Anda di halaman 1dari 30

A.

Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya. (Smeltzer, 2001). Faraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap.(Price & Wilson,2006).
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
(mansjoer, 2000). Sedangkan menurut sjamsuhidajat & jong (2005) fraktur femur adalah
fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang
paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai
adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa
fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang
femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung
disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
B. Etiologi
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkanoleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat. Bila tekanan kekuatan
langsungan, tulang dapat pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti
akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.
2. Akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang. Hal ini sering terjadi pada atlet, penari atau calon tentara yang
berbaris atau berjalan dalam jarak jauh.
Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
3. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang sangat rapuh.
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar dari pada tekanan
yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang dapat mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (fraktur) (Elizabeth, 2003).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks
marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang menjadi rusak sehingga
menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi terbentuklah hematoma
di rongga medulla tulang, sehingga jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit serta infiltrasi
sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya (Price, 2005).
D. Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas Pergeseran frakmen Nyeri Akut


tulang tulang

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan frakmen tulang

Tekanan sumsum tulang


Pergeseran fragmen Spasme otot
lebih tinggi dari kapiler
tulang

Deformitas Peningkatan tekanan


Melepaskan katekolamin
kapiler

Gangguan fungsi Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak


ekstremitas

Protein plasma hilang Bergabung dengan


Hambatan mobilitas trombosit
Fisik
Edema
Emboli
Laserasi Kulit
Penekanan pembuluh
darah Menyumbat pembuluh
darah

Putus vena / arteri Kerusakan integritas


Ketidakefektifan
kulit
perfusi jaringan perifer
Perdarahan Resiko infeksi

Kehilangan volume
cairan
Resiko syok
(hipovolemik)
E. Manifestasi klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar
mandi pada orang tua,penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
kerja,trauma olahraga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi
F. Klasifikasi
1. Berdasarkan luas/ garis fraktur
1. Fraktur komplit
Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
tulang.
2. Fraktur tidak komplit/incomplete
Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, misal:
 Buckle fracture: terjadi pada lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa dibawahnya.
 Green stick fracture: fraktur tidak sempurna dan sering terjadi
pada anak-anak, korteks tulang masih utuh begitu pula
periosteum.
2. Berdasarkan posisi fragmen
1. Fraktur undisplaced/tidak bergeser
Tulang patah, posisi pada tempatnya normal/garis patah komplit tetapi
kedua fragmen tidak bergeser, periosteum masih utuh.
2. Fraktur displaced/bergeser
Ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat patah dan terjadi
pergeseran fragmen-fragmen tulang.
3. Berdasarkan bentuk/ garis patah
1) Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
2) Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu, tidak saling berhubungan karena tulang
tertekan menjadi beberapa bagian.
3) Fraktur multiple
Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang, tempat yang berlainan.
4. Berdasarkan tempat
Misal: Fraktur femur, fraktur humerus, fraktur radius, ulna, tibia, fibula, vertebra
dll.
5. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
1) Fraktur transversal
Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
2) Fraktur oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
3) Fraktur spinal
Fraktur tulang yang melingkari tulang.
4) Fraktur kompresi
Fraktur dimana 2 tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
diantaranya.
5) Fraktur avulse
Fraktur yang memisahkan fragmen tulang pada tempat inverse tendon
ataupun ligament.
6. Berdasarkan hubungan tulang dengan dunia luar
1. Fraktur tertutup (closed/simple fracture)
Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open/compound fracture)
Karena terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan dikulit.

Menurut R. Gustillo (2001), Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat:

1. Derajad I
 Luka < 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
 Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau komunitif ringan
 Kontaminasi minimal
2. Derajat II
 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
 Fraktur komunitif sedang
 Kontaminasi sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.Terbagi atas:
 Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
 Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang tulang yang
terpapar/kontaminasi masif.
 Jaringan lunak yang menutupi fraktur yang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulsi/fraktur segmental atau sangat komunitif yang
disebabkan trauma berenergi tanpa melihat besar luasnya luka.

G. Komplikasi
a. Malunion
Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.
b. Non-union
Kegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang tak dapat
menyambung.
c. Delayed union
Proses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari waktu yang
diperkirakan.
d. Infeksi
Paling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang dijumpai dapat melalui
logam bidai.
e. Cidera vaskuler dan saraf
Kedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang tajam.
f. Fat-embolic syndrome/embolik lemak
Terjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress pernapasan, tachikardi,
tachipnoe, demam, edema paru, dan akhirnya kematian.
g. Gangren gas
Yang berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bacterium saphrophystik gram
positif anaerob antara lain clostridium weichii/clostridium perfingers. Clostridium
biasanya akan tubuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai O2
karena trauma otot.
h. Reflek symphathetic dystrophy
Karena tidak stabilnya vasomotor yang mengakibatkan tidak normalnya sistem
saraf simpatik yang hiperaktif sehingga menyebabkan terjadinya perlukaan.
i. Thrombo embolic complication
Terjadi pada individu yang immobilisasi dalam waktu yang lama.
j. Pressure sore (borok akibat tekanan)
Akibat gips/bidai yang memberi tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan superficial
k. Osteomyelitis
Infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum/korteks tulang dapat berupa
hematogenous. Pathogen masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus atau
selama operasi.
l. Nekrosis avaskuler
Fraktur mengganggu aliran darah ke salah satu fragmen sehingga fragmen
tersebut mati. Sering terjadi pada fraktur caput femoris.
m. Kerusakan arteri
Ditandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan distal fraktur, nyeri,
pengisian kapiler yang buruk. Kerusakan arteri dapat disertai cidera pada kaki,
saraf dan otot visera (thoraks dan abdomen).
n. Syock
Perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini dapat hebat
sehingga terjadilah syock.
o. Syndrome compartment
Terjadi saat satu atau lebih compartement ekstremitas meningkat, saat
peningkatan tekanan jaringan pada ruangan tertutup diotot yang berhubungan
dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot, ditandai dengan edema, tidak
adanya denyut, nyeri terutama ketika area luka ditinggikan atau digerakkan, pucat
atau sianosis, kaku dan paresis.
H. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”


menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP
atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya
superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray:

 Bayangan jaringan lunak

 Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi


periosteum/biomekanik/rotasi

 Trobukulasi ada tidaknya rare fraction

 Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

 Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur
yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya

 Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di


ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma

 Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda


paksa.

 Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal


dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

b. Pemeriksaan laboratorium
 Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang
 Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang
 Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang
c. Pemeriksaan lain-lain
 Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi
 Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi
 Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur
 Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak/sobek karena trauma
berlebihan
 Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang
 MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
I. Penatalaksanaan
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
( ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai, dan alat lainnya. Reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna .
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi
yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3
bulan.

J. Tinjauan asuhan keperawatan


a. Riwayat
Perawat perlu menentukan : data biografi, riwayat terjadinya trauma (bila tidak
ada riwayat terjadi fraktur patologis) dimana terjadinya trauma, jenis trauma,
berat ringananya trauma
 Obat-obatan yang sering digunakan
 Kebiasaan minum-minuman keras
 Nutrisi
 Pekerjaan atau hobby
b. Pemeriksaan fisik
Head to toe , inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi fraktur, gerakan pasien,
integritas kulit, nyeri.
c. Aktivitas atau istirahat
Ditujukan dengan terbatasnya atau kehilangan fungsi, yang cenderung pada
bagian tengah yang disebabkan oleh fraktur sekunder bengkak pada jaringan dan
rasa nyeri.
d. Sirkulasi
Ditunjukkan dengan : hipertensi atau hipotensi, tachicardi yang disebabkan karena
respon stress atau hipovolemik, nadi berkurang atau menurun lebih kecil pada
bagian distal perlukan disebabkan karena keterlambatan pengikatan pembuluh
darah mempengaruhi bagian jaringan menjadi bengkok hematom pada tempat
perlukaan disebabkan adanya darah ekstravaskuler berada pada daerah perlukaan.
e. Neurosensori
Ditunjukkan dengan kehilangan gerakan atau sensasi, spasme otot : kaku atau tak
terasa (parestesia), perubahan total, pemendekan, kekakuan abnormal, terpuntir,
krepitasi, agitasi karena nyeri atau cemas.
f. Rasa nyaman
Tiba-tiba nyeri hebat pada tempat luka (mungkin lokasi pada jaringan atau
kerusakan tulang saat immobilisasi) nyeri ini disebabkan terputusnya saraf, otot
spasme setelah immobilisasi.
g. Keamanan
Kulit laserasi, perdarahan, perlukaan, lokasi bengkak.
h. Tempat fraktur dan sistem jaringan
 Edema
 Perubahan warna
 Parestesia dengan numbness dan tingling karena ketidakseimbangan aliran
darah dalam pembuluh darah yang menuju berbagai organ/peningkatan
tekanan jaringan
 Nyeri akibat penimbunan darah sekitar tulang yang mengakibatkan
tertekannya saraf
 Kulit terbuka dan tertutup
Kulit terbuka apabila tulang sampai menembus kulit-kulit tertutup apabila
tulang masih berada didalam kulit
 Krepitasi akibat sensasi yang berkertak : bunyi yang terdengar pada saat
kedua tulang saling bergerak
 Perdarahan terjadi karena kerusakan pembuluh darah arteri dan vena
i. System yang diperhatikan
 Pallor atau pucat
Karena perdarahan yang banyak maka darah yang mengikat oksigen
dalam tubuh berkurang sehingga penurunan O2 di dalam jaringan.
 Confusion
Perfusi darah yang ke otak menurun sehingga otak kekurangan O•2 dan
mengganggu metabolisme otak yang mengakibatkan kebingungan.
 Dyspnea
Terjadi pada fraktur terbuka, lemak berasal dari sumsum tulang atau
myelum masuk ke aliran darah terbuka sehingga dapat terjadi embolik dan
mengakibatkan sesak napas.
 Shock
Terjadi saat hipovolemik karena kekurangan darah akibat pecahnya arteri
dari perdarahan
 Diaphoresis atau keringat banyak
Akibat peningkatan metabolisme tubuh, untuk itu dibutuhkan energi
banyak hingga energi akan dipecah menjadi panas dan menimbulkan
banyak keringat.
 Takut dan cemas karena perubahan status kesehatan
j. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai darah ke
jaringan
3) Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan fraktur terbuka,
pemasangan traksi ( pen, kawat, sekrup)
4) Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuscular , nyeri,
terapi restriktif ( imobilisasi)
5) Risiko infeksi b/d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive (pemasangan traksi)
6) Risiko syok ( hipovolemik) b/d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)
k. Intervensi Keperawatan

No Tanggal/ Diangosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Jam Keperawatan (NOC) (NIC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan dengan keperawatan selama ...x... jam - Lakukan pengkajian
terputusnya jaringan diharapkan nyeri klien dapat nyeri secara
tulang, gerakan teratasi dengan kriteria hasil:
komprehensif termasuk
fragmen tulang, edema Pain control
dan cedera pada - Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
jaringan, alat nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
traksi/immobilisasi,
nyeri, mampu kualitas, dan faktor
stress, ansietas presipitasi.
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk - Observasi reaksi
mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa - Ajarkan teknik non
nyeri berkurang farmakologis (relaksasi,
dengan menggunakan distraksi dll) untuk
manajemen nyeri. mengetasi nyeri.
- Mampu mengenali - Evaluasi tindakan
nyeri (skala, pengurang nyeri/kontrol
intensitas, frekuensi nyeri.
dan tanda nyeri) - Kolaborasi dengan
- Menyatakan rasa dokter bila ada
nyaman setelah nyeri komplain tentang
berkurang. pemberian analgetik
tidak berhasil.
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
kulit berhubungan keperawatan selama ...x... jam - Monitor kulit akan
dengan tekanan, diharapkan kerusakan adanya kemerahan
perubahan status integritas kulit klien dapat
- Hindari kerutan pada
metabolik, kerusakan teratasi dengan kriteria hasil:
sirkulasi dan Tissue Integrity : Skin and tempat tidur
penurunan sensasi Mucous - Jaga kebersihan kulit
ditandai dengan oleh - Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
terdapat luka / ulserasi, baik bisa kering.
kelemahan, penurunan
dipertahankan - Mobilisasi pasien (ubah
berat badan, turgor
kulit buruk, terdapat (sensasi, elastisitas, posisi pasien) setiap
jaringan nekrotik temperatur, hidrasi, dua jam sekali
pigmentasi). - Oleskan lition atau
- Tidak ada luka/lesi minyak/baby oil pada
pada kulit daerah yang tertekan
- Perfusi jaringan baik - Mandikan pasien
- Menunjukkan dengan sabun dan air
pemahaman dalam hangat.
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang.
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy :
fisik berhubungan keperawatan selama ...x... jam ambulantion
dengan nyeri/ diharapkan klien dapat - Monitor vital sign
ketidaknyamanan, beraktivitas secara mandiri sebelum / sesudah
kerusakan dengan kriteria hasil:
latihan dan lihat
muskuloskletal, terapi Mobility Level
pembatasan aktivitas, - Klien meningkat respon pasien saat
dan penurunan dalam aktivitas fisik latihan
Mengerti tujuan dari - Konsultasikan dengan
kekuatan/tahanan
-
peningkatan mobilitas terapi fisik tentang
- Memverbalisasikan rencana ambulasi
perasaan dalam sesuai dengan
meningkatan kebutuhan
kekuatan dan - Bantu klien untuk
kemampuan menggunakan tongkat
berpindah. saat berjalan dan
- Memperagakan cegah terhadap cedera
penggunaan alat - Ajarkan pasien atau
bantu untuk tenaga kesehatan lain
mobilisasi (walker). tentang teknik
ambulasi
- Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien.
- Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control
berhubungan dengan keperawatan selama ...x... jam - Bersihkan lingkungan
stasis cairan tubuh, diharapkan resiko infeksi tidak setelah dipakai pasien
respons inflamasi terjadi dengan kriteria hasil:
lain
tertekan, prosedur Risk Control
invasif dan jalur - Klien bebas dari tanda - Pertahankan teknik
penusukkan, dan gejala infeksi isolasi
luka/kerusakan kulit,
- Mendeskripsikan - Batasi pengunjung
insisi pembedahan bila perlu
proses penularan
penyakit, faktor yang - Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannnya. berkunjung dan
- Menunjukkan setelah berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien.
mencegah timbulnya - Gunakan sabun
infeksi antimikroba untuk
- Jumlah leukosit mencuci tangan
dalam batas normal - Cuci tangan setiap dan
- Menunjukkan sesudah melakukan
perilaku hidup sehat tindakan keperawatan
- Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Berikan terapi
antibiotik bila perlu

l. Implementasi Keperawatan
Sesuai intervensi yang dilakukan

m. Evaluasi
1) Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang,
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat
traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2) Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
ditandai dengan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi).
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
3) Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/
ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan
penurunan kekuatan/tahanan.
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatan kekuatan dan
kemampuan berpindah.
- Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker).
4) Diagnosa 4 : Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons
inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan
kulit, insisi pembedahan
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannnya.
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Gustilo RB et Al. 2001. Fractures and dislocation. 1(2). USA : Mosby.


Nurarif.A.M dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction
Prince, Wilson. 2006. Patofisiologi vol.2 : konsep klinis proses-proses penyakit. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Wijaya. A. S dan Putri Y. M. 2013. KMB 2 Keperawatan Medika Bedah (Keperawatan Dewasa)
Bengkuli : Mumed.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13-15 DESEMBER 2023

I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Desember 2023 pk 07.00 WITA di kamar 102 Ruang
ANGSOKA. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan catatan medik pasien.
A. Identitas
Pasien Penanggung jawab
Nama : ”AN” ”NC”
Umur : 19 tahun 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah Sudah menikah
Agama : Hindu Hindu
Suku / Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : SLTP SD
Pekerjaan :- Pedagang
Alamat : Jl. Ceroring gang VIII/8, Denpasar
No CM : 01.13.77.83
Hubungan dengan pasien : Saudara

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Alasan MRS
Nyeri pada paha kiri.

b. Keluhan utama
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan semakin keras
ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak meringis.
c. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan 4 bulan yang mengalami kecelakaan di jalan raya saat membawa sepeda
motor sendirian, kemudian menabrak mobil dari arah berlawanan. Setelah kecelakaan,
akhirnya pasien memutuskan untuk berobat alternatif. Tidak ada perubahan setelah
berobat alternatif dan pasien mengeluh nyeri pada paha kiri. Akhirnya pasien kontrol ke
poli bedah dan disarankan MRS untuk menjalani operasi.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan pasien tidak pernah
menderita penyakit kronis seperti DM, jantung dan hANertensi. Pasien juga mengatakan
tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami penyakit yang
sama seperti pasien.

4. Riwayat psikososial dan spiritual


Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah bibinya. Di rumag sakit pasien
lebih suka tidak ditunggui oleh siapa-siapa. Pasien memiliki interaksi dan komunikasi
yang baik dengan anggota keluarga yang lain dan dengan perawat. Pasien mengatakan
bahwa penyakit yang dideritanya murni karena masalah medis.

C. Data Bio Psiko Sosial Spiritual


1. Bernafas
Saat pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan bernafas. Sebelumnya pasien tidak pernah
mengalami sesak nafas.
2. Makan dan minum
Saat pengkajian pasien mengatakan sebelum dan sesudah mengalami kecelakaan pasien biasa
makan 3 kali dengan komposisi nasi, sayur, lauk-pauk, dan buah san selalu habis 1 porsi.
Pasien juga mengatakan biasa minum air putih sebanyak 2000 cc/hari.
3. Eliminasi BAB
Sebelum MRS pasien mengatakan biasa BAB 1 kali dan saat pengkajian pasien mengatakan
sudah BAB 1 kali dengan konsistensi feses lembek, warna kuning dan bau khas feses.
4. Eliminasi BAK
Pasien mengatakan sebelum MRS jarana kencing dalam seharí tetapi setelah MRS pasien
mengatakan kencing kira-kira 1400 cc dalam sehari dengan warna urine kuning bening,
bau khas urine.
5. Gerak aktivitas
Pasien mengatakan mampu berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi roda ataupun
sebaliknya tetapi pasien berjalan dengan bantuan tongkat. Pasien mengatakan mampu
melakukan aktivitas secara mandiri seperti makan, mandi, toileting, dan berpakaian.
6. Istirahat tidur
Pasien mengatakan sebelum MRS biasa tidur 8-9 jam dan estela MRS pasien biasa tidur 8-9
jam. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami gangguan tidur.
7. Pengaturan suhu tubuh
Oasien mengatakan tidak pernah mengalami peningkatan suhu tubuh selama sakit, suhu tubuh
pasien saat pengkajian normal.
8. Kebersihan diri
Sebelum MRS pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dan bisa melakukannya sendiri,
gosok gigi 3 kali, dan cuci rambut 2 kali zaherí. Saat pengkajian pasien mengatakan
sudah mandi 1 kali yang dibantu oleh ibunya.
9. Rasa nyaman
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan semakin keras
ketika bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak meringis.
10. Rasa aman
Pasien mengatakan tidak merasa khawatir dengan keadaannya sekarang (kakinya patah)
11. Sosialisasi dan komunikasi
Pasien mengatakan hubungan antar dan inter anggota keluarga baik dan pasien dapat
berkomunikasi baik dengan dokter dan perawat yang merawatnya.
12. Pengetahuan / belajar
Pasien mengatakan kakinya (bagian paha) patah dan harus segera dioperasi dan pasien
bersedia melaksanakan prosedur perawatan yang diberikan terhadapnya.
13. Rekreasi
Pasien mengatakan sebelum MRS sering bepergian bersama teman-temannya tetapi semenjak
MRS pasien hanya mengobrol dengan orang-orang di sekitarnya dan jalan-jalan ke luar
kamar menggunakan cursi roda ataupaun dengan tongkat.

14. Spiritual
Pasien beragama Hindu, sembahyang setiap hari dan hari besar agama-Nya. Sejak MRS
pasien hanya berdoa di tempat tidur dan keluarganya selalu mebanten canang di rumah
sakit dan pasien yakin bahwa penyakit yang dideritanya sekarang murni masalah medis.

D. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesan umum : baik
b. Kesadaran : CM
c. Bentuk tubuh : sedang
d. TB / BB : 170 / 65 kg
e. Postur tubuh : tegak
f. Warna kulit : sawo matang

2. Gejala kardinal
Suhu : 36,1C TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x / mnt RR : 20 / mnt

3. Keadaan fisik
a. Kepala : kepala bersih, nyeri tekan (-), benjolan (-)
b. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil (n), isokor, pergerakan bola
mata baik
c. Wajah : bentuk simetris, tampak segar
d. Hidung : simetris, sekret (-), nafas cuping hidung (-), mukosa merah
e. Telinga : serumen (-), cukup bersih, simetris
f. Gigi dan mulut : mukosa bibir lembab, stomatitis (-), kerusakan gigi (-), gigi lengkap
g. Leher : benjolan (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
h. Thorax : simetris, benjolan kelenjar tiroid (-)
i. Abdomen : simetris, nyeri tekan (-), BU(+)N
j. Extremitas
Atas : edema (-), akral hangat, cukup bersih
Bawah : edema (-), akral hangat, cukup bersih,terdapat fraktur pada kaki kiri
k. Genetalia : cukup bersih
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan tanggal 5 Desember 2023
Femur (s) AP / lat
-Tampak fraktur lama femur (s) 1/3 tengah ad axim cum contfactionum yang terpasang gANs
spalk, kedudukan kurang
-Callus (-)
-Tanda osteomyelitis (-)
2. Hasil pemeriksaan DL tanggal 1Desember 2023
WBC : 6,6
RBC : 4,90
HGB : 14,1
HCT : 42,3
MCV : 86,4
MCH : 28,7
MCHC : 33,2
PLT: 282
II. Diagnosa
A. Analisa Masalah
No. Data Perawatan Standar Normal Masalah
1. DS:” Pasien mengatakan nyeri pada - Tidak terasa nyeri Gangguan rasa
paha kirinya, nyeri dirasakan pada paha kiri, nyaman
semakin keras ketika skala nyeri 0(0- (nyeri akut)
bergerak, skala nyeri 5 (0-10) 10)
DO:Wajah pasien tampak meringis

- Pasien tampak rileks


2. DS : ” Pasien mengataka - Pasien dapat berjalan Kerusakan
mampu berpindah tempat seperti biasa mobilitas
dari tempat tidur ke kursi tanpa bantuan fisik
roda ataupun sebaliknya kursi
tetapi pasien berjalan roda/tongkat
dengan bantuan tongkat
DO : Pasien tampak
menggunakan kursi - Pasien dapat berjalan
roda/tongkat seperti biasa
tanpa
menggunakan
kursi
roda/tongkat

B. Rumusan Masalah
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
2. Kerusakan mobilitas fisik

C. Analisa Masalah
1. P : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
E : terputusnya kontinuitas fragmen tulang femur
S : pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan semakin keras ketika
bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak meringis.
Proses terjadi : trauma langsung dan tidak langsung akan menyebabkantekanan eksternal yang
lebih besar dari yang dapat ditahan oleh tulang. Hal ini akan menyebabkan kontinuitas
jeringan tulang. Kontinuitas jeringan tulang akan mengakibatkan cedera jeringan lunak
dan akan menyebabkan spasme otot sekunder. Hal tersebut yang akan menimbulkan rasa
nyeri.
Akibatnya : Jika tidak diberikan intervensi akan menyebabkan terjadinya syok neurogenik.
2. P : Kerusakan mobilitas fisik
E : kerusakan rangka neuromuskuler
S : pasien mengatakan mampu berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi roda ataupun
sebaliknya tetapi pasien berjalan dengan bantuan tongkat, Pasien tampak menggunakan
kursi roda/tongkat
Proses terjadi : di dalam terjadinya kontinuitas jaringan tulang akan dilakukan pembedahan.
Sebelum dilakukan pembedahan akan dANasang alat fiksasi eksternal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya kerusakan mobilitas fisik.
Akibatnya : jika tidak diberikan intervensi akan menyebabkan kontraktur.

D. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b/d terputusnya kontinuitas fragmen tulang fémur d/d
pasien mengatakan nyeri pada paha kirinya, nyeri dirasakan semakin keras ketika
bergerak, skala nyeri 5 (0-10), wajah pasien tampak meringis.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler d/d pasien mengatakan
mampu berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi roda ataupun sebaliknya tetapi pasien
berjalan dengan bantuan tongkat, Pasien tampak menggunakan kursi roda/tongkat

III. Perencanaan
A. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Dx 1
2. Dx 2

B. Rencana Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 DESEMBER 2023
N D
Hari/tgl Tujuan Rencana tindakan Rasional
1. Kamis,1 1 Setelah - Kaji skala nyeri - Mempengaruhi
3 diberikan pengawasan
De askep keefektifan
se selama intervensi, tingkat
mb 2x24 jam ansietas dapat
er diharapka mempengaruhi
202 n nyeri persepsi / reaksi
3 dapat - Pertahankan terhadap nyeri
terkontrol imobilisasi - Menghilangkan nyeri
dengan bagian yang dan mencegah
KE : sakit kesalahan posisi
- tidak terasa tulang / tegangan
nyeri pada jaringan yang
paha cedera
kirinya - Lakukan dan - Mempertahankan
- wajah pasien awasi latihan kekuatan/mobilita
tampak gerak aktif / s otot yang sakit
rileks pasif dan memudahkan
- Skala nyeri resolusi inflamasi
0 (010) pada jaringan
yang cedera
- Ajarkan teknik - Memfokuskan kembali
distraksi dan perhatian
relaksasi meningkatkan rasa
kontrol dan dapat
meningkatkan
kemampuan
koping dalam
manajemen nyeri
- Kolaborasi - Diberikan untuk
pemberian menurunkan nyeri
obat / spasme otot
analgetik
sesuai
dengan
indikasi
2. Kamis,1 2 Setelah - Kaki derajat - Pasien mungkin
3 diberikan imobilisasi dibatasi oleh
De askep pandangan
se selama diri/persepsi diri
mb 2x24 jam tentang
er diharapka keterbatasan fisik
202 n pasien aktual,
3 dapat memerlukan
memperta informasi/interven
hankan si untuk
posisi meningkatkan
fungsional kemajuan
memperta kesehatan
hankan - Dorong - Memberikan
mobilitas partisANasi kesempatan untuk
fisik pada mengeluarkan
dengan aktivitas energi
KE : therapeutik - Kontraksi otot
- Pasien dapat - Dorong latihan isometrik tanpa
berjalan mulai dengan menekuk sendi
tanpa tungkai yang atau
mengguna tidak sakit menggerakkan
kan kursi tungkai dan
roda/tongk membantu
at mempertahankan
kekuatan dan
masa otot

IV. Pelaksanaan
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 – 15 DESEMBER 2023

No. Hari/tgl Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


1. Jumat,14
Des
2023 1 - Mengajarkan pasien - Pasien kooperatif dan
10.00 teknik distraksi dan mau melaksanakan
relaksasi

- Mengajarkan dan - Pasien kooperatif dan


1 mengawasi latihan mau melaksanakan
10.20 gerak aktif/pasif
- Pasien tampak tidak
- Menganjurkan untuk menghiraukan,
1 mempertahkan pasien tetap saja
10.40 imobilisasi bagian berjalan-jalan
yang sakit menggunakan
tongkat

- Mengkaji skala nyeri - Pasien mengatakan


pasien mengatakan nyeri
1 seperti tertusuk-
11.00 tusuk, lama nyeri 
3 menit dan hilang
jika posisi kaki
diberi posisi yang
nyaman, pasien
tampak meringis,
skala nyeri 4 (0-10)

- Mengkaji skala - Pasien mengatakan bisa


imobilisasi berpindah tempat
2 tetapi tidak bisa
12.30 berjalan tanpa
bantuan kursi
roda/tongkat

- Mendorong pasien untuk - Pasien mengangguk


latihan mulai dan mengatakan
2 dengan tungkai yang akan berusaha
12.40 tidak skit

2. Sabtu, 15
Des
2023 1 - Mengajarkan pasien - Pasien kooperatif dan
14.30 teknik distraksi dan mau melaksanakan
relaksasi

- Mengajarkan dan - Pasien kooperatif dan


1 mengawasi latihan mau melaksanakan
14.50 gerak aktif/pasif
- Pasien tampak tidak
- Menganjurkan untuk menghiraukan,
1 mempertahkan pasien tetap saja
15.00 imobilisasi bagian berjalan-jalan
yang sakit menggunakan
tongkat
- Mengkaji skala nyeri - Pasien mengatakan
pasien mengatakan nyeri
1 seperti tertusuk-
15.30 tusuk, lama nyeri 
3 menit dan hilang
jika posisi kaki
diberi posisi yang
nyaman, pasien
tampak meringis,
skala nyeri 4 (0-10)

- Mengkaji skala - Pasien mengatakan bisa


imobilisasi berpindah tempat
2 tetapi tidak bisa
16.00 berjalan tanpa
bantuan kursi
roda/tongkat

- Mendorong pasien untuk - Pasien mengangguk


latihan mulai dan mengatakan
2 dengan tungkai yang sudah berusaha
16.20 tidak skit

V. Evaluasi
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AN”
DENGAN HANERTROPHY NON UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 13 – 15 DESEMBER 2023
No. Hari/tgl Dx Evaluasi Paraf
1. Sabtu,15 Des
2023
15.30 1 S : “Pasien mengatakan mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk, lama nyeri  3 menit dan hilang
jika posisi kaki diberi posisi yang nyaman, skala
nyeri 4 (0-10)”
O : Wajah pasien tampak meringis.
A : Tujuan belum tercapai
P : Kombinasikan renpra
2. Sabtu,15 Des 2 S : “Pasien mengatakan bisa berpindah tempat tetapi
2023 tidak bisa berjalan tanpa bantuan kursi
16.20 roda/tongkat”
O: Pasien tampak masih berjalan menggunakan
tongkat
A : Tujuan belum tercapai
P : Kombinasikan renpra

Anda mungkin juga menyukai