0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan11 halaman
1. Kasus ini melibatkan seorang wanita bernama Ny. S usia 28 tahun yang hamil kedua kali dengan presentasi bokong.
2. Pemeriksaan menunjukkan janin hidup tunggal intrauterin dengan taksiran berat badan janin 2480 gram dan panggul yang tidak sempit.
3. Diagnosisnya adalah gravida kedua persalinan pertama usia 28 tahun dengan umur kehamilan 39 minggu dan presentasi bokong.
1. Kasus ini melibatkan seorang wanita bernama Ny. S usia 28 tahun yang hamil kedua kali dengan presentasi bokong.
2. Pemeriksaan menunjukkan janin hidup tunggal intrauterin dengan taksiran berat badan janin 2480 gram dan panggul yang tidak sempit.
3. Diagnosisnya adalah gravida kedua persalinan pertama usia 28 tahun dengan umur kehamilan 39 minggu dan presentasi bokong.
1. Kasus ini melibatkan seorang wanita bernama Ny. S usia 28 tahun yang hamil kedua kali dengan presentasi bokong.
2. Pemeriksaan menunjukkan janin hidup tunggal intrauterin dengan taksiran berat badan janin 2480 gram dan panggul yang tidak sempit.
3. Diagnosisnya adalah gravida kedua persalinan pertama usia 28 tahun dengan umur kehamilan 39 minggu dan presentasi bokong.
NIM : 09711188 Stase : Ilmu Obstetri dan Ginekologi Tempat : Ruang Cempaka Tanggal : 15 Agustus 2013 Kasus : Malpresentasi pada sekundi gravida hamil aterm Penilai : dr. Rahman, Sp.OG I. IDENTITAS
Nama : Ny. S Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Gringging, RT 10, Gringging Sambung Macan, Sragen No RM : 376750 Masuk Rumah Sakit : 24 Juni 2013
1. KEADAAN SEKARANG PERAWATAN ANTENATAL G2
P1
A0 9 bln tidak haid. Tanggal 24-7-2013 Jam 11.30 Datang sendiri/ kiriman bidan dengan malpresentasi Tanggal 22-7-2013 Jam 19.30 Kenceng-kenceng 1x, gerak anak Tanggal 23-7-2013 Jam 14.00 Kenceng-kenceng sering gerak anak Tanggal - Jam - Air ngepyok, air rembes Tanggal - Jam - Sudah ditunggu dukun/dipimpin dukun
2. HAID Menarche : 14 tahun Siklus : 30 hari Lama haid : 7 hari Hari Pertama Haid Terakhir : 20-10-2013
3. PERKAWINAN : 1 kali Dengan suami sekarang : 6 tahun
4. RIWAYAT OBSTETRIK No Keadaan kehamilan, persalinan keguguran dan nifas Umur sekarang/tgl.lahir Keadaan anak Tempat perawatan dan no.daftar 1. Anak I perempuan, normal, berat badan lahir 2800g
4,5 tahun
Baik
Bidan 2. Hamil ini - - -
5. PENYAKIT DAN OPERASI YANG PERNAH DIALAMI: - 6. KEHAMILAN SEKARANG : Taksiran Tanggal persalinan : 22-8-2013 Ya di : No Klinik : Pengawasan kehamilan : - Hal-hal yang penting dalam kehamilan ini : - 7. KELUARGA BERENCANA SEBELUM KEHAMILAN INI : Tidak Caranya : - Lamanya : - Keterangan Pendidikan Suami : SMP Pendidikan Isteri : SMP Ingin Anak : 2 Ingin KB : IUD
II. PEMERIKSAAN 1. Status Preasens Keadaan umum : Baik lemah Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit Respirasi : 27x/menit Suhu : 36,3C TB/BB : 150cm / 69kg Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Paru-paru : Suara vesikuler +/+, ronkhi -/- Jantung : Suara 1 dan 2 reguler normal Ekstremitas : Oedema (+/+) Varises (-) Reflek patella (+) 2. Status Obstetrik a. Inspeksi : Perut membujur (+), mengkilat (-), venetasi (-) striae gravidarum (-), bundle ring (-) b. Palpasi L I : Teraba bagian besar keras L II : Teraba bagian keras panjang kiri, bagian keci-kecil janin kanan L III : Teraba bagian lunak L IV : Sejajar Fundus Uteri : 28 cm tbj : 2480g His: 2x/10 menit/ 30detik Osborne Tes : (-) Ukuran Panggul Luar : 1. Distansia Interspinarum : - cm 2. Distansia Cristarum : - cm 3. Conjugata Externa : - cm c. Auskultasi : djj 132x/menit reguler d. Perkusi : pekak alih (-) pekak sisi (-) reflek patella (+) e. Vaginal Toucher 1. 2 cm KK (+), eff 20 % Bagian bawah, bokong H1 UKK belum dapat dinilai 2. Ukuran panggul dalam Promontorium : - Line inominata teraba : - Dinding samping pelvis : - Spina Ischiadica : Tidak menonjol Lengkung Sacrum : - Arcus pubis : - Kesan pangggul : Tidak sempit 3. Septum Vagina (-) kondiloma akuminata (-) Myoma Servikalis (-) Kista Bartolini (-) Kista Gardner (-) III. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : Hb: 10,0g/dl, AL: 11,5 ribu, AT : 274ribu, HbsAG: Negatif, SGOT: 37 U/I IV. DIAGNOSIS Dx : G2 P1 A0 umur 28 tahun, umur kehamilan 39 Minggu Secundi gravida Janin tunggal hidup intrauterine Presentasi bokong, puka Inpartu kala I fase laten 21.5jam Malpresentasi Partus tidak maju et causa inersia uteri sekunder
V. SIKAP: a. infus RL 20 Tpm b. Stimulasi oksitosin 5 IU 8 Tpm hingga HIS adekuat, lalu pertahankan c. Evaluasi 4jam, lanjut dan pimpin persalinan dengan manuver brach atau Mauriceu Smellie veit dan episotomi.
PIMPINAN PERSALINAN KALA I 1. Menjelaskan dan mengajukan persetujuan tindakan medik kepada pasien dan suami/wali 2. Membaca basmallah saat akan memulai/melakukan tindakan 3. Mempersiapkan dan menilai kondisi umum ibu 4. Melakukan pemeriksaan Leopold dan penurunan kepala janin 5. Melakukan palpasi untuk menilai His 6. Memeriksa DJJ selama 1 menit sebelum, saat dan sesudah His (doppler) atau tiap 5 detik sebanyak 3 kali dikalikan 4 (laenec) dan melaporkan apa saja yang dinilai dari pemeriksaan DJJ (frekuensi per menit, ritme) 7. Mempersiapkan ibu pada palpasi litotomi 8. Melakukan lavement dan pengosongan kandung kemih 9. Mempersiapkan alat dan bahan (sarung tangan, larutan savlon, kassa) 10. Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum 11. Desinfeksi vulva dan perineum 12. Melakukan vaginal toucher secara benar 13. Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan membersihkan genitalia ibu 14. Menetapkan diagnosis 15. Menilai kemajuan persalinan 16. Memberi edukasi pada ibu.
KALA II 1. Menetapkan tanda-tanda masuk kala II 2. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan set partus: sarung tangan, kassa steril, gunting episiotomi, 2 klem tali pusat, karet tali pusat, duk steril, com, betadine set jahit: jarum, benang catgur chromic, gunting benang, needle holder obat-obatan: oksitosin 10 IU, Metilergometrin maleat 0, 125 mg alat dan bahan lainnya: spuit, lampu sorot, kateter, bengkok, bak berisi klorin, tempat sampah, waslap, sabun, bak berisi air hangat 3. Persiapan operator Memakai kacamata googling, sepatu tindakan, apron Melakukan tindakan desinfeksi dengan mencuci tangan Memakai baju kamar tindakan Memakai sarung tangan steril 4. Memposisikan ibu dan menyiapkan ibu untuk meneran 5. Mengajari cara mengejan 6. Memimpin persalinan 7. Melakukan episiotomi primer 8. Melahirkan bokong dan kepala bayi (dengan manuever Bracht) - Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. - Saat bokong membuka vulva, dilakukan epiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara Bracht, yaitu kedua jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul. - Pada waktu tali pusat lahir dan tampak meregang, segera kendorkan tali pusat tersebut. - Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan. - Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut akan lahir pusat, perut, bahu dan lengan, dagum mulut dan akhirnya seluruh kepala. 9. Memotong tali pusat 10. Melakukan palpasi abdomen ibu untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
KALA III dan IV 1. Pemberian suntikan oksitosin 10 IU (kala III aktif) 2. Melakukan pengosongan kandung kemih bila dirasakan perlu 3. Penegangan tali pusat terkendali (kala III aktif) 4. Melahirkan plasenta 5. Melakukan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam 6. Memberikan suntikan Metilergometrin maleat 0,125 mg 7. Mengevaluasi adanya laserasi atau episiotomi 8. Menjahit luka laserasi atau episiotomi 9. Membershikan ibu dari cairan ketuban, lendir dan darah (menggunakan waslap air hangat dan sabut serta handuk kering) dan mengganti pakaian ibu sampai bersih 10. Melakukan tindakan dekontaminasi 11. Mengevaluasi perdarahan dan kontraksi uterus 12. Memberi edukasi
Pertanyaan dari dr. Rahman Sp.OG: 1. Inform Consent yang disampaikan kenapa harus dilahirkan pervaginam? Apa alasan yang perlu disampaikan pasien mengapa tidak dilakukan tindakan Seksio Sesarea? - Alasan mengapa pada persalinan ini diusahakan untuk melanjutkan persalinan pervaginam adalah karena: 1. Taksiran berat janin pada pasien ini relatif tidak besar, yakni 2480gr, yang notabene masih bisa diusahakan persalinan lewat bawah. Namun apabila taksiran berat badan janin melebihi 3500gr perlu dipertimbangkan keputusan untuk tindakan persalinan perabdominal. 2. Panggul Tidak sempit. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan kesa panggul sempit pada pasien yang memiliki tinggi 150cm ini. Jadi kemungkinan untuk melanjutkan persalinan pervaginam dapat diprediksi memiliki prognosis yang baik. 3. Janin Sebelumnya memiliki berat janin yang lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila janin sebelumnya yang notabene lebih besar dapat dilahirkan pervaginam, itu berarti janin yang memiliki TBJ 2480 ini seharusnya bisa lebih mudah dikeluarkan selain oleh karena berat janin sebelumnya adalah 2800gr, juga karena sudah terbiasanya jalan lahir dilewati janin. Sehingga persalinan ini seharusnya akan mudah dan tidak berisiko. 4. Presentasi bokong murni. Perlu dijelaskan pada ibu, bahwa presentasi janin saat ini adalah presentasi bokong murni, sehingga proses persalinan insya Allah tidak akan menimbulkan kesulitan yang berarti. Hal ini penting dijelaskan untuk membangun kesiapan mental ibu untuk tetap mau dilahirkan pervaginam. 5. Tidak ada indikasi larangan mengejan. Dalam konteks keadaan- keadaan tertentu, pasien diharapkan untuk tidak mengeluarkan kejanan dalam persalinan. Contohnya pada preeklamsia berat, hal ini membahayakan ibu karena dapat mencetuskan serangan eklampsia yang berdampak buruk bagi fetal maupun maternal. 6. Plasenta tidak dibawah. Ini juga perlu dijelaskan bahwasanya persalinan ini dilakukan sesara pervaginam adalah karena tidak ada penyulit jalan lahir seperti tertutupnya jalan lahir oleh karena adanya plasenta yang terletak dibawah. Dengan demikian pasien dapat memahami bahwa persalinannya saat ini benar-benar baik dan tidak mengindikasikan untuk dilahirkan secara perabdominal. - Menjelaskan indikasi keadaan apa saja yang membutuhkan tindakan seksio sesarea dalam proses persalinan terhadap ibu, yaitu: 1. Adanya kesan panggul sempit pada pemeriksaan fisik maternal. 2. Usia kehamilan ibu yang masih preterm namun sudah inpartu 3. Ketuban pecah > 12 Jam. 4. Memiliki riwayat cacat rahim (bekas SC) 5. Taksiran berat janin pada primigravida > 3500g, dan pada multigravida >4000g 6. Keadaan dimana letak plasenta ibu terletak dibagian bawah, sehingga menyulitkan jalan lahir. 7. Presentasi terbawah yang dekat dengan jalan lahir ibu adalah lutut/kaki, sehingga menimbulkan pembukaan serviks tidak akan sempurna. 8. Kepala janin dalam posisi hiperekstensi, yang membuat apabila persalinan ini terus dilanjutkan melalui bawah dapat menimbulkan keaadan fraktur fetal serviks.
2. Cara Mengejan yang baik? a. Mengikuti komando penolong. Biasanya dengan menarik nafas dalam, menahannya dengan mulut tertutup, lalu mengejan ke arah bawah dengan panggul tetap menempel di atas tempat tidur. Saat mengejan, dagu diletakkan di dada. b. Ikuti irama tubuh saat mengejan, jangan menahan sesuatu seperti napas, tubuh (dengan mengangkat bokong) atau menahan dorongan mengejan itu sendiri (misalnya karena takut feses keluar dari anus), karena membuat proses mengejan tidak maksimal. c. Bila perut sudah dalam keadaan relaks, Anda akan diminta berhenti mengejan dan beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya. d. Sambil istirahat, lakukan napas panting, yaitu bernapas pendek- pendek lewat mulut. 3. Episotomi Primer? - Episiotomi primer adalah episiotomi yang dilakukan menurut perencanaan, yakni tanpa perlu menunggu kepala janin mendesak perineum sudah dilakukan sayatan yang gunanya untuk memperlebar bukaan sehingga memudahkan pengeluaran bayi. Dan juga untuk mencegah robekan perineum yang dapat terjadi akibat tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan. Dalam hal ini karena yang akan keluar bagian bokong janin terlebih dahulu, membuat regangan perineum akan jauh lebih kencang dan berisiko ruptur perineum yang tidak beraturan. Yang perlu dijelaskan pada tindakan ini adalah tindakan ini akan meminimalkan robekan jalan lahir dan akan dilakukan secepat mungkin seiring dengan kejanan ibu sehingga tidak menimbulkan rasa sakit yang hebat. Selain iyu dijelaskan mengenai tindakan penjahitan luka episiotomi yang gunanya nanti untuk mengembalikan fungsi alat reproduksi dan menghentikan perdarahan akibat luka robek. 4. Kapan Asisten membantu untuk mendorong kepala Janin? - Permintaan pertolongan asisten untuk menekan kepala janin adalah pada saat bagian oksiput anterior janin sudah terlihat dan penurunan sudah terjadi pada Hodge 4+. Kemudian bagian simphisis ditekan kebawah untuk memfleksikan kepala janin sehingga mudah keluar. Tentunya dibantu dengan kejanan kontraksi dari ibu. 5. Kapan dilakukan Hiperlordosis? - Tindakan ini dilakukan sebelum asisten diminta untuk melakukan tekanan kebawah untuk memfleksikan kepala janin. Namun waktunya sama yakni saat bagian oksiput anterior janin sudah terlihat dan penurunan sudah terjadi pada Hodge 4+. Baru kemudian dilanjutkan tindakan memfleksikan kepala janin agar mudah dan cepat dilahirkan.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis