Oleh:
A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang,
kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder
akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur
yang patologis (Engram, 2018 : 266).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2014). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2015).
C. ETIOLOGI
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma namun dapat juga disebabkan oleh
kondisi lain menurut (Appley dan Salomon,1995) fraktur dapat terjadi karena:
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian besar disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan
a) Bila terkena kekuatan langsung
Tulang dapat patah dan dapat mengenai jaringan lunak. Karena pemukulan
(pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan dapat menyebabkan fraktur
kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b) Bila terkena kekuatan tak langsung
Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan itu. Kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2) Fraktur Kelelahan atau Tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia dan
fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan
berbaris dengan jarak jauh.
3) Fraktur Patologik
Fraktur dapat terjadi oleh kekuatan tulang yang berkurang atau rapuh oleh
karena adanya proses patologis. Proses patologis tersebut antara lain adanya
tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang.
D. PATOFISIOLOGI
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah
putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan
sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodelling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak tertangani,
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan
otot. Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen (Brunner & Suddart, 2000)
Edema Emboli
Risiko Hipovolemia
Risiko Infeksi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari
berupa superposisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan
pemeriksaan penunjang.
Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
1. Anatomi
2. Articular
3. Alignment
4. Angulation
5. Apeks
6. Apposition
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan
bahwa kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5)
aspartate amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tualang.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstra artikular dari distal radius
dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara efektif dengan primary care
provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta
mudah sembuh pada kebanyakan kasus. Terapi fraktur diperlukan konsep ”4 R”
yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak
normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.
I. KLASIFIKASI
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1) Menurut jumlah garis fraktur :
a) Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
b) Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
c) Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
d) Segmental Fraktur (bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling
berhubungan)
2) Menurut luas garis fraktur:
a) Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
b) Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c) Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)
3) Menurut bentuk fragmen :
a) Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b) Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c) Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
4) Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
a) Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
(1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit,
kontaminasi ringan, luka <1 cm.
(2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
(3) Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.
b) Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
ddan ancaman sindroma kompartement.
5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
(Mansjoer, 2015)
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis (Padila, 2012).
b. Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga akan
kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan menurut Padila (2012) :
1) Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri
2) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk
3) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memepengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
c. Riwayat penyakit sekarang
Gangguan kognitif
Keengganan melakukan
pergerakan
Gangguan sensori persepsi
3. Resiko Infeksi (D.0142) Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Definisi : beresiko mengalami keperawatan selama …x...jam Observasi
peningkatan terserang organisme diharapkan dapat mengatasi Resiko Monitor tanda dan gejela infeksi
patogenik Infeksi dengan kriteria hasil: local dan sitemik
Faktor Resiko : Tingkat Infeksi (L.14137) Terapeutik
Penyakit kronis (mis. Kebersihan tangan meningkat Batasi jumlah pengunjung
Gangguan peristaltic Cairan berbau busuk menurun Ajarkan cara mencuci tangan
(5) dengan benar
Kerusakan integritas kulit
Sputum berwarna hijau
Ajarkan etika batuk
Perubahan sekresi pH menurun (5)
Ajarkan cara memeriksa kondisi
Penurunan kerja silialis Drainase purulenmenurun (5)
Pluria menurun (5) luka atau luka oprasi
Ketuban pecah lama
Periode malaise menurun (5) Anjurkan meningkatkan asupan
Ketuban pecah sebelum nutrisi
Periode menggigil menurun
waktunya Anjurkan meningkatkan asupan
(5)
Merokok Letargi menurun (5) cairan
Penurunan aliran arteri Pasastesia menurun (5) Hindari pemasangan infus atau
Kurang terpapar informasi Akral membaik (5) tourniquet pada area yang cedera
Gejala dan Tanda Mayor membaik (5) Anjurkan mengecek air mandi untuk
Subjektif Indeks ankle-brachial menghindari kulit terbakar
- membaik (5)
Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
Objektif Anjurkan menggunakan obat penurun
Pengisian kapiler >3 detik tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
Nadi perifer menurun atau
Anjurkan menghindari penggunaan
tidak teraba
obat penyekat beta
Akral teraba dingin
Anjurkan melakukan perawatan kulit
Warna kulit pucat
yang tepat (mis. melembabkan
Turgor kulit menurun
kulitkering pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi
vaskular
Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
5. Gangguan Integritas Setelah diberikan asuhan Perawatan Integritas Kulit (L.11353)
Kulit/ Jaringan keperawatan Observasi
(D.0129) Definisi : selama …
Identifikasi penyebab gangguan
….. x ...... jam diharapkan
Kerusakan kulit (dermis integritas kulit (mis. perubahan
Integritas Kulit dan Jaringan
dan/atau epidermis) atau sirkualsi, perubahan status nutrisi,
meningkat dengan kriteria hasil:
jaringan (membrane mukosa, penurunan kelembaban, suhu
Elastisitas meningkat (5)
kornea, fasia, otot, tendon, lingkunagn ekstrim, penurunan
tulang, kartilago, kapsul sendi Hidrasi meningkat (5)
mobilitas)
dan/atau ligament). Perfusi jaringan meningkat Terapeutik
(5) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
Penyebab
Kerusakan jaringan menurun baring
Perubahan sirkualsi
(5) Lakukan pemijatan pada area
Perubahan status nutrisi
Kerusakan lapisan kulit penonjolan tulang, jika perlu
(kelebihan atau
menurun (5) Bersihkan perineal dengan air
kekurangan)
Kekurangan / kelebihan Nyeri menurun (5) hangat, terutama selama periode
tujuan yang spesifik yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
I. EVALUASI
data, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan pencapaian tujuan serta ketepatan
klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data
intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data
dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan,
merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon klien segera
pada saat dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan dimana evaluasi ini
dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yan terjadi pada saat itu.
dari observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu
Arif, Mansjoer, dkk., ( 2017 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica. Aesculpalus,
FKUI, Jakarta.
Appley, A.G & Solomon. 2014. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley. Jakarta: Widya
Medika. Brunner, Suddart. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth , 2017. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, ( 2016 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,. Penerjemah
Monica Ester, Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. dkk . 2014 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculopius
Smeltzer, S.C & Bare, B.R (2012). Buku ajar keperawatan medical bedah brunner dan
suddarth. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI