Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga

Sebagian besar masyarakat secara intuisi mengetahui apa yang dimaksud


dengan frase “keluarga”. U,S. Census Bureau mendefinisikan keluarga sebagai
sebuah kumpulan dari dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah,
pernikahan, atau adopsi dan orang yang tinggal Bersama (U.S. Bureau of the
Census, 1994). Konsep tinggal Bersama sangat penting untuk perhitungan sensus,
tapi adakalanya pada waktu dan situasi tertentu, anggota keluarga tidak tinggal
Bersama.penulis lain mendefinisikan keluarga sebagai sebuah system peran atau
sebuah unit interaksi kepribadian yang tidak perlu disahkan oleh hokum, tetapi
memiliki komitmen satu sama lain (Feetham et al., 1993; Gilliss et al., 1989;
Quimby, 1994).

Secara umum, keluarga dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang


disatukan oleh darah, pernikahan, atau adopsi yang berbagai tempat tinggal dalam
beberapa periode kehidupan mereka; mengemban hak dan kewajiban timbal balik
satu sama lain, dan merupakan sumber utama sosialisasi bagi setiap anggotanya
(Eshelman et al., 1990).

2.2 Tipe-Tipe Keluarga

 Tipe-tipe keluarga produktif dapat meliputi :

1. Keluarga inti : Suami (biasanya pemberi nafkah), istri (biasanya ibu rumah
tangga, walaupun juga lebih sering bekerja), dan anak/ anak-anak.

1
2. Keluarga rekonstitusi/binuclear/campuran : Terdiri dari anak dan satu
orang tua dan orang tua lain tinggal di rumah berbeda. Orangtua tiri atau
saudara tiri mungkin ada di satu rumah atau kedua rumah, menggabungkan
dua keluarga menjadi satu dan menghasilkan dua keluarga inti bergabung.

3. Keluarga kumpul kebo : terdiri dari seorang laki-laki dan satu perempuan
yang tinggal Bersama dengan anak tanpa menikah.

4. Keluarga orang tua tunggal : Terdiri dari satu orang tua laki-laki atau satu
orang tua perempuan yang tinggal Bersama dengan satu anak atau lebih.

5. Keluarga gay/lesbian : Terdiri dari dua laki-lakiatau dua perempuan yang


tinggal Bersama sebagai orangtua bagi satu anak biologis atau anak adopsi
atau lebih.

6. Keluarga luas/ extended family : Kelompok multigenerasi yang terdiri dari


orangtua dan anak-anak dengan saudara lain, misalnya kakek/ nenek, tante,
paman, sepupu, cucu.

 Implikasi Keperawatan

1. Melakukan penilaian keluarga untuk menentukan ada atau tidaknya


dukungan ibu hamil dan ayah selama dan setelah masuk rumah sakit.

2. Mengidentifikasi dan bergabung dengan individu inti dalam unit keluarga


untuk mendorong perbaikan dan pemeliharaan stabilitas bagi keluarga
produktif setelah ibu dan bayi baru lahir pulang ke rumah.

3. Melibatkan orangtua dan keluarga dalam kegiatan perawatan/perhatian


dengan bayi baru lahir untuk mendorong pembelajaran asuhan setelah
pulang ke rumah.

2
4. Menilai lingkungan rumah dan menentukan adanya factor-faktor yang
berkontribusi pada risiko klien hamil atau kelahiran baru setelah keluar dari
rumah sakit.

5. Bergabung dengan anggota keluarga untuk meminimalkan factor risiko dan


mempersiapkan lingkungan rumah agar sesuai dengan kebutuhan ibu hamil
sebelum kelahiran dan kenutuhan ibu dan bayi baru lahir setelah pulang ke
rumah.

6. Mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga


produktif akan pengakuan melalui terlibat kembali dalam lingkungan
komunitas dan lingkungan rumah.

2.3.. Faktor-Faktor Sosial dan Ekonomi

Factor social seperti lingkungan hidup dan hubungan komunitas, selain


factor ekonomi seperti kemiskinanengangguran, atau tunawisma,
dapatmemenagruhi kesehatan dan stabilitas keluarga produktif karena terbatasnya
akses pada air bersih, makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.
Beberapa kelompok dianggap sebagai populasi berisiko tinggi.
Factor-faktor social utama yang perlu diwaspadai, meliputi :

1. Kemiskinan membatasi akses makanan sehat, mengarah pada


kekurangan gizi.

2. Kurangnya akses perawatan kesehatan menurunkan dukungan dan


pemeliharaan kesehatan dan berkontribusi pada diagnosis terlambat
mengenai penyakit dan perawatan tertunda.

3
3. Pengangguran berkontribusi pada kemiskinan dan kemungkinan
tunawisma. Meningkatnya pembukaan penampungan yang terlalu
penuh, situasi berbahaya, dan penyakit yang mungkin mengancam ibu
dan janin atau bayi baru lahir.

4. Perilaku berisiko tinggi seperti berhubungan tanpa pengaman, obat-


obatan, dan mengemudi dengan ugal-ugalan dapat mengarahkan pada
infeksi, kecanduan, dan kecelakaan yang meningkatkan kematian dan
keadaan tidak sehat pada janin dan ibu.

5. Kehamilan remaja dapat berakibat pada perawatan kehamilan yang


buruk, kelahiran premature, dan cacat lahir, dan juga pengasuhan
yang buruk, mengarah pada bahaya secara fisiologis dan psikologis
pada klien anak-anak.

6. Keretakan keluarga karena factor-faktor seperti penyalahgunaan obat-


obatan atau alcohol, kesehatan mental, kekerasan rumah tangga, atau
perceraian dapat tidak menstabilkan keluarga produktif, yang
mengarahkan pada keadaan bahaya.

7. Ketidakstabilan komunitas karena kegiatan geng, criminal, kekerasan,


pengangguran tinggi, dan kemiskinan dapat menghasilkan
menurunnya sumber daya kesehatan yang tersedia.

 Implikasi Keperawatan

1. Melakukan penilaian komunitas untuk mengidentifikasi factor yang


berkontribusi pada kehamilan remaja atau factor-faktor risiko karena
komplikasi kehamilan, seperti penyakit menular.

4
2. Menunjukkan kebutuhan sumber daya komunitas terutama pada
pelaksanaan dengan tindak lanjut dalam pengaturan komunitas atau
keluarga setelah pelaksanaan.

3. Bekerja Bersama dengan agen komunitas untuk menyediakan


perawatan komprehensif pada keluarga produktif dan menyediakan
penilaian dan evaluasi tindak lanjut.

2.4 Kaitan Teori Keluarga Dengan Praktek Keperawatan

Konsep asuhan yang berpusat pada keluarga dan perluasannya yang logis,
yakni keperawatan keluarga, selalu menjadi bagian dari keperawatan. Seiring
perkembagan praktik, keperawatan perinatal lanjutan untuk mengimbangi
kebutuhsn kesehatan saat ini, konsep dari disiplin ilmu lain berguna untuk
memberi gambaran yang utuh tentang unit keluarga yang akan menerima asuhan
keperawatan.

Karena semakin banyak perawat yang memiliki keahlian dalam penelitian,


profesi keperawatan semakin mampu bekerja sama dengan disiplin ilmu lain yang
terkait, yang minat dan keahlian dasarnya dalam bidang keluarga suatu hari dapat
menetukan pendekatan tim dalam melakukan penelitian mengenai masalah klinis,
program pendidikan multidisiplin dan yang terpenting, asuhan keluarga.

2.5 Peran Keluarga Dalam Keperawatan Maternitas

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharpkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat

5
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola pirilaku dari keluarga, kelompom dan masyarakat (Setiadi).

1. Peran Ayah

Ayah merupakan sex partner yang setia bagi istrinya. Sebagai sex partner,
seorang ayah harus dapat melaksanakan peran ini dengan diliputi oleh rasa
cinta kasih yang mendalam.

a. Ayah sebagai pencari nafkah

Tugas ayah sebagai pencari nafkah merupakan tugas yang sangat


penting dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga
mempunyai dampak yang baik sekali dalam keluarga. Penghasilan yang
kurang cukup menyebabkan kehidupan keluarga yang kurang lancar.

b. Ayah sebagai pendidik

Peran ayah sebagai pendidik merupakan peran penting. Sebab peran ini
menyangkut perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak. Ayah
sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat
rasional. Pendidikan mulai diperlukan sejak anak umur tiga tahun ke
atas, yaiut saat anak mulai mengembangkan ego dan super egonya.

2. Peran Ibu

a. Sebagai ibu dan pendidik

Peran ini dapat dipenuhi dengan baik, bila mampu menciptakan iklim
psikis yang gembira, bahagia dan bebas sehingga suasana rumah tangga

6
menjadi semarak dan bisa memberikan rasa aman, bebas, hangat,
menyenangkan serta penuh kasih sayang.

b. Sebagai pengatur rumah tangga

Peran ini sangat berat. Dalam hal ini terdapat relasi-relasi formal dan
semacam pembagian kerja (devension of labour) : dimana suami
terutama sekali bertindak sebagai pencari nafkah, dan istri berfungsi
sebagai pengurus rumah tangga, tatpi sering kali juga berperan sebagai
pencari nafkah.

c. Sebagai partner hidup

Peran ini ditujukan bagi suami yang memerlukan kebijaksanaan, mampu


berpikir luas, dan sanngup mengikuti gerak langkah karir suaminya.
Sehingga akan terdapat kesamaan pandangan, perasaan, dan berinteraksi
secara lancar dengan mereka.

3. Peran Anak

Peran anak dalam keluarga melaksanakan peranan psikososial sesuai


dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.6 Pengertian Keluarga Berencana

a. Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan


pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan

7
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahgaia dan sejahtera.

b. Menurut World Healt Organisation (WHO) expert committee 1997 : keluarga


berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2.7 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan


menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti
dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita (Hanafi,2002).

1. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak


pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

2. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah


lagi dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

3. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkeluarga.

8
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas
artinya suatu keluarga yang harmonis,sehat,tercukupi sandang,pangan,papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun,2008).

2.8 Sasaran Keluarga Berencana

A. Sasaran langsung pasangan usia subur pasangan yang wanitanya berusia antara
15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari
sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun,2008).

B. Sasaran tidak langsung

1. Kelompok remaja usia 15-19 tahun remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang berisiko untuk melakukam hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya, sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

2. Organisasi-organisasi,lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi


pemerintah maupun swasta,tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama,wanita dan
pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS (Hartanto,2004). Sasaran wilayah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi (Prawirohardjo,2005).

9
Manfaat usaha KB dipandang dari segi kesehatan, peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat
kehamilan yang dialami wanita (Suratun,2008).

2.9 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Ruang lingkup KB antara lain :

1. Perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian keluarga berencana

2. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan SDM aparatur

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

2.10 Pemasalahan Program Keluarga Berencana di Indonesia


1) Pemakaian kontrasepsi belum efektif
Untuk mengontrol angka kelahiran, alat kontrasepsi menjadi salah
satu faktor utama karena:
a. Alat kontrasepsi jangka panjang, seperti perangkat intrauterine
(IUD) dan implant.
b. Penggunaan kontrasepsi jangka panjang reversible (long-acting
reversible contraception/LARC), seperti spiral atau susuk.

10
c. Peserta KB diIndonesia yang menggunakan pil,koyo, atau cincin
memiliki risiko kegagalan kontrasepsi 20 kali lebih tinggi,
dibangdingkan dengan mereka yang menggunkan kontrasepsi
jangka panjang.
d. Peserta KB di Indonesia masih mengandalkan kontrasepsi
sederhana, seperti pil, kondom, dan suntik.
e. Indonesia harus memaksimalkan penggunaan alat kontrasepsi
yang didukung lembaga riset yang kuat.
2) Penggunaan kontrasepsi belum mampu menurunkan angka kematian
ibu hamil dan melahirkan, beberapa tahun sebelumnya.
3) Keluarga berencana belum berhasil menekan faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya angka kematian bayi seperti, usia ibu hamil
terlalu muda, jarak kehamilan terlalu rapat, dan faktor ibu yang terlalu
sering melahirkan, dan pelayanan KB yang masih belum memadai.
4) Keluarga berencana belum berhasil emnurunksn angka kelahiran bayi
selama bertahun-tahun.
5) Upaya untuk meningkatkan pelayanan belum memadai
a. Tenaga penyuluh program Keluarga Berencana masih kurang
menyebabkan, kinerja penyuluhan KB kepada warga masyarakat
tidak bisa optimal di berbagai wilayah di Indonesia.
b. Rendah kemauan masyarakat untuk mengikuti program KB
menyebabkan pelayanan program KB pun harus diberikan dengan
sistem jemput bola.
6) Penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih berorientasi pada wanita
seperti meminum pil KB dan memakai KB spiral atau IUD sementara
para pria memilih memakai kondom, vasektomi, penarikan, atau KB
sistem kalender. Sedang penggunaaan pil kontrasepsi pada bagi pria
yang dapat menghentikan produksi sperma belum banyak masyarakat
yang menggunakannya sehingga perlu penyuluhan.

11
7) Upaya progam KB untuk menganjurkan masyarakat agar tidak
melakukan pernikahan pada usia yang terlalu muda, belum berhasil
karena tidak didukung undang-undang.
8) Pelayan KB belum menjangkau daerah perbatasan, karena terbatasnya
petugas KB dan alat transportasi yang dapat digunakan untuk
melayani masyarakat yang terdapat di kepulauan terpencil karena
masalah transportasi yang memerlukan anggaran tinggi.
9) Program Keluarga Berencana di Indonesia belum berlangsung lebih
optimal. Pemetaan potensi dan permasalahan penyebaran pelayanan
KB di masing-masing daerah belum diketahui secara pasti
diantaranya jumlah tenaga dokter, pasangan usia subur, akses
pelayanan KB, penggunaan jenis kontrasepsi, penyebaran tenaga
penyuluh KB dan jumlah trenaga kesehatan yang mendukung
pelayanan KB.
10) Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia masih kurang efektif.
11) Berkembang mitos komtrasepsi di kalangan masyarakat yang akan
mempengaruhi keberhasilan KB diantaranya:
a. Pemakaian implant banyak ibu yang masih percaya dengan
beragam isu negative
b. Pemakaian kontrasepsi pil KB akan menyebabkan kegemukan
c. Pemakaian kontrasepsi IUD yang akan merusak rahim
d. Pemakaian kontrasepsi suntuikan akan menghilangkan pola
menstruai
e. Pemakaian kontrasepsi implant KB mirip seperti susuk santet
12) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) belum
mampu mengatasi masalah pertumbuhan penduduk karena kampanye
program KB kurang menyentuh level bawah sehingga dana dan
optimalisasi pergerakan kampanye BKKBN ke daerah-daerah harus
ditinggalkan
13) Terdapat pemerintah daerah dinilai kurang peduli dengan peningkatan
program Keluarga Berencana.

12
14) Pendidikan kesehatan reproduksi kurang optimal.

2.11 Strategi Pendekatan Program Pelayanan Keluarga Berencana

1. Strategi Dasar
a. Meneguhkan kembali program di daerah
b. Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
a. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
b. Peningkatan kualitas dan prioritas program
c. Penggalangan dan pemantapan komitmen
d. Dukungan regulasi kebijakan
e. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

Strategi pengelolaan program KBN dibagi dalam tiga tahap sebagai


berikut:

1. Tahap Perluasan Jangkauan


Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran
:
a. Coverge wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih
diutamakan pada penggarapan wilayah potensial.
b. coverge khalayak
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya
pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada
pendekatan klinik.
2. Tahap pelembagaan

13
Pada tahap ini indicator kuantitatif kesertaan berKB berada pada
kisaran 45%-65% dengan prioritas pada pelayanan kontrasepsi
metode jangka panjang (MJP)
3. Tahap Pembudayaan Program KB
Pada tahap ini Coverge wilayah diperluas menjangkau propinsi-
propinsi di seluruh Indonesia sedangkan coverge khalayak diperluas
menjangkau sisa PUS yang menolak.

Berhubungan dengan hal itu maka salah satu strategi pendekatan program
pelayanan keluarga berencana dengan penerapan alat kontrasepsi pada setiap
psangan sehingga angka kelahiran dapat diminimalisir.

Adapun jenis kontrasepsi diantaranya:

a) Metode Sederhana
1. Tanpa Alat
a. KB Alamiah
Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung, efektif
dipakai bila tertib, tidak ada efek samping, pasangan secara suka rela
menghindar senggana pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat
menjadi hamil). Ada beberapa macam KB alamiah, yaitu:
1) Teknik Pantang Berkala
- Untuk Kontrasepsi
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat pertengahan
siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk perhitungan masa
subur, dipakai rumus siklus terpanjang kurang sebelas, siklus
terpendek dikurang delapan belas antara dua waktu, senggama
dihindari. Keuntungan teknik pantang berkala ini yaitu dapat
digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan
alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya, tidak
mengganggu saat berhubungan seksual. Kerugian teknik pantang

14
berkala ini yaitu perlu pencatatan setiap hari infeksi vagina
membuat infeksi serviks.
2) Metode Kalender
Metode kalender atau dikenal terkenal sebagai metode knousogino
bergantung pada perhitungn hai untuk memperkirakan kapan
jatuhnya masa subur. Metode ini diperkenalkan oleh Kyusako Ogino
dari Jepang, Herman Knaus dari Jerman.
Kekurangan metode kalender ini yaitu tidak akurat karena panjang
siklus menstruasi setiap wanita tidaklah sama dalam praktek sukar
untuk menentukan saat populasi dengan tept. Banyak yang
menganggap metode ini sulit diterapkan dan sudah ketinggalan
jaman.
Kelebihannya, tanpa efek samping, gratis tidak perlu membeli obat
ataupun ke dokter, tidak menggunakan bahan kimia, dapat
digunakan baik untuk mencapai kehamilan maupun untuk
kontrasepsi.
3) Metode Suhu Basal
Metode ini berdasarkan suhu tubuh setelah ovulasi sampai sehari
sebelum menstruasi atau sebelumnya. Untuk mengetahui suhu naik,
maka harus selalu diukur dengan thermometer yang sama dan pada
tempat yang sama, setiap pagi setelah bangun tidur sebelum
melakukan pekerjaan apapun dan dicatat pada table. Syaratnya tidur
malam paling sedikit 5-6 jam setiap hari secara berturut-turut, suhu
meningkat setelah tiga hari secara berturut-turut, maka setelah itu
dapat dilakukan senggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Metode ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Jika suhu diukur
secara rutin dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi lain. Kesalahan dapat terjadi jika
sedang mengalami sakit, serta perhatikan kasus seperti ibu menyusui
karena siklus yang tidak teratur.
4) Metode Lendir Serviks

15
Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi serviks dari
bakteri-bakteri penyebab sakit dan dari sperma sebelum masa subur.
Pada saat menjelang masa ovalusi lendir ini akan mengandung lebih
banyak air sehingga mudah dilalui oleh sperma setelah ovulasi lendir
akan menjadi padat. Perubahan bentuk lendir ini bervariasi pada
setiap wanita dan setiap siklus. Untuk mengamati perubahan ini bagi
wanita tertentu cukup dengan mengamati lendir yang berada di liang
vagina tetapi bagi wanita lain mungkin harus mengambil dari mukut
rahim. Jika lendir atau biasa disebut keputihan keluar menjadi encer,
menggumpal-gumpal dan lengket, maka hal ini menunjukkan akan
terjadi ovulasi, sehingga senggama harus dihindari tau dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Pada puncak mas subur, lendir akan
keluar dalam jumlah yang lebih banyak, menjadi transparan, encer,
dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik antara dua jari seperti
benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat dilakukan
senggama tanpa alat kontrasepsi.
Lendir serviks tidak bisa diamati pada saat sedang terangsang dan
beberapa jam setelah senggama karena dinding vagina juga akan
mengeluarkan lendir yang akan memalsukan lendir serviks.
Metode ini cukup aman bagi wanita yang berpengalaman, dalam
mengenali bentuk-bentuk lendir, maka diperlukan waktu yang lama
untuk menggunakan metode ini.
5) Metode Simtomtermal
Wanita dapat menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh
dan lendir serviks. Setelah haid berhenti, wanita dapat berhenti pada
malam hari pada hari kering dengan berseling semalam masa tak
subur. Ini turan selang hari kering, sama dengan metode lendiir
serviks. Masa subur dengan aturan yang sama metode lendir serviks,
berpantang terjadi. Apabila aturan ini tidak mengdentifikasi aturan
yang sama sebagai akhir masa subur, selalu ikut aturan yang paling

16
konservatif, yaitu aturan mengidentifikasi masa subur yng paling
panjang.
2. Dengan Alat
a. Mekanisme Barier
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil) atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual.
Cara Kerja:
- Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam reproduksi wanita.
- Mencegah penularan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
lateks dan vinili).

Manfaat dari kondom, yaitu:

- Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter tau pemeriksaan kesehatan
khusus
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi
lainnya harus ditunda
- Nonkontrasepsi
 Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber KB
 Dapat mencegah penularan IMS

17
 Mencegah ejakulasi dini
 Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(mengurangi bahan karsino genik eksogen pada serviks)
b. Barrier Intravaginal
1) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks. Jenis-jenisnya ada Flat spring (flat metal band),
Coil spring (coiled wire), Arching spring (kombinasi metal spring).
Cara kerjanya dengan menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaatnya yaitu:
- Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang smpai 6 jam sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
- Nonkontrasepsi
 Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS,
khususnya apabila digunakan dengan spermisida
 Bila digunakan pada saat haid, menampung darah
menstruasi
- Keterbatasan
 Efektivitas sedang (bila digunakan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 wanita tahun
pertama).
 Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan

18
 Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual
 Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
 Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi
saluran uretra
 Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus
berada posisinya
2.12 KIE

A. Tujuan Konseling
 Pengertian

Pertemuan tatap muka antara dua pihak, di mana satu pihak


membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya
sendiri dan kemudian bertindak sesuai keputusan.
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE, bila seseorang telah
termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya dia perlu diberikan konseling
sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya konseling
dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah tidak dapat
dipecahkan sendiri.
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi.

B. Jenis Konseling
 Konseling bertujuan untuk :

a. Memberikan informasi yang tepat secara obyektif mengenai pilihan pola


representasi dan mengetahui manfaatnya

19
b. Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negatif, keraguan
atau kekhawatiran sehubungan dengan metode kontrasepsi
c. Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka
sehingga aman dan sesuai dengan keinginan klien
d. Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih
secara aman dan efektif
e. Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat
pelayanan keluarga berencana
f. Khusus kontrasepsi mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan
metode kontrasepsi alternatif
g. Memahami diri secara lebih baik
h. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
i. Lebih realitas dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga :
1. Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
2. Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
3. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salam penyesuaian diri
4. Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
5. Memperoleh dan merasakan kebahagiaan

C. Prinsip Langkah KIE

SATU TUJU
- SA : Salam, sambut kepada klien secara terbuk dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.
Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
- T : Tanyakan kepada klien tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian

20
kepada klien apa yang disampaikan klien dengan kata-kata, gerak isyarat, dan
aranya. Coba tempaktkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita
mengerti dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien,
kita dapat membantunya.
- U : Uraikan kepada klien mengenai pemilihannya dan beri tahu apa
pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksinya yang paling mungkin.
Termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diinginkan oleh klien.
- TU : Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan
kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga
apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
Jika memungkinkan didiskusikan mengenai pilihan tersebut kepada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat.
- J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan
alat/obat kontrasepsinya yang akan digunakan tersebut dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekli lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas
menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat
ganda metode kontrasepsi, misalnnya kondom yang dapat mencegah infeksi
menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan
kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
- U : Ulang, perlunya dilakukan kunjungan ulang bicarakan dan buatlah
perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan
klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

D. Jenis KIE

21
 Jenis Konseling
a. Konseling KB awal atau pendahuluan
Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum mengetahui KB, belum
mengerti Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
b. Konseling KB pemilihan
Cara dilakukann pada mereka yang sudh mengerti NKKBS dn
membutuhkan pertolongan atau bantuan dalam memilih cara-cara atau
alat/obat kontrasepsi.
c. Konseling KB Pemantapan
Dilaukan kepada mereka yang sudah memahami. Tujuannya ialah
supaya yakin bahwa obat kontrasepsi yang akan dipakainya sesuai
dengan kondisi dan kebutuhnnya, mengetahui kemungkinan efek
samping dan cara mengatasinya. Pada konseling ini sudah dilengkapi
dengan hasil pemeriksaan kesehatan dan keterangan diri yang diperlukan
untuk mengetahui cocok tidaknya memakai alat/obat kontrasepsi.
d. Konseling KB Pengayoman
Dilakukan pada mereka yang sudah memakai alat kontrasepsi.
Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah
memkai alat kontrasepsi, misalnya karena pengaruh dari luar. Bisa uga
dilkukan pada mereka yang tadinya susah memahami dan ingin memiliki
KKBS, memakai alat kontrasepsi, tapi kemudian berubah pendapat
karena alasan tertentu.
e. Konseling KB perawatan/pengobatan
Dilkukan pada mereka yang mengalami keguncangan emosi atau
gangguan kejiwaan akibat keinginannya untuk memiliki KKBS maupun
karena memakai alat kontrasepsi.

 Dapat juga jenis konseling dibedakan sebagai berikut:


a) Konseling Umum.

22
b) Penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan
kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
c) Konseling Spesifik, penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan,
alternative, keuntungan, keterbatasan, akses dan fasilitas layanan.
d) Konseling Pra dan Pasca Tindakan, penjelasan spesifik tentang prosedur
yang akan dilaksanakan serta penjelasan lisan/instruksi tertulis asuhan
mandiri.

E. Faktor Pendukung , Penghambat , dan Cara Penanggulangannya

Factor Pendukung dan Penghambat KIE dan Cara Penanggulangannya

a. Factor Penghambat
(a) Klien tidak mau terbuka karena malu mengungkapkan masalah yang
dihadapi dalam menggunakann kontrasepsi.
(b) Klien tidak banyak mengetahui tentang masalah KB.
(c) Klien tidak mampu memahami dan mengerti jenis masalah yang
disampaikan.
(d) Klien tidak mengerti bahasa yang disampaikan oleh petugas.

b. Factor Pendukung
(a) Timbulnya kerjasama yang baik antara konselor dan klien, sehingga ada
komunikasi yang seimbang antara klien dan konselor.
(b) Adanya kesadaran klien untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap
pelaksanaan KB.
(c) Kemampuan klien untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan
kontrasepsi melalui media.
(d) Adanya kesadaran klien untuk berinteraksi dengan peserta KB lainnya.

c. Cara Penanggulangan
(a) Menjelaskan pengertian tentang program KB secara bertahap.

23
(b) Memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti.
(c) Meyakinkan klien bahwa metode kontrasepsi apapun ada keuntungan dan
kerugiannya.
(d) Memberikan kesempatan kepada klien untuk aktif menyampaikan
masalah yang dihadapi.
(e) Konselor harus mengetahui benar masalah yang dihadapi klien dan
menguasai materi-materi yang harus dipecahkan.

F. Teknik –Teknik Konseling

 Teknik-Teknik Konseling

1. Teknik-teknik konseling yang biasa dipergunakan :

a. Cara support untuk memberi dukungan kepada klien, karena mereka


dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan
menegangkan/menentramkan dan menumbuhkan kepercayaannya bahwa
mereka mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
b. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan dan
menyalurkan semua perasaan yang dimilikinya untuk menimbulkan
perasaan lega.
c. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-
perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapannya.
d. Memberi semua informasi diperlukannya untuk membantu klien membuat
keputusan.

2. Dalam konseling diadakan percakapan dua arah untuk :


a. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang
tersedia.
b. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi
pilihannya.

24
c. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya.
d. Membantu peserta KB dalam penyesuaian diri terhadap kondisi barunya,
terutama bila dia mengalami berbagai permasalahan.

3. Informasi yang diberikan meliputi :


a. Arti keluarga berencana
b. Manfaat keluarga berencana
c. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
d. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
e. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
f. Rujukan kontrasepsi

25
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

26
27
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai