NIM : 09711188 Stase : Ilmu Obstetri dan Ginekologi Tempat : Bangsal Cempaka Tanggal : 5 Agustus 2013 Kasus : Mioma uteri Penilai : dr. Rahman. Sp. OG
I. IDENTITAS Nama : Ny. S Usia : 46 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Sidomulyo RT 45 RW 50, Sragen Tengah No RM : 376992 Masuk Rumah sakit : ANAMNESIS Ruang: Cempaka Nomor: 340390 Nama: Ny S Umur: 46 tahun KELUHAN UTAMA : Nyeri saat menstruasi Pasien datang dengan keluhan nyeri saat menstruasi sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang ketika selesai menstruasi. Pasien merasakan darah menstruasi lebih banyak dari biasanya namun perdarahan juga sedikit terjadi diluar masa menstruasi. Selain itu pasien juga tidak merasakan adanya benjolan di dalam perut bagian bawahnya, namun beliau merasakan adanya ketidak puasan dalam berkemih serta menstruasinya lebih lama dari biasanya yakni 10 hari. Sejak 3 bulan terakhir ini pasien mengeluh nafsu makan menurun dan setiap kali menstruasi pasien mengeluhkan rasa nyeri yanga sangat namun tidak sampai menghentikan aktivitas seperti biasa. Dari riwayat keluarga, pasien mengaku ibunya dulu pernah menjalani operasi pada abdomen sebelumnya. Sebelum datang ke RSUD Sragen pasien sudah pernah berobat ke bidan, namun keluhan tidak membaik.
Kawin: 1 kali Masih kawin: ya/tidak Dengan suami sekarang: 27 tahun Umur: 46 tahun KEHAMILAN GRAVIDA: PARA:III ABORTUS:0 Ke I : laki-laki, lahir mati saat UK 6 bulan Ke VI: Ke II: Perempuan, lahir spontan, 1600g UK 8 bulan Ke VII: Ke III: laki-laki, lahir spontan, 3200g, sehat Ke VIII: Ke IV: Ke IX: Ke V: Ke X: HAID: MENARCHE: 15 tahun Siklus haid: teratur 28 hari Lamanya haid: 8 hari Darah haid : banyak Bertambah/ Berkurang normal Sakit waktu haid (hingga tak dapat bekerja (-)) sejak 6 bulan terakhir Haid yang terakhir: 23-7-2013 Nafsu makan: sedikit menurun Menjadi Kurus/ Menjadi Gemuk Mictio: normal Defecatio: normal Penyakit dan operasi dahulu disini: - No.daftar dan keterangan pendek tentang perawatan dahulu disini:
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK Ruang: Cempaka Nomor: Nama: Ny S Umur: 46 tahun Keadaan umum : Lemas, compos mentis Gigi geligi : dalam batas normal Kelenjar thyroid : dalam batas normal Buah dada dan putting susu : dalam batas normal Jantung : S 1, S 2 regular tunggal, tidak ada bunyi tambahan Paru : suara vesicular normal, wheezing (-), Ronkhi (-) Abdomen : nyeri tekan (-), benjolan (-) Hati : dalam batas normal Lympa : dalam batas normal Ekstremitas : oedema (-) Tekanan darah : 100/70 mmHg Suhu : 36,7 0 C Nadi : 74 x/menit Respirasi : 22 x/menit Tinggi badan : 155 cm Berat bdan : 67 kg Status Gynekologis: Inspekulo:- Vaginal Toucher: V/U tenang, Portio seukuran jempol tangan, kenyal, tak rapuh, tak berbenjol, OUE tertutup, uterus sebesar telur angsa/kepalan tinju orang dewasa.
USG: Tampak vu terisi cukup, uterus tampak membesar ukuran sekitar 10x0,47x7,07 Tampak gambaran whorle like pattern.
DIAGNOSIS SEMENTARA: Mioma Uteri TINDAKAN: 1. Mondok bangsal 2. Periksa lab darah rutin 3. Transfusi jika perlu 4. Persiapan Total Abdominal Histerektomi 5. infus RL. 6. Asam mefenamat 3x500 7. Amoxicillin 8. Asam Tranexamat 3x500 9. Vitamin B & C PROGNOSIS: Bonam
Tugas Mini C-Ex III
A. Penegakkan Diagnosis Pasien Dari rincian kasus diatas, saya mendiagnosis bahwa gejala-gejala yang dialami oleh ibu S dalam pemeriksaan menunjukan adanya suatu tumor rahim atau disebut dengan Mioma Uteri. Dimana telah ditinjau dari beberapa aspek pemeriksaan, yaitu: 1. Anamnesis Dari anamnesis langsung pada pasien, pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri hebat dan terus menerus sejak 3 bulan terakhir, yang timbul sejalan dengan terjadinya menstruasi bulanan, namun menghilang ketika menstruasi selesai. Pasien juga merasakan adanya darah yang lebih banyak dari biasanya disertai gumpalan-gumpalan darah kecil pada pembalutnya. Ketika ditanya berapa kali pasien mengganti pembalut, pasien mengaku mengganti pembalut bisa hingga berkali-kali melebihi 3x ganti. Selain itu, menstruasi yang biasanya berakhir selama seminggu, kini memanjang hingga 10 bahkan 12 hari. Pasien tidak menegluhkan rasa benjolan pada perut bagian bawah, namun beliau merasakan ketidakpuasan dalam berkemih setiap kali buang air kecil. Pasien mengeluhkan nafsu makan semakin menurun, lemas, dan sering pusing. Dari riwayat keluarga, pasien bercerita bahwa ibunya dulu pernah mengalami operasi di daerah abdomen, namu tidak mengerti operasi apa yang dilakukan. 2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, tidak banyak perubahan signifikan yang ditemukan yang mengarahkan pasien pada diagnosis mioma uteri, namun dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien yang lemas, pembesaran abdomen seperti usia kehamilan 12 minggu diserati hipotensi, nadi dan respirasi normal dan indeks massa tubuh pasien yang masuk kedalam katagori pre obesitas. 3. Pemeriksaan ginekologi - Vaginal Toucher: V/U tenang, Portio seukuran jempol tangan, kenyal, tak rapuh, tak berbenjol, OUE tertutup, uterus sebesar telur angsa/kepalan tinju orang dewasa. 4. Pemeriksaan USG: Tampak vesika urinaria terisi cukup, uterus tampak membesar ukuran sekitar 10x0,47x7,07. Tampak gambaran whorle like pattern.
Mioma Uteri
A. Definisi Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim. Mioma tersebut muncul pada 20% wanita usia reproduksi (usia subur) dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaaan rutin. Leiomioma yang tidak bergejala terjadi sebanyak 40-50% pada wanita usia > 35 tahun. Pada umumnya unilateral (satu) atau kadang-kadang multipel (> 1). Mioma bervariasi di dalam ukuran dan jumlah. Mioma sendiri juga dikatakan sebagai penyebab infertilitas (gangguan kesuburan) sebesar 27% pada wanita. Keguguran atau komplikasi dapat terjadi pada wanita dengan mioma dan salah satu penyebab histerektomi (operasi pengambilan rahim) terbesar. Leiomioma uteri dapat berlokasi di dinding rahim, menonjol melalui rongga endometrium atau permukaan rahim, dan dikenal sebagai subserosa, intramukosa, dan submukosa.
B. Klasifikasi Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita dapati sebagai: 1. Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan dipanggil myomgeburt 2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium 3. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid (Prawirohardjo, 2007). C. Etiologi dan Patogenesis Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini (Parker, 2007). Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan- perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007). Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawan-kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur (Prawirohardjo, 2007). Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Hadibroto, 2005). Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler (Hadibroto, 2005) D. Faktor Risiko 1. Usia penderita Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh (Prawirohardjo, 2007) 2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal) Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit (Parker, 2007). 3. Riwayat Keluarga Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (a myoma-related growth factor) 4. Berat Badan Ini terjadi karena obesitas menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya (Parker, 2007). 5. Kehamilan dan paritas Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan ukuran asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini berkemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan ukuran mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau ukuran asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar. E. Gambaran Klinis dan Keluhan Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan kerana tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.Gejala yang terjadi dapat digolongkan seperti berikut: 1. Perdarahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia akibat miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Prawirohardjo, 2007). 2. Nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan (Prawirohardjo, 2007). Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler,infeksi,torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum.
3. Gejala tanda penekanan Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul (Prawirohardjo, 2007). F. Diagnosa Mioma Uteri Dapat ditegakkan dengan: 1. Anamnesis: Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,seringkali teraba terbenjol- benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus (Prawirohardjo, 2007). 3. Pemeriksaan Penunjang A. Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. B. Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium (Parker, 2007). C. Kuretase bertingkat: adalah tindakan Kuretase (dalam Pembiusan Ringan) yang dilakukan bertingkat, yaitu pada saluran Cerviks (Mulut Rahim), lalu pada Rongga Rahim (Endometrium) yang kemudian dikirimkan ke laboratorium patologi anatomi untuk diperiksa.
G. Penatalaksanaan Mioma Uteri Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada: 1. Terapi medisinal (hormonal) Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. 2. Pembedahan a. Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50% (Prawirohardjo, 2007). b. Histerektomi Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih (Prawirohardjo, 2007).Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto, 2005). Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH. Dalam kasus ini, saya menyarankan pasien ibu S untuk melakukan terapi pembedahan jenis STAH, dikarenakan, proses pembedahan akan menghasilkan prognosis lebih baik dibandingkan terapi lain. selain untuk mencegah relapsing mioma, proses STAH dipilih bagi wanita yang masih aktif dalam melakukan hubungan seksual. Ditinjau dari usia ibu S, yakni 46 tahun, pasien masih tergolong kedalam usia aktif berhubungan seksual.
Gambar I. Total Abdominal Hysterectomy (TAH)
Gambar II. Subtotal Abdominal Hysterectomy (STAH).