Anda di halaman 1dari 25

REFERAT FORENSIK

IDENTIFIKASI DARAH
Ilmu Kedokteran Forensik
RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Disusun Oleh :
Reza Andhitya Putra Aji 09711188
Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Hari Wujoso, MM. Sp. F
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti
pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah,
cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian
perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku
kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu
mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan sepeti
ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat
dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan. 1
Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting
karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk
golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya
adalah

untuk

membantu

identifikasi

pemilik

darah

tersebut,

dengan

membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu


(lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya
dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. 2
Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa
kriminal dewasa ini. Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang
paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih
spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah
forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut,
dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP (tempat kejadian
perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan
sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka
pelaku kejahatan.4
Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu
kejahatan. Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak
suatu peristiwa kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang
memulai. 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel
disuspensikan dalam larutan berair asin yang disebut plasma. Warna darah
berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit (partikel berbentuk disk
ditampilkan di atas). Sel darah merah memuat sekitar 40% dari darah
(berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal sederhana.
Setiap sel darah merah diisi dengan protein hemoglobin yang membawa oksigen
ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan.5
Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah
cincin dengan 4 molekul yang memiliki pusat atom tunggal dari besi (Fe), dan
inilah yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr)
kompleks oksida, yang berperan dalam ikatan kovalen ganda yang membentuk
cincin. Ikatan ganda ini dapat digeser ke dalam banyak konfigurasi berbeda. Hal
ini memungkinkan lebih banyaknya oksigen yang diikat dibanding bila hanya
sekedar larut dalam darah.5
Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih berperan dalam
sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk melawan antigen
berbahaya pembawa

penyakit seperti bakteri, virus, atau jamur. Trombosit

adalah fragmen sel darah putih yang bertugas membantu pembekuan darah dan
menumpuk serta membentuk serat dalam luka yang terbuka dan memerangkap
sel-sel darah merah untuk membentuk padatan.5
Darah sedikit bersifat (alkali) terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan
45% padatan (sel, fibrin). Darah mengandung air, sel, enzim protein dan substansi
organic yang bersirkulasi keseluruh sistem vaskuler (pembuluh drah), membawa
bahan mutrisi dan menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan
darah terdiri dari plasma yang sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna
kekuningan yang merupakan cairan mengandung zat beku darah. Bahan padatan
terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih. Di mana seorang ilmuwan
(imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan seorang ahli

forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisis dapat
membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa menit
kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibodi, yang penting
untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa suatu
substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting
untuk pemeriksaan forensik.2,5
Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi
kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang
serologik forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan
hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik
mungkin mempunyai DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda.5,6
2.2. Manfaat Pemeriksan Darah untuk Kasus Kriminal
Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering,
karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan
mengering setelah kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah
mengering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat
kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan,
usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai yang lebih
baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat diperkirakan
jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu forensik
mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa jatuhnya darah tegak
lurus ke lantai dan dalam jarak 0-2 kaki akan membentuk percikan bulat dengan
pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai atau dinding akan dapat menunjukkan
arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk yang besar dan kemudian
mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji dengan tes
kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah atau bukan.8
Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat
memberikan informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang
sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik adalah: 7
a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui:

Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan

Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari
pelaku kejahatan

Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka
yang dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal
dari pembuluh nadi (pada luka yang dalam) akan berwarna merah
terang.

Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru-paru berwarna


merah terang dan berbuih (jika telah mengering tampak seperti
gambaran sarang tawon).

Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah


coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung.

Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil


menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan;
sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya membentuk
genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari
tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih
rendah hingga tidak mungkin dapat menyemprot)

Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru


bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan
mengering sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam
waktu 10-12 hari.

b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban
sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan
memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana
korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan
dari atas ke bawah.
c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya
kasus bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan

genangan darah tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban


tampak berusaha menghindar atau tampak bekas diseret).
d. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan
darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak
dibandingkan dengan golongan darah korban akan bermakna dan
memudahkan proses penyidik.
e. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban
sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan
memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana
korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan
dari atas ke bawah.
2.3. Analisis Pola Bercak Darah
Analisis pola bercak darah adalah pemeriksaan bentuk, lokasi,dan
distribusi pola bercak darah dalam rangka memberikan penafsiran peristiwa
fisik yang memunculkan bercak darah tersebut. 3,4,8
Informasi yang dapat diperoleh dari analisis pola bercak darah yang tepat:
1. Jarak dari sumber darah ke target
2. Arah sudut jalan dan dampaknya
3. Sifat gaya digunakan untuk menyebabkan tertumpahnya darah
4. Urutan peristiwa tertumpahnya darah
5. Interpretasi pola kontak dan transfer
Jika didokumentasikan dengan benar, pola bercak darah yang ditemukan di
TKP, atau pada pakaian orang tertentu, dapat digunakan untuk: 2
1. Mengkonfirmasi atau menyangkal posisi korban, saksi, tersangka atau
terdakwa.
2. Menunjukkan adakah bukti perlawanan atau serangan tersebut berasal dari
satu arah.
2.3.1 Penggolongan dari Bentuk/Pola Bercak Darah4,8
6

1. Bercak darah yang dihasilkan dari Extravasation Drops (Tetesan), Gushes


& Spur (Tetesan & semburan arteri; Pool (Genangan).
a. Drops (Tetesan)
Bercak tetesan terbentuk sebagai akibat gaya gravitasi. Darah yg keluar
dari luka memiliki massa tertentu dan akan terjatuh sebagai bulatan
berbentuk elips karena gaya gravitasi. Besarnya bercak darah tetesan
tergantung pada volume arah yang menetes dan sifat-seifat permuaan
dimana darah menetes.
b. Pool (Genangan)
Aliran darah dari luka (tampa tekanan) yan tergenang di TKP karena
faktor media dan gaya gravitasi.
c. Aliran (flows)
Bentuk bercak darah yang seringkali ditemukan ditempat kejadian
perkara adalah pola aliran. Pola bercak darah ini sering ditemukan pada
tubuh korban, pada objek-objek tertentu di TKP atau pada permukaan
tertentu di TKP. Terbentuknya pola bercak darah tersebut diakibatkan
oleh pengaruh gravitasi.
d. Drip (percikan cairan)
Bercak darah terbentuk ketika genangan darah terkena tetesan darah.
e. Saturation Stain (Serapan)
Bercak yang terjadi bila benda tertentu (yang dapat) menyerap
menyentuh darah dengan kuantitas yang besar (Genangan atau aliran
darah).
f. Serum Separation (Pemisahan serum)
Bercak darah yang terbentuk dari pemisahan antara cairan darah (Serum)
dengan komponen padatan darah (sel/Pellet).
2. Pola/bentuk bercak darah yang terlembar dari suatu benda
a. Pattern Transfer (Bercak salinan bentuk)
Adalah Bercak darah yang dihasilkan bila objek yg membawa darah
cair bersentuhan dengan permukaan objek lain.

Gambar 1. Pola transfer4


b. Swipe (Bercak Gesekan/Polesan)
Transfer darah

pada permukaan target (Benda tertentu) diakibatkan

oleh pergesekan antara permukaan target (Diam) dengan benda yang


bergerak membawa darah.

Gambar 2. Pola swipe8


3. Bercak yang dihasilkan dari perpindahan/gerakan darah
a. Bercak Saputan (Wipes)
Bercak darah saputan terbentuk ketika suatu objek (diam) yang membawa
darah tergesek oleh suatu permukaan yang bergerak. Gerakan objek
diperkirakan sebagai gerakan Lateral.

Gambar 3. Pola saputan8


b. Cast off (Lontaran)
Bercak darah ini terbentuk bila benda membawa darah dikibaskan dan
darah yang terlontar dari objek menyentuk suatu permukaan. Umumnya
Bercak lontaran ditemukan sebagai serentetan bercak yang berurut sesuai
dengan arah kibasan benda.
Gambar 4. Pola lontaran4

c. Spatter (Percikan)
Bercak darah percikan terbagi menjadi 2, Forward spatter (percikan
kedepan) dan Back spatter (percikan kebelakang). Benturan yang terjadi
pada suatu genangan darah akan mengakibatkan pecahnya kumpulan darah
menjadi butiran butiran yang lebih kecil dan terpercik kearah menjauhi
pusat gaya.

Gambar 5. Pola spatter8

d. Bercak Expiratory (Bercak darah pernafasan)


Bercak darah ini merupakan bercak darah yang disemburkan dari mulut,
hidung atau sistem pernapasan lainnya. Karena pengaruh tekanan pada saat
pernapasan. Hal ini menyebabkan pemecahan kumpulan darah menjadi
bagian bagian yang lebih kecil. Sehingga bercak darah pernafasan
disamping ditemukan bercak besar juga dijumpai bintik bintik kecil
bercak darah disekitarnya.

Gambar 6. Bercak ekspiratori8


Jenis paling sederhana dari analisis darah menentukan percikan atau transfer.
Percikan tercipta ketika darah dihasilkan dari suatu gaya dan berjalan melalui
udara sebelum mendarat di permukaan target. Pola transfer terjadi ketika darah
dari sumber darah datang dalam kontak langsung dengan luas permukaan
target.
2.3.2 Karakteristik Jalur Terbangnya Darah3,4,8
1. Tegangan Permukaan
Darah tidak akan terputus kecuali bila ada gaya yang mempengaruhi. Gaya
yang diperlukan cukup besar untuk mengatasi tegangan permukaan darah.
Darah membentuk seperti bola (bentuk melingkar sempurna) hampir segera
setelah memisahkan diri dari sumber darah, Bentuk bulat tersebut disebabkan
oleh tegangan permukaan darah.
Tegangan permukaan menyebabkan darah yang jatuh untuk menarik
dirinya baik secara horizontal maupun vertikal. Jatuhnya darah akan tetap
10

menjadi bentuk bola sebagai akibat tegangan permukaan. Tegangan


permukaan akan mempertahankan darah berbentuk bola hingga darah jatuh
dan menetes ke permukaan.

Gambar 7. Tegangan Permukaan Darah


2. Angle of Impact (Sudut Dampak )
Bentuk bercak darah ditentukan oleh sudut antara jalur terbangnya dengan
permukaan yang dikenai.3 Tetesan darah yang membentur suatu permukaan
pada sudut 90o akan menghasilkan bercak darah yang pada dasarnya bulat
dalam bentuk. Tetesan darah yang membentur permukaan pada sudut kurang
dari 90o akan lebih panjang atau berbentuk oval.4
Dengan berkurangnya sudut antara tetesan darah dengan permukaan
target, panjang bercak darah yang terbentuk akan bertambah dan lebarnya
berkurang. Dengan kata lain bercak darah akan menjadi lebih panjang dan
sempit seiring berkurangnya besar sudut.3

Gambar 8. Angle of impact bercak darah terhadap target permukaan3

11

Gambar 9. Angle of Impact (Sudut Dampak)4


2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bercak Darah4,8
1. Permukaan tekstur target :
a. Bercak darah dapat terjadi pada berbagai permukaan. Jenis permukaan
tempat darah jatuh/menetes mempengaruhi tampilan dari percikan
darah yang dihasilkan. Jika permukaan licin atau tidak kasar darah yang
jatuh akan berbentuk melingkar biasa.
b. Darah yang jatuh pada permukaan yang kasar dan tidak teratur akan
membuat sebuah bentuk bercak dengan bentuk kasar atau bergerigi.

Gambar 10. Permukaan tekstur target8

12

2. Kecepatan bercak darah


Bercak darah pasif / bercak darah dengan kecepatan rendah:
a. Darah jatuh pada kecepatan atau gaya gravitasi yang normal
b. Bercak / percikan biasanya berasal dari luka terbuka atau dari
permukaan yang jenuh dengan darah.
c. Bercak darah yang dihasilkan sebagian besar berukuran besar,
berbentuk lingkaran, dengan diameter percikan 4mm atau lebih.
d. Bercak darah akan bertambah ukurannya sesuai dengan jarak jatuh yang
meningkat pula. Namun ukuran percikan akan tetap konstan bila jarak
jatuh sekitar 4 kaki.

Gambar 11. Bercak darah kecepatan rendah4


3. Bercak darah dengan kecepatan sedang :
a.

Dihasilkan dengan kecepatan dan energi yang melebihi gaya gravitasi,

b.

Jenis percikan ini biasanya terlihat pada penusukan,cedera benda


tumpul dan percikan sekunder.

c.

Dihasilkan ketika banyak darah yang lebih besar terpecah menjadi


percikan yang lebih kecil dengan diameter 2-4 mm.

13

Gambar 12. Bercak darah kecepatan sedang4


4. Bercak darah dengan kecepatan tinggi :
a. Bercak percikan darah memiliki ukuran diameter kurang dari 2 mm.
b. Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percikan darah ini lebih besar
dari 100 kaki per detik.
c. Jenis percikan ini biasanya berhubungan dengan tembakan, ledakan dan
tabrakan dengan kecepatan tinggi.

Gambar 13. Bercak darah kecepatan tinggi4


2.4 Pemeriksaan Laboratorium Darah
A. Persiapan
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam
fisiologis bila menempel pada pakaian.6,9
B. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

14

Ada

banyak

tes

penyaring

yang

dapat

dilakukan

untuk

membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena
hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6
Prinsip pemeriksaan penyaringan:
H2O2 > H2O + On
Reagen -> perubahan warna (teroksidasi)
Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan
reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine
adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada
reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100
ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji biji zinc sehingga terbentuk
fenolftalein yang tidak berwarna.
Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil
negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut
bukan darah.6
1. Reaksi Benzidine (Test Adler)
Dulu Benzidine test pada forensik banyak dilakukan oleh Adlers
(1904). Tes

Benzidine

atau Test

Adlerlebih

sering

digunakan

dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya.


Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama
dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup
bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu
untuk melakukan pemeriksaan lainnya.
Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai
kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.
Hasil: Positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap
pada kertas saring.

15

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test)


Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak
menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Kastle (1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang
saat digunakan pada test identifikasi darah.
Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung
diteteskan reagen fenolftalein.
Hasil: Positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah
muda pada kertas saring.
3.Tes Luminol
Tujuan : Melihat bercak bersinar
Bahan yang diperiksa : Bercak darah yang kering
Metode : Test Luminol
a. Pakaian atau bahan yang mengandung bercak disemprot dengan
reagensia Luminol
b. Pemeriksaan dilakukan dalam ruang yang gelap
Hasil yang diharapkan :
Bercak darah kering tampak bersinar (Luminesence), Test Luminol
merupakan test yang paling sensitive untuk mendeteksi bercak darah.
Pembuatan reagensia :
100 mg 3 amino-phtalhydrazide dicampur dengan 5 gram sodium
carbonate dalam 100 ml aquadest; sebelum digunakan larutan tersebut
ditambah 700 mg sodium perborate.6

Gambar 14. Test Luminol pada bercak darah kering di karpet

16

C. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah


Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah
darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan
meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin
(hemin) dan hemokhromogen.
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :6
1. Cara kimiawi
Terdapat dua macam

tes yang dapat dilakukan untuk memastikan

bahwa yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristalkristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau
dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes
Takayama.
a. Test Teichman (Tes kristal haemin)
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan
memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan
chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk
kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya kristal muncul
dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat.
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan
1 butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan
kaca penutup dan dipanaskan.
Hasil: Positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang
berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.
Kesulitan :
Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas
atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.6
b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

17

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan


menggunakan pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan
sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin
atau hemokromogen akan terbentuk.
Cara kerja:
Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada
gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur
dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.6
Hasil :
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna
merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik.
Kelebihan:
Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak
yang sudah lama dan juga dapat memunculkan bercak darah yang
menempel pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil
positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test
Teichmann.
Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan
untuk memastikan bercak tersebut berasal dari darah, yaitu :6,9
c. Pemeriksaan Wagenaar
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan
juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara
kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat.
Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes
kan HCL encer, kemudian dipanaskan.
Hasil: Positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk
batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa
bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada
pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah

18

rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan
sebagainya.
2. Cara serologik
Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan
golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein
manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga
antisera terhadap golongan darah tertentu.6
Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak
darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi
presipitasi atau reaksi aglutinasi.6
a. Test Presipitin Cincin
Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana
antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum
dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa.
Cara pemeriksaan :
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak
bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi
antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam.
Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke
lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada
bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari
manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.6
b. Reaksi presipitasi dalam agar.
Cara pemeriksaan :
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi
dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang
pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh
lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke
lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat

19

pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini


dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang selama
satu malam.6
Hasil :
Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang
tengah dan lubang tepi.
Pembuatan agar buffer :
1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest;
100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai
terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila
akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan menempatkan labu
di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas obyek, diperlukan
kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke atasnya dengan
menggunakan pipet.6,9
Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk
mengkonfirmasi bercak darahtersebut, yaitu :6,9
3. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.
Cara pemeriksaan :
Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan
kaca penutup, lihat dibawah mikroskop.
Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright
atau Giemsa.
Hasil :Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat
menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut.
Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak
berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak
berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%,
dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.
20

Kelebihan: Dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Dapat


terlihat adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.
Golongan darah5,6
Tipe golongan darah yang disebut sistem A-B-O, telah ditemukan
pada tahun 1901. Beberapa tahun kemudian dimulai pada tahun 1937, reaksi
antigen-antibodi dalam darah ditemukan, dimana yang sering ditemukan
adalah factor ABH, Mn, Rh dan Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang
ada). Kebanyakan orang hanya mengenal factor Rh (Rhesus factor), yang
secara teknis disebut D-antigen. Ada lebih dari 256 antigen dan 23 sistem
penggolongan darah yang didasarkan pada antigen tersebut. Antigen adalah
struktur kimia yang melekat pada permukaan sel darah merah. Sedangkan
antibody adalah protein yang mengambang pada cairan darah (terutama
serum yang berhubungan dengan factor kloting/pembeku darah). Karena
suatu individu kadang mengamai alergi atau infeksi oleh agen penyakit (TB,
smallpox dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif melawannya.
Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan terbentuk terbentuk
antibody yang spesifik. Sehingga dengan demikian semua golongan darah
didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya dan ada antibody
terhadap antigen tersebut didalam serumnya.
Tabel 1. Golongan darah, antigen dan antibodinya
Golongan

Antigen pada sel darah merah

Antibody dalam serum

darah
A

Anti-B

Anti-A

AB

AB

Bukan anti-A/anti-B

Anti-A/anti-B

Pada tabel diatas terlihat bahwa darah golongan A akan teraglutinasi


oleh serum anti A, golongan B teraglutinasi serum anti B, golongan AB oleh
21

anti-A/anti-B.

Persentase

jumlah

populasi

penduduk

dunia

sangat

berpengaruh terhadap ras dan variasi geographis. Secara normal jumlah


persentase tersebut sebagai berikut (Tabel2):
Tabel 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B,
AB dan O.
O
43-45%

A
40-42%

B
10-12%

AB
3-5%

O+ 39%

A+ 35%

B+ 8%

AB+ 4%

O- 6%
A- 5%
B- 2%
AB- 1%
Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak ditemukan
pada ras kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia dan Afrika. Tetapi
yang paling sering dijadikan pegangan adalah distribusi dari komponen
Rhesus (Rh), yang diekspresikan dalam bentuk (+) dan (-) yang ada pada
setiap golongan darah dalam bentuk angka.
Tabel 3. Jumlah komponen Rh dalam setiap golongan darah
Golongan
O+

Jumlah
1 diantara 3 orang

O-

1 diantar 15 orang

A+

1 diantara 3 orang

A-

1 diantara 16 orang

B+

1 diantara 12 orang

B-

1 diantara 67 orang

AB+

1 diantara 29 orang

AB-

1 diantara 167 orang


Sub kelompok juga terjadi diantara sistem ABO, Bebeberapa ekstrak

dapat disintesis dari tanaman atau biji-bijian untuk mendapatkan antiserum


yang dapat mengkoagulasi golongan darah O dan seterusnya. Hampir
kebanyakan
golongan darah paling tidak mempinyai dua sub kelompok, misalnya O1, O2;
A1, A2 dansebagainya. Antigen yang paling banyak digunakan untuk
penggolongan ini adalah lectins.

22

Penggolongan darah tersebut mungkin berdasarkan atas tipe protein dan


enzim. Serologi forensik hampir semuanya dilakukan pada nilai tiping dari
komponen tersebut. Protein darah dan enzim mempunyai karakteristik
polymorphisme atau iso enzim, yang artinya mereka selalu hadior dalam
beberapa bentuk dan varian, sehingga setiap kelompok mempunyai sub-tipe.
Kebanyakan orang paling mengenal paling tidak satu bentuk polymorphisme
dalam darah: yaitu Hb, yang menyebabkan sickle-cell anemia. Beberapa
bentuk polymorfisme yang sering dijumpai adalah sebagai berikut:
PGM2-1

Phosphoglucomutase

EAP

Erytrocyt acid phosphatase

EsD

Esterase D

AK

Adenyl kinase

ADA

Adenosin deaminase

GPT

Glutamic pyruvat transaminase

G-PGD

6- phosphoglucoronat dehydrogenase

G-6-PD

Glucosa -6- phosphat dehydrogenase

Tf

Transferin
Setiap protein atau enzim variant begitu juga sub-tipe darah telah

diketahui distribusinya dalam suatu populasi. Dengan demikian kemungkinan


batasan tipe darah untuk setiap individu dapat diperkirakan. Misalnya:
Seseorang diduga melakukan tindak kriminal dan pada pemeriksaan
darahnya mempunyai tipe golongan darah A (42%), sub tipe A2 (25%),
Protein AK (15%) dan enzim PGM2-1(6%). Kemungkinan untuk
menemukan dua orang dalam satu populasi dengan tipe darah yang tepat
adalah sekitar 0,000945 (0,42x0,25x0,15x0,06). Semakin dekat anda
mendapatkan angka dibawah 6 desimal, akan lebih sulit menentukan siapa
yang bertindak kriminal tersebut.

23

BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan darah guna kepentingan peradilan, pada umumnya ditujukan untuk
mencari kejelasan perihal masalah yang berkaitan dengan kasus-kasus : exclusion
of paternity, penculikan,kasus bayi tertukar dan lain-lain.
Selain itu pemeriksaan darah berguna untuk membuktikan apakah suatu
tindak pidana itu telah terjadi, misalnya pada kasus tabrak lari, perkosaan dan
pembunuhan; dimana yang terakhir yaitu kasus pembunuhan, dikaitkan dengan
bercak darah yang ada pada senjata, pada tubuh korban dan pada pakaian
tersangka pelaku kejahatan serta pola bercak darahnya.
Pemeriksaan darah terdiri dari analisis pola bercak darah dan pemeriksaan
laboratorium. Analisis pola bercak darah diperlukan dalam membantu penafsiran
rentetan kejadian di TKP. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan

pada

forensik bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan


cara memastikan apakah bercak tersebut adalah darah, apakah bercak darah
tersebut berasal dari manusia dan apa golongan darahnya.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. PV Guharaj,M R Chandran. Semen and other Biological Materials.Dalam:
Forensic Medicine. Blood, India: Himayatnagar, Hyderabad, 2003
3. Wolson, TL. Bloodstain Pattern Analysis. Dalam : Siegel, Jay, penyunting.
Encyclopedia of Forensic Sciences. USA : Elsevier, 2000. h. 1338-49.
4. James, Stuart H., Edel, Charles F. Bloodstain Pattern Interpretation.
Dalam : Eckert, William G, penyunting. Introduction to Forensic
Sciences. New York : Elsevier, 2000. h.176-209.
5. Darmono. Serologi Forensik.
www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensik.doc.
6. Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara.
7. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Dalam :
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan edisi
revisi. Jakarta : Sagung Seto. 2008.
8. Interpreting Bloodstain Patterns. Diunduh dari http://www.crimesceneforensics.com/Blood_Stains.html
9. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana.
Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI.
10. James, Stuart H. Journal of Bloodstain Pattern Analysis.Tucson.Arizona.
2012.

25

Anda mungkin juga menyukai