THANATOLOGI
DISUSUN OLEH:
Dini Estri Mulianingsih G99172061
Astari Febyane Putri G99172049
Namira Nurul H. G99181047
Leonard Sarwono A. G991903030
Ismi Cahya Delima G991905030
Rendra Ristian W. G991908019
PEMBIMBING :
dr. Wahyu Dwi Atmoko Sp.F
Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Referensi artikel dengan judul:
THANATOLOGI
Oleh:
DISUSUN OLEH:
Dini Estri Mulianingsih G99172061
Astari Febyane Putri G99172049
Namira Nurul H. G99181047
Leonard Sarwono A. G991903030
Ismi Cahya Delima G991905030
Rendra Ristian W. G991908019
PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
Manfaat tanatologi di dalam sistem medikolegal antara lain (Di Maio & Di
Maio, 2001):
1. Untuk menentukan penyebab dan cara kematian
2. Untuk menentukan perkiraan waktu kematian dan luka
3. Untuk menentukan atau menyangkal adanya faktor penyebab atau yang
berkontribusi terhadap kematian
4. Untuk menyediakan kesaksian ahli jika kasus dibawa ke pengadilan
Sedangkan menurut Bardale (2011) implikasi medikolegal antara lain:
1. Pernyataan kematian
Pernyataan kematian merupakan poin penting karena jika pernyataan kematian
keliru dan terjadi pergeseran badan pada saat kremasi atau pemakaman di
kuburan maka dokter dapat bermasalah
2. Sertifikat kematian
Seorang dokter harus membuat surat kematian seseorang dan sertifikat
kematian tidak akan bermasalah apabila kematian telah dikonfirmasi
3. Pemusnahan jenazah
Kesalahan diagnosis dan sertifikasi kematian dapat menyebabkan kesulitan
dalam pemusnahan jenazah oleh afiliasi agama tertentu
4. Transplantasi organ
Organ atau jaringan cadaver tidak dapat diambil untuk transplantasi apabila
tidak diperoleh dari seseorang yang telah tersertifikasi meninggal.
5. Perkiraan penyebab dan cara kematian
1. Koma
2. Asfiksia
3. Sinkop
Penyebab Koma
Cedera kepala
Perdarahan intrakranial
Ensefalitis
meningitis
diabetic ketoacidosis
koma uremik
keracunan alkohol
Epilepsi
heat stroke
Sedangkan hasil sinkop berasal dari penghentian fungsi jantung dengan
penghentian akibat sirkulasi. Dalam sinkop ada terjadi penurunan kesadaran
dengan runtuhnya postural akibat penurunan akut pada aliran darah otak. Penyebab
sinkop disebutkan dalam tabel dibawah ini :
Penyebab Sinkop
Vagal Penghambatan
Infark Miokard
Stenosis Aorta
Stenosis Pulmonal
Hipertensi Pulmonal
Emboli Paru
Tamponade Jantung
Myxoma Atrial
Anemia
Adelson mendefinisikan asfiksia, sebagai “keadaan di organisme hidup
dimana ada kekurangan oksigen akut yang tersedia untuk metabolisme sel yang
terkait dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan kelebihan karbon
dioksida.”. Penyebab asfiksia disebutkan dalam tabel di bawah ini :
Penyebab Asfiksia
Keracunan sianida
Penyebab patologis
Konsolidasi
Efusi pleura
penyebab lingkungan
Dataran tinggi
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai
tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan
tanda kematian tidak pasti.
A. Tanda kematian tidak pasti
3. Kulit pucat.
1. Livor mortis
Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem
lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices.
Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan
atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja
pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang
tertekan oleh alas keras.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca
kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap,
akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis.
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita
menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca
kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi
mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan
penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10
jam.
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu:
a. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
b. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
c. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
d. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita
temukan pada organ dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan
posisi mayat.
Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita
lihat pada belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai,
ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada
lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat
dasi.
Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita
lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai.
Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada
ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.
Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita
temukan pada posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru,
dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang
dibawah (dalam rongga panggul).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume
darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna
lebam.
Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat
lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih
terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit, misalnya pada
anemia.
Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk
memperkirakan penyebab kematian yaitu (1) warna merah kebiruan
merupakan warna normal lebam, (2) warna merah terang menandakan
keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin, (3) warna merah gelap
menunjukkan asfiksia, (4) warna biru menunjukkan keracunan nitrit dan
(5) warna coklat menandakan keracunan aniline.
Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti
kematian, tanda memperkirakan saat dan lama kematian, tanda
memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi lebam
bukan pada saat mati.
Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat
trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat trauma akan
menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika
irisan jaringan kita siram dengan air.
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada
otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot,
yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana
disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang
terdapat dalam serabut-serabut otot.
a. Cadaveric spasme
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran.
c. Cold Stiffening
b. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama
penurunan suhu tubuhnya.
c. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
f. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari
suhu, aliran, dan keadaan airnya.
4. Pembusukan
6. Mummifikasi
PENUTUP
Fonseca L., & Testoni I. 2011. The Emergence of Thanatology and Current
Practice in Death Education. Omega. 64. 157-69. 10.2190/OM.64.2.d.
Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta, Binarupa
Aksara.
Di Maio VJM., & Di Maio, DJ. 2001. Forensic pathology. Boca Raton, CRC
Press.
Saukko P. & Knight B. 2016. Knight’s Forensic Pathology. Fourth Edition. Boca
Raton, CRC Press.
Dahlan S. Thanatologi. In: Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007:
47-65