Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus DOPS 1

Nama : Reza Andhitya Putra Aji


NIM : 09711188
Stase : Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Tempat : Ruang Cempaka
Tanggal : 15 Agustus 2013
Kasus : Malpresentasi pada sekundi gravida hamil aterm
Penilai : dr. Rahman, Sp.OG
I. IDENTITAS

Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gringging, RT 10, Gringging Sambung Macan, Sragen
No RM : 376750
Masuk Rumah Sakit : 24 Juni 2013

1. KEADAAN SEKARANG PERAWATAN ANTENATAL G2

P1

A0 9
bln tidak haid.
Tanggal 24-7-2013 Jam 11.30 Datang sendiri/ kiriman bidan dengan
malpresentasi
Tanggal 22-7-2013 Jam 19.30 Kenceng-kenceng 1x, gerak anak
Tanggal 23-7-2013 Jam 14.00 Kenceng-kenceng sering gerak anak
Tanggal - Jam - Air ngepyok, air rembes
Tanggal - Jam - Sudah ditunggu dukun/dipimpin dukun

2. HAID
Menarche : 14 tahun Siklus : 30 hari
Lama haid : 7 hari Hari Pertama Haid Terakhir : 20-10-2013

3. PERKAWINAN : 1 kali Dengan suami sekarang : 6 tahun

4. RIWAYAT OBSTETRIK
No Keadaan kehamilan,
persalinan
keguguran dan nifas
Umur
sekarang/tgl.lahir
Keadaan
anak
Tempat
perawatan
dan no.daftar
1. Anak I perempuan,
normal, berat badan
lahir 2800g

4,5 tahun

Baik

Bidan
2. Hamil ini - - -


5. PENYAKIT DAN OPERASI YANG PERNAH DIALAMI: -
6. KEHAMILAN SEKARANG : Taksiran Tanggal persalinan : 22-8-2013
Ya di : No Klinik :
Pengawasan kehamilan : -
Hal-hal yang penting dalam kehamilan ini : -
7. KELUARGA BERENCANA SEBELUM KEHAMILAN INI : Tidak
Caranya : - Lamanya : -
Keterangan Pendidikan Suami : SMP
Pendidikan Isteri : SMP
Ingin Anak : 2
Ingin KB : IUD

II. PEMERIKSAAN
1. Status Preasens
Keadaan umum : Baik lemah
Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 27x/menit
Suhu : 36,3C
TB/BB : 150cm / 69kg
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Paru-paru : Suara vesikuler +/+, ronkhi -/-
Jantung : Suara 1 dan 2 reguler normal
Ekstremitas : Oedema (+/+) Varises (-) Reflek patella (+)
2. Status Obstetrik
a. Inspeksi : Perut membujur (+), mengkilat (-), venetasi (-) striae
gravidarum (-), bundle ring (-)
b. Palpasi
L I : Teraba bagian besar keras
L II : Teraba bagian keras panjang kiri, bagian keci-kecil
janin kanan
L III : Teraba bagian lunak
L IV : Sejajar
Fundus Uteri : 28 cm tbj : 2480g
His: 2x/10 menit/ 30detik
Osborne Tes : (-)
Ukuran Panggul Luar :
1. Distansia Interspinarum : - cm
2. Distansia Cristarum : - cm
3. Conjugata Externa : - cm
c. Auskultasi : djj 132x/menit reguler
d. Perkusi : pekak alih (-) pekak sisi (-) reflek patella (+)
e. Vaginal Toucher
1. 2 cm KK (+), eff 20 %
Bagian bawah, bokong H1
UKK belum dapat dinilai
2. Ukuran panggul dalam
Promontorium : -
Line inominata teraba : -
Dinding samping pelvis : -
Spina Ischiadica : Tidak menonjol
Lengkung Sacrum : -
Arcus pubis : -
Kesan pangggul : Tidak sempit
3. Septum Vagina (-) kondiloma akuminata (-) Myoma Servikalis
(-) Kista Bartolini (-) Kista Gardner (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Hb: 10,0g/dl, AL: 11,5 ribu, AT : 274ribu,
HbsAG: Negatif, SGOT: 37 U/I
IV. DIAGNOSIS
Dx : G2 P1 A0 umur 28 tahun, umur kehamilan 39 Minggu
Secundi gravida
Janin tunggal hidup intrauterine
Presentasi bokong, puka
Inpartu kala I fase laten 21.5jam
Malpresentasi
Partus tidak maju et causa inersia uteri sekunder


V. SIKAP: a. infus RL 20 Tpm
b. Stimulasi oksitosin 5 IU 8 Tpm hingga HIS adekuat, lalu
pertahankan
c. Evaluasi 4jam, lanjut dan pimpin persalinan dengan manuver
brach atau Mauriceu Smellie veit dan episotomi.

PIMPINAN PERSALINAN
KALA I
1. Menjelaskan dan mengajukan persetujuan tindakan medik kepada pasien
dan suami/wali
2. Membaca basmallah saat akan memulai/melakukan tindakan
3. Mempersiapkan dan menilai kondisi umum ibu
4. Melakukan pemeriksaan Leopold dan penurunan kepala janin
5. Melakukan palpasi untuk menilai His
6. Memeriksa DJJ selama 1 menit sebelum, saat dan sesudah His (doppler)
atau tiap 5 detik sebanyak 3 kali dikalikan 4 (laenec) dan melaporkan apa
saja yang dinilai dari pemeriksaan DJJ (frekuensi per menit, ritme)
7. Mempersiapkan ibu pada palpasi litotomi
8. Melakukan lavement dan pengosongan kandung kemih
9. Mempersiapkan alat dan bahan (sarung tangan, larutan savlon, kassa)
10. Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum
11. Desinfeksi vulva dan perineum
12. Melakukan vaginal toucher secara benar
13. Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan membersihkan
genitalia ibu
14. Menetapkan diagnosis
15. Menilai kemajuan persalinan
16. Memberi edukasi pada ibu.

KALA II
1. Menetapkan tanda-tanda masuk kala II
2. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan
set partus: sarung tangan, kassa steril, gunting episiotomi, 2 klem tali
pusat, karet tali pusat, duk steril, com, betadine
set jahit: jarum, benang catgur chromic, gunting benang, needle holder
obat-obatan: oksitosin 10 IU, Metilergometrin maleat 0, 125 mg
alat dan bahan lainnya: spuit, lampu sorot, kateter, bengkok, bak berisi
klorin, tempat sampah, waslap, sabun, bak berisi air hangat
3. Persiapan operator
Memakai kacamata googling, sepatu tindakan, apron
Melakukan tindakan desinfeksi dengan mencuci tangan
Memakai baju kamar tindakan
Memakai sarung tangan steril
4. Memposisikan ibu dan menyiapkan ibu untuk meneran
5. Mengajari cara mengejan
6. Memimpin persalinan
7. Melakukan episiotomi primer
8. Melahirkan bokong dan kepala bayi (dengan manuever Bracht)
- Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.
- Saat bokong membuka vulva, dilakukan epiotomi. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkeram secara Bracht, yaitu kedua jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain
memegang panggul.
- Pada waktu tali pusat lahir dan tampak meregang, segera kendorkan tali
pusat tersebut.
- Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara
punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan.
- Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut akan lahir pusat, perut,
bahu dan lengan, dagum mulut dan akhirnya seluruh kepala.
9. Memotong tali pusat
10. Melakukan palpasi abdomen ibu untuk menghilangkan kemungkinan adanya
bayi kedua


KALA III dan IV
1. Pemberian suntikan oksitosin 10 IU (kala III aktif)
2. Melakukan pengosongan kandung kemih bila dirasakan perlu
3. Penegangan tali pusat terkendali (kala III aktif)
4. Melahirkan plasenta
5. Melakukan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
6. Memberikan suntikan Metilergometrin maleat 0,125 mg
7. Mengevaluasi adanya laserasi atau episiotomi
8. Menjahit luka laserasi atau episiotomi
9. Membershikan ibu dari cairan ketuban, lendir dan darah (menggunakan
waslap air hangat dan sabut serta handuk kering) dan mengganti pakaian ibu
sampai bersih
10. Melakukan tindakan dekontaminasi
11. Mengevaluasi perdarahan dan kontraksi uterus
12. Memberi edukasi


