HENKY
BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
PENDAHULUAN
Peranan laboratorium forensik dalam mengungkap suatu tindak kejahatan
sangat penting. Hal ini berkaitan dengan barang bukti yang ditemukan baik di
tempat kejadian perkara maupun yang melekat pada tubuh korban atau pelaku
kejahatan. Barang bukti tersebut dapat saling berhubungan satu sama lain yang
tampak seperti gambar dibawah ini.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
menjadi merah kecoklatan, menjadi coklat tua atau hitam dalam 10 12 hari
dan dapat bertahan sampai beberapa tahun tergantung dari ketebalan bercak
darah dan kondisi lingkungan. Tapi penentuan umur bercak darah kadang sulit
dilakukan karena sulitnya mendeteksi bercak darah pada pakaian berwarna
gelap dan pada benda-benda berbahan metalik.
6. Arteri atau vena
Darah yang berasal dari arteri orang yang masih hidup akan menyembur dan
tersebar sepanjang permukaan di mana darah tersebut jatuh sedangkan darah
yang berasal dari vena akan mengalir dan tergenang jika korban dalam posisi
terlentang dan berupa tetesan-tetesan darah jika korban dalam posisi
bergerak. Umumnya, pada kasus kekerasan, darah akan keluar bersamaan
dari arteri dan vena.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
iododophilic cells) yang berasal dari endometrium, maka darah tersebut adalah
darah menstruasi. Pada sediaan hapus dengan pewarnaan sel-sel leukosit
polimorfonuklear dapat terlihat. Bila ditemukan drum stick (Davidson Body)
dalam jumlah lebih dari 0,05% dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal
dari seorang wanita.
Analisis Kimia
Apabila material yang dicurigai darah tersebut telah mengering atau sudah
berupa bercak, maka dapat dipastikan sel darah merah yang terkandung dalam
bercak tersebut sudah rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa kimia
terhadap bercak yang dicurigai darah tersebut karena tidak lagi memungkinkan
untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik. Terdapat dua langkah dalam analisis
kimia untuk memastikan bercak tersebut adalah bercak darah, yaitu:
1. TES PENYARING (PRESUMPTIVE SCREENING TEST)
Tes ini berfungsi untuk memperkirakan apakah bercak tersebut adalah bercak
darah atau bukan. Jika hasilnya negatif maka dapat dipastikan bercak tersebut
bukan darah, namun apabila hasilnya positif belum memastikan bercak tersebut
adalah darah karena tes penyaring ini tidak spesifik dan kemungkinan terjadi
positif palsu akibat berbagai macam zat, misalnya jus dari buah atau sayuran,
pus, urine, dan substansi lain, termasuk zat besi serta bahan-bahan kimia yang
mengandung fosfat yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti deterjen dan pemutih.
Prinsip dari tes penyaring adalah melihat perubahan warna atau cahaya yang
berpendar (chemiluminescence) akibat reaksi oksidasi antara reagen yang
diberikan dengan enzim peroksidase/katalase yang terkandung dalam darah.
Darah
H2O2
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
H2O + On
Reage
n
Perubahan Warna /
chemiluminescence
(Teroksidasi)
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
.
Gambar 8. Tes Fluorescein
Dua macam tes penyaring dengan melihat perubahan warna dan perpendaran
cahaya adalah:
A. Leucomalachite Green (LMG)
Dengan melihat perubahan warna, maka tes ini sensitifitasnya lebih rendah
daripada TMB dan spesifikasinya lebih rendah daripada Phenolphthalein,
namun jika melihat perpendaran cahaya, maka tes ini lebih baik daripada
Luminol.
Reagen yang diperlukan:
(1) Sodium perborate
(2) Leucomalachite green
(3) Asam asetat glacial
(4) Aquadest 100 ml
(5) H2O2 dengan konsentrasi 20%
Cara pemeriksaan:
Ada dua cara pemeriksaan yang dapat dipergunakan dengan menggunakan
LMG:
a) Dengan melihat perubahan warna :
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian
diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen LMG. Hasil positif pada tes
LMG adalah bila timbul warna biru kehijauan pada kertas saring.
b) Dengan melihat perpendaran cahaya :
Bercak yang dicurigai darah disemprotkan dengan reagen LMG, jika
hasilnya positif, bercak tersebut akan tampak bersinar biru kehijauan.
B. Leucocrystal Violet (LCV)
Tes ini sering dipergunakan oleh pemeriksa sidik jari dan jejak kaki.
Reagen yang diperlukan:
(1) 5-sulphosalicylic acid 10 g
Campuran ini harus
(2) Sodium acetate 3,7 g
disimpan di dalam
(3) Leucocrystal violet (LCV) 1 g
toples yang gelap
(4) H2O2 dengan konsentrasi 3% 500 ml
Cara pemeriksaan:
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Sama seperti tes Leucomalachite Green (LMG), jika hasilnya positif akan timbul
warna keunguan dan sinar yang berwarna keunguan.
2. TES PENENTUAN DARAH
Jika didapatkan hasil positif pada tes penyaring, maka harus dilanjutkan dengan
tes penentuan darah untuk memastikan bercak tersebut memang darah. Tujuan
dari pemeriksaan ini adalah untuk menemukan pigmen/kristal hematin (hemin)
dan hemokromogen atau pita-pita absorbsi yang khas untuk hemoglobin atau
derivatnya.
A. Tes Teichmann
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1 butir
NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup dengan kaca penutup dan
panaskan dengan api kecil. Jika ditemukan kristal-kristal Hemin-HCl yang
berbentuk batang yang berwarna coklat dibawah mikroskop maka dapat
dipastikan bercak tersebut adalah darah.
B. Tes Wagenaar
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga
sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan
kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu sisi diteteskan
aseton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan
sampai menguap. Hasil dikatakan positif apabila tampak kristal-kristal asetonhemin yang berbentuk batang berwarna coklat dibawah mikroskop.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Pemeriksaan Serologis
Jika bercak yang dicurigai tersebut sudah dapat dipastikan adalah darah setelah
dilakukan langkah-langkah pemeriksaan seperti diatas, maka selanjutnya kita
harus menentukan apakah darah tersebut adalah darah manusia atau bukan.
Dan setelah terbukti darah tersebut adalah darah manusia, maka langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi pemilik dari bercak darah tersebut, dengan
cara menentukan golongan darah, petanda protein/enzim dan DNA dari bercak
darah tersebut. Cara untuk mencapai kedua tujuan tersebut adalah dengan
melakukan pemeriksaan serologis karena pemeriksaan serologis dapat
digunakan untuk menentukan spesies dan golongan darah. Prinsip pemeriksaan
serologis adalah reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi
(antiserum)
yang
dapat
merupakan
reaksi presipitasi atau
reaksi aglutinasi.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
A. PENENTUAN SPESIES
Terdapat 3 cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan spesies, yaitu:
i. Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung).
Cara pemeriksaan:
Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan 1 ml larutan garam
fisiologis. Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 gram darah kering,
tetapi tidak lebih dari setengah bahan yang tersedia.
Membuat bahan serum antiglobulin manusia dengan cara: darah manusia
disuntikkan pada kelinci, kelinci akan membentuk antibodi yang akan
bereaksi dengan darah manusia. Darah kelinci tersebut kemudian diambil
dan serum yang mengandung antibodi diisolir untuk pemeriksaan. Serum ini
disebut serum antiglobulin manusia (Anti Human Globulin)
Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum antiglobulin manusia, dan ke
atasnya dituangkan ekstrak darah secara perlahan-lahan melalui tepi tabung.
Biarkan pada temperatur ruangan selama kurang lebih 1,5 jam. Hasil positif
tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan.
Presipitat
Antiserum pada lapisan
bawah
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
2. Masukkan sampel ke dalam tabung dan tambahkan eter atau metil alkohol
sampai terendam selama 2 jam. Sisa eter atau metil alkohol dibuang
menggunakan pipet dan biarkan sampel sampai mengering.
3. Sampel dibagi 4 (duplo) dan masukkan masing-masing ke dalam 4 buah
tabung. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan antiserum A ke tabung x
dan antiserum B ke dalam tabung y sampai terendam, diamkan pada suhu
4C Over Night [2 buah tabung untuk antiserum A dan 2 buah untuk
antiserum B].
Maksudnya adalah agar antibodi bereaksi mengikat
antigen.
4. Ambil antiserum dari dalam tabung, kemudian tambahkan NaCl 0,9% dingin,
cuci dengan pipetnya lalu diamkan 10 menit di dalam suhu 4C. Lakukan
pencucian dan prosedur tersebut sebanyak 6 kali. Pencucian ini dilakukan
supaya antibodi yang berlebihan dapat dihilangkan.
5. Selama menunggu proses pencucian buat sel indikator 2%, yaitu : 2 tetes
SDM golongan darah A ditambah 98 tetes NaCl 0,9% tidak dingin atau 1 tetes
SDM dengan 49 tetes NaCl 0,9% tidak dingin. Buat juga dengan cara yang
sama untuk sel indikator golongan darah B.
6. Hasil pencucian ke-6 diambil 1 tetes masukkan ke dalam tabung baru dan
tambahkan 1 tetes sel indikator 2% (untuk menguji apakah proses pencucian
sudah bersih). Bila aglutinasi (-) maka teruskan dengan langkah selanjutnya,
bila aglutinasi (+) maka lakukan pencucian 1-2 kali lagi.
7. Cairan diambil dari dalam tabung kemudian tambahkan 1-2 tetes NaCl 0,9%
tidak dingin dan masukkan ke dalam suhu 56C selama 10 menit. Tujuan
pemanasan ini adalah untuk melepas ikatan antigen dan antibodi.
(elution)
8. Cairan (disebut eluat) diambil dari dalam tabung masukkan ke dalam 4 buah
tabung baru dan tambahkan 1-2 tetes sel indikator (2 tabung untuk golongan
darah A dan 2 tabung untuk golongan darah B). Diamkan selama 15-30 menit
pada suhu 4C agar bereaksi dan ikatan menjadi jelas.
9. Seluruh tabung kemudian disentrifuge 1000 rpm selama 1 menit, kemudian
kocok secara perlahan dan lihat secara makroskopik ada atau tidak
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
aglutinasi.
Bila terdapat gumpalan, maka berarti darah mengandung
antigen yang sesuai dengan antigen pada sel indikator.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Spesies jamur
Aspergillus fumigatus
Aspergillus niger
Fusarium
Candida albicans
Minggu I
A
+
+
+
+
B
+
+
+
+
Minggu II
A
+
+
+
+
B
+
+
+
+
Minggu III
Minggu IV
A
+
+
+
+
A
-
B
+
+
+
+
B
+
+
+
+
Minggu V
A
-
B
+
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa antigen A lebih cepat dirusak
oleh spesies jamur yang diteliti. Hal ini disebabkan oleh enzim-enzim yang
dihasilkan oleh spesies jamur tersebut. Enzim -N-acetyl-D-galactosaminidase
merusak secara total ikatan N-acetylgalactosamine yang terdapat pada struktur
kimia antigen A (Gambar 18), sedangkan enzim -D-galactosidase dan -Dfucosidase hanya merusak secara partial ikatan galaktosa dan fucosa, sehingga
antigen B relatif lebih lama bertahan.
Penggunaan Lain Pemeriksaan Golongan Darah
Disamping berguna untuk memeriksa bercak darah di TKP seperti yang telah
diuraikan diatas, pemeriksaan golongan darah juga dapat dipergunakan untuk
beberapa kasus non litigasi seperti bayi yang tertukar, penculikan anak, ragu
ayah (disputed paternity) dan lain-lain.
Dalam kasus-kasus yang ada
hubungannya dengan faktor keturunan tersebut, hukum Mendel memegang
peranan penting, karena semua sistem golongan darah diturunkan dari generasi
ke generasi menurut hukum Mendel.
Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut:
1. Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat
pada salah satu atau kedua orang tuanya.
2. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut
kepada anaknya.
3. Anak yang homozigotik harus mendapatkan gen untuk antigen tersebut dari
masing-masing orang tuanya.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Sehingga hukum Mendel tersebut jika diterapkan pada sistem ABO menjadi
sebagai berikut:
1. Antigen A atau B tidak mungkin timbul pada anak, jika antigen tersebut tidak
terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya.
2. Orang tua dengan golongan darah AB tidak mungkin mempunyai anak
dengan golongan darah O.
3. Anak dengan golongan darah O, tidak mungkin mempunyai orang tua dengan
golongan darah AB.
Namun perlu diketahui pemeriksaan golongan darah ini bersifat ekslusi dan
harus ditafsirkan secara terbalik (negative way) artinya TIDAK DAPAT
MEMASTIKAN siapa pemilik darah tetapi hanya DAPAT MEMASTIKAN darah
tersebut BUKAN miliknya atau dengan kata lain hanya menyingkirkan pemilik
darah tersebut.
Jika kita hanya melakukan pemeriksaan pada satu sistem golongan darah saja,
misalnya golongan darah ABO, maka kemungkinan untuk mengekslusi hanya
17,6%. Selain itu harus diingat kemungkinan seorang individu memiliki golongan
darah O Bombay, walaupun persentasenya sangat kecil di populasi.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih dari satu sistem golongan
darah, biasanya yang sering dipergunakan adalah kombinasi dari sistem ABO,
MN dan Rhesus.
Namun kombinasi dari ketiga sistem tersebut hanya
memberikan jawaban yang benar kira-kira 56,4%. Jika dilakukan pemeriksaan
terhadap seluruh sistem golongan darah maka probabilitasnya adalah 99,7%
(Tabel 2). Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis,
terlalu rumit dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup banyak. Oleh
karena itu, pada kasus-kasus yang masih meragukan setelah dilakukan
pemeriksaan golongan darah seperti diatas dapat dilakukan pemeriksaan DNA,
karena DNA bersifat spesifik dan dapat MEMASTIKAN pemilik darah.
Tabel 2. Kombinasi Pemeriksaan Sistem Golongan Darah
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
positif palsu. Selain itu fosfatase asam dari vagina juga dapat memberikan
hasil yang positif.
Untuk membedakan fosfatase asam yang berasal dari seminal dengan
fosfatase asam lain dapat dilakukan pemeriksaan inhibisi dengan I(-)tartrat
(Sivaram) dan cara elektro-imunodifusi dari Baxter, sedangkan untuk
membedakan fosfatase asam yang berasal dari seminal dengan yang
berasal dari vagina adalah dengan menggunakan pemeriksaan
elektroforetik dari Adam & Wraxall yang menggunakan lempeng akrilamid
dan buffer dengan pH 3.
B. Tes Zn
Reagen yang diperlukan:
(1)
Larutan Tris 0,5 M :
Tris (hydroxy methyl) aminomethane 3 g
Tambahkan larutan
Aquadest 50 ml
(2)
Larutan PAN :
(1) ke dalam 9,8 ml
PAN (1-(2-pyridilazo)2-naphthol) 1 mg
larutan (2)
Tri ton X 100 0,2 ml
Cara pemeriksaan:
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang lebih dulu
dibasahi dengan aquadest selama 10 menit.
Biarkan kertas mengering pada suhu ruangan.
Teteskan reagen Zn pada kertas saring lalu perhatikan warna yang
terbentuk.
Hasil positif akan memberikan warna merah muda.
C. Tes Kreatin Fosfokinase
Cairan mani mengandung kreatin fosfokinase dalam konsentrasi tinggi.
Kadarnya lebih dari 400 unit dan bahkan dapat ditemukan kadar kreatin
fosfokinase 2 kali lipat dibandingkan berbagai cairan tubuh lainnya yang
mengindikasikan bahwa cairan tersebut adalah cairan mani.
D. Tes Florence
Dasar reaksi ini adalah untuk menentukan adanya kholin.
Kholin
merupakan suatu produk degradasi dari lecithine yang terdapat dalam
konsentrasi tinggi dalam cairan mani.
Reagen yang diperlukan adalah larutan Lugol yang dapat dibuat dari
campuran:
(1) Kalium yodida 1,5 mg
(2) Yodium 2,5 g
(3) Aquadest 30 ml
Cara pemeriksaan:
Bahan diletakkan pada kaca obyek, keringkan dan tutup dengan kaca
penutup.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
3. Pemeriksaan Serologi
A. Pemeriksaan PSA (Prostat Spesific Antigen) atau p30
Jika pemeriksaaan mikroskopik dan kimiawi tidak dapat memastikan cairan
tersebut adalah cairan mani, karena tidak ditemukan spermatozoa dan
adanya kemungkinan positif palsu seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka untuk memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan
PSA. PSA adalah protein spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.
Dasar dari pemeriksaan ini adalah reaksi antara antigen dan antibodi.
Cara pemeriksaan (lihat gambar 27)
Teteskan bahan ke dalam lubang pemeriksaan (Test Well).
Cairan akan berpindah ke lubang hasil (Result Well) yang mengandung
antibodi terhadap PSA.
Hasil positif menunjukkan adanya garis pada bagian T
Garis-garis lainnya yang tampak pada bagian C merupakan kontrol yang
menunjukkan bahwa tes sudah dilakukan dengan baik dan benar.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Apabila cairan yang dicurigai tersebut sudah dapat dipastikan adalah cairan
mani, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pemilik cairan
mani. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa pelaku pemerkosaan atau
lelaki yang telah melakukan perzinahan. Cara yang paling sederhana
adalah dengan memeriksa sistem golongan darah pada cairan mani
golongan sekretor.
Pada individu golongan sekretor dapat ditemukan substansi golongan darah
dalam cairan tubuhnya seperti cairan mani, air liur, sekret vagina, keringat
dan lain-lain. Ternyata substansi golongan darah dalam cairan mani jauh
lebih banyak daripada air liur (2 -100 kali). Pada golongan nonsekretor
tidak ditemukan adanya substansi tersebut dalam cairan tubuhnya. Sekitar
80 % individu termasuk dalam golongan sekretor dan 20 % golongan non
sekretor.
Substansi yang dapat dideteksi di dalam cairan tubuh adalah substansi
antigen yang larut dalam air, dalam hal ini hanya antigen A, B dan H serta
Lewis yang dapat larut dalam air. Oleh karena itu hanya sistem golongan
darah ABO dan Lewis yang dapat dideteksi di dalam cairan tubuh.
Cara penentuan golongan darah ABO dari cairan mani dapat dilakukan
dengan teknik absorbsi inhibisi, yaitu:
1. Teteskan bahan dengan 10 15 tetes NaCl 0,9%. Peras dan ambil ekstrak
dengan pipet Pasteur.
2. Masukkan 3 4 tetes ekstrak ke dalam 3 buah tabung reaksi.
Tambahkan anti A sama banyak ke dalam tabung I, anti B ke dalam
tabung II dan anti H ke dalam tabung III.
3. Taruh tabung-tabung tersebut dalam lemari es (4 0C) overnight.
4. Keesokan harinya tentukan titer serum kontrol dengan cara:
a. Sediakan 3 barisan tabung yang masing-masing baris terdiri dari 7
buah tabung. Masukkan 4 tetes NaCL 0,9% ke dalam masing-masing
tabung.
b. Masukkan 4 tetes anti A ke dalam tabung I dari baris I, ambil 4 tetes
dari tabung tersebut dan masukkan ke dalam tabung II dari baris I.
ambil lagi 4 tetes dari tabung II dan masukkan ke dalam tabung III, dst.
c. Hal yang sama diperlakukan pada tabung-tabung baris II dengan anti B
dan baris III dengan anti H.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Pewarnaan Baecchi
Reagen yang diperlukan:
(1) Asam fuchsin 1% 1 ml
(2) Methylen blue 1% 1 ml
(3) HCl 1% 1 ml
Cara pemeriksaan:
Pakaian yang dicurigai mengandung bercak mani digunting sebesar 5
mm x 5 mm pada pusat bercak.
Masukkan ke dalam reagen Baecchi selama 3 5 menit.
Cuci dalam HCl 1%.
Dehidrasi berturut-turut ke dalam alkohol 70%, 80% dan 95-100%
(absolut) dengan menggunakan pinset.
Jernihkan dalam xylol sebanyak 2 kali.
Keringkan dengan kertas saring.
Ambil 1 2 helai benang dengan menggunakan jarum, letakkan pada
kaca obyek dan diuraikan sampai serabut-serabut terpisah.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Teteskan balsam kanada lalu tutup dengan kaca penutup, kemudian lihat
dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 x.
Hasil: Kepala spermatozoa akan tampak berwarna merah dan bagian
ekor berwarna biru muda, kepala spermatozoa tampak menempel pada
serabut-serabut benang.
PEMERIKSAAN RAMBUT
Dalam penyelesaian kasus kejahatan, banyak bukti-bukti fisik yang ditemukan
dan salah satunya adalah rambut. Sebagai bukti, rambut mempunyai peran yang
penting terutama pada kasus-kasus yang tidak ditemukan bukti-bukti lain atau
bukti-bukti lainnya telah rusak karena rambut merupakan jaringan keras yang
sangat stabil terhadap temperatur lingkungan dan pembusukan.
Pemeriksaan terhadap rambut dilakukan untuk memastikan benda tersebut
adalah rambut, jika memang rambut, tentukan apakah rambut tersebut rambut
manusia atau hewan, bila rambut manusia, tentukan dari bagian mana rambut
tersebut, bagaimana proses terlepasnya rambut tersebut, perkiraan ras, jenis
kelamin dan umur serta golongan darah.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik di mana pada
pemeriksaan makroskopik yang perlu diperhatikan adalah bentuk, warna dan
panjang rambut. Dicatat pula bila ditemukan adanya zat perwarna rambut.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Kutikula
Sisik besar,
polihedral,bergelombang
Medula
Sempit, amorf, kadang tidak
ada atau terfragmentasi
< batang rambut
Korteks
Distribusi
pigmen
Densitas
Terpisah-pisah
Kutikula >>
pigmen
Akar rambut
Club-shape
Bervariasi
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Bentuk potongan
cross-sectional
Oval
Pipih
Bulat
Lainnya
Batang
bentuk Kutikula tebal dan
ikal dan terpilin
medula menonjol
Perbedaan Rambut Manusia Berdasarkan Asal Tumbuh Rambut
Gambaran-gambaran tertentu menunjukkan darimana rambut tersebut berasal,
namun demikian tetap tidak mudah untuk bisa menentukannya dengan benar
karena tidak terdapat perbedaan yang jelas antara jenis-jenis rambut tersebut.
Tabel 4. Perbedaan Rambut Manusia Berdasarkan Asal Tumbuh Rambut
Perbeda
Kepala
Pubis
Ekstremitas
Wajah
Dada
an
Diameter
Sedang
Bervariasi
Medula
Relatif
sempit
Lebar
Textur
Lembut
Kaku
Halus
Sedikit dan
tidak
bersambung
Lembut
Axilla
Kasar
Sedang
Sedan
g
Sangat
lebar
Granula
r
Sedikit
Lembut
Kaku
Kaku
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
dengan disertai jaringan kulit. Rambut yang lepas sendiri mempunyai akar yang
mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong benda tajam terlihat
terpotong rata sedangkan akibat benda tumpul akan terlihat terputus tidak rata.
Rambut yang hancur memperlihatkan gambaran batang rambut yang melebar,
sel-sel kortikal yang ruptur dan terpisah. Rambut yang terbakar akan terlihat
gosong dan rapuh dan memperlihatkan vakuola yang bulat pada tempat yang
terbakar.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Air liur (saliva) merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur terdiri
dari air, enzim ptialin (alfa amilase), protein, lipid dan ion-ion anorganik seperti
tiosianat, klorida, dll. Sekresi air liurnormal sehari-hari berkisar antara 800-1500
ml.
Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur penting untuk kasuskasus dengan jejas gigitan terutama untuk menentukan golongan darah
penggigitnya. Swab air liur yang diambil harus dilakukan sedini mungkin untuk
mengurangi perubahan hasil yang bisa disebabkan oleh proses autolisis oleh
enzim proteolitik pada air liur. Pada bekas gigitan dilakukan hapusan dengan
kapas bersih dan dilembabkan dalam uap air. Hapusan dilakukan dari bagian
perifer ke bagian tengah untuk meminimalkan kontaminasi dengan substansi
lain.
Pemeriksaan thd saliva antara lain berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya
amilase dengan cara:
A. Starch-iodine test
Prinsip pemeriksaan adalah zat pati akan bereaksi dengan iodine
menimbulkan warna biru. Saliva mengandung enzim ptialin yang dapat
mendegradasi pati. Jika campuran antara pati dan iodine tersebut ditetesi
saliva maka warna biru tersebut akan menghilang
B. Reagen phadebas
Ada dua cara pemeriksaan, yaitu:
i. Press Test
Semprotkan reagen phadebas pada kertas saring, lalu biarkan
mengering
Tempelkan kertas saring tersebut pada bercak liur
Semprot dengan air lalu tekan
Hasil positif menunjukkan perubahan warna menjadi biru dalam waktu
40 menit.
ii. Tube Test
Masukkan beberapa tetes ekstrak dari bercak ke dalam tabung.
Tambahkan reagen phadebas dan air ke dalam tabung, panaskan lalu
disentrifuge.
Warna yang terbentuk pada bagian atas dari cairan diukur dengan
spektrofotometer.
Perlu diingat, kedua tes ini tidak spesifik karena cairan tubuh lainnya juga
mengandung enzim amilase.
Untuk menentukan substansi golongan darah dari air liur dapat dilakukan teknik
absorbsi inhibisi dengan cara sebagai berikut:
Basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml NaCl 0,9%.
Peras dan tempatkan ekstrak air liur ke dalam tabung reaksi.
Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
Pemeriksaan toksikologik yang akan diiuraikan dibawah ini meliputi pemeriksaan
kualitatif atau semi kuantitatif. Untuk penentuan kuantitatif, sebaiknya
dikirimkan ke laboratorium toksikologik.
Pemeriksaan Alkohol (Uji Dikhromat)
Adanya alkohol dapat ditunjukkan oleh terjadinya perubahan warna dikhromat
dalam asam sulfat, yang semula berwarna kuning menjadi berwarna hijau.
Untuk deteksi alkohol dalam urine, reagen dapat langsung ditambahkan pada
urine yang diperiksa. Bila ingin menunjukkan adanya alkohol dalam darah, maka
penambahan langsung reagens pada darah tidak dapat menunjukkan perubahan
warna tersebut karena tertutup/terganggu oleh warna darah. Untuk itu dapat
digunakan teknik mikrodifusi Conway. Warna hijau yang timbul pada larutan
Dikhromat dapat dibandingkan dengan suatu seri standar, sehingga dapat
ditentukan kadar alkohol dalam darah secara semi kuantitatif.
Reagen yang diperlukan:
(1) Kalium dikhromat 3,7 g
Buat reagen anti dengan cara : larutkan (1) ke
(2) Asam sulfat 280 ml.
dalam 150 ml air lalu tambahkan larutan (2)
(3) Aquadest 500 ml.
dan terus diaduk kemudian encerkan dengan
(4) Kalium Karbonat jenuh.
Cara pemeriksaan:
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Dengan uji Dikhromat ini, dapat dideteksi alkohol dalam urin dengan kadar
minimal 20 mg%, bila dilakukan pemanasan. Pada kadar yang lebih tinggi, uji
Dikhromat memberikan hasil positif sekalipun tidak dilakukan pemanasan.
(Warna hijau timbul dalam waktu 45 detik pada kadar 75-150 mg% dan bila
kadar alkohol dalam urin lebih tinggi lagi, warna hijau dapat timbul dalam waktu
10 detik).
Tambahkan 5 tetes darah sampel pada tabung I, dan 5 tetes darah kontrol
pada tabung II
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Darah yang mengandung CO-Hb (dengan kadar saturasi > 30%) akan
memberikan endapan berwarna merah terang, sedangkan darah kontrol
memberikan endapan berwarna kecoklatan.
C. Tes Paladium Khlorida
Tes Paladium Khlorida ini dikerjakan dengan teknik mikrodifusi dengan cara:
Pada bejana tengah diisi larutan PdCl 2 sedangkan pada bejana tepi diisi
darah dan larutan Asam Sulfat pekat.
CO yang dilepaskan dari CO-Hb akan bereaksi dengan PdCl 2 menyebabkan
lepasnya khlor dari ikatannya dengan Paladium sehingga larutan dibejana
tengah akan ditutupi oleh selapisan paladium yang berwarna hitam.
Pemeriksaan Sianida
Dengan teknik mikrodifusi, sianida dalam isi lambung maupun darah dapat
ditentukan. H2SO4 akan melepaskan HCN dari sampel yang dimikrodifusikan
kedalam larutan NaOH, dan terhadap larutan NaOH yang mengandung sianida
inilah dilakukan pengujian.
Pengujian dilakukan dengan 2 cara:
A. Tes Biru Berlin
Kedalam 5 cc larutan hasil mikrodifusi diteteskan 3 tetes sediaan segar
FeSO4 10% dan 3 tetes larutan FeCl3 5 %
Panaskan dalam pemanas air sampai hampir mendidih dan teteskan tetes
demi tetes HCl pekat sampai endapan Fe(OH) 3 yang berwarna coklat
melarut.
Bila timbul endapan warna biru, ini menandakan terdapat sianida.
B. Tes Asam Pikrat
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Pemeriksaan Salisilat
Penentuan salisilat dalam urine dapat dilakukan dengan uji Ferri-khlorida,
caranya adalah:
Ke dalam 2 cc urine diteteskan 2 tetes larutan FeCl3.
Adanya salisilat dalam urine ditunjukkan oleh timbulnya warna ungu dalam
urine.
Pemeriksaan Barbiturat
Cara pemeriksaan:
Lakukan ekstraksi barbiturat dari sampel dengan cara:
o Tambahkan larutan Asam Sulfat 10% kedalam 50 cc urin atau isi lambung
sampai pH sampel menjadi 4-5 (periksa dengan kertas lakmus).
o Tambahkan 50 cc ether dan kocoklah campuran ini kuat-kuat dalam suatu
bejana tertutup.
o Setelah didiamkan sejenak, larutan akan terpisah kembali dan kini
pindahkan larutan ether.
o Lakukan ekstraksi seperti ini sebanyak 2 kali.
o Seluruh lapisan ether yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquadest
dan kemudian disaring.
o Ekstrak ether yang diperoleh kemudian diuapkan sampai kering, dan
setelah itu tambahkan 1 cc khloroform, lalu pindahkan kedalam tabung
reaksi.
Kedalam ekstrak chloroform kemudian ditambahkan 2 tetes larutan segar
Cobalt asetat 1% dalam Methanol, disusul dengan larutan segar Lithium
hidroksida dalam Methanol tetes demi tetes.
Timbulnya cincin berwarna biru pada perbatasan cairan menandakan adanya
Barbiturat. Untuk penentuan jenis Barbiturat, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
Pemeriksaan Senyawa Tri Khloro (Tri-Chloro Compound)
Khloral-hidrat, Tri-khloro-etilen, Tri-khloro-etan dan chloroform, merupakan
beberapa contoh dari senyawa Tri-khloro.
Dengan tes Fujiwara, senyawa Tri-khloro yang terdapat dalam urine, darah, isi
lambung maupun bilas lambung dapat ditemukan.
Reagen yang diperlukan:
(1) Larutan NaOH 10% 1 cc.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Panaskan tabung yang berisi reagen fujiwara dalam pemanas air mendidih
selama 2 menit. Campuran dalam tabung ini harus tetap jernih.
Untuk menentukan adanya alkaloida codein, heroin atau morfin dapat dilakukan
pemeriksaan Marquis.
Reagen yang diperlukan:
(1) Formaldehide 2 tetes.
(2) Asam sulfat 1 cc.
Cara pemeriksaan:
Lakukan ekstraksi dari sampel dengan cara:
o Sampel dibuat menjadi basa terlebih dahulu dengan penambahan larutan
basa, sampai mencapai pH 10.
o Lakukan ekstraksi 3 kali dengan menambahkan chloroform lalu dikocok
dalam bejana tertutup.
o Lapisan chloroform yang dipisahkan kemudian dicuci dengan 3 cc
aquadest serta dikocok kuat-kuat dalam bejana tertutup.
o Setelah dilakukan pengeringan menggunakan Na-Sulfat anhidrous, lapisan
khloroform ini kemudian diuapkan, dan pada residu ditambahkan 1 cc
ethanol.
Teteskan larutan yang telah diperoleh pada sehelai kertas saring kemudian
teteskan reagen Marquis.
Hasil positif menunjukkan warna ungu.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Semua bahan yang dikirimkan untuk pemriksaan harus ditutup rapat, diberi label
dan diberi segel lak, sesuai dengan ketentuan dalam pasal 130 KUHAP, dengan
demikian isi bungkusan tidak dapat diperoleh tanpa merusak segel atau
pembungkus tanpa meninggalkan bekas atau cacat. Hal ini untuk menjaga
keaslian dari bahan pemeriksaan, bebas dari kemungkinan tertukar atau ditukar.
Jangan lupa untuk membungkus secara rapi, lalu mengikatnya dan pada setiap
persilangan tali diberi segel dengan lak, dan kedua ujung tali diikatkan pada
sehelai label yang diberi segel lak pula. Bila menggunakan botol dalam
pengiriman bahan ini, maka perlu dijamin agar botol-botol tersebut tidak pecah
atau tumpah dalam perjalanan.
Sesuai dengan pasal 75 KUHAP, pengiriman bahan pemeriksaan harus pula
disertai dengan berita acara pembungkusan dan penyegelan barang bukti yang
menerangkan jenis dan wadah barang bukti, warna dan jenis pembungkus, tali,
lak serta label yang dipergunaka dan tulisan yang terdapat pada label. Contoh
segel lak harus pula disertakan (dilekatkan) pada berita acara ini. Harus
dilampirkan pula keterangan singkat mengenai kasus yang diperiksa, kelainankelainan yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah dan otopsi, keteranganketerangan lain yang perlu serta jenis pemeriksaan yang dimintakan.
Pengiriman Bahan Untuk Pemeriksaan Toksikologik
Bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan Toksikologik:
1. Daerah perifer dari vena femoralis, vena brachialis sebanyak 25 cc.
2. Darah dari jantung, 25 50 cc.
3. Cairan empedu beserta kandung empedu.
4. Air kemih, seluruh isi kandung kemih.
5. Isi lambung, seluruhnya. Kedua ujung lambung diikat dan keseluruhannya
dikirimkan. (bila hanya sebagian saja yang dikirimkan, maka isi seluruhnya
harus tetap diukur / ditentukan).
6. Kulit sekitar suntikan beserta jaringan dibawahnya, dengan kedalaman
kurang lebih 5 cm.
7. Otak sebanyak kurang lebih 500 gram.
8. Hati sebanyak kurang lebih 500 gram.
9. Paru sisi kanan atau kiri.
10. Limpa seluruhnya.
11. Ginjal sisi kanan atau kiri.
12. Usus, dikirimkan bersama isinya dengan jalan mengikat pada kedua
ujungnya, 50 75 cm.
13. Otot psoas satu sisi.
14. Rambut beserta akarnya, tulang dan kuku.
Setiap bahan sebaiknya diberi wadah tersendiri, menggunakan wadah bermulut
lebar yang telah dibersihkan terlebih dahulu.
Pemilihan bahan untuk
pemeriksaan toksikologik harus didasarkan pada dugaan jenis racun, tempat
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
masuk, tempat beredar dan tempat keluar racun yang diduga. Jangan lupa
untuk menyisihkan terlebih dahulu jaringan yang diperlukan untuk pemeriksaan
histopatologik.
Bila pemeriksaan dapat segera dilakukan, maka bahan pemeriksaan tersebut
tidak perlu diawetkan dengan bahan pengawet, tetapi cukup dengan
pendinginan saja. Bila pengiriman memerlukan waktu, maka bahan pemeriksaan
harus diawetkan dengan bahan pengawet yang sesuai, dengan volume kurang
lebih 2 kali volume bahan pemeriksaan. Contoh bahan pengawet harus
disertakan dalam wadah yang terpisah.
Contoh bahan pengawet:
1. Alkohol absolut. Bila tidak terdapat alkohol absolut, alkohol dengan
konsentrasi lain dapat dipertimbangkan. Alkohol tidak dapat dipergunakan
pada kasus dengan dugaan keracunan alkohol.
2. Larutan NaCl Jenuh.
3. Larutan NaF 1% untuk darah.
4. Na-Benzoat untuk urine.
Larutan formalin tidak dapat digunakan sebagai bahan pengawet bahan
pemeriksaan toksikologik, karena dapat merusak racun yang akan diperiksa.
Untuk membantu kelancaran pemeriksaan, jangan lupa mengirimkan juga
dugaan jenis racun/obat yang akan ditentukan, barang bukti sisa racun,
makanan dsb, tembusan laporan polisi tentang kasus yang bersangkutan,
keterangan singkat perihal keadaan dan riwayat penyakit (klinik) korban.
Pengiriman Bahan Untuk Pemeriksaan Histopatologik
Bahan yang diambil untuk pemeriksaan histopatologik hendaknya dipotong
cukup tipis, dengan ketebalan maksimal 4 mm. Kesemua bahan dapat disatukan
dalam satu wadah bermulut lebar dan diawetkan dengan bahan pengawet
dengan volume minimal 10 kali volume bahan pemeriksaan.
Pengawetan dapat menggunakan larutan formalin buffer yang dibuat dengan
cara sebagai berikut:
Formalin 37 40%...................................100 cc
Aquadest.................................................900 cc
Sodium phosphate monobasic.................4,0 gram
Sodium phosphate dibasic anhydrous.....6,5 gram
Tujuan dari pengawetan adalah:
1. Mencegah perubahan post mortem/pembusukan.
2. Mempertahankan sel-sel sedapat mungkin seperti dalam keadaan hidup.
3. Mengeraskan jaringan agar mudah dikerjakan pada proses selanjutnya.
4. Mengubah struktur sel yang setengah cair menjadi padat sehingga tidak
mengalami perubahan lebih lanjut.
5. Memperjelas differensiasi struktur jaringan.
Pengiriman Bahan Pemeriksaan lainnya.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Bahan yang dikirim untuk pemeriksaan lain, pada umumnya tidak diberi bahan
pengawet.
Pada pemeriksaan golongan darah, bila tidak dapat dikerjakan sendiri oleh
dokter yang melakukan otopsi, dan perlu dikirimkan, maka bercak darah yang
masih basah atau bekuan yang dapat dipisahkan dari tempatnya dapat
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masukkan
kedalam termos berisi es batu. Bercak yang telah kering dan dapat dikerok dari
tempatnya, dapat dimasukkan ke dalam amplop. Bila bercak sangat sedikit atau
sukar dilepaskan, perlu dipertimbangkan untuk mengirimkan benda tempat
bercak berada atau sebagian dari benda tersebut. Bila bercak terdapat pada
pakaian yang basah, maka pakaian harus dikeringkan sebelum dikirim.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
di dalam sel yang tidak mengandung inti, sehingga DNA mitokondria dapat
digunakan untuk analisis sampel dengan jumlah DNA yang sangat terbatas, atau
DNA yang mudah terdegradasi apabila analisis DNA inti tidak dapat dilakukan.
Daerah D-loop ini juga mempunyai laju polimorfisme yang tinggi dengan
kecenderungan untuk mengalami mutasi sekitar 5-10 kali lebih sering dari DNA
inti. D-loop merupakan daerah yang mempunyai tingkat polimorfisme tertinggi
dalam mtDNA di mana terdapat dua daerah hipervariabel dengan tingkat variasi
terbesar antara individu-individu yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan.
Karena itu, dalam penentuan identitas seseorang atau studi forensik dapat
dilakukan hanya dengan menggunakan daerah D-loop DNA mitokondria saja.
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
Darah lebih dipilih sebagai sumber DNA. Namun, telebih dahulu pastikan bahwa
klien yang akan diambil darahnya tidak menerima transfusi selama 3 bulan
terakhir.
Darah cair yang diambil sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
vacutainer yang mengandung 5,4 mg EDTA dan disimpan dalam termos es atau
ice pack.
Jika menggunakan jaringan sebagai sampel, cegah kontaminasi
seminimal mungkin dengan cara menggunakan sarung tangan dan
menggunakan peralatan yang steril serta menggunakan satu peralatan untuk
satu kali pengambilan jaringan/sampel kemudian dibungkus kertas aluminium
dan disimpan pada suhu dibawah 200C.
Analisis DNA
Pada rangkaian DNA seseorang terdapat beberapa lokasi (locus) yang polimorfis.
Artinya, rangkaian DNA di tempat tersebut berbeda antarsatu individu dengan
individu lain, baik urutan basa DNA maupun panjang DNA. Lokasi-lokasi
polimorfis inilah yang jika dianalisis dapat menunjukkan kebenaran identitas
seseorang. Tidak semua lokasi dalam rangkaian DNA dapat dijadikan parameter
sifat keturunan karena banyak lokasi dalam rangkaian DNA yang identik pada
setiap individu (conserved region). Sehingga lokasi yang digunakan adalah
daerah non-coding yang cenderung polimorfis.
Ada 2 macam polimorfisme dalam suatu untai DNA yang akan dianalisis, yaitu
1. Sequence polymorphism
Variasi yang terjadi hanya pada satu pasang basa (sequence) dari satu
fragmen DNA seperti contoh untaian DNA di bawah ini:
A C G T C A A T C G
|
T G C A G T T A G C
A C A T C A A T C G
DA
N
T G T A G T T A G C
2. Length polymorphism
Variasi yang terjadi adalah pada jumlah pengulangan basa dalam beberapa
fragmen DNA sehingga yang terlihat pada hasil dari pemeriksaan DNA ini
adalah variasi panjang dari fragmen-fragmen yang terdapat dalam suatu
untaian DNA. Sering juga disebut sebagai VNTR (Variable Numbers of Tandem
Repeat).
A C G T C A A T C G - A C G T C A A T C G - A C G T C A A T C G
| | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
T G C A G T T A G C - T G C A G T T A G C - T G C A G T T A G C
Analisis menggunakan DNA inti telah lebih dulu digunakan dalam bidang forensik
dan berkembang pesat. Metode yang banyak digunakan adalah Restriction
Fragment Length Polymorphisme (RFLP) dan Polymerase Chain Reaction (PCR).
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK
HNQ,20
07
LABORATORIUM FORENSIK