Disusun Oleh :
NIM : P1337420217067
2019
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR DEXTRA
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak
menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke
tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga
berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3
berdasarkan beratnya fraktur.
a. Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari
1 cm.
b. Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada
otot.
c. Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada
pembuluh darah.
3. Fraktur komplit, Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering
berpindah dari posisi normal.
4. Fraktur inkomplit
C. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di
sebabkan oleh kendaraan bermotor.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur
impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis
fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien.
Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.
E. PATOFISIOLOGI
F. PATHWAY
Etiologi
Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi
H. PENATALAKSANAAN
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani
fraktur :
1. Rekognisi
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis.
f. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi kesehatan
2) Pola Nutrisi dan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola tidur dan istirahat
5) Pola aktivitas
6) Pola hubungan dan peran
7) Pola persepsi dan konsep diri
8) Pola sensori dan kognitif
9) Pola reproduksi seksual
10) Pola koping
11) Pola keyakinan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti
1) Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
b. Pemeriksaan head-to-toe :
1) Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,
tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan).
3) Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping
hidung.
4) Telinga :Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
5) Mulut dan Gigi : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
6) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
7) Thoraks : Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris.
8) Paru – paru
a) Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan
paru.
b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama.
c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
d) Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
9) Jantung
a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba
c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
10) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
c) Perkusi : suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
d) Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
11) Inguinal-Genetalia-Anus : Tak ada hernia, tak ada pembesaran
lymphe, tak adakesulitan BAB.
12) Kulit : Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
13) Ekstermitas : Kekuatan otot, adanya oedema atau tidak, suhu
akral, dan ROM.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
C. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Nyeri yang dilaporkan berkurang
b. Panjangnya episode nyeri berkurang
c. Ekspresi wajah nyeri tidak nampak
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
factor pencetus.
b. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.
c. Kurangi factor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kurang
pengetahuan).
d. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya
farnakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan
nyeri.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri.
Intervensi :
a. Monitor pergerakan di bagian distal area trauma
b. Tutup luka dengan balutan luka dan control perdarahan sebelum
dipasang bidai
c. Batasi pergerakan pasien terutama pada bagian yang mengalami
trauma
d. Posisikan tangan atau pergelangan tangan yang trauma sesuai
fungsinya
e. Pasang bidai pada bagian tubuh yang mengalami trauma, topang area
yang trauma dengan tangan dan minta bantuan tenaga kesehatan lain bila
memungkinkan.
3. Diagnosa 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
sekunder tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka masalah
resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Tekanan darah sistolik dalam batas normal
b. Tekanan darah diastolic dalam batas normal
c. Nadi normal
d. Suhu tubuh normal
Intervensi :
a. Identifikasi strategi koping yang digunakan.
b. Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
c. Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan medis.
d. Instruksikan factor risiko dan rencana untuk mengurangi factor risiko
e. Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas pengurangan risiko
berkolaborasi dengan individua atau kelompok.
D. Implementasi
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan fraktur adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer, A. DKK. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC.
Nurchairiah. A. DKK. 2013. Efektivitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyer Pada
Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad. Jurnal
Keperawatan.