Pertanyaan dari dr. Rahman Sp.OG:
1. Inform Consent yang disampaikan kenapa harus dilahirkan pervaginam? Apa
alasan yang perlu disampaikan pasien mengapa tidak dilakukan tindakan
Seksio Sesarea?
- Alasan mengapa pada persalinan ini diusahakan untuk melanjutkan
persalinan pervaginam adalah karena:
1. Taksiran berat janin pada pasien ini relatif tidak besar, yakni 2480gr,
yang notabene masih bisa diusahakan persalinan lewat bawah.
Namun apabila taksiran berat badan janin melebihi 3500gr perlu
dipertimbangkan keputusan untuk tindakan persalinan perabdominal.
2. Panggul Tidak sempit. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan kesa
panggul sempit pada pasien yang memiliki tinggi 150cm ini. Jadi
kemungkinan untuk melanjutkan persalinan pervaginam dapat
diprediksi memiliki prognosis yang baik.
3. Janin Sebelumnya memiliki berat janin yang lebih besar. Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila janin sebelumnya yang notabene
lebih besar dapat dilahirkan pervaginam, itu berarti janin yang
memiliki TBJ 2480 ini seharusnya bisa lebih mudah dikeluarkan
selain oleh karena berat janin sebelumnya adalah 2800gr, juga
karena sudah terbiasanya jalan lahir dilewati janin. Sehingga
persalinan ini seharusnya akan mudah dan tidak berisiko.
4. Presentasi bokong murni. Perlu dijelaskan pada ibu, bahwa
presentasi janin saat ini adalah presentasi bokong murni, sehingga
proses persalinan insya Allah tidak akan menimbulkan kesulitan
yang berarti. Hal ini penting dijelaskan untuk membangun kesiapan
mental ibu untuk tetap mau dilahirkan pervaginam.
5. Tidak ada indikasi larangan mengejan. Dalam konteks keadaan-
keadaan tertentu, pasien diharapkan untuk tidak mengeluarkan
kejanan dalam persalinan. Contohnya pada preeklamsia berat, hal ini
membahayakan ibu karena dapat mencetuskan serangan eklampsia
yang berdampak buruk bagi fetal maupun maternal.
6. Plasenta tidak dibawah. Ini juga perlu dijelaskan bahwasanya
persalinan ini dilakukan sesara pervaginam adalah karena tidak ada
penyulit jalan lahir seperti tertutupnya jalan lahir oleh karena adanya
plasenta yang terletak dibawah. Dengan demikian pasien dapat
memahami bahwa persalinannya saat ini benar-benar baik dan tidak
mengindikasikan untuk dilahirkan secara perabdominal.
- Menjelaskan indikasi keadaan apa saja yang membutuhkan tindakan
seksio sesarea dalam proses persalinan terhadap ibu, yaitu:
1. Adanya kesan panggul sempit pada pemeriksaan fisik maternal.
2. Usia kehamilan ibu yang masih preterm namun sudah inpartu
3. Ketuban pecah > 12 Jam.
4. Memiliki riwayat cacat rahim (bekas SC)
5. Taksiran berat janin pada primigravida > 3500g, dan pada
multigravida >4000g
6. Keadaan dimana letak plasenta ibu terletak dibagian bawah, sehingga
menyulitkan jalan lahir.
7. Presentasi terbawah yang dekat dengan jalan lahir ibu adalah
lutut/kaki, sehingga menimbulkan pembukaan serviks tidak akan
sempurna.
8. Kepala janin dalam posisi hiperekstensi, yang membuat apabila
persalinan ini terus dilanjutkan melalui bawah dapat menimbulkan
keaadan fraktur fetal serviks.

2. Cara Mengejan yang baik?
a. Mengikuti komando penolong. Biasanya dengan menarik nafas dalam,
menahannya dengan mulut tertutup, lalu mengejan ke arah bawah
dengan panggul tetap menempel di atas tempat tidur. Saat mengejan,
dagu diletakkan di dada.
b. Ikuti irama tubuh saat mengejan, jangan menahan sesuatu seperti
napas, tubuh (dengan mengangkat bokong) atau menahan dorongan
mengejan itu sendiri (misalnya karena takut feses keluar dari anus),
karena membuat proses mengejan tidak maksimal.
c. Bila perut sudah dalam keadaan relaks, Anda akan diminta berhenti
mengejan dan beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya.
d. Sambil istirahat, lakukan napas panting, yaitu bernapas pendek-
pendek lewat mulut.
3. Episotomi Primer?
- Episiotomi primer adalah episiotomi yang dilakukan menurut
perencanaan, yakni tanpa perlu menunggu kepala janin mendesak
perineum sudah dilakukan sayatan yang gunanya untuk memperlebar
bukaan sehingga memudahkan pengeluaran bayi. Dan juga untuk
mencegah robekan perineum yang dapat terjadi akibat tidak mampu
beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan. Dalam hal ini karena
yang akan keluar bagian bokong janin terlebih dahulu, membuat
regangan perineum akan jauh lebih kencang dan berisiko ruptur
perineum yang tidak beraturan. Yang perlu dijelaskan pada tindakan ini
adalah tindakan ini akan meminimalkan robekan jalan lahir dan akan
dilakukan secepat mungkin seiring dengan kejanan ibu sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit yang hebat.
Selain iyu dijelaskan mengenai tindakan penjahitan luka episiotomi yang
gunanya nanti untuk mengembalikan fungsi alat reproduksi dan
menghentikan perdarahan akibat luka robek.
4. Kapan Asisten membantu untuk mendorong kepala Janin?
- Permintaan pertolongan asisten untuk menekan kepala janin adalah pada
saat bagian oksiput anterior janin sudah terlihat dan penurunan sudah
terjadi pada Hodge 4+. Kemudian bagian simphisis ditekan kebawah
untuk memfleksikan kepala janin sehingga mudah keluar. Tentunya
dibantu dengan kejanan kontraksi dari ibu.
5. Kapan dilakukan Hiperlordosis?
- Tindakan ini dilakukan sebelum asisten diminta untuk melakukan
tekanan kebawah untuk memfleksikan kepala janin. Namun waktunya
sama yakni saat bagian oksiput anterior janin sudah terlihat dan
penurunan sudah terjadi pada Hodge 4+. Baru kemudian dilanjutkan
tindakan memfleksikan kepala janin agar mudah dan cepat dilahirkan.

Anda mungkin juga menyukai