atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan. Kerja utama
dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari
bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya
racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke
dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum
Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli atau Surat
Keterangan.
Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu pebegak hukum khususnya dalam
melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil
analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan
ilmu alam dalam analisis racun sebagai bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi
dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan
keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika society of
- analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
- Analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika
Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu
peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan
2.1 Definisi
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak
diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh
Macam-macam toksikologi:
- Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap
penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari bahan
toksik tersebut. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia
yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan
Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh keracunanmakanan/minuman dapat bersifat akut atau
kronis. Keracunan akut ditimbulkan oleh bahan-bahan beracun yang memiliki toksisitas yang
tinggi, dimana dengan kuantitas yang kecil sudah dapat menimbulkan efek fisiologis yang berat.
Jenis keracunan ini umumnya mudah diidentifikasi danmenjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya
keracunan yang bersifat kronis efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau teridentifikasi dalam
waktu yang lama, umumnya tidak disadari dan tidak mendapat perhatian. Peningkatan yang
berarti terhadap jumlah penderita penyakit yang dapat dipicu oleh pengaruh bahan beracun
seperti tumor (kanker), gangguan enzimatik, gangguan metabolisme, gangguan sistem syaraf,
mungkin saja merupakan akibat dari penggunaan berbagai jenis bahan kimia yang bersifat toksis
- Toksikologi lingkungan: mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan
pengaruhnnya pada ekosistem, yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia
- Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang mempunyai
2010).
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan minimal), yang
jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek
kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian. Menurut Gradwohl racun
adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila mengenai tubuh seorang (atau masuk),
akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian, bahkan kematian. Sehingga jika dua
definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi
dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya
dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan
- Dosis pemakaian: dosis normal yang dipakai seseorang tetapi tujuannya bukan untuk
- Dosis terapi: dosis yang cukup memberikan daya penyembuhan yang optimal
- Dosis minimal: dosis terkecil yang masih dapat memberikan efek terapi
- Dosis maksimal: dosis terbesar untuk sekali pemakaian atau untuk 24 jam tanpa
- Dosis toksik: dosis yang sedemikian besarnya dapat menunjukkan efek toksik
- Dosis letal: dosis yang sedemikian besarnya dapat menyebabkan kematian pada hewan
Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain, berturut-
turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah
Misalnya:
Racun-racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan sensasi nyeri yang
hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang dapat disebabkan oleh syok akibat
nyerinya tersebut atau karena peradangan sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada
saluran pencernaan.
Walaupum kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini biasanya memiliki
akibat/afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan
Misalnya:
Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusat
CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan
terhadap hati
Asam oksalat
Asam karbol
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada susunan syaraf
pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam karbol tersebut akan
Arsen
- Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya
tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan memberikan efek maksimal
bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara
ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke
Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika
masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui
mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang
sehat.
- Keadaan tubuh
Umur
Pada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-
Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah
keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam
tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang
tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya.
Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada
saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita
tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian
seseorang karena penyakit tanpa penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe
gastrointestinal) dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis yang
lumrah dijumpai.
Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala
keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi
itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pecandu
narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi
inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian,
Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat-preparat yang
mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si korban sangat rentan terhadap preparat-
preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus
menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersinsitif dan
harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya
indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan
- Racunnya sendiri
Dosis
Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal
ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi,
gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level
toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat
setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi
Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif, konsentrasi
lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang
bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan
dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong
tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam
Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat
menyebabkan kematian, walaupun dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman,
kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika
menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian
harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun
yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena
Susunan kimia
Ada beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan
gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.
Antagonisme
Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi
tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama
lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin
dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang
- Kecelakaan
- Bunuh diri
- Pembunuhan
1. Resusitasi (ABC)
2. Eliminasi
tubuh
Emesis
Menggunakan sirup ipecac mengeluarkan sebagian isi lambung jika diberikan dengan
segera setelah keracunan, tapi menghambat kerja karbon aktif, sekarang tidak dipakai lagi.
Indikasi: jarang.
Kontrindikasi: pasien pusing, tidak sadar, atau kejang atau pada pasien keracunan kerosin
atau hidrokarbon yang lain, racun korosif, konfulsan kerja cepat (tricyclic anti depresan, stricnin,
kamper).
Tehnik: berikan 30 ml sirup diikuti dengan 8 gelas kecil air/800cc, jika diperlukan ulani
setiap 20 menit.
Diberi laksans
Cara pemberian: magnesium sulfat 10% 2-3 ml/kg atau sorbitol 70% 1-2 ml/kg
Kumbah lambung
Efektif pada racun yang berbentuk cair/pil yang kecil dan sangat efektif jika dilakukan <1
Indikasi: pada keracunan yang dalam jumlah banyak untuk mengidentifikasi jenis racun dan
Kontraindikasi: tidak digunakan pada pasien dengan penurunan kesadaran dan tidak ada
reflek gag.
Cara melakukan: pada pasien dengan penurunan kesadaran resiko pneumonia aspirasi dapat
dikurangi dengan membaringkan pasien dengan kepala dibawah, posisi lateral kiri dikubitus, dan
jika diperlukan dapat dilakukan intubasi endotracheal untuk melindungi jalan nafas measukkan
selang yang sudah diberi anestesi lokal melalui mulut atau hidung ke dalam lambung. Lakukan
aspirasi kemudian lakukan lavage berulang dengan 50-100 cc cairang hingga cairan yang kembali
Karbon aktif
Dapat mengabsorbsi hampir semua jenis obat dan racun, kecuali besi, lithium, Na, K,
Indikasi: sebagai pilihan utama pada keracunan lewat lambung dan usus
Kotraindikasi: pada pasien dengan penurunan kesadaran/kejang kecuali jika diberikan
melalui NGT dan jalan nafas harus dilindungi dengan ETT. Pada pasien dengan obstruksi ileus
atau intestinal
Cara pemberian: berikan 60-100 mg oral. Pengulangan dosis dapat dilakukan untuk
Diuresis paksa
Pada dugaan racun berada dalam darah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal
4. Antidotum
- Adanya tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan racun
yang diduga
- Dari sisa benda bukti, harus dapat dibuktikan bahwa benda bukti tersebut, memang racun
yang dimaksud
- Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai dengan
keracunan dari racun yang diduga; serta dari bedah mayat tidak dapat ditemukan adanya
- Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologi, harus dapat dibuktikan adanya racun serta
Bila dibandingkan dengan kelainan atau penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, kuman, virus,
atau pun trauma; maka keracunan kasusnya relatif sedikit, sehingga tidak jarang terjadi
kekeliruan dalam penanganan pasien; untuk itu perlu diketahui pada keadaan apa saja
Kematian yang tidak Apakah ada keterlibatan obat atau Kriminal: Pembunuhan
atau kimia
Kematian atau Berapa konsentrasi dari obat dan Malpraktek kedokteran, gugatan
salah pengobatan
(IDI)
Kecelakaan yang fatal di Apakah ada keterlibatan racun, Gugatan terhadap employer,
pemecatan eror?
penyalahgunaan Narkoba?
pengangguhan SIM
narkoba
Farmaseutikal dan Obat Identifikasi bentuk sediaan, Kriminal: pengedaran obat ilegal.
palsu, atau tidak kandungan sediaan obat, Sipil: tuntutan penggunan obat
memenuhi syarat penggunaan obat palsu. palsu terhadap dokter atau yang
Farmasi
Dari pemeriksaan pada kasus-kasus yang mati akibat racun umumnya tidak akan di jumpai
kelainan-kelainan yang khas yang dapat dijadikan pegangan untuk menegakan diagnose atau
menentukan sebab kematian karena racun suatu zat. Jadi pemeriksaan toksikologi mutlak harus
dilakukan untuk menentukan adanya racun pada setian kasus keracunan atau yang diduga mati
akibat racun. Setelah mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan
jaringan-jaringan atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan
pemeriksaan toksikologi. Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah diambil sebanyak-
2. Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus setiap jarak
sekitar 60cm.
3. Darah yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer (v.jugularis, a.
femoralis dan sebagainya) masing-masing 50ml dan dibagi 2 yang satu diberi bahan pengawet
5. Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat khususnya, dan bila
6. Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan keracunan sianida, hal
tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan
7. Urin diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan dieksresikan melalui
urin, khususnya untuk tes penyaring pada keracunan narkotika, alcohol, dan stimulan.
8. Empedu sama halnya dengan urin diambil oleh karena tempat ekskesi berbagai racun terutama
narkotika.
b. Jaringan otot, yaitu, dari tempat yang terhindar dari kontaminasi, misalnya muskulus psoas
Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat minimal 2x volume sampel tersebut, bahan pengawet
yang dianjurkan :
a. Alcohol absolute.
b. Natrium fluoride + Natrium sitrat (75mg + 50mg, untuk setiap 10ml sampel)
Kedua bahan diatas untuk sampel cair adalah Natrium Benzoat dan phenyl mercury nitrate
khusus urin.
1. Darah seharusnya selalu diperiksa pada gelas kaca, jka pada gelas plastic darah yang bersifat
aak asam dapat melumerkan polimer plastic dari plastic itu sendiri, karena dapat membuat keliru
2. Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel darah:
b. Jantung.
1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari subclavia.
2. Pengambilan darah dengan cara jarum ditdarusuk pada trans-thoracic secara acak, secara
umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhatihati darah bisa terkontaminasi dengan cairan
3. Urine diambil dengan menggunakan jarum panjang yang dimasukan pada bagian bawah
4. Pada kejadian yang jarang terjadi biasanya berhubungan dengan trauma massif, darah tidak
dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada rongga badan.
b. Jika dilakkukan tes untuk obat tersebut tidak dibawah efek obat pada saat kematian.
d. Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk mengevaluasi
Prinsip pengambilan sample pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya setelah
kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. Pengambilan sample untuk
3. Darah, yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer (v. jugularis. A.
femoralis dsb).
4. Hati.
6. Otak.
7. Urin.
9. Limpa.
10. Paru-paru
1. Alcohol absolute.
Alcohol dan larutan garan jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF 1% dan
campuran NaF dengan Na sitrat untuk sample cair, sedangkan natrium benzoate dan mercuric
Untuk wadah pemeriksaan toksikologi idealnya diperllukan minimal 9 wadah, karena masing-
masing bahan pemeriksaan ditempatkan secara tersendiri, tidak boleh dicampur, yaitu :
b. 3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal.
Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci dengan asam Kromat hangat lalu
dibilas dengan Aquades dan dikkeringkan. Pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan selain
penentuan kadar AchE dalam darah dan plasma dapat juga dilakukan pemeriksaan.
a. Kristalografi.
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung dimasukan ke
dalam gelas beker, dipanasakan dalam pemanas air sampai kering, kerimudian dilarutkan dalam
aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrate yang didapat, diteteskan di bawah mikroskop.
Bila bentuk Kristal-kristal seperti sapu, ini adalah golongan hidrokarbon terklorisasi.
Kaca berukuran 20cmx20cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan alumunium oksida,
lalu dipanaskan dalam oven 110 C selama 1 jam. Filtrate yang akan diperiksa (hasil ekstraksi
dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca, disertai dengan tetesan
lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung
kaca TLC dicelupkan ke dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan
tersebut diatas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan ditarik keatas sambil melarutkan
filitrat-filitrat tadi. Setelah itu kaca TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia Paladum
klorida 0,5% dalam HCL pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam alcohol. Interprestasi
: warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi sedangkan bila berwarna hijau
dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat.Untuk menentukan jenis dalam golongannya
dapat dilakukan dengan menentukan Rf masing-masing bercak. Angka yang didapat dicocokan
dengan standar, maka jenisnya dapat ditentukan dengan membandingkan besar bercak dan
2. Cara pengiriman
c. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai
gejala klinis.
e. Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat identitas korban
f. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat sehingga tidak ada
kemungkinan tumpah atau pecah pada saat pengiriman. Kotak diikat dengan tali yang setiap
g. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dabuat berita acara penyegelan dan
berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman. Demikian pula berita acara penyegelan
barang bukti lain seperti barang bukti atau obat. Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh
h. Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alcohol tidak dapat dipakai untuk
desinfektan local saat pengambilan darah, hal ini untuk menghilangkan kesulitan dalam
penarikan kesimpulan bila kasus menyangkut alcohol. Sebagai gantinya dapat digunakan
sebuah surat yaitu surat visum et repertum. Setelah dibuat berdasarkan aturan
yang berlaku maka surat tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat bukti di
Pasal 202
(1) Barangsiapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam
perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh atau bersama-sama dengan orang
lain, padahal diketahuinya bahwa karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang ber- salah diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Pasal 203
dimasukkan ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk
umum atau untuk dipakai oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, sehingga karena perbuatan
itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 204
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat; berhahaya itu tidak
diberi tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakihatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Pasal 205
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan atau di bagi-bagikan tanpa
diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana
paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(3) Barang-barang itu dapat disita (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2010).
- Keppres RI No. 3 tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian minuma beralkohol
Pasal 133
(1) dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang koraban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
SIANIDA
Definisi
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat melalui :
- inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, penyemprotan /
fumigasi kapal)
- oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan
menginaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase
juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga
pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak berlangsung dan
oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia
jaringan. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi
Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN adalah 200
mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit sedangkan gas CN
Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan kegagalan
pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang pendek antara
menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada kerongkongan dan
lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia, tinitus, pusing, kelelahan
dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar busa dari mulut, nadi cepat
dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks melambat, udara pernapasan
berbau amandel. Menjelang kematian, sianosis tampak nyata dan timbul kedutan otot-otot yang
berlanjut dengan kejang disertai inkontinensia urin dan alvi. Racun yang diinhalasi menimbulkan
palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan
Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda patognomonik untuk
keracunan CN, dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan
hidung. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam
jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya akan oksi hemoglobin (karena jaringan
Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung
berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan
mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi
Pemeriksaan Laboratorium
Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan perhatian
khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya atau tidak
dikemasnya sampel tersebut. Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dan diperhatikan jika
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya harus
dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil klorida).
KARBONMONOKSIDA
Definisi
Karbonmonoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang
selaput lendir. GasCO dapat ditemukan pada hasil pembakaran tidak sempurna dari karbon.
Sumber terpenting adalah motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sumber lain CO adalah
gas arang batu yang mengandung kira-kira 5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es
gas dan cerobong asap yang bekerja tidak baik. CO hanya diserap melalui paru dan sebagian
besar diikat oleh Hb secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Afinitas COHb 208-
245 kali afinitas O2. Bila korban dipindahkan ke udara bersih, kadar COHb berkurang 50% dalam
waktu 4,5 jam dan setelah 6-8 jam darah tidak mengandung COHb lagi. Gejala keracunan CO
10 % Tidak ada
30% - 40% Sakit kepala keras, lemah, pusing,penglihatan buram, mual dan muntah, kolaps
40% - 50% Sama dengan gejala di atas tetapi dengan kemungkinan besar kolaps atau sinkop.
50% - 60% Sinkop, pernapasan dan nadi bertambah cepat, koma dengan kejang intermitten,
pernapasan Cheyne-Stokes
60% - 70% Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin meninggal
70% - 80% Nadi lemah, pernapasan lambat, gagal napas dan meninggal.
Pemeriksaan Forensik
Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan
Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry Redpada kulit, otot,
darah dan organ-organ interna, yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.
Akan tetapi pada orang yang anemik atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini
Pemeriksaan Laboratorium
Uji Kualitatif
Menggunakan 2 cara:
Ambil dua tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung pertama 1-2 tetes darah korban.
Tabung kedua 1-2 tetes darah control. Encerkan masing-masing darah dengan
menambahkan 10ml air. Tambahkan masing-masing tabung 5 tetes NaOH 10-20% lalu
dikocok.
Uji Formalin
Darah yang diperiksa ditambahkan dengan larutan formalin 40% sama banyak. Bila
darah mengandung COHb dengan saturasi 25%, maka akan terbentuk koagulat berwarna merah
yang mengendap pada dasar tabung reaksi. Pada darah normal. Terbentuk koagulat warna
coklat.
Uji Kuantitatif
Paladium (Pd) ion akan diendapkan pada kertas saring berupa endapan berwarna hitam.
INSEKTISIDA
Insektisida merupakan bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dalam pertanian,
perkebunan dan rumah tangga. Kasus kematian akibat insektisida seringkali terjadi karena
kecelakaan dan percobaan bunuh diri. Insektisida yang sering digunakan, antara lain :
rangsangan pada saraf kolinergik diperpanjang. Kematian terjadi karena gagal napas dan henti
jantung.
Gejala klinis berupa gangguan penglihatan, sukar bernapas, saluran pencernaan hiperaktif.
Tanda dan gejala lain yang sering terjadi antara lain sakit kepala, kelemahan otot, hiperhidrosis,
lakrimasi, salivasi, miosis, sekresi saluran napas, sianosis, papil edem, konvulsi, koma, dan
Pemeriksaan Forensik
Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda pembendungan pada alat dalam. Di dalam
lambung ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan cairan lambung dan lapisan
larutan insektisida. Mukosa lambung dan usus bagian atas tampak hiperemis dan mengalami
perdarahan submukosa. Juga dapat tercium bau pelarut insektisida. Limpa, otak dan paru tampak
edem dan kongesti. Kerusakan jaringan hati biasanya merupakan penyebab kematian pada
keracunan kronis
Hidrokarbon terkhlorinasi adalah zat kimia sintetik yang stabil beberapa minggu sampai beberapa
bulan setelah penggunaannya. Termasuk golongan ini adalah DDT, ALdrin, Dieldrin, Endrin,
Chlordane, Lindane. DDT lambat diabsorbsi melalui saluran cerna. Insektisida dalam bentuk
bubuk tidak diabsropsi melalui kulit, tetapi bila dilarutkan dalam solven organik mungkin dapat
diabsorbsi melalui kulit. DDT merupakan stimulator SSP yang kuat dengan efek eksitasi
langsung pada neuron, yang mengakibatkan kejang-kejang dengan mekanisme yang belum jelas.
Gejala keracunan ringan adalah merasa lelah, berat dan sakit pada tungkai, sakit kepala,
parestesia pada lidah, bibir, dan muka, gelisah, dan lesu mental
Gejala keracunan berat adalah pusing, gangguan keseimbangan, bingung, rasa tebal pada
jari-jari, tremoe, mual, muntah, fasikulasi, midriasis, kejang tonik dan klonik, kemudian koma.
Pemeriksaan Forensik
Pada keracunan kronik, dilakukan biopsy lemak tubuh yang diambil pada perut setinggi
garis pinggang minimal 50 gram dan dimasukkan ke dalam botol bermulut lebar dengan penutuo
dari gelas dan ditimbang dengan ketelitian sampai 0,1 mg. pada keadaan normal, insektisida
memperlihatkan adanya hiperemi pada mukosa lambung dan usus disertai perdarahan. Apabila
keracunan kronik, dapat tercium bau zat pelarut (minyak tanah) dan terdapat adanya organ-organ
1. ARSEN
Definisi
As2O3 atau arsen trioksida atau disebut juga acidum arsenicosum merupakan senyawa
yang sering dan penting artinya dalam hubungannya dengan keracunan. As2O3 ini berupa serbuk
putih atau kadang kristal halus dengan sedikit rasa (lemah) bahkan dapat dikatakan tidak berasa
sama sekali dan tidak berbau. Mudah larut dalam asam lambung, dalam bentuk gas biasanya
berbau bawang putih. Senyawa arsenik ini banyak ditemukan dalam bidang pertanian
(rodenticide), industri (sebagai pengotoran dari zat warna, mordant) maupun dalam bidang
maupun organik). Bentuk lain dari arsenikum ini adalah Arsine dan Ethylarsine dimana berada
1. Acute Paralytic
Timbul mendadak setelah korban keracunan dengan dosis besar serta absorbsinya berjalan sangat
cepat. Gejala yang menonjol adalah akibat depresi susunan saraf pusat yang hebat khususnya
2. Gastrointestinal Type
Merupakan gejala yang paling utama dijumpai dan khas, akibat lesi-lesi pada lambung, usus
maupun organ-organ parenchym segera setelah keracunan, timbul muntah dan diikuti diarrhea
Gejala klinis diatas sangat inddividual, dimana satu penderita condong menunjukkan gejala
profuse diarrhea sebagai gejala utama, yang lain lebih condong menunjukkan gejala muntah atau
Bila kasus keracunan lebih hebat maka timbul gejala seperti muka kebiruan dan cemas, kulit
pucat dan dingin, cramp pada kaki bagian atas, delirium, albuminuria, retensi urin, serta dehidrasi
Kematian terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari dan apabila penderita dapat melewati
Timbul apabila senyawa arsenikum diberikan dalam dosis kecil berulang kali dalam interval
waktu tertentu, atau akibat pemberian dalam dosis besar tetapi tidak segera menimbulkan
Gejalanya:
- Skin eruption, bengkak seluruh tubuh, beberapa kasus tampak penderita mengalami
keratosis kulit, berat badan menurun serta keadaan umum korban makin buruk.
4. Chronic Type
Type ini dapat berkembang/ terjadi setelah gejala akut mereda. Tampak gejala-gejala:
- Paralyse dan atrofi otot-otot tangan dan kaki sebagai akibat neuritis kronis disertai dengan
degenerasi saraf yang dimulai dari bagian perifer dan berjalan ke arah sentral.
- Anaesthesia
- Hiperkeratosis terutama tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki
Pemeriksaan Forensik
Keracunan Akut :
- Pemeriksaan dalam ditemukan tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-
Keracunan Kronik :
- Pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat
(melanosis arsenic), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenic). Kuku
memperlihatkan garis-garis putih (Mees lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar
kuku.
2. TIMAH
Definisi
Plumbum atau timbel (timah hitam) terdapat dimana-mana, dalam jumlah besar dalam badan
accu / baterai. Pb terdapat pula pada pipa air zaman dahulu, timah solder, bahan dasar cat,
dempul meni, dan glasier dari benda-benda keramik dan gelas (crystal lead). Pb juga terdapat
pada bahan kosmetik mata orang Indian yang disebut surma, demikian juga dapat ditemukan
menyebabkan hambatan pada system kerja enzim. Dalam darah enzim yang dihambat adalah
enzim delta- aminolevulinik asid (delta-ALA) yang berperan dalam sintesi hemoglobin.
