Anda di halaman 1dari 39

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An P.V DENGAN DIAGNOSA


FRAKTUR FEMUR DI RUANG IRINA A ATAS
RSUP Prof. R. D. KANDOU
MANADO

KELOMPOK I

1. Yosua A. Kaligis S.Kep


2. Jennifer Jocom S.Kep
3. Ahnes M.D Laloan S.Kep
4. Melisa Malonda, S. Kep
5. Eukharistia Mustafa, S.Kep
6. Elias Slarmanat S.Kep
7. Syulli Liunsanda, S.Kep
8. Ferawati Rompis, S.Kep
9. Gusti Subagia, S.Kep
10. Santy Assa, S.Kep
11. Marini Pelealu, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO 2021

LAPORAN PENDAHULUHAN

A. Definisi

Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari

tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses

biologis yang merusak (Kenneth, 2015). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas
2
batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh

dari ketinggian). Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga

fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak

disekitar tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak lengkap

(Astanti, 2017).

B. Klasifikasi

Menurut Sulistyaningsih (2016), berdasarkan ada tidaknya hubungan antar

tulang dibagi menjadi :

1. Fraktur Terbuka

Adalah patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan adanya

hubungan dengan dunia luar serta menjadikan adanya kemungkinan untuk

masuknya kuman atau bakteri ke dalam luka. Berdasarkan tingkat

keparahannya fraktur terbuka dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar

menurut klasifikasi (Gustillo dan Anderson, 2015) yaitu:

a. Derajat I

Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang ringan

disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka menyerong

pendek.

b. Derajat II

Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas, komponen

penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka terbuka melintang

sederhana dengan pemecahan minimal.

c. Derajat III

Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan struktur

neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energi tinggi dengan kehancuran

komponen tulang yang parah. (Kenneth et al., 2015).

2. Fraktur Tertutup

Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit sehingga


3
tidak ada kontak dengan dunia luar.Fraktur tertutup diklasifikasikan berdasarkan

tingkat kerusakan jaringan lunak dan mekanisme cidera tidak langsung dan cidera

langsung antara lain:

a. Derajat 0

Cidera akibat kekuatan yang tidak langsung dengan kerusakan jaringan lunak

yang tidak begitu berarti.

d. Derajat 1

Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi rendah sampai sedang

dengan abrasi superfisial atau memar pada jaringan lunak di permukaan situs

fraktur.

e. Derajat 2

Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin

dalam, kulit lecet terkontaminasi yang berkaitan dengan mekanisme energi sedang

hingga berat dan cidera tulang, sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.

f. Derajat 3

Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan

dan gangguan arteri atau terbentuk sindrom kompartemen(Kenneth et al.,

Menurut Purwanto (2016) berdasarkan garis frakturnya dibagi menjadi :

a) Fraktur Komplet

Yaitu fraktur dimana terjadi patahan diseluruh penampang tulang

biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

b) Fraktur Inkomplet

Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.

C. Etiologi

Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera, dan

melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis(Apleys & Solomon, 2018).

Menurut Purwanto (2016) penyebab terjadinya fraktur adalah :

1. Trauma langsung

Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur


4
2. Trauma tidak langsung

Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain,oleh karena itu

kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.

3. Kondisi patologis

Terjadi karena penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang)

D. Pathofisiologi

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di

kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah ke

dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya

mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur.

Sel-sel darah putih dan sel-sel anast berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran

darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang

baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru

mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah

atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak

ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan

kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan

peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia

mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini

dinamakan sindrom compartment (Brunner & Suddart, 2015).


5
E. Patway

Trauma langsung Trauma tidak


Kondisi patologis
langsung

Fraktur

Pergeseran fragmen
tulang

Diskontinuitas Timbul respon Tindakan


tulang stimulus nyeri OREF / ORIF

Pengeluaran
Pemasangan Luka Terbuka
histamin
Fraktur Fraktur platina/ fiksasi
terbuka tertutup eksternal Resiko
Infeksi
Reaksi
Laserasi Perawatan post op
Perubaha nosiseptor
kulit
n
fragmen
Putus Respon
tulang
vena/arteri reflek Gangguan fungsi
Spasme otot, protektif tulang Keluarga dan
Perdarah pada tulang
ruptur pasien cemas
an
vena/arteri terhadap kondisi
Nyeri Akut
Resiko syok Protein plasme Gangguan
hipovolemik darah mobilisasi
fisik Ansietas
Edema

Penekanan
pembuluh darah

Perfusi perifer tidak


efektif

Gambar 2.1Pathway Fraktur (Wijaya, 2015


F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut UT Southwestern Medical Center (2016)

adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas/perubahan bentuk, pemendekan

ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus akan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur bagian yang tidak dapat digunakan cenderung

bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa) membukanya tetap rigid

seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitas dapat

diketahui dengan membandingkan ekstermitas normal. Ekstermitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada

integritas tempat melengketnya otot

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen

sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm (1 sampai 2

inchi).

4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang

dinamakan krepitusakibat gesekan antara fragmen 1 dengan yang lainnya

(uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih

berat).

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah terjadi cidera.


H. Pemeriksaan Penunjang

Adapun beberapa periksaan penunjang yang dilakukan

untuk menegakkan diagnosa fraktur adalah sebagai berikut.

1. Pemeriksaan rontgen

Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

2. Scan tulang, scan CT/MRI:

Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3. Arteriogram :Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai

4. Hitung darah lengkap

HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

(pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna

pada sisi fraktur atau organ jauh pada mulltipel.

5. Kreatinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

6. Profil kagulasi

Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse

multiple, atau cidera hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016)

I. Penatalaksanaan

Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta

usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin,

2015) :

1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi

karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan
kuat pasien mengalami fraktur.

2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan

bersihkan perdarahan dengan cara di perban.

3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini

hanya boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah

untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.

4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan

dari kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang

tetap stabil.

5. Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.

6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post

operasi.

Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang

ke posisi semula(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan patah tulang atau imobilisasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2015).

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah :

1. Fraktur Terbuka

Adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh

bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden

period). Kuman belum terlalu jauh dilakukan : pembersihan luka, exici,

heacting situasi, antibiotic.

2. Fraktur tertutup

Penatalaksanaan fraktur tertutup yaitu dengan pembedahan, perlu

diperhatikan karena memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif

perioperatif yaitu Reduksi tertutup dengan memberikan traksi secara lanjut

dan counter traksi yaitu memanipulasi serta imobilisasi eksternal dengan


menggunakan gips. Reduksi tertutup yaitu dengan memberikan fiksasi

eksternal atau fiksasi perkuatan dengan K-wire.

3. Seluruh Fraktur

a. Rekoknisis/Pengenalan

Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan


selanjutnya.
b. Reduksi/ Manipulasi/Reposisi Upaya untuk memanipulasi fragmen
tulang supaya kembali secara optimal seperti semula. Dapat juga
diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen
tulang pada posisi kesejajarannya rotasfanatomis.
c. OREF(Open Reduction an`d External Fixation)

Penanganan intraoperative pada fraktur terbuka derajat III yaitu

dengan cara reduksi terbuka di ikuti fiksasi eksternalOREF sehingga

diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah

memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar

dalam masa penyembuhan fraktur. Penanganan pasca operasi yaitu

perawatan luka dan pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi,

pemberian radiologic serial, darah lengkap serta rehabilitasi berupa latihan-

latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan utama

penanganan fraktur bisa tercapai yaitu union (penyambungan tulang

kembali secara sempurna), sembuh secara otomatis (penampakan fisik

organ anggota gerak baik proporsional) dan sembuh secara fungsional

(tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).

d. ORIF(Open Reduction Internal Fixation)

ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan

internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk

mempertahankan posisi agar fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Modullary Nail

biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur

transfer.

e. Retensi/Imobilisasi

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga

kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur di reduksi, fragmen

tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan kesejajarannya yang benar

sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi

eksternal atau internal. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan gips,

bidai, traksi kontinu, dan teknik gips atau fiksator eksternal. Implant logam

dapat digunakan untuk fiksasi internal untuk imobilisasi fraktur.

f. Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan

imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (Misal

Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan ahli bedah

ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.

J. Komplikasi

Menurut Sulistyaningsih (2016) komplikasi fraktur post ORIF yaitu:

1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF,

nyeri yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.

2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat

proses pembedahan.

3. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala

nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat
kelelahan sistem muskuloskeletal.

4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem
tubuh, keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali
dirasaka
5.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An P.V DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR
FEMUR

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS
1. Nama : An P. V
2. Umur : 13 th 9 bln 18 hr
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status : Pelajar
5. Agama : Kristen Protestan
6. Suku/bangsa : Minahasa/ Indonesia
7. Bahasa : Indonesia/ Manado
8. Pendidikan : SMP
9. Pekerjaan : Tidak Bekerja
10. Alamat dan no. telp : Malalayang Timur 1 Lingkungan III. Kota Manado
11. No Rekam Medis : 00738267
12. Tanggal MRS : 28/03/2021

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama :
Nyeri paha kanan.
P :
- Apa penyebabnya
Pasien mengatakan ia terjatuh di pantai saat bermain
- Hal – hal yang dapat memperbaiki keadaan:
Pasien di berikan injeksi Ranitidine, Ketorolac, Ceftriaxone untuk
meredahkan nyeri.
Q :
- Bagimana yang di rasakan
Nyeri seperti di tusuk tusuk
- Bagimana dilihat
Pasien tampak lemas dan meringis jika terjadi pergerakan area paha
R :
- Dimana lokasi?
Bagian paha kanan
- Apakah menyebar?
Nyeri yang di rasakan tidak menyebar
S : 5 (Nyeri sedang) menggunakan Numerical rating scales
T : Nyeri yang dirasakan bisa datang sewaktu-waktu jika kaki yang patah
disentuh, bergerak, terangkat

2. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien mengatakan terjatuh saat bermain di pantai dan di bawah ke IGD 28 Maret

2021 dan di bawah di ruangan. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri

paha bagian kanan.

3. Riwayat penyakit dahulu :

Pada saat di kaji pasien tidak pernah mengalami kejadian fraktur sebelumnya dan

tidak pernah mengalami permbedahan atau perbaikan sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga :

Pada saat di kaji pada keluarga tidak ada penyakit yang bersifat menular dalam

keluarga seperti tuberkulosis atau covid 19.

5. Susunan keluarga (genogram) :

Keterangan
Perempuan
Pria
Garis keturunan
Meninggal Dunia
Pasien
Tinggal serumah
6. Riwayat alergi :
Pada saat di kaji pasien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan minuman atau benda.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan & Sakitnya)
Pada saat di kaji pasien mengatakan bahwa merasa takut atau gelisa jika mengalami
akan kecatatan atau tidak bisa berjalan lagi dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya
2. Pola Aktivitas Dan Latihan
a. Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi √ √
Berpakaian/berdandan √ √
Eliminasi/toileting √ √
Mobilitas di tempat tidur √ √
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan rumah √ √
Skor
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain & alat
4 = tergantung/tidak mampu
Alat bantu : ( ) tidak ( ) kruk ( ) tongkat
( √) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi roda

b. Kebersihan diri
Di rumah
Mandi :2 - 3 ¿ /hr
Gosok gigi :2 ¿ /hr
Keramas : 2 ¿ /mggu
Potong kuku : .1-2 ¿ /bln
Di rumah sakit
Mandi : belum mandi
Gosok gigi : belum gosok gigi
Keramas : belum ¿ /mgg
Potong kuku : tidak ¿ /mgg
c. Aktivitas sehari-hari
Waktu sebelum masuk rumah sakit aktivitas, mengikuti latihan Taekwondo, sekolah
d. Rekreasi
............................................................................................................................................
e. Olahraga : ( ) tidak ( √) ya
Pada saat di kaji pasien melakukan olahraga seperti taekwondo

3. Pola Istirahat Dan Tidur


Di rumah
Waktu tidur : Siang
Malam 21.00 – 06.00 jam
Di rumah sakit
Waktu tidur :Siang
Malam jam 22.00.-07.00
Jumlah jam tidur :9 jam
Jumlah jam tidur : 9 jam
Masalah di RS : ( √ ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk
( ) insomnia ( ) Lainnya,
4. Pola Nutrisi – Metabolik
a. Pola makan
Di rumah
Frekuensi : 3-4 kali
Jenis : nasi, sayur,buah
Porsi : dihabiskan
Pantangan : -
Makanan disukai : Nasi goreng
Di rumah sakit
Frekuensi : 2 – 3 kali
Jenis : bubur, buah
Porsi : sebagian di habiskan
Diit khusus : TKTP
Nafsu makan di RS : ( √) normal ( ) bertambah ( ) berkurang
( ) mual ( ) muntah, .............. cc ( ) stomatitis
Kesulitan menelan : ( √) tidak ( ) ya
Gigi palsu : ( √ ) tidak ( ) ya
NG tube : ( √ ) tidak ( ) ya
b. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : 8 – 9 gelas
Jenis : Air putih, susu.
Jumlah : 1500- 2000 cc
Pantangan : tidak ada
Minuman disukai :-
Di rumah sakit
Frekuensi :
Jenis :
Jumlah :
5. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Di rumah
Frekuensi : 1 x/hr
Konsistensi : lembek
Warna :kuning , kecokelatan
Di rumah sakit
Frekuensi : belum BAB
Konsistensi : .-
Warna : ( ) kuning
( ) bercampur darah
( ) lainnya, ..............
Masalah di RS : ( = ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen
Kolostomi : ( = ) tidak ( ) ya

b. Buang air kecil


Di rumah
Frekuensi : 5- 6 x/hri
Konsistensi : .
Warna : jernih
Di rumah sakit
Frekuensi : 1 x/hri
Konsistensi :
Warna : Kuning
Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria
( ) retensi ( ) inkontinen
Kolostomi : ( =) tidak ( ) ya, kateter ........................... produksi : ..................
cc/hari
6. Pola Kognitif Perseptual
Berbicara : ( √ ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas
Bahasa sehari-hari : ( √ ) Indonesia ( ) Jawa ( √) lainnya, Manado
Kemampuan membaca : ( √ ) bisa ( ) tidak
Tingkat ansietas : ( ) ringan ( √ ) sedang ( ) berat ( ) panik
Sebab, pasien mengatakan gelisah dan cemas akan kaki nya
setelah di operasi.
Kemampuan interaksi :( √) sesuai ( )
tidak, ...................................................................
Vertigo :( √ ) tidak ( ) ya
Nyeri :( ) tidak ( √ ) ya
Bila ya, P :
- Apa penyebabnya
Pasien mengatakan ia terjatuh di pantai saat bermain
- Hal – hal yang dapat memperbaiki keadaan:
Pasien di berikan injeksi Ranitidine, Ketorolac, Ceftriaxone
untuk meredahkan nyeri.
Q :
- Bagimana yang di rasakan
Nyeri seperti di tusuk tusuk
- Bagimana dilihat
Pasien tampak lemas dan meringis jika terjadi pergerakan area
paha
R :
- Dimana lokasi?
Bagian paha kanan
- Apakah menyebar?
Nyeri yang di rasakan tidak menyebar
S : 5 (Nyeri sedang) menggunakan Numerical rating scales
T : Nyeri yang dirasakan bisa datang sewaktu-waktu jika kaki
yang patah disentuh, bergerak, terangkat
7. Pola Konsep Diri
Pada saat di kaji timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah
8. Pola Koping
- Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)
Keluarga merasa tidak ada masalah dalam pembiayaan, hanya berharap untuk yang terbaik
diberikan di anaknya
- Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
- Kemampuan adaptasi
Mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar
9. Pola Seksual – Reproduksi
Menstruasi terakhir : 8 Maret 2021
Masalah menstruasi : Tidak ada
Pap smear terakhir : Tidak pernah melakukan
Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya ( √ ) tidak
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : tidak ada.
10. Pola Peran – Hubungan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Kualitas bekerja : -
Hubungan dengan orang lain : baik mampu bersosialisasi
Sistem pendukung : ( ) pasangan ( √) teman ( ) tidak ada
( ) lainnya,kelaurga
Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : Tidak ada, keluarga menerima baik
perawatan yang di berikan
11. Pola Nilai – Kepercayaan
Agama : Kristen Protestan
Pelaksanaan ibadah : Mengikuti ibadah yang di laksanakan pihak rumah
sakit, dan ada kunjungan dari pihak keluarga dalam
beribadah
Pantangan agama : (√ ) tidak ( )
ya, ................................................................
Meminta kunjungan rohaniawan : ( √) tidak ( ) ya
IV. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)
1. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36.9 °C lokasi : Temporal
b. Nadi : 107 ¿ /menit irama : Reguler pulsasi :
teraba
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg lokasi :
d. Frekuensi nafas : 24. ¿ /menit irama : regio antebrachii
e. Tinggi badan : .153 cm
f. Berat badan : SMRS 50 kg MRS 50 kg
2. Sistem Pernafasan (Breath)
Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada jejas, tidak
ada benjolan, tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan, suara sonor kiri dan kanan.
Ferkuensi pernafasan 18 x/mnt, tidak ada suara tambahan
3. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Tidak ada nyeri dada, tidak pucat, irama reguler, S1 S2 tunggal regular, tidak terdapat
suara murmur. Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/mnt, CRT < 3 detk
4. Sistem Persarafan (Brain)
Kesadaran composmentis,
5. Sistem Perkemihan (Bladder)
BAK 1 kali, warna kuning, tidak ada nyeri saat BAK, pancaran urine lemah
6. Sistem Pencernaan (Bowel)
Napsu makan baik, tidak mual, tidak muntah, tidak ada nyeri telan, tidak ada nyeri
epigastrium, nyeri perut tidak ada, BAB kurang 1 x/hari, Bentuk datar, simetris
7. Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Patah di paha kanan, fiksasi di paha kanan.
8. Sistem Integumen
Akral dingin, tugor kulit cukup, bibir mukosa lembab
9. Sistem Penginderaan
Mata
Fungsi normal, simetris kiri dan kanan, tida anemsi,sclera tidak ikterik
Hidung
Fungsi normal, tidak ada pembesaran polip, tidak ada secret, tidak ada gumpalan
darah.
Telinga
Fungsi normal, tidak ada kelainan dalam pendengaran, tidak ada perdarahan
10. Sistem Reproduksi Dan Genetalia
Tidak ada nyeri BAK,BAB,
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan


Leukosit 18.1 4.0-10.0 10ṏ3/uL
Eritrosit 4.25 4.70-6.10 10ṏ6/uL
Hemoglobin 12.2 13.0- 16.5 g/dl
Hematokrit 33.6 39.0-51.0 %

2. Photo rontgen
Photo Femur Dextra
3. Lain-lain
Swab Antigen Poli Covid 19 : Hasil Non Reaktif
VI. TERAPI
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Frekuensi
Ceftriaxone IV 1 gram Per 12 jam
Ketorolac IV 30 gram Per 8 jam
Ranitidine IV 50gram Per 12 jam
Nacl 0.9% IV 20 gtt/m Per 8 jam

Manado, ....................
.
Mahasiswa

(...............................)
ANALISA DATA

Nam klien : An. P.V


Umur :13 thn
Ruangan/kamar : : A9 Bad 8

No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


DS : Pasien mengatakan nyeri di
bagian paha
P : Nyeri di paha
Q: Seperti di tusuk tusuk
Pengeluaran histamin
R : Paha Kanan, tidak menyebar
S:5
Respon reflek
T : Hanya datang ketika ada protektif pada tulang
pergerakan di bagian paha kanan
Nyeri Akut
DO Reaksi nosiseptor

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Timbul respon
stimulus nyeri
waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat (107 x/mnt)

DS : Pasien mengatakan Nyeri Tindakan ORIF / ORIF Gangguan Mobilitas


saat bergerak, Enggan Fisik
melakukan pergerakan, Merasa
Perawatan post op
cemas saat bergerak

DO: Pasien tampak Pemasangan platina/


fiksasi eksternal
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak Gangguan fungsi tulang
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

DS : Pasien mengatakan
Pemasangan
 Merasa bingung platina/ fiksasi
 Merasa khawatir dengan eksternal
akibat dari kondisi yang
dihadapi
 Merasa takut dengan Perawatan post op Ansietas
kondisinya sekarang
DO : Pasien tampak
Cemas dan kwatir
 Tampak gelisah terhadap
 Tampak tegang kondisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : An. P.V
Ruang/ Kamar : Irina A atas / 9 B 10

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS


1. Nyeri akut b.d Agen pencidra fisik (prosedur
operasi) ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan nyeri di bagian paha
P : Nyeri akut b.d Agen pencidra fisik (prosedur
operasi)
Q: Seperti di tusuk tusuk
R : Paha Kanan, tidak menyebar
S:5
T : Hanya datang ketika ada pergerakan di bagian
paha kanan
DO
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat (107 x/mnt)

2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri ditandai dengan

DS : Pasien mengatakan Nyeri saat bergerak,


Enggan melakukan pergerakan, Merasa cemas saat
bergerak

DO: Pasien tampak

1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas

Fisik lemah
3. Anxiestas b.d Ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan

DS : Pasien mengatakan

Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
 Merasa takut dengan kondisinya sekarang
DO : Pasien tampak

 Tampak gelisah
 Tampak tegang
Nama / Umur : An. P.A/ 13thn
Ruang/ Kamar : Irina A atas, A9/B10
Tanggal Diagnosa Hasil yang Rencana Tindakan Alas an tindakan Tanda
Keperawatan diharapkan Meliputi : tindakan keperawatan, tangan/
tindakan observasi, penyuluhan,
pelaksana program dokter Nama jelas
30/3/2021 Nyeri akut berhubungan Setalah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I.
dengan agen pencidra 08238)
Tindakan
fisik keperawatan 3 x 24 1. Observasi
DS : Pasien o lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri
frekuensi, kualitas,
mengatakan nyeri di menurun dan intensitas nyeri
bagian paha terkontrol dengan o Identifikasi skala nyeri
o Identifikasi respon nyeri
P : Nyeri di paha kriteria hasil : non verbal
Q: Seperti di tusuk 1. Tidak o Identifikasi faktor yang
memperberat dan
tusuk meringis memperingan nyeri
R : Paha Kanan, 2. Tidak o Identifikasi pengetahuan
bersikap dan keyakinan tentang
tidak menyebar
protektif nyeri
S:5 (mis. o Identifikasi pengaruh nyeri
T : Hanya datang waspada, pada kualitas hidup
posisi o Monitor keberhasilan terapi
ketika ada menghindari komplementer yang sudah
pergerakan di nyeri) diberikan
3. Tidak gelisah o Monitor efek samping
bagian paha kanan 4. Frekuensi penggunaan analgetik
nadi dalam 2. Terapeutik
DO
batas normal o Berikan teknik
1. Tampak nonfarmakologis untuk
meringis mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
2. Bersikap akupresur, terapi musik,
protektif biofeedback, terapi pijat,
(mis. aroma terapi, teknik
waspada, imajinasi terbimbing,
posisi kompres hangat/dingin,
menghindari terapi bermain)
nyeri) o Control lingkungan yang
3. Gelisah memperberat rasa nyeri
4. Frekuensi (mis. Suhu ruangan,
nadi pencahayaan, kebisingan)
meningkat o Fasilitasi istirahat dan tidur
(107 x/mnt) o Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan
nyeri
o Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
o Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

30/3/2021 Gangguan Mobilitas Setelah di lakukan DUKUNGAN AMBULASI


Fisik berhubungan Tindakan (1.06171)
dengan kerusakan
integritas struktur keperawatan 3 x 24
1. Observasi
tulang jam di harapkan
o Identifikasi adanya nyeri
Gerakan ektramintas
atau keluhan fisik
DS : Pasien secara mandiri
mengatakan Nyeri lainnya
dengan kriteria hasil: o Identifikasi toleransi
saat bergerak,
- Nyeri fisik melakukan
Enggan melakukan
pergerakan, Merasa menurun ambulasi
cemas saat bergerak - Kecemasan o Monitor frekuensi
menurun jantung dan tekanan
DO: Pasien tampak - Gerakan darah sebelum memulai
ambulasi
terbatas
1. Sendi kaku o Monitor kondisi umum
menurun selama melakukan
2. Gerakan
- Kelemahan ambulasi
tidak
terkoordinas fisik 2. Terapeutik
i menurun o Fasilitasi aktivitas
3. Gerakan ambulasi dengan alat
terbatas bantu (mis. tongkat,
4. Fisik lemah kruk)
o Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
o Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
o Anjurkan melakukan
ambulasi dini
o Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

30/3/2021 Anxietas berhubungan Setelah dilakukan REDUKSI ANXIETAS


dengan ancaman (I.09314)
Tindakan
terhadap konsep diri
keperawatan 3x24 di 1.  Observasi
DS : Pasien o Identifikasi saat
mengatakan harapkan tingkat
tingkat anxietas
anxeitas menurun berubah (mis.
 Merasa dengan kriteria hasil: Kondisi, waktu,
bingung stressor)
 Merasa 1. Gelisah
o Identifikasi
khawatir menurun kemampuan
dengan akibat mengambil
dari kondisi 2. Merasa kwatir
keputusan
yang dihadapi
menurun o Monitor tanda
 Merasa takut
dengan 3. Merasa takut anxietas (verbal dan
kondisinya non verbal)
sekarang menurun 2. Terapeutik
DO : Pasien tampak o Ciptakan suasana 
terapeutik untuk
 Tampak gelisah menumbuhkan
 Tampak tegang kepercayaan
o Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
o Pahami situasi yang
membuat anxietas
o Dengarkan dengan
penuh perhatian
o Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
o Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
o Diskusikan
perencanaan 
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang
3. Edukasi
o Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
o Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
o Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
o Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
o Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
o Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
o Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
o Latih teknik
relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

Nama / Umur : An. P.A/ 13thn


Ruang/ Kamar : Irina A atas, A9/B10
No DP WAKTU PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA JELAS
1. Nyeri akut 30/3/2021 1. Observasi
berhubungan dengan
 Lokasi : Paha kanan
agen pencidra fisik
- Karakteristik : Seperti di tusuk tusuk
- Durasi :nyeri saat di gerakan
- Frekuensi :5
- Kualitas : ringan
- intensitas nyeri: rendah

 Mengidentifikasi skala nyeri : skala nyeri 5


 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri: pemberat nyeri ketika terjadi
pergerakan tempat tidur dan yang meredahkan nyeri dengan
mengatur posisi nyaman
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup: susah
dalam melakukan pergerakan dalam berganti pakaian
 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik
o Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. terapi musik)
o Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
o Memfasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
o Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Menjelaskan strategi meredakan nyeri: dengan melakukan
Teknik relaksasi.
o Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetic: Ketorolac Inj IV 30 gram
per 8 jam

31/3/2021 1. Observasi

 Lokasi : Paha kanan

- Karakteristik : Seperti di cubit


- Durasi :nyeri saat di gerakan
- Frekuensi :4-5
- Kualitas : rendah
- intensitas nyeri: rendah

 Mengidentifikasi skala nyeri : skala nyeri 4-5


 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri: pemberat nyeri ketika terjadi
pergerakan tempat tidur dan yang meredahkan nyeri dengan
mengatur posisi nyaman
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup: susah
dalam melakukan pergerakan dalam berganti pakaian
 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik

 Terapeutik
o Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. terapi musik)
o Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
o Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
o Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Menjelaskan strategi meredakan nyeri: dengan melakukan
Teknik relaksasi.
o Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetic: Ketorolac Inj IV 30 gram per 8


jam
2. Gangguan Mobilitas Fisik 30/3/2021 1. Observasi
berhubungan dengan o Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya:
kerusakan integritas pasien mengeluh masih merasakan nyeri
struktur tulang o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi:
belum mampu melakukan ambulasi
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi : TD 110/70 N 90 x/mnt
2. Terapeutik
o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
o melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3. Edukasi
o Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
o Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi):
pasien belum mampu melakukan ambulasi.

31/3/2021 Observasi

o Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya:


pasien mengeluh masih merasakan nyeri
o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi:
belum mampu melakukan ambulasi
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi : TD 1120/70 N 85 x/mnt

Terapeutik

o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu


o Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

 Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


 Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi):
pasien belum mampu melakukan ambulasi.

4. Anxietas berhubungan 30/3/2021 1. Observasi


dengan ancaman o Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.
terhadap konsep diri Kondisi, waktu, stressor)
o Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
o Memonitor tanda anxietas : pasien merasa cemas
2. Terapeutik
o Menciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
o Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
o Memberikan pemahami situasi yang membuat
anxietas
o Mendengarkan dengan penuh perhatian
o Menggunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
o Mendiskusikan perencanaan  realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
o Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
o Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
o Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
o Menganjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
o Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
o Melatih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
o Melatih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

31/3/2021 1. Observasi

o Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.


Kondisi, waktu, stressor)
o Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
o Memonitor tanda anxietas : pasien merasa cemas
2. Terapeutik
o Menciptakan suasana  terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
o Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
o Memberikan pemahami situasi yang membuat
anxietas
o Mendengarkan dengan penuh perhatian
o Menggunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
o Mendiskusikan perencanaan  realistis tentang
peristiwa yang akan datang

1. Edukasi
o Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
o Menginformasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
o Menganjurkan keluarga untuk tetap eknik
pasien, jika perlu
o Menganjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
o Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
o Melatih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
o Melatih eknik relaksasi
 Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : An. P.A/ 13thn


Ruang/ Kamar : Irina A atas, A9/B8
Tanggal Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas
31/3/2021 SD : Pasien masih mengeluh nyeri,
masih merasa cemas dan gelisa
DO: Pasien tampak
- Skala nyeri 5
- Tampak gelisa
- Tampak cemas
- Tampak meringis
- TD: 110/70 mmHg, N
110x/mnt, R 24 x/mnt,SB :
36.9C
A : Masalah Sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi

30/3/2021 DS : Pasien mengeluh nyeri seperti di


cubit ketika bergerak, merasa cemas,
masih takut bergerak lebih
DO : Pasien tampak
- Tampak cemas
- Porsi makan dihabiskan
- Personal hygiene sudah mulai
di lakukan
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai