Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

A
DENGAN DIAGNOSIS INTRACEREBRAL HEMORHAGE (ICH) DI RUANG ICU
IGD RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN LAUT Dr. RAMELAN SURABAYA

Dosen Pembimbing :
Dwi Priyanti, S.Kep., Ns., M.Sc
NIP. 03006

Disusun :
Rico Indra Setyawan
1920035

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Rico Indra Setyawan


Prodi : D III – Keperawatan
Nim : 1920035
Tugas Laporan Asuhan Keperawatan Dibuat Syarat Untuk Melengkapi Tugas Praktik Klinik Mata
Kuliah Gawat Darurat (GADAR)

Surabaya, 09 Mei 2022

Rico Indra Setyawan


1920035

Mengetahui

Pembimbing Instituasi : Pembimbing

Dwi Priyanti, S.Kep., Ns., M.Sc


Nip.03006
A. Definisi

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan
adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT
Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single,
Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak.Hemorragi ini
biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka
tembak ,cidera tumpul.
Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya
diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh –pembuluh darah
dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena cidera tekanan .ukuran hematom bervariasi dari
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2- 16 kasus cidera.
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri . hal ini
dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka .intraserebral
hematom dapat timbul pada penderita strok hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.

B. Etiologi

Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :


1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok
C. WOC
Trauma kepala, fraktur depresi tulang tengkorak, hipertensi,malformasi arteri venora, aneurisma
distrasi darah, obat, merokok.

Pecahnya pembuluh darah otak

Darah masuk kedalam jaringan


otak

Darah membentuk massa atau


Fungsi otak menurun Reflek menelan
hemotoma

Gangguan aliran darah Penatalaksanaan


dan oksigen ke otak kranitomi Tekanan pada Implus sensorik dan Anoreksia
jaringan otak motoric terganggu

Pernafasan dangkal Luka insisi bedah


Ketidakseimbangan
Peningkatan tekanan Inkotenesia urine kebutuhan nutrisi
Pengguanaan otot Post dan entri intrakranial
pernafasan mikroorganisme
Retensi urine

Gangguan darah dan oksigen ke


Resiko infeksi otak Kelemahan otot progresif ADL di bantu
Pola nafas tidak efektif

Gangguan perfusi Hambatan mobilitas fisik


jaringan sereberal
D. Patofisiologi

ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas kemedial
kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang relatif aseluler korona
radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria perforating kecil yang meninggalkan
arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai arteria
lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria perforating pasien
hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil yang diduga rupturnya
menjadi sumber perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai
pada pons atau hemisfer serebeler.
ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar duapertiga akan
mengalami perburukan neurologis progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat
datang kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh kedalam
koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini karena
peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan
tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan
ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan gaze ipsi lateral
dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman herniasi
unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila
hemisfer dominan terkena.

Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua carayaitu:


1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus dimana
hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.
2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang kurang selluler
namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi
neurologis yang mungkin reversibel.80% pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam
eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan kasus hematoma
memecah kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis
PSA.

Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75 tahun.
Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti juga penderita yang mendapat
antikoagulan terutama Coumadin. Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari 20.000,
penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin meninggikan risiko terjadinya PIS.
ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada
ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons. Karenanya
kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini struktur beserta
frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi putih subkortikal 30%, serebelum 16%,
talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah
cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang mencatu putamen.
ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas, ia disebabkan
oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada
aneurisma milier kecil, dijelaskan oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria
lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus PIS
kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid serebral, atau
tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering mengalami perdarahan,
sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor metastatik yang
tersering menimbulkan perdarahan.
Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit
neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung pada
derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik
dari pada pasien koma. Penelitian Dixon 1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor
terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma lober
superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam. Perluasan klot
ke sistema ventrikuler memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan dengan diameter
lebih dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan kondisi medis
buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung mempunyai outcome buruk.

E. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua,
sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak
dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali
mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau
menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah,
serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit.
Menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat
timbul segera atau secara lambat
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intra
kranium.

F. Penatalaksanaan Medis

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.


Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami
tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan
beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh
seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant
(seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti
aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang
menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
2. Transfusi atau platelet
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma segar
yang dibekukan)
4. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)
5. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam
tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena operasi
itu sendiri bisa merusak otak.
Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah
sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik
dan obat anti inflamasi
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya
yang menunjang.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan
diagnosis keperawatan.

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola persepsi dan konsep diri
h. Pola sensori dan kognitif
i. Pola reproduksi seksual
j. Pola penanggulangan stress
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : bentuk normocephalik
2. Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara
nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
1. Pemeriksaan nervus cranialis
2. Pemeriksaan motorik
3. Pemeriksaan sensorik
4. Pemeriksaan refleks
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
2. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
3. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.
4. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke.
b. Pemeriksaan laboratorium
1. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

2. Pemeriksaan darah rutin


3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
4. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b.d Adanya Jalan Napas Buatan (SDKI D.0001 hal 18)
2. Defisit Perawatan Diri b.d Gangguan Neuromaskuler (SDKI D.0109 hal 240)
3. Risiko Aspirasi b.d Penurunan tingkat kesadaran (SDKI D.0006 hal 26)

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Bersihan Jalan Setelah di lakukan intervensi 1. memonitor pola


Napas tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam nafas 1. untuk
b.d Adanya Jalan maka bersihan jalan napas 2. memonitor mngetahui pola
Napas Buatan meningkat dengan kriteria bunyi nafas nafas pasien
(SDKI D.0001 hal hasil : tambahan 2. untuk
18) 1. Produksi sputum menurun 3. memonitor mengetahi adanya
2. Mengi menurun adanya sputum bunyi nafas
3. Frekuensi napas membaik 4.memmposisi tambahan agar
4. pola napas membaik kan pasien 3. untuk
SLKI L.01001 hal 18 semi flower mengetahui ada
atau flower tidaknya yang
4. mlakukan menghambat jalan
penyedotan nafas
lendir selama 4. untuk
15 detik melancarkan
5.menganjurkan sirkulasi
asupancairan 5. untuk
2000ml memperlancar
/hari jalan nafas
6.mengajarkan
batukefektif
SIKI I.01011 hal
186

1. Memonitor status 1. untuk


2.Defisit Setelah di lakukan intervensi hidrasi pasien,jika memantau
Perawatan Diri keperawatan selama 3x24 jam perlu
b.d Gangguan maka perawatan diri cairan tubuh
2. Melakukan oral pasien
Neuromaskuler meningkat dengan kriteria hygiene sebelum
(SDKI D.0109 hasil : 2. Untuk
makan,jika perlu
Hal 240) 3. Menyiapkan menjaga
1. Kemampuan mandi Makanan dan kebersihan
meningkat minum dengan mulut pasien
suhu yang 3. Untuk
2. Kemampuan makan meningkatka
meningkatkan
meningkat nafsu makan n nafsu
3. Mempertahankan 4. Mengkolaborasi makan
pemberian obat pasien
kebersihan diri meningkat
SIKI 1.11351 Hal 38 4. Pemberian
4. Mempertahankan obat pasien
kebersihan mulut
meningkat
SLKI L. 11103 hal 81

3. Risiko Setelah di lakukan intervensi 1. memonitor pola


Aspirasi b.d keperawatan selama 3x24 jam nafas 1.untuk
Penurunan maka tingkat aspirasi menurun 2. memonitor mngetahui pola
tingkat dengan kriteria hasil : bunyi nafas nafas pasien
1. Tingkat kesadaran meningkat tambahan 2.untuk
kesadaran
2. Kebersihan mulut meningkat 3. memonitor mengetahi adanya
(SDKI D.0006
3. Akumulasi secret menurun adanya bunyi nafas
hal 26)
4. Frekuensi napas membaik sputum tambahan agar
SLKI L.01006 Hal 133 4. memposisikan 3. untuk
pasien semi
mengetahui ada
flower atau
tidaknya yang
flower
menghambat jalan
5. memlakukan
nafas
penyedotan
4.untuk
lendir selama
melancarkan
15 detik
sirkulasi
6. menganjurkan
untuk
asupancairan
memperlanc
2000ml
arjalan nafas
/hari
7. mengajarkan
batuk efektif
SIKI I.01011 hal
186
D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi


3, EGC, Jakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf
Indonesia, Surabaya.

Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru Millenium III, Bangkala

Anda mungkin juga menyukai