Keracunan Akut :
- Korban merasa sepat (rasa logam), muntah-muntah berwarna putih karena adanya Pb
Klorida, dan juga diare dengan feses hitam akibat adanya PbS. Kedua hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi.
Keracunan Kronik :
- korban tampak pucat yang tak sesuai dengan derajat anemi, karena pucat timbul
sebagai akibat spasme arteriol di bawah kulit. Rasa logam pada mulut, anoreksia, obstipasi,
kadang diare.
Pemeriksaan Forensik
Diagnosis pada orang hidup ditegakkan dengan melihat adanya gejala keracunan dan
Keracunan Akut :
- Tanda-tanda dehidrasi, lambung mengerut (spastic), hiperemi, isi lambung warna putih. Usus
Keracunan Kronik :
- Tubuh sangat kurus, pucatm terdapat garis Pb, ikterik, gastritis kronikm dan pada usus
Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, jati dan otak, sehingga bahan pemeriksaan
Diagnosis toksisitas Pb dilakukan berdasarkan gejala dan uji lab seperti kadar Pb dalam
darah, ulas darah untuk melihat sel stipel yang merupakan keracunan khas pada Pb, dan
protoporfirin eritrosir. Uji kadar Pd dalam urin, enzim delta ALA dan koproporfirin III juga dapat
KERACUNAN ALKOHOL
Alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol murni berupa cairan yang bening, mudah menguap dan
Absorpsi terutama dari usus halus (80%) dan lambung (20%). Konsentrasi alkohol dalam darah
sudah bias ditemukan dalam waktu 5-10 menit setelah meminum alkohol. Kadar puncak dalam
darah adalah 30 menit setelah meminum alkohol. Dibutuhkan waktu yang lama agar kadar
puncak alkohol dalam darah ini bisa menyebabkan habituasi (ketergantungan) dan keadaan
kosong. Wine (anggur) merupakan jenis minuman yang paling cepat penyerapannya.
Metabolisme alkohol terutama terjadi di hati (90%) dan mengalami oksidasi. Sisa yang 10%
diekslresikan melalui kulit, paru-paru, kelenjar liur dan ginjal. Alkohol bisa menjadi sumber
Pasien sadar dan merasa senang karena penekanan pada pusat-pusat hambatan di otak, keadaan
ini disebut fenomena pelepasan (release phenomenon). Tahap ini bisa berlangsung lama dan
Muka merah
Berperilaku kasar
Bersifat sentimental
Inkoordinasi
Keadaan ini adalah akibat penekanan pada pusat-pusat lainnya pada otak sehingga berkaitan
dengan:
Penglihatan kabur
Kemudian pasien akan memasuki fase setengah sadar dan akhirnya menjadi tidak sadarkan diri.
Pada tahap ini pasien masih bisa dibangunkan dengan suara yang kuat atau cubitan.
3. Tahap koma
Sebelum memasuki tahap ini pasien masih bisa sembuh dan kembali pada tahap pertama. Tetapi
Dosis bukan hanya tergantung dari jumlah yang diminum, tetapi juga bergantung pada kebiasaan
seseorang dan jenis minumannya. Misalnya alkohol absolut sebanyak 5 oz dapat berakibat fatal.
Untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, alkohol absolut sebanyak 2 oz juga sudah dapat
berakibat fatal.
A= C x P x R
Pada buku lain juga mengatakan takaran alkohol untuk menimbulkan keracunan
bervariasi tergantung dari kebiasaan minum dan sensitivitas genetik perorangan. Umumnya 35
gram alkohol menyebabkan penurunan kemampuan untuk menduga jarak dan kecepatan serta
menimbulkan euforia. Alkohol sebanyak 75-80 gr akan menimbulkan keracunan akut dan 250-
500 gram alkohol takaran fatal. Kadar alkohol darah dari konsumsi 35 gram alkohol dengan
menggunakan rumus:
P : berat badan(kg)
R : konstanta (0,0007)
Bagi orang dewasa, dosis sebanyak 150-200 mL alkohol absolut sudah dianggap bisa berakibat
fatal.
Periode fatal
Jika alkohol diminum dalam jumlah yang banyak oleh seseorang yang tidak mempunyai
kebiasaan minum alkohol bisa menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Periode fatal
bisanya antara 12-24 jam, pada beberapa kasus bisa agak panjang yaitu antara 5-6 hari
Penatalaksanaan
Jika pengobatan diberikan pada saat yang tepat sebelum pasien masuk dalam tahap koma, yaitu
ketika refleks tubuh sudah tidak ada dan mata mengalami konstriksi dan tidak bereaksi terhadap
Untuk mengeluarkan racun bisa diupayakan agar pasien muntah secara mekanis yaitu
dengan menekan orofaring. Zat kimia perangsang muntah hanya digunakan jika keadaan umum
Bilas lambung harus dilakukan walaupun pasien dalam keadaan tidak dapat dikendalikan.
Bahan yang dperoleh dari bilasan lambung yang pertama diambil untuk bilasan kimia, kemudian
bilas lambung dilanjutkan sampai hasil bilasan lambung tidak mengandung bau alkohol.
Penafasan buatan serta oksigen diberikan jika ditemukan adanya tanda-tanda penekanan
pernafasan
Jika perlu diberikan 1000 cc glukosa 10% serta garam fisiologis secara intravena, kedalam
larutan tersebut ditambahkan insulin 15 unit, vitamin B1 200 mg. niasinamida 200 mg dan
vitamin C 1000 mg
Pemeriksaan Forensik
1. Pemeriksaan luar
Kaku mayat dan pembusukan lebih lambat terjadi. Mayat penderita bisa bertahan lebih
lama.
2. Pemeriksaan dalam
Bau alkohol bisa tercium dari isi lambung dan organ tubuh lainnya
Dinding lambung hiperemis, berwarna merah dan isi lambung berwarna coklat
Edema otak sangat jelas terlihat dari jarak antara gyrus otak yang semakin sempit
Darah
Paru-paru
Otak
Pada bahan yang diambil tidak boleh ditambahkan zat pengawet dan pemeriksaan dilakukan
sesegera mungkin.
KERACUNAN ALKOHOL KRONIS
Keadaan ini terjadi karena meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama. Korban biasanya
adalah penderita psikosis atau neurosis, sehingga alkohol digunakan sebagai pelarian dari
kenyataan hidup.
edema anasarka
Selain mengalami stres psikologis, pasien juga mengalami neuritis perifer dan demensia
1. Pada saluran pencernaan : alkohol dalam takaran tinggi dalam waktu lama akan
menimbulkan kelainan pada selaput lendir mulut, kerongkongan dan lambung berupa gastritis
kronis.
2. Pada hati akan terjadi penimbunan lemak dalam sel hati, SGOT dan SGPT, trigliserida dan
3. Pada jantung dapat terjadi kardiomiopati alkoholik dengan payah jantung kiri dan kanan
dengan distensi pembuluh balik leher, nadi lemah dan edema perifer. Pada jantung akan terlihat
hipertrofi kedua ventrikel, fibrosis endokardial dengan tanda trombi mural pada otot jantung.
4. Pada otot akan ditemukan miopati alkoholik dan histologis di jumpai atrofi serat dan
Mekanisme kematian terutama akibat gagal hati dan ruptur varises esofagus akibat hipertensi
portal. Pada autopsi bisa ditemukan memar pada cortex cerebri, hematom sub-dural akut dan
kronis. Depresi pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak lebih besar dari 450 mg%. pada 500-
600 mg% dalam darah, penderita biasanya meninggal dalam 1-4 jam setelah koma selama 10-16
jam.
Pemeriksaan Forensik
1. Pada orang yang masih hidup dapat diientifikasi dari bau alkohol yang keluar dari udara
pernafasan.
2. Pemeriksaan kadar alkohol darah: baik pemeriksaan udara pernafasan atau urin atau dari
darah vena
3. Kelainan pada orang yang sudah meninggal tidak khas. Mungkin ditemukan gejala yang
sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer,
4. Mukosa lambung tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadang-kadang
6. Pada pemeriksan histologis dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah dan selaput
otak, degenerasi bengkak keruh, pada bagian parenkim organ inflamasi mukosa saluran cerna.
7. Pada jantung, gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan
Untuk korban meninggal dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati atau cairan tubuh seperti
cairan serebrospinal. Penentuan kadar alkohol dalam daram lambung saja tanpa menentukan
kadar alkohol dalam darah hanya menunjukkan orang tersebut telah minum alkohol. Pada mayat,
alkohol dapat berdifusi dari lambung ke jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung sehingga
bisa diambil darah dari pemeriksaan darah vena perifer seperti di daerah cubiti dan femoralis.
Metode sederhana untuk menentukan kadar alkohol dalam darah disebut teknik modifikasi
1. Masukkan 2 mL reagen Anti ke dalam ruang tengah. Reagen anti dibuat dengan melarutkan
7,7 mg kalium dikromat ke dalam 150 mL air + 280 mL asam sulfat dan terus diaduk. Encerkan
2. Sebarkan 1 mL darah/urin dalam ruang sebelah luar dan masukkan 1 mL kalium karbonat
3. Tutup sel mikrodifusi dan goyangkan dengan hati-hati. Biarkan terjadi difusi selama 1 jam
pada suhu ruang. Angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen
4. Apabila reagen berwarna kuning kenari menunjukkan hasil negatif. Tetapi apabila warna
kuning kehijauan menunjukkan kadar etanol sekitar 80 mg%, sedangkan warna kekuningan
Penatalaksanaan
Keadaan ini bisasanya adalah masalah psikiatri karena berbagai masalah yang
erthylthiuram disulphide) dengan dosis 0,25 sampai 0,75 gram per hari. Tablet antabuse hanya
diberikan dengan persetujuan pasien karena keadaan pasien akan sangat memburuk jika setelah
mendapat tablet Antabuse pasien kembali meminum alkohol. Untuk tujuan yang sama bisa juga
diberikan tablet Temposil (Citrated calcium carbimide) dengan dosis 50 mg per hari.
Pemberian multivitamin untuk mengatasi adanya defisiensi. Pemberian vitamin ini harus
KERACUNAN NARKOBA
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008)
1. Narkotika
2. Psikotropika
1. NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (
a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi
menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk
penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni
berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006)
Prekursor narkotika
UU 35/2009 PASAL 1 AYAT 2: Adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
PASAL 48
TABEL I TABEL II
Norephedrine Toluene
1-Phenyl-2-Propanone
Piperonal
Potassium permananat
Pseudoephedrine
safrole
Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Keracunan akut biasanya terjadi
akibat percobaan bunuh diri, tetapi dapat pula terjadi pada kecelakaan dan pembunuhan.
Gejala keracunan diawali dengan eksitasi susuan saraf yang kemudian disusul oleh
narkosis. Penderita merasa ngantuk, yang makin lama makin dalam dan berakhir dengan keadaan
koma, terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi saluran nafas, nadi kecil dan
lemah, pernafasan sukar, irregular, pernafasan dangkal lambat, suhu badan turun, muka pucat,
pupil miosis (pin-head size) yang akan melebar kenbali setelah terjadi anoksia, tekanan darah
Pemeriksaan Forensik
Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk pemeriksaan
laboratorium.
Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan adanya bekas suntikan, pembesaran
kelenjar getah bening setempat, lepuh kulit (skin blister), tanda asfiksia (busa halus dari lubang
hidung dan mulut), sianosis pada ujung jari dan biir, perdarahan petekial pada konjungtiva dan
pada pemakaian narkotika dengan cara sniffing (menghirup), kadang dijumpai perforasi septum
nasi.
Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan darah berwarna gelap dan cair, terdapat gumpalan
masa coklat kehitaman pada lambung, trakea dan bronkus kongesti dan berbusa, paru kongesti
dan edema.
Pemeriksaan Laboratorium
Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin, cairan empedu dan jaringan sekitar
- Uji Marquis : 40 tetes formaldehyde 40% dalam 60 ml asam sulfat pekat. Tes ini cukup
sensitive dengan sensitifitas berkisar antara 0,05 mikrogram 1 mikrogram. Hasil positif unutk
- Uji MIkrokristal : lebih sensitif dan lebih khas. Caranya 1 tetes larutan narkotika ditambah
dengan reagen dan dengan mikroskop dilihat kristal apa yang terbentuk. Untuk morfin
berupa plates, heroin berupa fine dendrites atau rosettes, kodein berupa gelatinous rosettes
2. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya
seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu
b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma
ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan
metapetamin.
c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan
d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan
Untuk barbiturat, gejala akutnya adalah ataksia, vertigo, pembicaraan kacau, nyeri kepala,
parestesi, halusinasi, gelisan dan delirium. Bila sudah kronis (adiksi), dapat berupa kelainan
psikiatrik seperti depresi melankolik, regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil.
Pemeriksaan Forensik
Gambaran tidak khas. Pada pemeriksaan luar hanya tampak gambaran asfiksia, berupa
sianosis, keluarnya busa halus dari mulut, tardieau spoy, dapat ditemukan vesikel atau bula pada
Pada pembedahan jenazah, mukosa saluran cerna dna seluruh organ dalam menunjukkan tanda
Zat adiktif lainnya adalah zat zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
a) Rokok
b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila