Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR ANKLE

DI RUANG H1

OLEH :

CATHERINE GUNAWAN (1921005)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR ANKLE

A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture). Fraktur ini
biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang bertumpu di tanah atau
akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang berlebihan (overstressing) pada
sendi pergelangan kaki. Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi pergelangan kaki.
Fraktur ankle itu sendiri yang dimaksudkan adalah fraktur pada maleolus lateralis
(fibula) dan/atau maleolus medialis. Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks
dan penopang badan dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan
medialis yang diikat dengan ligament.

B. ETIOLOGI
Fraktur pergelangan kaki paling sering terjadi pada trauma akut, seperti jatuh, salah
langkah, atau cedera saat berolahraga, lesi patologis jarang menyebabkan fraktur
pergelangan kaki
Kondisi yang Berkaitan dengan Fraktur Pergelangan Kaki
1. Keseleo pergelangan kaki (sprain ankle)
2. Keseleo PTT (sprain PTT)

C. TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen
pada fraktur menyebabkan deformitas, ekstermitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstermitas yang normal. Ekstermitas tak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
4. Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera ( Smelzter, 2002 ; Bare, 2002).
Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan tak dapat
berjalan. Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan atau
deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada
daerah tulang atau pada ligamen. Nyeri pada pergelangan kaki dan ketidakmampuan
menahan berat tubuh. Deformitas dapat timbul bersama dengan fraktur/dislokasi. Sering
juga ditemukan pembengkakan dan ekimosis.

D. PATOFISOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan, maka volume darah
menurun. COP (Cardiak Out Put) menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neuralvaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh.

E. PATHWAY

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas tulang Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
Ketidakstabilan posisi fraktur,
pembuluh darah Luka
apabila organ fraktur
digerakkan Perdarahan lokal

Fragmen tulang yang patah


Hematoma pada daerah fraktur Gangguan
menusuk organ sekitar
Kuman mudahkulit
integritas masuk
Aliran darah ke daerah distal
berkurang atau terhambat

(warna jaringan pucat, nadi


Gangguan rasa lemas, cianosis, kesemutan)
nyaman nyeri Resiko tinggi
Sindroma kompartemen Kerusakan neuromuskuler
keterbatasan aktifitas infeksi

Gangguan fungsi organ distal


Defisit perawatan diri

F. KOMPLIKASI
Gangguan mobilitas fisik
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan pembuluh
darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak akurat
yang akan menimbulkan osteoarthritis.
3. Osteoartritis
4. Algodistrofi
Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi perubahan
trofik dan osteoporosis yang hebat.
5. Kekakuan yang hebat pada sendi

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI (Magnetic Resonance Imaging). Untuk melihat
dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3. Arteriogram
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap
Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit
sebagai respon terhadap peradangan.

H. PENATALAKSANAAN
1. Reduksi
Mengembalikan fraktur tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi
adalah mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung selang
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang biasa digunakan
traksi, bidai dan lainnya. Reduksi terbuka dalah dengan pembedahan. Alat fiksasi
biasanya dalam bentuk plat
2. Immobilisasi
Immobiliisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
melalui peredaran darah, nyeri, perabaan, dan gerakan. Perkiraan waktu immobilisasi,
yang dibutuhkan untuk menyatukan tulang yang mengalami fraktur.

I. PROSES PENYEMBUHAN TULANG


Penyembuhan fraktur merupakan proses biologis yang sangat luar biasa. Tidak seperti
jaringan lainnya, fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi
tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk
mengobati fragmen fraktur. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera
setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai
sampai terjadi konsolidasi. Selain factor biologis, faktor mekanis yang penting seperti
imobilisasi secara fisik fragmen fraktur sangat penting dalam penyembuhan.:
1. Fase hematoma
Akibat robekan pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli-kanalikuli system
haversi sehingga terjadi ekstravasasi ke dalam jaringan lunak, yang menimbulkan
suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah
trauma.
2. Proloferasi
Terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.
Terbentuk kalus eksterna yang belum mengandung tulang sehingga secara radiology
3. Fase pembentukan kalus
Terbentuk woven bone atau kalus yang telah mengandung tulang. Fase ini merupakan
indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur
4. Fase konsolidasi
Woven bone membentuk kalus primer
5. Fase Remodeling
Union telah lengkap dan terbentuk tulang kompak yang berisi system haversi dan
terbentuk rongga sumsum.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pemulihan :
a. Usia klien
b. Immobilisasi
c. Komplikasi atau tidak misalnya infeksi biasa menyebabkan penyembuhan lebih
lama.
d. Keganasan lokal, penyakit tulang metabolik dan kortikosteroid.

J. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Nyeri pada lokasi fraktur terutama saat digerakkan,
pembengkakan, spasme otot, perdarahan, aliran darah arteri terganggu oleh
fraktur
b. Pengkajian biologis : berfokus paa gangguan rasa nyaman, aktivitas istirahat tidur
dan kebutuhan oksigenasi
c. Pemeriksaan fisik : Head to toe, kesadaran, vital sign
d. Pemeriksaan penunjang : radiologi, EKG, CT scan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (fraktur)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (fraktur)
c. Gangguan integritas kulit b.d Faktor mekanis (fraktur)
d. Resiko infeksi b.d Kerusakan integritas kulit (luka terbuka)
3. Intervensi Keperawatan
Dx. Keperawatan SLKI SIKI
Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (SIKI,
pencedera fisik I.08238)
(fraktur) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1. Identifikasi skala nyeri
…..x24 jam diharapkan 2. Berikan teknik
Tingkat Nyeri berkurang, nonfarmakologis untuk
dengan kriteria hasil: mengurangi rasa nyeri
a. Keluhan nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan
menurun tidur
b. Meringis menurun 4. Jelaskan strategi
c. Gelisah menurun meredakan nyeri
5. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
Gangguan integritas Integritas Kulit dan Perawatan Luka (SIKI,
kulit b.d factor mekanis Jaringan (SLKI, L.14125) I.14564)
(luka terbuka)
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka
keperawatan selama …x24 2. Monitor tanda-tanda
jam diharapkan Integritas infeksi
kulit dan jaringan 3. Berikan salep yang sesuai
membaik, dengan kriteria ke kulit/lesi
hasil 4. Jelaskan tanda dan gejala
a. Tidak ada tanda- infeksi
tanda infeksi 5. Kolaborasi pemberian
b. Vital sign dalam antibiotik
batas normal
c. Kerusakan jaringan
menurun
d. Kerusakan lapisan
kulit menurun
Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik (SLKI, Dukungan Ambulasi (SIKI,
fisik b.d kerusakan L.05042) I.06171)
integritas struktur
tulang (fraktur) Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri
keperawatan selama …x24 atau keluhan fisik lainnya
jam diharapkan Mobilitas 2. Monitor kondisi umum
fisik membaik, dengan selama melakukan
kriteria hasil : ambulasi
a. Kekuatan otot 3. Fasilitasi aktivitas
meningkat ambulasi dengan alat
b. Rentang gerak bantu (mis. Tongkat,
(ROM) meningkat kruk)
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi

Anda mungkin juga menyukai