Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN KEPERAWATAN MATERNITAS

1. KEHAMILAN/ Antenatal
A. Pemeriksaan kehamilan
- Pemeriksaan head to toe (dari ujung rambut sampai kuku)
- Pemeriksaan leopold
Leopold 1 = menentukan tinggi fundus uterus (bagian teratas rahim). Dari TFU bisa
menentukan usia kehamilan (dalam minggu) dg rumus= (8/7) x TFU
Bisa menilai TBJ/ Taksiran Berat janin.
Rumus (TFU- 11) X 155 gram kalau belum masuk PAP
Rumus (TFU- 12) X 155 gram kalau sudah masuk PAP

Leopold 2 = menentukan bagian kanan dan kiri dari rahim, kalau panjang keras seperti
papan kesan adalah punggung, kalau teraba kecil-kecil kesannya adalah ekstremitas.

Leopold 3 = menentukan presentasi janin/bagian terendah dari janin. Kalau teraba bulat
keras melinting kesannya adalah kepala.

Leopold 4 = menentukan kepala sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul). Kalau sudah
masuk/divergen, klau belum masuk disebut convergen.
- Penentuan TP/ Taksiran Partus Rumus HPHT/Hari Pertama Haid Terakhir
(tanggal/bulan/tahun) +7-3+1 (RUMUS NEAGLE)
Contoh: HPHT tanggal 3 September 2020, Taksiran partus tanggal 10 Juni 2021.
- Periksa DJJ (Detak jantung janin) Normal 120-160 x/menit
- Periksa Tekanan darah, oedema pada kaki. Karena kalau tanda ini muncul curiga pre
eklamsia, sehingga lakukan pemeriksaan protein urine.
- Trias preeklamsia (pre eklamsia terjadi pd usia kehamilan >20 MINGGU)—TD Naik,
Oedema, Protein urine (PER +1/ PEB +3)
- HIPERTENSI KRONIS—RIWAYAT HT sebelumnya.

2. Persalinan/ Intranatal/Intrapartum
Persalinan ada 4 kala
- Kala 1/Kala pembukaan
a. Ditandai dengan kontraksi, keluar darah bercampur lendir. Untuk memastikan lakukan
VT menilai pembukaan serviks.
b. Observasi durasi dan frekuensi kontraksi, dengan meletakkan tangan di fundus selama
10 menit lihat berapa kali kontraksi. Contoh dalam 10 menit ada 4x45detik
c. Ada 2 fase = fase laten pembukaan 1-3, dan fase aktif pembukaan 4-10. Pada primipara/
orang pertama kali melahirkan fase laten 1 cm/ 2jam, fase aktif 1 cm/jam. Sehingga fase
aktif lebih sering kontraksinya, lebih kuat dan lebih sakit dibanding fase laten.
d. Sehingga selama fase aktif lakukan pemeriksaan lembar partograf, isinya untuk menilai
kontraksi, pembukaan serviks, djj, urine.
e. Kondisi normal, pasien sarankan untuk jalan2 untuk mempercepat kontraksi.
f. Masalah keperawatan yang sering muncul nyeri b.d kontraksi, anxietas b.d krisis situasi
g. Kondisi patologis seperti KPD (Ketuban Pecah Dini)/KPP (Ketuban pecah premature) jika
ada rembesan maka lakukan tes lakmus untuk menilai memang ketuban yang keluar.
Jika KPD pasien wajib bedrest, karena selaput ketuban sudah pecah sehingga lapisan
pelidung bayi sdh hilang, resiko infeksi dan resiko cidera bayi.

- Kala 2 / Kala pengeluaran bayi


a. Dimulai pembukaan 10 sampai keluarnya bayi, tugas perawat adalah memimpin
persalinan. Tarik nafas kemudiana ketika ada kontraksi ibu diminta mengejan. Kalau
belum pembukaan lengkap pasien jangan boleh mengejan, untuk mengatasinya rasa
pingin mengejan karena nyeri maka lakukan teknik relaksasi dan distraksi.
b. Tolong baca SOP persalinan.
c. Pelajari APGAR score untuk menilai tingkat adaptasi bayi baru lahir.
d. Bayi baru lahir jika APGAR score bagus dg nilai 7-10 maka lakukan IMD (inisiasi menyusu
dini selama 1 jam agar bayi belajar menyusui)
e. BBL penting untuk mendapatkan colostrum/ asi pertama dr ibunya.

- Kala 3 / kala uri/ kala pengeluaran plasenta


a. Terpenting berikan suntIk oksitosin setelah bayi lahir di paha bagian antas dengan
metode IM
b. Jangan dipaksa keluar plasenta, tetapi regangkan plasenta.
c. Baca SOP APN/ Asuhan Persalinan Normal 58 langkah.

- Kala 4 / dimulai setelah plasenta lepas sampai 2 jam post partum


a. Lakukan obervasi TTV == 1 jam pertama setiap 15 menit, 1 jam kedua setiap 30 menit.
b. Observasi Kontraksi uterus== baik palpasi keras, kalau jelek lembek== resiko
perdarahan==lakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi
c. Observasi jumlah perdarahan, jangan sampai diatas 500 cc disebut HPP(Haemoragic Post
Partum). Observasi apakah ada luka episiotomi/ ruptur perineum==jika terjadi lakukan
heating/ penjahitan.
d. Observasi bleder/ kandung kemih harus kosong jangan penuh karena menggangu
kontraksi uterus. Jika penuh keluarkan kencingnya dengan pispot, jika tidka bisa keluar
pakai kateter sementara.

3. Nifas/ Postpartum
- Dimulai setelah melahirkan sampai 40 hari
- Masa adaptasi fisik dan psikologis.
- Adaptasi psikologis ada 3 tahapan
a. Taking in—1-2 hari post partum, ibu masih berfokus pada dirinya sendiri krn
kelelahan proses persalinan
b. Taking hold—2-3 hari post partum, ibu sdh tdk lelah dan mulai tertarik untuk
merawat anaknya, cocok untuk kita memberikan edukasi.
c. Lating go—siap dengan peran baru sebagai ibu
- Jika ada masalah psikologis - bisa terjadi baby blues, sampai depresi post partum pada
ibu.
- Penting diajarkan perawatan post partum== breast care untuk memperlancar ASI, vulva
higiene untuk mencegah infeksi, teknik menyusui, perawatan tali pusat.== tolong dibaca
SOP

4. KB
- Matode Alami
Bisa dengan metode kalender/pantang berkala, dengan menghidari hubungan suami
istri/ coitus dimasa subur. Masa subur terjadi 14 hari sebelum menstruasi selanjutnya,
cocok untuk yang menstuasinya teratur. Tidak cocok untuk yang menstruasi tidak
teratur.
- Metode Barier
Bisa dengan menggunakan kondom
- Hormonal== kontraindikasi bagi yang hipertensi, karena akan meningkatkan lagi TD
a. Pil
b. Suntik 1 bulan
c. Suntik 3 bulan
d. Implat
- IUD (Intra Uterine Device)/ AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
a. Bisa digunakan dalam waktu lama 5 tahun
b. Aman untuk penderita hipertensi
c. Efektivitas tinggi
- Streril
a. MOW (Metode Operatif Wanita) / Tubektomy – dipotong/ diikat tuba falopinya
Syarat usia diatas 35 tahun, jumlah anak 3, usia anak terkecil diatas usia 5 tahun.
b. MOP (Metode Operatif Pria)/ Vasektomy—dipotong/ diikat vas deferennya
5. Gangguan Ginekologis
- Bisa terjadi keganasan Ca serviks/ Ca mulut rahim--- penyebab adalah virus HPV, faktor
resiko adalah hubungan seksual dini, sering berganti pasangan, vulva higiene yang kurang,
konsumsi makanan karsinogenik/pemicu Ca. Pemeriksaan deteksi dini dg Pap smear/ iva.
Dilakukan rutin 1 tahun sekali
- Mioma uteri/ jinak.
- Masalah yang sering muncul adalah perdarahan, nyeri, anemia.

LAMPIRAN
PROSEDUR PERSALINAN NORMAL
KEGIATAN KASUS
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua/ DORAN
TEKNUSVULKAPERJOL
 Ibu merasa ada dororngan kuat dan meneran (DORAN)
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina (TEKNUS)
 Perineum tampak menonjol PERJOL
 Vulva dan sfingter ani membuka VULKA
I. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat – obatan essensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusitasi →tempat datar, rata, bersih, kering,
dan hangat, 3 handuk/ kain bersih dan kering , alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm di atas tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10unit dan alat suntik steril sekali pakai
di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
II. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% → langkah #9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –
160x/menit )
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
III. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan member semangat pada ibu
untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang pada waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
IV. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibiu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5- 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
 Jika tali melilit leher secara kuat, klem talipusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirkan badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tanga atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainya )
VI. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
 Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun
berikutnya)
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/ kain yyang kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira –
kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala
bayi
VII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5- 10cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kebelakang – atas (dorso –
cranial ) secara hati – hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso – cranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dankemudian kea rah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso – cranial )
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15menit menegangkan tali
pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta dalam wadah yang
telah disediakan
 Jika selaput robek,tetap pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari – jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakkan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase
VIII. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh, masukkan plasenta ke dalam
kantung plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina atau perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi prdarahan
pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1jam.
 Sebagaian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotika salep mata pencegahan dan vitamin K1 1mg intramuscular
dipaha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dip aha kanan anterolateral
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa
disusukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15menit pada 1jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan pada ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dengan
menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama
2jam pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiao 15 menit untuk pastikan bahwa
bayi bernapas dengan baik (30 – 60x / menit ) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5)
 Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, di resusitasi
dan segera merujuk ke rumah sakit
 Jikia bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk
 Jika kaki etraba dingin,pastikan ruangan hangat. Kembalikan
bayi kulit ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi
dengan satu selimut
Kebersihan dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk member ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, nalikkan
bagian dalam keluar dan rendam dengan larutan klorin 0,5% selama
10menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang ), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV
APGAR SCORE VERSI GAMBAR
APGAR SCORE VERSI BHS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai