

datang (Nugroho, 2011).

b. ASI Peralihan

Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI

matur.ASI peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.

Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan warna dan

komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun, sedangkan

kadar

c. Matur

ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai

seterusnya. Komposisi relative konstan (adapula yang

menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada

minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal

bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau

pada 5 menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih

encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa,

gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011).

3. Manfaat ASI

Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,

keluarga, masyarakat, dan Negara (Prasetyo, 2010). ASI mengandung

kolostrom yaitu zat kekebalan teutama IgA yang bermanfaat untuk

18
melindungi bayi dari berbagai penyakit dan infeksi. Kolostromnya

mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak

rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada hari-hari pertama

kelahiran (Haryono, 2014).

ASI membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi), membantu

pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi melalui interaksi dan

kontak langsung antara ibu dan bayi. Ibu yang berhasil menyusui

bayinya secara eksklusif akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan

yang mendalam (Haryono, 2014). ASI juga meningkatkan jalinan kasih

sayang (bonding) ibu dan bayi (Maryunani, 2010). ASI dapat

meningkatkan kecerdasan bayi (Haryono, 2014). Memberikan ASI

sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan awal langkah untuk

membangun manusia Indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan

(Fikawati, 2015). ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Maryunani, 2010).

Kandungan gizi nya yang sesuai kebutuhan bayi menjadikan ASI dapat

mencegah maloklusi / kerusakan gigi (Fikawati, 2015).

ASI selalu bersih dan bebas kontaminasi (Haryono, 2014). Lain

halnya dengan pemberian susu formula pada bayi, harus mempersiapkan,

membersihkan botol dan meracik dalam botol. ASI selalu berada pada

suhu yang tepat yaitu mengikuti suhu tubuh ibu antara 37-39 0C, ASI

dapat diberikan secara on demand tergantung kebutuhan dan permintaan

bayi.ASI tidak menyebabkan alergi dan menurunkan risiko kematian

19
neonatal. Pemberian ASI eksklusif pada bayi akan mencegah anak sering

sakit. Anak sakit akan menambah pengeluaran keluarga untuk

membawanya ke pelayanan kesehatan. Pemberian ASI eksklusif

merupakan upaya promotif dan preventif dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat. Program pemberian ASI eksklusif perlu

menjadi agenda utama yang harus didukung karena dapat menghemat

biaya kesehatan secara signifikan (Fikawati, 2015).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi

pada kelenjar payudara. (Haryono, 2014). Beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi ASI antara lain:

a. Frekuensi penyusuan.

Penyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari

pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini

berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar

payudara (Nugroho, 2011).

b. Berat lahir

Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk

mengisap, frekuensi dan lamanya penyusuan yang kemudian

akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin

dalam memproduksi ASI (Nugroho, 2011).

c. Umur kehamilan saat melahirkan

20
Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir

tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi

prematur disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ (Nugroho, 2011).

d. Dukungan suami dan keluarga lain

Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan

ibu menjadi bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih

menyayangi bayinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi

pengeluaran ASI lebih banyak (Haryono, 2014).

e. Perawatan payudara

Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan

masuk 7-8 bulan. Payudara yang terawatt baik akan

mempengaruhi produksi ASI lebih banyak sehingga cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Perawatan payudara yang baik juga

akan membuat puting tidak mudah lecet ketika diisap bayi. Pada

masa 6 minggu terakhir masa kehamilan perlu dilakukan

pengurutan payudara. Pengurutan payudara akan menghambat

terjadinya penyumbatan pada duktus laktiferus sehingga ASI

akan keluar dengan lancer (Haryono, 2014).

f. Jenis persalinan

21
Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui

bayinya setelah melahirkan.ASI sudah keluar pada hari pertama

persalinan. Sedangkan pada persalinan sectio caesaria (sesar)

seringkali ibu merasa kesulitan menyusui segera setelah lahir,

terutama pada ibu yang diberikan anestesi (bius) umum. Ibu

relative tidak bisa menyusui bayinya pada satu jam pertama

setelah melahirkan. Kondisi luka operasi di perut ibu juga dapat

menghambat proses menyusui (Haryono, 2014)

g. Rawat gabung

Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan

meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI

lebih sering sehingga timbul refleks oksitosin yang akan

merangsang refleks prolaktin untuk memproduksi ASI kembali.

Selain itu refleks oksitosin juga akan membantu proses fisiologis

involusi rahim yaitu proses pengembalian ukuran rahim seperti

sebelum hamil (Haryono, 2014)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

dibedakan menjadi tiga yaitu faktor pemudah (predisposing factors),

faktor pendukung (enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing

factors) (Haryono, 2014).

a. Faktor pemudah (predisposing factors)

22
1) Pendidikan

Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk

ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang

didapatkan akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

dimiliki akan membentuk keyakinan untuk berperilaku. Ibu

dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu

ide baru dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan

rendah. Sehingga informasi dan promosi tentang ASI akan

lebih mudah diterima dan dilaksanakan (Haryono, 2014).

Hasil penelitian oleh (Astuti, 2013) menyebutkan bahwa ada

hubungan antara pendidikan dan pemberian ASI eksklusif.

Tingkat pendidikan dapat mendasari sikap ibu dalam

menyerap dan merubah sistem informasi tentang ASI.

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi.

Informasi bisa berasal dari pendidikan formal maupun non

formal, percakapan, membaca, mendengarkan radio,

menonton televisi dan pengalaman hidup. Contoh

pengalaman hidup yaitu pengalaman menyusui anak

sebelumnya (Haryono, 2014). Penelitian yang dilakukan

pada ibu-ibu di komunitas Gbarantoru, Nigeria secara

signifikan menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif

23
pada anak (Peterside, 2013). Pengetahuan Ibu yang kurang

tentang ASI eksklusif menyebabkan gagalnya pemberian

ASI eksklusif. Pengetahuan yang dimiliki ibu umumnya

sebatas pada tingkat “tahu bahwa” sehingga tidak begitu

mendalam dan tidak memiliki ketrampilan untuk

mempraktekkannya. Jika pengetahuan ibu lebih luas dan

mempunyai pengalaman tentang ASI eksklusif baik yang

dialami sendiri maupun dilihat dari teman, tetangga atau

keluarga maka ibu akan lebih terinspirasi untuk

mempraktekkannya. Pengalaman dan pendidikan wanita

semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dalam kaitannya

dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang

dalam keluarga atau lingkungan sosialnya secara teratur

mempunyai kebiasaan menyusui / sering melihat wanita

yang menyusui bayinya secara teratur akan mempunyai

pandangan yang positif tentang pemberian ASI.

3) Pengalaman Menyusui

Penelitian yang dilakukan oleh (Febriana, 2014)

menunjukkan bahwa pengalaman menyusui merupakan

faktor dominan yang berhubungan dengan self-efficacy

menyusui. Pengalaman melihat orang lain menyusui

mempengaruhi minat wanita dalam menyusui. Wanita yang

tidak pernah menyusui namun pernah melihat orang lain

24
menyusui lebih berminat untuk menyusui anaknya

dibandingkan wanita yang tidak pernah melihat orang

menyusui (Hoddinot, 2010)

b. Faktor Pendukung (enabling factors)

1) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang

diperoleh suami dan istri dari berbagai kegiatan ekonomi

sehari-hari, misalnya gaji. Pendapatan tinggi memungkinkan

keluarga cukup pangan sehingga makanan yang dikonsumsi

ibu memiliki kandungan gizi yang baik. Konsumsi makanan

dengan kandungan gizi baik akanmenghasilkan ASI dengan

kualitas baik (Haryono, 2014).

2) Ketersediaan waktu

Ketersediaan waktu ibu untuk menyusui bayinya

secara eksklusif berkaitan erat dengan status pekerjaannya

banyak ibu yang berhenti menyusui dengan alasan ibu

kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai. Padahal

bagi ibu bekerja, ASI dapat diperah setiap 3-4 jam sekali

untuk disimpan dalam lemari pendingin (Haryono, 2014).

25
3) Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu sangat mempengaruhi

proses pemberian ASI eksklusif pada bayi. Ibu yang

mempunyai penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis

B) dan penyakit pada payudara (kanker payudara, kelainan

puting susu) tidak boleh ataupun tidak bisa menyusui

bayinya (Haryono, 2014).

c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)

1) Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga yaitu suami, orang tua dan

saudara lain sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui.

Karena dukungan keluarga berdampak pada kondisi emosi

ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI. Ibu yang

kurang mendapatkan dukungan menyusui dari keluarga

akan menurunkan pemberian ASI (Haryono, 2014). Peranan

orang tua adalah faktor yang paling dominan terhadap

pemberian ASI eksklusif (Astuti, 2013)

2) Dukungan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang professional akan menjadi

faktor pendukung ibu dalam memberikan ASI. Dukungan

tenaga kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada ibu untuk

memberikan ASI kepada bayinya akan menentukan

keberlanjutan pemberian ASI (Haryono, 2014)

26
C. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui

berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan

bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya

(Mubarak, 2011). Sedangkan menurut (Notoatmodjo, 2012),

pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia

didapat melalui mata dan telinga. Berdasarkan beberapa pendapat

diatas, dapat disimpulkan pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang

ditangkap melalui pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan.

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu

materi yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk

27
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari

antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan

suatu materi secara benar. Misalnya, seorang siswa mampu

menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni bullying verbal,

fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan

misalnya: apa dampak yang ditimbulkan jika seseorang

melakukan bullying, apa saja bentuk perilaku bullying,

bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk

menjelaskan dan menginterpretasikan materi yang diketahui

secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu materi atau

objek harus dapat menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan,

dan sebagainya. Misalnya siswa mampu memahami bentuk

perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi harus dapat

menjelaskan mengapa perilaku bullying secara verbal, fisik

maupun psikologis dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah

memahami suatu materi atau objek dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

28
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses penyuluhan

kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan

penyuluhan kesehatan dimana saja dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu

sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat

analisis, apabila orang tersebut telah dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya, dapat

membedakan antara bullying dan school bullying, dapat

membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek

tertentu ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat

meringkas suatu cerita dengan menggunakan bahasa sendiri,

29
dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca atau

didengar.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objekter tentu.

Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Misalnya, seorang guru dapat menilai atau menentukan siswanya

yang rajin atau tidak, seorang ibu yang dapat menilai manfaat

ikut keluarga berencana, seorang bidan yang membandingkan

antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi,

dan sebagainya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. (Fitriani, 2015) berpendapat bahwa faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan

tinggi seseorang akan mendapatkan informasi baik dari orang lain

30
maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh pada pendidikan

non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang terhadap objek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui

akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut.

b. Media massa/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka

pendek (immediate impact), sehingga menghasilkan perubahan

dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi

menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru.

Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

penyuluhan, dan lain-lain pempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

c. Sosial budaya dan ekonomi kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan itu baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk

31
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut

terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon

sebagai pengetahuan.

e. Pengalaman pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman

pribadi ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu

pengetahuan.

f. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan

daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh

akan semakin banyak.

D. Konsep Sikap

1. Pengertian Sikap

Seorang individu sangat erat hubungannya dengan sikapnya

masing-masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering

diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan individu untuk

memberikan tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap dijelaskan

oleh (Saifudin Azwar, 2010) sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau

32
respon yang muncul dari seseorang individu terhadap objek yang

kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut

dengan cara-cara tertentu.

2. Faktor-faktor pembentuk Sikap

Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan.

Sikap manusia terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama

hidupnya, dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman.

Proses tersebut dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi

hubungan timbalbalik antara individu dan sekitarnya

Adanya interaksi dan hubungan tersebut kemudian

membentuk pola sikap individu dengan sekitarnya. (Saifudin Azwar,

2010) menguraikan faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang

kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama,

pengaruh faktor emosional.

3. Komponen Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek,

mempunyai struktur yang terdiri dari beberapa komponen. (Saifudin

Azwar, 2010) menjelaskan komponen dalam struktur sikapyaitu:

a. Komponen kognitif, yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman

seorang individu pada suatu objek melalui proses melihat,

33
mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan pemahaman

yang terbentuk memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai objek tersebut.

b. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan

dengan permasalahan emosional subjektif individu terhadap

sesuatu.

c. Komponen perilaku atau konatif, yaitu kecenderungan

berperilaku seorang individu terhadap objek yang

dihadapinya. Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif

atau positif. Untuk mengetahui arah sikap manusia dapat

dilihat dari komponen-komponen sikap yang muncul dari

seorang individu.

BAB III

34
KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Pre Proses Post

Pengetahuan dan Pengetahuan dan


sikap ibu tentang ASI Penyuluhan sikap ibu tentang ASI
ekslusif pada ibu ASI Ekslusif ekslusif pada ibu
menyusui sebelum menyusui sesudah
dilakukan penyuluhan dilakukan penyuluhan
ASI eklusif ASI eklusif

Gambar 3:1 Kerangka konsep pengaruh penyuluhan ASI ekslusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu ASI ekslusif pada ibu menyusui di Puskesmas

Ranotana Weru.

B. HIPOTESIS

1. Ho: Tidak terdapat pengaruh penyuluhan ASI ekslusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu menyusui di

Puskesmas Ranotana Weru.

2. Ha: Terdapat pengaruh penyuluhan ASI ekslusif terhadap pengetahuan

dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu menyusui di Puskesmas

Ranotana Weru.

C. Definisi Operasional

35
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
Penyuluh Pemberian SAP - -
an ASI informasi
Ekslusif kesehatan yang
berisi konten
tentang ASI
Ekslusif

Pengetah Kemampuan Kuesioner Ordinal Pengetahuan Baik:


uan kognitif yang Jika skor ≥ nilai
tentang dimiliki seorang median
ASI ibu mengenai ASI Pengetahuan
ekslusif eksklusif diukur Kurang: jika skor <
dari kemampuan nilai median
ibu menjawab
pernyataan
mengenai ASI
eksklusif

Sikap Kecenderungan Kuesioner Ordinal Baik: Jika skor ≥


tentang yang dipelajari nilai median
ASI untuk bertingkah Kurang: jika skor <
ekslusif laku secara nilai median
konsisten terhadap
seseorang,
sekelompok orang,
suatu objek.

BAB IV

METODE PENELITIAN

36
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan one group pretest-postest yaitu

penelitian yang melihat pengaruh perlakuan yang diberikan kepada satu

kelompok subjek, kelompok subjek tersebut diobservasi sebelum

diberikan perlakuan atau intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

diberikan intervensi atau perlakuan (Sugiyono, 2010). Intervensi pada

respon hanya pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektif perlakuan

dinilai dengan cara membandingkan nilai pre test dengan pos test.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus sampai

oktober 2020.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ronotana Weru.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal

di Puskesmas Ranotana Weru. Berdasarkan data yang di dapat dari

Puskesmas Ranotana Weru, maka jumlah sampel yang di ambil

sebanyak 20 orang.

2. Sampel

37
Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 ibu.

3. Tahap pelaksanaan

Setelah mendapatkan surat pengantar untuk lahan penelitian

dari Dekan Fakultas Keperawatan selanjutnya peneliti terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan (izin) dari tempat penelitian dalam

hal ini dari Kepala Puskemas, kemudian peneliti menyampaikan

maksud dan tujuan penelitian ini kepada. Kepala Puskesmas untuk

diketahui. Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan serta kerahasiaan data dengan jujur

dan lengkap sehingga peneliti memperoleh data-data yang lebih

akurat. Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan data

kemudian dilakukan pengolahan data.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun

dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif

maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Dalam pengumpulan data

pada penelitian digunakan alat berupa satuan acuan penyuluhan dan

lembaran kuesioner yang diberikan pada responden yang memenuhi

kriteria. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang dimana kuesioner ini digunakan oleh (Nur

Rahman, 2017) dan telah dilakukan uji validitas oleh peneliti

sebelumnya, pada variabel independent yaitu pengetahuan ASI ekslusif

38
yang terdiri dari 20 item pernyataan menggunakan skala ukur berskala

guttman Ya dan Tidak dengan kriteria yaitu pengetahuan baik: jika skor ≥

nilai median dan pengetahuan kurang: jika skor < nilai median. Pada

variabel dependent untuk kuesioner ini digunakan oleh (Nur Rahman,

2017) dan telah dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya dan

pada kuesioner tentang sikap ASI ekslusif ini memiliki 10 poin

pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dengan Ya dan Tidak

dan dengan hasil kriteria baik: jika skor ≥ nilai median kurang: jika skor

< nilai median.

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi dilakukan untuk

melihat gambaran distribusi responden berdasarkan penyuluhan asi

eksklusif terhadap penegetahuan dan sikap tentang ASI eksklusif ibu

menyusui

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga ada hubungan atau korelasi (Notoadmodjo,

2010). Analisis bivariat ini berfungsi mengetahui pengaruh

penyuluhan ASI ekslusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang

ASI ekslusif ibu menyusui. Uji statistika yang akan digunakan adalah

uji t atau t test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara

masing – masing variable dan uji t atau t test yang digunakan adalah

39
paired-sampel t-test. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 (nilai Alpha) berarti

Ho diterima atau tidak ada pengaruh penyuluhan ASI ekslusif

terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu

menyusui. Jika nilai signifikansi < 0,05 (nilai Alpha) berarti Ho

ditolak atau ada pengaruh penyuluhan ASI ekslusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI ekslusif pada ibu menyusui

F. Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang mengunakan objek manusia,

peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian, meliputi:

1. Informend concent (lembar persetujuan penelitian)

Informasi harus di berikan secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan di laksanakan, subjek mempunyai hak untuk

bebas menolak atau berpartisipasi menjadi responden.

2. Confidential (kerahasiaan)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, maka nama subjek tidak

di cantumkan pada lembar kuesioner yang di teliti dan hanya beri

kode tertentu.

3. Annonimity (tanpa nama)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden di

jamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan di

sajikan atau di laporkan pada hasil penelitian.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, 2010, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: CV. Trans Info Media.

Astuti, D.E. (2013). Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang pada Ibu Rumah
Tangga di Kota Samarinda.ejournal psikologi,1(2),148-156.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bappenas; UNICEF. (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di


Indonesia.Jakarta: Bappenas dan UNICEF.

Dinas Kesehatan Sulut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2016. Manado:
Dinkes Sulut; 2013. Di akses pada 9 september 2020
http://dinkes.sulutprov.go.id/wp-content/uploads/2016/11/Buku-Profil-
Kesehatan-Sulut-2016.pdf.

Fikawati, S.,dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers

Fitriani, Sinta. 2011.Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Haryono R danSetianingsih S. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes
RI. Diakses pada tanggal 9 September 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu

Notoatmodjo S. 2010b. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. 2014. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

41
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan


PaenyakitDalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Nursalam, (2013) Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Notoatmodjo, (2012). Metologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:
Graha Ilmu

WHO. Sustainable Development Global solutions Network (SDGs). Jakarta: United


Nation; 2015

Waryana. 2016. Promosi Kesehatan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Yogyakarta: Nuha Medika.

42
FORMULIR PENJELASAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Pengaruh Penyuluhan ASI Ekslusif Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Ibu tentang ASI Ekslusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas

Ranotana Weru

Nama Peneliti : Deliyanti S. Maanana

Saya adalah mahasiswa program studi keperawatan Universitas Pembangunan


Indonesia. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di fakultas keperawatan UNPI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pengaruh Penyuluhan ASI Ekslusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang ASI
Ekslusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas Ranotana Weru
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan saudara untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan saudara untuk
mengisi lembar persetujuan ini dengan jujur dan apa adanya. Peneliti menjamin
identitas dan kerahasiaan jawaban yang saudara berikan dan hanya untuk kepentingan
penelitian. Saudara bebas untuk menanyakan apapun tentang penelitian ini.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara tidak bersedia
menjadi responden, maka peneliti akan menghargai dan tidak akan memaksa saudara.
Sebagai tanda kesediaan saudara, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan
ini.
Manado, Agustus 2020

Peneliti Responden

Deliyanti S. Maanana

43
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Responden :

Tanggal :

Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia/tidak bersedia untuk

ikut dalam penelitian mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Pembangunan Indonesia (UNPI) Manado.

Nama : Deliyanti S. Maanana

Nim : 1614201168

Judul : Pengaruh Penyuluhan ASI Ekslusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu

tentang ASI Ekslusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas Ranotana Weru

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari

pihak manapun untuk dipergunakan bila perlu

Manado, Agustus 2020

Peneliti Responden

44
Deliyanti S. Maanana

DATA IDENTITAS RESPONDEN

I. Karakteristik Responden

1. Kode Responden :
2. Umur Ibu :
3. Nama anak :
4. Tanggal lahir anak :
5. Anak ke :
6. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana

7. Status bekerja ibu :


a. PNS
b. Wiraswasta
c. Petani
d. Buruh
e. Tidak bekerja / IRT

45
LEMBAR KUISEONER

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan

yang menggambarkan tentang pengetahuan ibu tentang ASI. Berilah

tanda checklist (√) pada kotrak yang disediakan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 ASI diberikan segera setelah bayi lahir.    
ASI pertama kali keluar, berwarna kekuning-kuningan dan
2
kental harus diberikan pada bayi.    
Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan kental harus
3
dibuang.    
Makanan pendamping diberikan pada bayi usia 6 bulan ke
4
atas.    
ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan
5
tambahan lain sampai bayi berusia 6 bulan.    
ASI diberikan pada bayi di manapun dan kapanpun saat bayi
6
membutuhkan.    
Semakin banyak bayi menghisap ASI, maka semakin banyak
7
pula produksi ASI    
8 ASI harus tetap diberikan ketika ibu bekerja.    
Bayi dapat mengalami diare ketika diberi makanan tambahan
9
sebelum usia 6 bulan.    
10 Ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan selama menyusui    
11 Menyusui harus dilakukan dengan perasaan senang    
12 Ketika bayi sakit, ASI harus tetap diberikan    
Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
13
selama menyusui.    
Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih
14
sayang antara ibu dan anak    
15 Menyusui menyebabkan penampilan ibu tidak menarik lagi    
Memberi ASI eksklusif saja menyebabkan bayi kekurangan
16
gizi    
ASI merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi karena
17
sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.    

46
18 Memberikan ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi.    
19 Menyusui secara ekslusif dapat menunda kehamilan.    
20 Memberi ASI sangat merepotkan    

LEMBAR KUISEONER

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan

yang menggambarkan tentang sikap ibu terhadap pemberian ASI Berilah

tanda checklist (√) pada kotrak yang disediakan

No Pertanyaan Ya Tidak
Bayi diberi ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai
1
usia 6 bulan.
   
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya akan
2
menunjang pemberian ASI pada anak berikutnya
   
Pertumbuhan bayi akan terganggu apabila hanya diberi ASI
3
saja sampai berumur 6 bulan
   
4 ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak
   
5 Menyusui secara eksklusif sangat merepotkan ibu.
   
Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan daya tahan
6
tubuh bayi
   
Menyusui secara eksklusif dapat memberikan nutrisi yang
7
cukup bagi bayi
   
8 Menyusui lebih praktis dan tidak merepotkan
   
9 Menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu
   
10 Susu formula lebih praktis dari ASI
   

47
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Pemberian ASI Ekslusif

Tempat : Rumah Warga

Hari/ Tanggal :-

Waktu : 30 menit

I. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI Ekslusif diharapkan masyarakat


mengerti dan memahami hal-hal mengenai tentang pemberian ASI Ekslusif
menambah akan pengetahuan dan sikap masyarakat terlebih khusus pada ibu yang
sedang menyusui.

II. TUJUAN KHUSUS


1. Mengerti dan memahami pengertian dari ASI Ekslusif
2. Mengerti dan memahami kompsisi dari ASI Ekslusif
3. Mengerti dan memahami manfaat dari ASI Ekslusif.
4. Mengerti dan memahami akan faktor – faktor yang mempengaruhi produksi
ASI Ekslusif
5. Mengerti dan memahami akan faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian
ASI Ekslusif
III.MATERI
(Terlampir):
1. Apa pengertian dari ASI Ekslusif.
2. Mengetahui akan kompsisi dari ASI Ekslusif
3. Apa manfaat dari ASI Ekslusif.

48
4. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ASI Ekslusif
5. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. MEDIA

Leaflet ASI Ekslusif

VI. SETTING TEMPAT

Rumah warga.

DENAH TEMPAT

Audien Audien Audien

VII. KEGIATAN

Tahap kegiatan Waktu Kegiatan perawat Kegiatan Media

49
Pendahuluan 5 menit Memperkenalkan diri Mendengarkan Kata-
kata /
Mempersiapkan diri Bertanya mengenai
kalimat
perkenalan dan tujuam
Menyatakan tentang
jika ada yang kurang
tujuan pokok
jelas
Menyajikan materi
Mendengarkan dengan
tentang :
seksama
- Apa pengertian
20 menit dari ASI Ekslusif.
Leaflet
Penyajian - Mengetahui akan
dan flip
kompsisi dari ASI
chart
Ekslusif
- Apa manfaat dari
ASI Ekslusif.
- Apa faktor – faktor
yang
mempengaruhi
produksi ASI
Ekslusif
- Apa faktor – faktor
yang
mempengaruhi
pemberian ASI
- Melakukan diskusi
(menjawab Bertanya mengenai
pertanyaan) hal-hal yang kurang
jelas dan belum
dimengerti

Sasaran dapat
menjelaskan kembali
point-point yang

50
VIII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Kesiapan materi.
3. Kesiapan SAP.
4. Kesiapan media: Leaflet
5. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
6. Penyelenggaraan dilaksanakan di Puskesmas Ranotana Weru
7. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya.
8. Evaluasi proses
9. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
10. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
11. Suasana penyuluhan tertib.

51

Anda mungkin juga menyukai