OLEH :
Kelas 3.4
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
2. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya diakibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada
anak – anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
Menurut Carpenito (2000) adapun penyebab fraktur antara lain:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
a. Cidera atau benturan
b. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c. Fraktur beban
Fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang-
orang yang baru mulai latihan lari.
Kondisi patologis
Trauma langsung Trauma tdk langsung
Fraktur
Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tlg
Perubahan jaringan sekitar Pelepasan histamin
Merangsang nosiseptor
Pergeseran fragmen tulang Spasme otot (reseptor nyeri)
Deformitas Nyeri Akut
Peningkatan tek kapiler
Ggn fungsi ekstermitas Pelepasan histamin
Gangguan mobilitas fisik Protein plasma hilang
Edema
Laserasi kulit
Risiko Perfusi Perifer
Penekanan pembuluh darah
Tidak Efektif
Mengenai jaringan kutis dan Gangguan integritas kulit/
sub kutis jaringan
Perdarahan
Risiko Infeksi
Kehilangan volume cairan
Risiko syok
3. POHON MASALAH
4. KLASIFIKASI
Fraktur dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Fraktur komplit, adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur tidak komplit (inkomplit), adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (closed), adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya / sekitar patah tulang masih utuh.
d. Fraktur terbuka (open/compound), adalah hilangnya atau terputusnya jaringan
tulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah atau sedang berhubungan dengan
dunia luar. Fraktur terbuka dapat dibagi atas tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I
a) Luka < 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau koinutif ringan
d) Kontaminasi minimal
2) Derajat II
a) Laserasi > 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
c) Fraktur kominutif sedang
d) Kontaminasi sedang
3) Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :
a) IIIA: Fragmen tulang masih dibungkus jaringan lunak
b) IIIB: Fragmen tulang tak dibungkus jaringan lunak terdapat pelepasan
lapisan periosteum, fraktur kontinuitif
c) IIIC: Trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan agar bagian distal
dapat diperthankan, terjadi kerusakan jaringan lunak hebat.
5. GEJALA KLINIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), manifestasi klinik dari faktur yaitu:
a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya, atau sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan
sekitarnya, atau akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
d. Pemendekan tulang
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
e. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan saraf, dan terkenanya saraf karena edema.
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot.
paralysis dapat terjadi karena kerusakan saraf.
g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya
tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
i. Deformitas / Perubahan bentuk
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi
permukaan patahan saling terdesak satu sama lain).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Radiologi
X-ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
CT scan dilakukan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks,
memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Venogram / Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler dan menggambarkan arus vascularisasi.
b. Laboratorium
Lekosit turun/meningkat, eritrosit dan albumin turun, Hb dan hematokrit
cenderung rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan, Ca meningkat di
dalam darah, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal sehingga
sering meningkat. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi dan kekuatan (Brunner dan Sudart 2002)
a. Rekognisi (Pengenalan)
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri
sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.
b. Reduksi fraktur (setting tulang)
Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan
manipulasi dan traksi manual. Reduksi terbuka dilakukan dengan pendekatan
bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
c. Retensi (Imobilisasi fraktur)
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna (OREF) meliputi : pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinu pin, dan tehnik gips atau fiksator ekterna. Implan logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna (ORIF) yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan pembedahan.
d. Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi)
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.Latihan
isometric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan aliran darah.Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
Menurut Long (1996), ada beberapa terapi yang digunakan untuk pada pasien
fraktur antara lain:
a. Debridemen luka untuk membuang kotoran, benda asing, jaringan yang rusak dan
tulang yang nekrose
b. Memberikan toksoid tetanus
c. Membiakkan jaringan
d. Pengobatan dengan antibiotic
e. Memantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene gas
f. Menutup luka bila tidak ada gejala infeksi
g. Reduksi fraktur
h. Imobilisasi fraktur
i. Kompres dingin boleh dilaksanakan untuk mencegah perdarahan, edema, dan
nyeri
j. Obat penawar nyeri.
8. KOMPLIKASI
a. KOMPLIKASI AWAL
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Sindrom kompartemen berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika
tidak ditangani segera. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang
terjadi saat perfusi jaringan dalam otor kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan. Biasanya pasien akan merasa nyeri pada saat bergerak.
Ada 5 tanda syndrome kompartemen, yaitu : pain (nyeri), pallor (pucat),
pulsesness (tidak ada nadi), parestesia (rasa kesemutan), dan paralysi
(kelemahan sekitar lokasi terjadinya syndrome kompartemen)
3) Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal
ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang
dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati
sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah
pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli
lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,
marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke
tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur
(yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
7) Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk
melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi, luka tembak,
fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi
karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka
vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar
b. Komplikasi Dalam Waktu Lama
1) Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
2) Non Union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang –
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang
bersifat patologis..
3) Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Klien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang menyebabkan ia datang ke pelayanan kesehatan.
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas / mobilisasi
pada daerah fraktur tersebut.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit
sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang memperberat dan
meringankan keluhan. Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma / kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.
2) Riwayat Penyakit Dahulu.
Tanyakan masalah kesehatan yang lalu yang relavan baik yang berkaitan
langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya. Kaji
apakah pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan dan
pernah menderita osteoporosis sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga.
Kaji apakah pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis,
arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan
menular.
d. Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya
dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Kaji frekuensi/porsi makan, jenis makanan, tinggi badan, berat badan, serta
nafsu makan. Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan penurunan
nafsu makan, meskipun menu berubah.
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak
4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang
lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain
6) Pola Hubungan Peran
Pola hubungan dan peran akan mengalami gangguan karena keterbatasan
dalam beraktivitas.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji adanya ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).
8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Risiko perfusi perifer tidak efektif
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Gangguan integritas kulit/jaringan
e. Risiko infeksi
f. Risiko syok
(PPNI, 2017)
3. RENCANA KEPERAWATAN
Pemberian Analgetik
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri ( mis: pencetus,
Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (mis:
narkotika, non narkotik atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
Monitor efektivitas analgetik
Terapeutik
Diskusikan jenis analgetik yang disukai untuk
mencapai analgesial optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus continue,
atau bolus oploid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgetik untuk
mengoptimalakan respon pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek
analgetik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan analgetik,
sesuai indikasi
2 Risiko Perfusi Perifer Tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan syok
Efektif selama … x … jam, diharapkan Observasi
masalah risiko perfusi perifer kembali Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
Faktor risiko efektif dengan kriteria hasil: kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD, MAP)
Hiperglikemia Perfusi Perifer Monitor status oksigenasi (oksimetri, nadi,
Gaya hidup kurang gerak Denyut nadi perifer meningkat AGD)
Hipertensi Penyembuhan luka meningkat Monitor status cairan (masukan dan hakuaran,
Merokok Sesasi meningkat turgor kulit, CRT)
Prosedur endovaskuler Warna kulit pucat menurun Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Trauma Edema perifer menurun Periksa riiwayat alergi
Kurang terpapar informasi Nyeri ekstremitas menurun
tentang faktor pemberat Parastesia menurun Terapeutik
(mis, merokok, gaya hidup Kelemahan otot menurun Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
kurang gerak, obesitas, Kram otot menurun oksigen >94%
imobilitas) Bruit femoralis menurun Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
Nekrosis menurun perlu
Kondisi Klinis terkait Pengisian kapiler cukup Pasang jalur IV, jika perlu
Arterosklerosis membaik Pasang kateter urine untuk menilai produksi
Raynaud’s disease Akral cukup membaik urine, jika perlu
Trombosis arteri Turgor kulit cukup membaik Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Atritis rheumatoid Tekanan darah sistolik cukup
Leriche’s syndrome membaik Edukasi
Aneurisma Tekanan darah diastolic cukup Jelaskan penyebba/faktor risiko syok
Buerger’s disease membaik Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Varises Tekanan arteri rata-rata cukup Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
Diabetes melitus membaik tanda dan gejala awal syok
Hipotensi Indeks ankle-brachial cukup Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kanker membaik Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Kolaborasi antiinflamasi, jika perlu
Perawatan sirkulasi
Observasi
Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ABI)
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
(mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
pada ekstremitas
Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol,
jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah
secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
Aanjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis, melembabkan kulit yang kering pada
kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vascular
Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Ambulasi
Penyebab selama … x … jam, diharapkan Observasi
Kerusakan integritas struktur masalah gangguan mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
tulang teratasi dengan kriteria hasil: lainnya
Perubahan metabolism Mobilitas Fisik Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Ketidakbugaran fisik Pergerakan ekstremitas Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Penurunan kendali otor meningkat sebelum memulai ambulasi
Penurunan massa otot Kekuatan otot meningkat Monitor kondisi umum selama melakukan
Penurunan kekuatan otot Rentang gerak (ROM) ambulasi
Keterlambatan meningkat Terapeutik
perkembangan Nyeri menurun Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
Kekakuan sendi Kecemasan menurun (mis, tongkat, kruk)
Kontraktur Gerakan tidak terkoordinasi Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Malnutrisi menurun Libatkan keluarga untuk membantu pasien
Gangguan musculoskeletal Gerakan terbatas menurun dalam meningkatkan ambulasi
Gangguan neuromuscular Kelemahan fisik menurun Edukasi
Indeks masa tubuh diatas Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
persentil ke-75 sesuai usia Anjurkan melakukan ambulasi dini
Efek agen farmakologis Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
Program pembatasan gerak dilakukan (mis, berjalan dari tempat tidur ke
Nyeri kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)
Kurang terpapar informasi
tentang aktivitas fisik
Dukungan Mobilisasi
Kecemasan
Observasi
Gangguan kognitif
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Keengganan melakukan lainnya
pergerakan
Identifikasi toleransi fiisk melakukan
Gangguan sensori persepsi pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanna darah
Gejala dan Tanda Mayor
sebelum memulai mobilisasi
Mengeluh sulit
Monitor kondisi umum selama melakukan
menggerakkan ekstremitas
mobilisasi
Kekuatan otot menurun
Rentang gerak ROM Terapeutik
menurun Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis, pagar tempat tidur)
Gejala dan Tanda Minor
Nyeri saat bergerak Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Enggan melakukan Libatkan keluarga untuk membantu pasien
pergerakan dalam meningkatkan pergerakan
Merasa cemas saat bergerak
Sendi kaku Edukasi
Gerakan tidak terkoordinasi Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Fisik lemah Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
4 Gangguan Integritas Kulit / Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
Jaringan selama … x … jam, diharapkan Observasi
Penyebab masalah gangguan integritas Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Perubahan sirkulasi kulit/jaringan teratasi dengan kriteria (mis, perubahan sirkulasi, perubahan status
Perubahan status nutrisi hasil: nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
(kelebihan/kekurangan) Integritas Kulit dan Jaringan ekstrem, penurunan mobilitas)
Kekurangan / kelebihan Elastisitas meningkat Terapeutik
volume cairan Hidrasi meningkat Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Penurunan mobilitas Perfusi jaringan meningkat Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
Bahan kimia iritatif Kerusakan jaringan menurun jika perlu
Suhu lingkungan yang Kerusakan lapisan kulit Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
ekstrem menurun selama periode diare
Faktor mekanis (mis. Nyeri menurun Gunakan produk berbahan petroleum atau
Penekanan pada tonjolan Perdarahan menurun minyak pada kulit kering
tulang, gesekan) atau faktor Kemerahan menurun Gunakan produk berbahan ringan/alami den
elektris (elektrodiatermi, Hematoma menurun hipoalergik pada kulit sensitive
energi listrik bertegangan Pigmentasi abnormal menurun Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
tinggi) Jaringan parut menurun kulit kering
Efek samping terapi radiasi Nekrosis menurun Edukasi
Kelembaban Abrasi kornea menurun Anjurkan menggunakan pelembab (mis, lotion,
Proses penuaan Suhu kulit membaik serum)
Neuropati perifer Sensasi emmbaik Anjurkan minum air yang cukup
Perubahan pigmentasi Tekstur membaik Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Perubahan hormonal Pertumbuhan rambut membaik Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
Kurang terpapar informasi Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
tentang upaya Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
mempertahankan/melindung minimal 30 saat berada di luar rumah
i integritas jaringan Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Gejala dan Tanda Mayor
Kerusakan jaringan dan/atau Perawatan Luka
lapisan kulit Observasi
Monitor karakteristik luka (mis, drainase,
Gejala dan tanda Minor warna, ukuran, bau)
Nyeri Monitor tanda-tanda infeksi
Perdarahan Terapeutik
Kemerahan Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Hematoma Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yag sesuai ke kulit / lesi, jika
perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondiis pasien
Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dengan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis,
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino), sesuai
indikasi
Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement (mis.
Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi
selama ……. X …… diharapkan Observasi
Faktor risiko risiko infeksi berkurang dengan kriteria Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Penyakit kronis hasil : sistemik
Efek prosedur invasive Tingkat Infeksi Terapeutik
Malnutrisi Demam menurun Batasi jumlah pengunjung
Peningkatan paparan Kemerahan menurun Berikan perawatan kulit pada area edema
organisme pathogen Nyeri menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
lingkungan Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
Ketidakadekuatan Vesikel menurun Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
pertahanan tubuh primer Cairan berbau busuk menurun tinggi
Gangguan peristaltic Sputum berwarna hijau Edukasi
Kerusakan integritas kulit menurun Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Perubahan sekresi pH Drainase purulent menurun Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Penurunan kerja siliaris Piuna menurun Ajarkan etika batuk
Merokok Periode malaise menurun Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
Statis cairan tubuh Periode mengigil menurun operasi
Ketidakadekuatan Lelargi menurun Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
pertahanan tubuh sekunder Gangguan kognitif menurun Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Penurunan hemoglobin Kadar sel darah putih membaik Kolaborasi
Imunosupresi Kultur darah membaik Kolaborasi pemberian imunisasi
Leukopenia Kultur urine membaik
Supresi respon inflamasi Kultur sputum membaik
Vaksinasi tidak adekuat Kultur area luka membaik
Kultur feses membaik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis,
osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium,
BUN)
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis,
dyspnea, edema perifer, edema anasarca, JVP
meningkat, CVP meningkat, reflex
hepatojugular positif, berat bdaan menurun
dalam waktu singkat)
Monitor tanda-tanda infeksi dan perdarahan
pada sisi insersi
Monitor tanda-tanda komplikasi akibar
pemasangan selang (mis, pneumothoraks, selang
tertekuk, embolisme udara)
Terapeutik
Dampingi pasien saat pemasangan dan
pelepasan kateter jalur hemodinamik
Lakukan tes Allen untuk menilai kolateral
ulnaris sebelum kanulasi pada arteri radialis
Pastikan set selang terangkai dan terpasang
dengan tepat
Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan
pemeriksaan x-ray, jika perlu
Posisikan transduser pada atrium kanan (aksis
flebostatik) setiap 4-12 jam untuk mengkalibrasi
dan mentitiknolkan perangkat
Pastika balon deflasi dan kembali ke posisi
normal setelah pengukuran tekanna baji arteri
paru (PAWP)
Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam,
sesuai protocol
Ganti balutan pada area insersi dengan teknik
steril
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama
kateter terpasang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions Classification
(NIC). Singapore: Elsevier Global Rights.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore:
Elsevier Global Rights.
Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M.. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit Edisi 6.
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
0 0 0 4 5 X
Nama : Tn. K
Tanggal Lahir : 01-09-1993 L/
P No RM :
TTD
TTD
(Tn. M ) (Perawat Desak)
Form.JKP.01.03.2019
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
Nama : Tn. K PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Lahir/Umur : 01-09-1993 / 24 tahun KELOMPOK DEWASA RAWAT INAP
No RM : 00045X
Jenis Kelamin : laki-laki
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : ( )Normosefali ( )Mikrosefali ( )Hidrosefali
( ) lesi/luka ( ) hematom ( ) perdarahan ( ) luka sobek ( ) lain-lain
Warna rambut hitam
Kelainan: rontok/dll
Mata : Konjungtiva : ( )Merah muda ( )Pucat ( ) Sklera : ( )Normal ( )Ikterus Lain-
lain
Penglihatan: ( ) normal ( ) kacamata
Pupil : ( ) isokor ( ) anisokor ( ) midriasis ( ) katarak
Kebutaan: ( ) tidak ( )ya, jelaskan
Leher : Bentuk : ( )Normal Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan
:
Hidung: Penghidu : ( ) normal ( ) ada gangguan
Sekret/darah/polip
Tarikan cuping hidung: ( ) ya ( ) tidak
Telinga: pendengaran: ( ) normal ( ) kerusakan ( ) tuli kanan/kiri ( ) tinnitus ( ) alat bantu dengar ( ) lainnya
Mulut dan gigi: bibir: ( ) lembab ( ) kering ( ) sianosis ( ) pecah-pecah
Mulut dan tenggorokan: ( ) normal ( ) lesi ( ) stomatitis
Gigi: ( ) penuh/normal ( ) ompong ( ) lain-lain
Dada : Bentuk : ( )Simetris Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan
:
Irama Nafas : ( )Regular ( )Irregular
Suara Nafas : ( )Normal ( )Wheezing : ( )Tidak ( )Ya Batuk : ( )Tidak ( )Ya Retraksi : ( )Tidak
( )Ya
Sekret : ( )Tidak ( )Ada, Warna/Jumlah /
Abdomen : Kembung : ( )Tidak ( )Ya Bising Usus : ( )Normal ( )Abnormal, jelaskan
:
Ascites: ( )Tidak ( )Ya
Ekstremitas : Akral : ( )Hangat ( )Dingin, Pergerakan : ( )Aktif ( )Pasif, Kekuatan Otot : ( )Kuat (
)Lemah
Capillary Refill Time : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik
Hemiplegi/parese : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :
Edema: ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :
Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :
Kulit : Warna : ( )Normal, ( )Ikterus, Sianosis, Membran Mukosa : ( )Lembab, ( )Kering, (
)Stomatitis
Hematome : ( )Tidak, ( )Ya Luka : ( )Tidak, ( )Ya, jelaskan :
Luka post Op Fraktur
Masalah integritas kuliat : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan
:
(Jika ya, kaji lebih lanjut dengan form skin risk assessment)
Anus dan Genetalia : Kelainan/masalah : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan
:
DATA BIOLOGIS
Pernapasan : Kesulitan bernafas : ( )Tidak, ( )Ya : memakai O2 lt/menit dengan : ( )Nasal canule,
( )Sungkup, ( )Masker
Makan dan Minum : Nafsu makan : ( )Baik, ( )Tidak, Jenis Makanan : ( )Bubur, ( )Nasi, Frekuensi
3 kali /hari
Kesulitan makan : ( )Tidak, ( )Ya, Kebiasan makan : ( )Mandiri, ( )Dibantu, ( )Ketergantungan
( )Menggunakan NGT
Keluhan : Mual : ( )Tidak, ( )Ya Muntah : ( )Tidak, ( )Ya, Warna/Volume / ml
Makanan pantangan: daging sapi
Makanan yang disukai: daging babi
Makanan yang tidak disukai: udang
Eliminasi : Bak : ( )Normal, ( )Tidak,
Masalah perkemihan : ( )Tidak ada, ( )Ada : ( )Retensi urine, ( )Inkontinensia urine, ( )Dialysis Warna
urine : ( )Kuning jernih, ( )Keruh, ( )Kemerahan, Frekuensi :5 – 7 kali /hari Bab : ( )Normal, ( )Tidak,
Masalah defekasi : ( )Tidak ada, ( )Ada : ( )stoma, ( )sthresia ani, ( )konstipasi, ( )diare
Warna feses : ( )Kuning, ( )Kecoklatan, ( )Kehitaman, Perdarahan : ( )Tidak, ( )Ya, Frekuensi : 1 kali /hari
( )
f
s
p
e
r
a
w
a
t
a
k
n
d
s
Form.JKP.05.02.2019
Nama : Tn. K
Tanggal Lahir/Umur: 01/09/1993/ 24 Tahun PENGKAJIAN RISIKO GANGGUAN
No RM : 0045X INTEGRITAS KULIT
Jenis Kelamin : Laki laki (SKALA BRADEN)
Derajat risiko:
Risiko rendah : 15-18
Risiko sedang : 13-14
Risiko tinggi : 10-12
Risiko sangat tinggi :≤9
Form.JKP.05.03.2019
Nama : Tn. K
Tanggal Lahir/Umur : PENGKAJIAN RISIKO JATUH DEWASA
01-09-1993 / 24 Th (SKALA MORSE)
No RM :
00045X
Jenis Kelamin : Laki laki
Ruangan: Lembar ke:
No Item penilaian Tgl 02/09/2020
Jam 10.00
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Usia
a. Kurang dari 60 tahun 0 V
b. Lebih dari 60 tahun 1
c. Lebih dari 80 tahun 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifocal 0 V
b. Kacamata bifocal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifocal 2
e. Katarak/glaucoma 2
f. Hampir tidak melihat/buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2 V
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0 V
b. Jatuh < 1 tahun 1
c. Jatuh < 1 bulan 2
d. Jatuh saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0 V
b. Kesulitan mengertu perintah 2
c.Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat Kesehatan
a. > 4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi /hipoglikemik/antidepresan 2
c. Sedatif/psikotropika/narkotika 2
d. Infus/epidural/spinal/dower kateter/traksi 2 V
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Koordinasi/keseimbangan buruk 2
d. Dibantu sebagian 3 V
e. Dibantu penuh/bedrest/nurse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0 V
b. Inkontinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/penyakit jantung/stroke/ISK, dll 2
b. Gangguan saraf pusat/parkinson 3
c. Pasca bedah 0-24 jam 3
Total skor
Keterangan
Risiko rendah 0-7 V
Risiko tinggi 8-13
Risiko sangat tinggi ≥ 14
Nama/paraf Desak
Form.JKP.07.01.2019
Nama : Tn.K
Tanggal Lahir/Umur: 01-09-1993/ 24 tahun RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
RM : 00045X
Jenis Kelamin : Laki laki
Edukasi
Nama : Tn.K
Tanggal Lahir/Umur : 01-09-1993/ 24 thn IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 00045X
Jenis Kelamin : Laki laki
Nama : Tn.K
Tanggal Lahir : 01-09-1993 L
/No RM :
0 0 0 4 5 X
P :lanjutkan intervensi
Form.JKP.02.01.2019 Jenis cairan/jumlah/tetesan Waktu mulai
200 42o
180 41o
160 40o
140 39o
120 38o
100 37o
80 36o
60 35o
40 34o
Nafas
Nyeri
BAB
Kesa- Alert
daran Verbal
Pain
Unresp
Posisi Supine
Mika
Miki
Nama/paraf
Form.JKP.03.02.2019
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki laki
Tgl.Lahir : 01- 09- 1993
Umur : 02 Bulan, 24 Tahun
NO. RM : 00045X
Ruangan :
FORMULIR REKONSILIASI OBAT
No Nama Obat Dosis/Frek Rute Sumber Tgl Tgl Jml Status Status Obat Status
obat Mulai Stop Obat Obat Saat Saat Pindah Obat saat
Sisa Admisi Ruangan KRS
1 Infus RL 500 ml IV Apotek 02/09/20 L/T/H L/T/H L/T/H
2 L/T/H L/T/H L/T/H
3 L/T/H L/T/H L/T/H
4 L/T/H L/T/H L/T/H
5 L/T/H L/T/H L/T/H
6 L/T/H L/T/H L/T/H
7 L/T/H L/T/H L/T/H
8 L/T/H L/T/H L/T/H
9 L/T/H L/T/H L/T/H
10 L/T/H L/T/H L/T/H
11 L/T/H L/T/H L/T/H
12 L/T/H L/T/H L/T/H
13 L/T/H L/T/H L/T/H
14 L/T/H L/T/H L/T/H
Keterangan:
Formulir di isi dengan lengkap, Lingkari salah satu huruf
L : Lanjut
T : Tunda
H : Henti
Form.JKP.03.01.2019
Nama : Tn.K
Tanggal Lahir/Umur : 01-09- 1993
No RM : 00045X
Jenis Kelamin : Laki – laki CATATAN PENGOBATAN
BB/TB :70 kg/ 173 cm
Alergi :-
Diagnosis :
Tanggal mulai pemberian: 02/09/20
Tgl:173 Tgl:
Nama obat: NaCL
Jam P1 P2 Jam P1 P2 Jam P1 P2 Jam P1 P2
Rute: IV Frekwensi: 1x1
10.00
Tgl: Tgl:
Tanggal mulai pemberian:
Jam P1 P2 Jam P1 P2 Jam P1 P2 Jam P1 P2
Nama obat:
Rute: Frekwensi:
Dokumentasikan alasan bila obat belum bisa diberikan kepada pasien dengan kode:
S : (Self Administering) obat diberikan sendiri oleh pasien A: (Absent) pasien tidak ada saat diberikan obat
N: (Not Available) obat tidak ada/sedang order ke farmasi V: (Vomiting) pasien muntah
F: (Fasting) pasien sedang puasa W: (Withheld) obat ditunda karena sesuatu alasan
R: (Refuse) pasien menolak
Politeknik Kesehatan Denpasar Form.JKP.09.02.2019
Jurusan Keperawatan
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN
PEMULANGAN PASIEN Nama : Tn. K
( DISCHARGE Tgl. Lahir : 01-09-1993 L/P
PLANNING) No. RM :
0 0 0 4 5 X
Alamat : Denpasar
PENGKAJIAN PERENCANAAN
PULANG (diisi 1x24 jam setelah
pengkajian awal)
Perawat/Bidan
TTD TTD
Tn. M Perawat
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Praktek / CI Mahasiswa
..............................................
NIP : NIM :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik / CT
NIP :