A. Definisi
Menurut Smeltzer & Bare (2001) Fraktur atau patah tulang adalah
(dikutip dari Hariyanto & Rini, 2015). Menurut Helmi (2013) Fraktur
tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Menurut Juall C. dalam
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Padila, 2012).
tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot,
Muttaqin, 2011)
B. Klasifikasi fraktur
lengkap
tertutup.
a. Fraktur terbuka adalah patah tulang yang menembus jaringan otot dan
b. Fraktur tertutup adalah fraktur atau patah tulang yang tidak sampai
3. Berdasarkan tipe ditinjau dari sudut patah tulang fraktur dibedakan menjadi
a. Fraktur transversal, yaitu suatu fraktur yang garis patahnya tegak lurus
b. Fraktur oblik, yaitu fraktur yang garis patahnya berbentuk sudut atau
miring.
dan kapsula.
intertrokhanter.
2) Terjadi di bagian distal menu u leher femur tetapi tidak lebih dari
C. Etiologi
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang
patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat
d. Spontan: terjadi karena tarikan otot yang sangat kuat (angulasi fraktur).
D. Patofisiologi
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan
terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumnya pada klien fraktur terbuka
contoh vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena
pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan
cara kontaksi volume darah didalam system vena sistemik. Cara yang paling
efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan perfusi
dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substart esensial yang sangat
hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan diikuti cedera mitokondrial.
seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler yang
dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
membentuk tulang sejati. (Corwin dikutip dalam Saferi & Mariza, 2013).
Faktur
Kerusakan frakmen
Perubahan tulang
Jaringan Sekitar Spasme otot
Laserasi kulit Tekanan sumsum tulang
Pergeseran Peningkatan lebih tinggi dari kalpiler
Fragmen Tulang tekanan kapiler
Putus vena/arteri
Gangguan Reaksi stres klien
Deformitas Integritas
integritas Pelepasan histamin
Perdarahan
Kulit/ protein plasma Melepaskan
jaringan hilang
Gangguan Fungsi katekolamin
Kehilangan
volume cairan
Edema
Mobilisasi
Gangguan asam lemak
mobilitas fisik
Hipovolemia Penekanan
Pembuluh Bergabung dengan
darah trombosit
Penurunan
Perfusi perifer
Tidak efektif
Menurut Clevo & Margareth (2012) Manifestasi klinis pada fraktur antara lain
adalah :
1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri.
Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas yang tidak alami.
7. Gerakan abnormal.
kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
6. Infeksi : system pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi ini dimula pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi
bias juga karena penggunaan bahan lain di dalam pembedahan seperti
H. Penatalaksanaan
komplikasi.
b. Observasi warna
c. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali pada kapiler
d. Tanyakan pada klien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada
lokasi cedera
e. Meraba lokasi cedera apakah klien biasa membedakan rasa sensasi nyeri
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
medis.
b) Keluhan Utama
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah
terjadi.
kemampuan fungsinya.
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,
2010).
f) Riwayat Psikososial
Donna D,2010).
1991)
Marilynn E, 1999)
klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang
Donna D, 2010).
2) Pemeriksaan Fisik
(lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(2) Paru
dengan paru.
sama.
(c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
(1) Jantung
c) Keadaan Lokal
(b)Fistulae.
hyperpigmentasi.
kelembaban kulit.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
3. Hipovolemia
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
jam diharapkan status cairan membaik Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Pengertian : Kriteria Hasil: tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran
Menurun Cukup Sedan Cukup Mening mukosa, kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)
Penurunan Menuru g Mening kat Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
volume cairan n kat
Hitung kebutuhan cairan
intravaskuler, 1 Kekuatan nadi Berikan posisi modified trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
interstisial, 1 2 3 4 5 Edukasi
3 Dispnea
1 2 3 4 5
4 Edema perifer
1 2 3 4 5
uk membur g membai k
uk k
5 Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
6 Tekanan darah
1 2 3 4 5
7 Membrane mukosa
1 2 3 4 5
9 Kadar Hb
1 2 3 4 5
1 Kadar Ht
1 2 3 4 5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF
DEFINISI Outcome Intervensi
Penurunan sirkulasi Perfusi Perifer A. PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
darah pada level Meningkat 1. Observasi
kapiler yang dapat (L.02011) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
mengganggu perifer, edema, pengisian kalpiler,
metabolisme tubuh. warna, suhu, angkle brachial index)
PENYEBAB Identifikasi faktor resiko gangguan
Hiperglikemia sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
Penurunan tua, hipertensi dan kadar kolesterol
konsentrasi tinggi)
hemoglobin Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
Penurunan bengkak pada ekstremitas
tekanan darah 2. Terapeutik
Kekurangan Hindari pemasangan infus atau
volume cairan pengambilan darah di area keterbatasan
Penurunan aliran perfusi
arteri dan/atau Hindari pengukuran tekanan darah pada
vena ekstremitas pada keterbatasan perfusi
Kurang terpapar Hindari penekanan dan pemasangan
informasi tentang torniquet pada area yang cidera
factor pemberat Lakukan pencegahan infeksi
(mis. Merokok, Lakukan perawatan kaki dan kuku
gaya hidup Lakukan hidrasi
monoton, trauma, 3. Edukasi
obesitas, asupan 1. Anjurkan berhenti merokok
garam, 2. Anjurkan berolahraga rutin
imobilitas) 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
Kurang terpapar menghindari kulit terbakar
informasi tentang 4. Anjurkan menggunakan obat penurun
proses penyakit tekanan darah, antikoagulan, dan
(mis. Diabetes penurun kolesterol, jika perlu
mellitus, 5. Anjurkan minum obat pengontrol
hyperlipidemia) tekakan darah secara teratur
Kurang aktivitas 6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
fisik penyekat beta
7. Ajurkan melahkukan perawatan kulit
yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
10. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
B. MANAJEMEN SENSASI PERIFER (I.
06195)
1. Observasi
Identifikasi penyebab perubahan sensasi
Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
Periksa perbedaan sensasi tajam atau
tumpul
Periksa perbedaan sensasi panas atau
dingin
Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
Monitor perubahan kulit
Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
3. Edukasi
Anjurkan penggunaan termometer untuk
menguji suhu air
Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ignatavicius Donna D & M Linda Workman. (2010). Medical surgical nursing patient
– centered collaborative care.sixth edition vol 1. St Louis, Missouri : Sauders
Elseiver
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI