Anda di halaman 1dari 30

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN T.H.T.K.

L REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2019
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BENDA ASING ESOFAGUS

OLEH:
Batari Tenriawaru Jamil C014181082
Putu Andita Ratnata C014181085
Siti Hartyna Aulia C014181086

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Lidya Allo Datu Turupadang

SUPERVISOR:
dr. Khaeruddin H.A, M.Kes, Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN T.H.T.K.L
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat : Benda Asing Esofagus

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Batari Tenriawaru Jamil C014181082


Putu Andita Ratnata C014181085
Siti Hartyna Aulia C014181086

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada departemen


Ilmu Kesehatan T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, November 2019

Supervisor Penguji Pembimbing

dr. Khaeruddin H.A, M.Kes, Sp. THT-KL dr. Lidya A. Datu Turupadang

DAFTAR ISI

ii
Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I PEDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................2

A. ANATOMI ESOFAGUS..............................................................................................2

B. HISTOLOGI ESOFAGUS............................................................................................4

C. FISIOLOGI MENELAN..............................................................................................5

D. DEFINISI......................................................................................................................7

E. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................................7

F. ETIOLOGI ...................................................................................................................9

G. PATOMEKANISME..................................................................................................11

H. DIAGNOSIS ..............................................................................................................13

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................14

J. PENATALAKSANAAN ............................................................................................16

K.DIAGNOSIS BANDING ...........................................................................................22

L. KOMPLIKASI ...........................................................................................................23

M.EDUKASI DAN PENCEGAHAN ............................................................................23

N. PROGNOSIS .............................................................................................................24

BAB III PENUTUP.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing atau makanan yang menetap di esofagus merupakan kasus


yang sering dijumpai. Benda asing esofagus adalah benda atau makanan yang
terhenti dalam esofagus dan tidak dapat masuk ke dalam gaster. Kasus benda
asing esophagus dapat terjadi pada semua usia, mulai dari bayi dan anak-anak
hingga orangtua, namun sering terjadi pada anak-anak terutama usia 6 tahun
pertama.Pada beberapa literatur, benda asing yang paling banyak ditemukan
adalah tulang ikan, objek metal seperti koin dan baterai, atau fragmen gigi yang
rusak. Sekitar 80% benda asing dapat melewati traktus digestivus tanpa masalah,
10-20% kasus membutuhkan tindakan non operatif dan <1% kasus memerlukan
tindakan pembedahan.1,2

Respon jaringan terhadap benda asing esofagus bergantung pada bakteri


yang menginfeksi. Benda organik menyebabkan inflamasi akut yang lebih besar
dibanding benda anorganik. Karakter benda seperti bentuk, dimensi, konsistensi
penting dalam menentukan tingkat kerusakan atau toksisitas yang dapat muncul.
Benda asing yang terkait harus segera diidentifikasi dan dikeluarkan. Benda asing
pada esofagus dapat menyebabkan sensasi mengganjal, salivasi, distres pernafasan
akibat kompresi terhadap trachea, disfonia, muntah, odinofagia,
dandisfagiatergantung pada lokasi dan jenis benda asing itu sendiri. Namun
banyak kasus yang asimptomatik. Pada onset lambat dapat berkaitan dengan
komplikasi yang muncul setelah lebih dari 24 jam dimana mulai ada inflamasi
lokal yang berpotensi menyebabkan obstruksi, erosi mukosa dan muskular yang
menyebabkan muntah-muntah, distensi abdomen, atau perdarahan gastrointestinal.
Pada kasus benda asing esofagus yang tidak terdeteksi, gejala kronis yang muncul
berupa demam dan penurunan berat badan. Pada kasus tertentu, benda yang tajam
dapat berpotensi membahayakan nyawa karena memicu pembentukan fistula
antara esofagus dan arteri yang menyebabkan perdarahan hebat.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Esofagus
Esofagus adalah saluran otot dengan panjang sektar 25 cm yang kolaps ketika
tidak sedang mendorong makanan. Esofagus terletak melewati leher dan
mediastinum. Esofagus memiliki lapisan otot circular dan longitudinal. Pada 1/3
atas, esofagus tersusun dari otot volunter, sedangkan 1/3 bawah tersusun dari otot
polos, pada 1/3 tengah merupakan gabungan dari keduanya. Esofagus akan
melewati hiatus esofagus pada crus dextra diaphragma pada level T10.3

Gambar 1 Anatomi Esofagus


Dikutipdari : Moore.2014. Clinically Oriented Anatomy.Lippincott Williams &
Wilkins.

2
Pada keadaan normal, esofagus akan menyempit akibat struktur disekitarnya
yaitu pada sphincter esophagus proksimal (pada pharyngo-esophageal junction)
oleh musculus cricopharyngeus; persilangan arcus aorta setelah itu persilangan
bronkus utama kiri; serta saat melewati hiatus esophagus yang terletak pada
diafragma.3
Suplai darah esofagus berasal dari arteri gastrica sinistra, cabang dari truncus
coeliacus, dan arteri phrenica sinistra inferior. Sedangkan aliran vena dari vena
submukosa yang masuk ke sistem portal melalui vena gastrica sinistra, serta dari
vena esofageal yang masuk ke vena azygos. Innervasi esofagus berasal dari plexus
esofageal yang dibentuk dari vagal trunk (yang membentuk cabang gastric
anterior dan posterior) dan diinnervasi oleh truncus simpatikus thoracis melalui
nervus splanchnicus dan plexus periarterial.3

3
Gambar 2 Vaskularisasi esophagus
Dikutip dari : Netter.2015. Atlas Anatomi. Saunders Elsevier.

B. Histologi Esofagus
Esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dengan sel-
sel punca yang tersebar di seluruh lapisan basal. Pada umumnya, lapisan-
lapisannya sama dengan bagian saluran cerna lain. Di dalam submukosa,
terdapat kelompok-kelompok kelenjar kecil pensekresi mukus, yaitu kelenjar
esophagus dengan sekret yang memudahkan transpor makanan dan
melindungi mukosa esofagus. Di dalam lamina propria daerah dekat lambung
lambung, terdapat kelompok kelenjar, yaitu kelenjar kardiak esofagus yang
juga mensekresi mukus.4
Pada sepertiga proksimal esophagus, lapisan muscular hanya terdiri atas
otot rangka seperti otot rangka lidah. Sepertiga tengah mengandung kombinasi
serabut otot rangka dan polos dan di sepertiga bagian distal esofagus, lapisan
muskular hanya terdiri atas sel-sel otot polos. Hanya bagian esophagus
terdistal di dalam rongga peritoneum, yang ditutupi lapisan serosa. Sisanya

4
ditutupi selapis jaringan ikat longgar, adventisia yang menyatu dengan
jaringan sekitar.4

Gambar 3 Histologi Esofagus


Dikutip dari : Mescher, A.L. 2012. Histologi Dasar Junqueira : Teks dan
Atlas Edisi 12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

C. Fisiologi Esofagus
Sebelum makanan ditelan masuk ke esofagus, makanan dihancurkan
didalam mulut membentuk bolus. Proses menelan terbagi tiga fase yaitu fase
oral (terdiri atas fase preparasi oral dan fase propulsive oral), fase faringeal
dan fase esophageal.5,6
Fase preparasi oral merupakan fase pertama dari proses menelan yang
memerlukan gigi geligi yang intak, fungsi kelenjar saliva, dan fungsi
neurologis yang baik. Makanan yang masuk dalam kavum oris akan dikunyah
dan dicmpur dengan saliva. Hal ini terjadi dengan koordinasi adanya
penutupan mulut, pergerakan rahang bawah, tonus bukal dan fasial,
pergerakan lateral lidah dan palatum molle yang menonjol ke anterior, untuk
memperlebar nasal airway dan mempersempit pintu masuk orofaring untuk
mencegah masuknya makanan secara premature ke dalam faring. Fase ini
menyiapkan makanan menjadi bolus dengn besar, bentuk dan konsistensi yang
sesuai untuk ditelan dalam waktu sekitar 1 detik.6
Fase propulsif oral atau disebut juga fase transfer. Setelah bolus terbentuk,
lidah akan membentuk cekungan pada permukaan dorsal lidah yang akan

5
meletakkan bolus di antara lidah dengan palatum, dengan kontraksi ujung dan
sisi-sisi lidah. Lidah akan menekan palatum durum yang mendorong bolus
masuk ke orofaring. Masuknya bolus tersebut merangsang reseptor taktil dan
muncul aktivitas refleks involunter pada fase faringeal yang dikontrol oleh
batang otak.5,6
Fase faringeal merupakan fase menelan yang paling singkat tetapi paling
kompleks. Apapun konsistensi makanan, fase faringeal akan berlangsung
dengan cepat dan overlapping. Pada fase ini terjadi, (1) penutupan
velofaringeal, elevasi palatum molle yang menutup nasofaring sehingga bolus
tidak masuk ke hidung; (2) penutupan laring, sehingga bolus tidak penetrasi ke
glottis dan masuk ke jalan napas; (3) peristaltik dinding faring yang akan
mendorong bolus dengan gelombang kontraksi yang mengikuti bolus dengan
adanya kontraksi muskulus konstriktor superior, dan pangkal lidah yang
mendorong bolus ke posterior; (4) elevasi laring dan pergerakan laring ke
anterior ke arah pangkal lidah, untuk mengangkat laring ke atas-di bawah
pangkal lidah dan keluar dari jalannya bolus serta untuk menarik secara
ekstrinsik krikofaring. Saat ini respirasi berhenti selama ekspirasi, aritenoid
aduksi ke arah pangkal epiglottis, pendorongan bolus ditingkatkan oleh
dilatasi sfingter esophagus atas (SEA) secara pasif dan aktif; (5) pembukaan
region krikofaring. Sfingter esophagus atas akan mengalami relaksasi selama
fase faringeal dan akan terbuka oleh pergerakan ke depan dari os hyoid dan
laring. Sfingter ini akan menutup setelah makanan lewat dan struktur faringeal
akan kembali ke posisi semula.6
Pada fase esophageal sebagian besar bolus cair bergerak ke gaster oleh
gravitasi bila orang tersebut. Residu yang berupa bolus cair akan digerakkan
oleh gelombang kontraksi peristaltik. Bolus padat biasanya tidak bergerak
turun oleh gravitasi dan memerlukan kontraksi peristaltik untuk transpornya.
Makanan padat masuk dari orofaring ke gaster dalam waktu 8 detik,
sedangkan cairan masuk dalam waktu 1-2 detik dibantu oleh gravitasi. Pada
akhir esofagus, sphincter gastroesofageal akan berelaksasi agar masuk ke
dalam gaster. Setelah makanan masuk, sphincter akan menutup kembali untuk

6
mencegah regurgitasi. Apabila kita berbicara atau bernafas saat menelan,
terjadi mekanisme protektif untuk mencegah masuknya makanan ke dalam
saluran nafas. Misalnya adanya rangsang batuk untuk mengeluarkan
makanan.5,6

Gambar 4 Fisiologi Menelan


Dikutip dari : Marieb E.N., Hoehn K. 2013. Human Anatomy and
Physiology Edisi 9. Amsterdam : Pearson

D. Definisi
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing
merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat
terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik ditempat penyempitan
fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat
perforasi.1

E. Epidemiologi
Benda asing tertelan dan impaksi makanan di saluran cerna merupakan
kasusyang sering dijumpai. Menurut dokumentasi American Association of

7
Poison ControlCenters pada tahun 2000 dari 116.000 kasus tertelan benda
asing 75% merupakananak-anak. Jenis benda asing yang sering tertelan adalah
benda benda yang seringdijumpai di rumah seperti uang logam, mainan,
magnet. Sementara impaksi makananmerupakan kasus yang sering dijumpai
pada orang dewasa dengan prevalensi 13 per100.000 jiwa. Sekitar 80% benda
asing dapat melewati traktus digestivus tanpamasalah, 10-20% kasus
membutuhkan tindakan non operatif dan <1% kasusmemerlukan tindakan
pembedahan.6,7
Pada penelitian yang dilakukan oleh Alberto, dkk pada tahun 2010
ditemukan terdapat 320 kasus benda asing esofagus yang dievaluasi dalam 5
tahun. Kasus benda asing yang tertelan paling banyak disebabkan oleh koin
sebesar 83.8%. Selain itu ada tulang, benda plastik, kancing, mainan, cincin,
dan lain-lain. Sebanyak 93.3 % kasus benda asing esofagus disebabkan oleh
benda inorganik. Lokasi yang paling sering adalah bagian tengah esofagus
dengan persentase 84.1 %, bagian atas sebanyak 8,4% dan bagian distal
sebanyak 7,5%. Usia anak tersering adalah 6 tahun pertama dengan puncak
pada usia lebih dari 3 tahun.2
Sedangkan pada penelitian Zhong,dkk pada tahun 2017, pada kasus
dewasa ditemukan paling banyak pada usia 52 tahun dengan jenis kelamin
perempuan (54,1%) lebih banyak dibanding laki-laki (45,9%). Penyebab
terbanyak adalah tulang ikan (51.3%), tulang hewan lainnya (25.8%), plastik
atau metal (2,1%) dan gigi (0,8%). Lokasi yang terbanyak pada esofagus
proksimal (65.2%), tengah (20,0%) dan distal (7,8%).8
Penelitian yang dilakukan oleh Marassabesi pada periode 2010 hingga
2014 di RS Prof Dr. R. D. Kandaou Manado mendapatkan 53 kasus benda
asing esofagus. Kelompok usia 0-10 tahun adalah kelompok usia terbanyak
yaitu 17 kasus (32,7%). Rasio laki-laki dan perempuan adalah 25:27. Benda
asing tersering adalah gigi palsu 25 kasus (48,1%) dan uang logam 18 kasus
(34,6%).9

8
F. Etiologi

Jenis benda asing yang tertelan dapat digolongkan atas golongan


makanan dan bukan makanan. Jenis benda asing yang tertelan sangat
tergantung pada kebiasaan atau makanan daerah setempat. 6 Berikut
klasifikasi benda asing, hal ini penting untuk diagnostik dan terapeutik.8
 Ukuran
Panjang lebih besar/lebih kecil dari 6 cm
 Konsistensi permukaan
- tajam atau tumpul
- tepi bulat atau tajam
 Material
- Makanan
- Obat-obatan
- Baterai
- Magnet
 Karakteristik
- Radio dense +/-
- Metalik +/-
- Kimiawi +/-
Tabel 1 Karakteristik Benda Asing8

Benda asing yang tersangkut pada esofagus biasanya ditemukan pada


4 tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin krikofaringeal,
persilangan antara esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan
bronkus utama sinistra, dan sfingter bawah.1
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat
dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain,
anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel
trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor Predisposisi lain
belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi
proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok

9
usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan dan
penyakit neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang dewasa tertelan
benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang
telah kehilangan sensasi rasa (taktil) dari palatum, pada pasien gangguan
mental dan psikosis.1
Faktor predisposisi lain ialah adanya penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis yaitu penyakit esofagitis refluks,
striktur pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau
lambung, cara mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik
pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).1

5.a Gam
bar 5 Kelainan Kongenital Esofagus
(a) Fistula Tracheoesofagus
Dikutip dari : Moore, K.L. 2014. Clinically Oriented Anatomy Edisi 7. Lippincott
Williams and Wilkins.

5.b

Gambar 5 Kelainan Kongenital Esofagus


(b) Stenosis esofagus kongenital (Web)
Dikutip dari : Altamimi, 2015. Esophageal Web in Child. International Journal of Clinical
& Medical Imaging.

10
G. Patomekanisme

Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan


fisiologis esofagus.   Benda asing yang bukan makanan kebanyakan
tersangkut di servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus
aorta. Lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada
sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah
yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka pada
saat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan tidak
sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut,
apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.1

Gambar 6.Bagian yang mungkin benda asing tersangkut di esofagus


Dikutip dari : Gilyoma,Japhet M. Endoscopic procedures for removal of
foreign bodies of the aerodigestive tract: The Bugando Medical Centre
experience. BMC Ear, Nose and Throat Disorders. 2016

11
Terkadang benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan
esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter
kardioesofagus.70% dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring,
dan 7,7% di esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau
infeksi lokal.1

Gambar 7. Benda asing di esofagus


Dikutip dari : Gilyoma,Japhet M. Endoscopic procedures for removal of
foreign bodies of the aerodigestive tract: The Bugando Medical Centre
experience. BMC Ear, Nose and Throat Disorders. 2016
Benda asing yang terhenti dalam esophagus dalam waktu yang lama
akan menimbulkan lesi atau nekrosis akibat adanya penekanan (pressure
necrosis) dan selanjutnya timbul jaringan granulasi. Bila ada bagian yang
tajam dapat timbul perforasi esophagus dengan gejala-gejala antara lain

12
nyeri dada, emfisema kutis di leher atau di dada, pneumomediastinum
yang kemudian dapat diikuti dengan mediastinitis.6
Jenis benda asing yang perlu mendapat perhatian adalah baterai
kancing (button battery), sebab dapat menimbulkan komplikasi akibat
komposisi kimia dari baterai dalam waktu 1-4 jam. 6 Batu baterai
(discbattery) mengandung elektrolit, baik natrium maupun kalium
hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam
lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan
terjadi dengan cepat sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue
saponification) dengan ulserasi lokal, perforasi, atau pembentukan striktur.
Absorbsi bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik.1

H. Diagnosis
Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam mengases pasien
dengan benda asing dalam esophagus termasuk jenis dan jumlah objek,
lokasi, waktu sejak tertelan, dan gejala serta tanda yang muncul. Faktor ini
dapat membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan pengambilan benda
asing segera, atau dapat dilakukan observasi dan follow up pada pasien.11
Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis
adanya riwayat tertelan sesuatu, diperkuat dengan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti radiologi dan endoskopi.12
Gejala klinis sangat tergantung pada ukuran, bentuk dan lokasi benda
asing serta ada tidaknya komplikasi yang terjadi. 6 Gejala-gejala yang dapat
muncul akibat corpus alienum di esofagus antara lain sulit menelan
(disfagia), chest discomfort, nyeri saat menelan (oedinofagia),
hipersalivasi, regurgitasi, dan muntah serta sulit bernafas (dispneu)
apabila terjadi penekanan trakea oleh benda asing.12 Gejala yang paling
umum adalah sensasi benda asing atau sulit menelan (disfagia). Benda
asing di esophagus bagian atas dapat secara akurat dilokalisir oleh pasien.
Namun, sumbatan pada esofagus bagian tengah atau bawah dapat
menimbulkan gejala seperti chest discomfort atau nyeri dada.11

13
Pada bayi, anak-anak dan pasien dengan gangguan mental yang tidak
dapat dilakukan anamnesis, dapat menunjukkan gejala seperti tersedak,
tidak mau makan, hipersalivasi, wheezing, dan distres napas. Beberapa
pasien dapat tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun.10
Pada pemeriksaan fisis, pasien dapat tampak gelisah dan tidak nyaman
saat menelan. Bila ada obstruksi total, pasien akan muntah pada tes
minum, tetapi bila obstruksi hanya sebagian, pasien masih bisa minum
sedikit-sedikit. Biasanya didapatkan hipersalivasi karena adanya kesulitan
menelan. Pemeriksaan fisis harus fokus terhadap patensi jalan napas, tanda
vital, kemampuan pasien untuk menangani sekresi, dan tanda-tanda
komplikasi seperti hematemesis, bunyi napas abnormal, nyeri pada leher,
dada, abdomen, atau emfisema subkutan. Bila benda asing menekan
trakea, akan terdapat sesak napas. Bila terjadi aspirasi akibat adanya
overflow dari esophagus, dapat akan timbul gejala dari paru-paru berupa
batuk, stridor, febris, nyeri dada, wheezing, infeksi saluran napas bagian
atas (missal persistent croup), pneumonia dan hemoptisis. Bila lama akan
terjadi penurunan berat badan.6,11

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dapat membantu menentukan lokasi dari
benda asing dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Foto X-ray
polos leher, dada, atau abdomen dapat menunjukkan gambaran benda
asing radioopak, atau udara pada mediastinum, subdiafragma, atau
subkutan, atau efusi pleura, yang menggambarkan perforasi esophagus.
Penting dilakukan lokalisasi secara radiografis sebelum dilakukan usaha
ekstraksi benda asing. Identifikasi jalan napas dengan foto posisi antero-
posterior dan lateral juga penting untuk membedakan benda asing
trakeobronkial dan benda asing esophagus.11,13

14
Gambar 5 (a) Foto X-Ray thorax anteroposterior (b) Foto X-Ray thorax lateral
Dikutip dari: Rooks Veronica. Esophageal Foreign Body Imaging. Cited on
November 2019. Available from: www.emedicine.medscape.com

CT scan merupakan alat yang sensitif untuk mendeteksi benda asing.


Namun, tidak konsisten dalam mendeteksi benda asing yang bersifat
radiolusen. Uji dengan barium tidak boleh dilakukan karena dapat
mengganggu visualisasi endoskopi dan meningkatkan resiko aspirasi
pasien.11,13

Gambar 6 CT scan leher setingkat cervico-thoracic junction


Dikutip dari: Darwish HS, Qamar SR. Pediatric foreign body ingestion and
esophageal impaction. Saudi Med J. 2016 Nov; 37(11): 1276-1278

Endoskopi rigid digunakan untuk diagnosa dan pengambilan benda


asing pada esofagus bagian atas (krikofaringeal). Alat ini sering digunakan
di bagian THT. Selain itu, ada endoskopi fleksibel. Keberhasilan alat ini

15
untuk mengambil benda asing dalam esofagus adalah 99,5%. Hanya 0,5 %
yang membutuhkan pembedahan. Keuntungan alat ini di bandingkan
endoskopi rigid adalah tidak memerlukan anestesi umum dan juga
komplikasi perforasi lebih kecil yaitu insiden komplikasi menggunakan
endoskopi rigid antara 0,1 %-0,9 %, sedangkan insiden komplikasi
menggunakan endoskopi fleksibel yaitu 0,007 %-0,15%.14,15

Gambar 7 Ilustrasi benda asing esofagus. (a) Gigi tiruan dengan kait tertelan oleh
pasien pria berusia 45 tahun. (b) Kulit buah jujube tertelan oleh pasien wanita
berusia 72 tahun. (C) Sebuah benda asing tulang tertelan oleh seorang pasien
pria berusia 52 tahun.
Dikutip dari: Zhong, Q., dkk. 2017. Esophageal foreign body ingestion in adults
on weekdays and holidays. Medicine. Vol. 96, No.43

J. Penatalaksanaan
Apabila suatu benda asing tertelan, biasanya benda tersebut akan
melewati sistem pencernaan secara spontan. Tetapi beberapa benda dapat
tersangkut di esofagus. Apabila benda asing tersangkut di esofagus, maka
benda tersebut harus dikeluarkan.16

Tahapan dalam penatalaksanaan yaitu

1. Perawatan Pra-Rumah Sakit


Jika seseorang yang tertelan benda asing batuk, maka instruksikan
orang tersebut untuk terus batuk dan jangan menghalangi ataupun
mengganggunya. Apabila benda asing yang tertelan menutupi jalan
napas dan menyebabkan kondisi pasien memburuk, maka dapat
dilakukan beberapa pertolongan pertama, antara lain :16

16
a. Melakukan back blow sebanyak lima kali. Back blow dilakukan
dengan cara melakukan pukulan dengan telapak tangan di
antara kedua tulang skapula korban.16

Gambar 8. Cara melakukan Back blow


Dikutip dari : Stanley B. Benjamin. Esophageal Foreign Bodies and
Food Impactions. Gastroenterology & Hepatology Volume 4(8). August
2015

b. Melakukan abdominal thrust. Abdominal thrust atau yang juga


dikenal dengan Heimlich maneuver, dilakukan sebanyak lima
kali. Tetapi pada bayi, maneuver ini tidak dilakukan karena
dapat menyebabkan luka, jadi dapat dilakukan kompresi dada
sebagai gantinya.16
Cara melakukan Heimlich maneuver adalah penolong
berdiri di belakang korban, posisikan tangan penolong
memeluk di atas perut korban melalui ketiak korban.Sisi
genggaman tangan penolong diletakkan di atas perut korban
tepat pada pertengahan antara pusar dan batas pertemuan rusuk
kiri dan kanan. Letakkan tangan lain penolong di atas
genggaman pertama lalu hentakkan tangan penolong ke arah
belakang dan ke atas, posisi kedua siku penolong ke arah luar,
kemudian lakukan hentakan sambil meminta pasien membantu
memuntahkannya.16

17
Gambar 9. Cara melakukan Heimlich manuver
Dikutip dari : Stanley B. Benjamin. Esophageal Foreign Bodies and
Food Impactions. Gastroenterology & Hepatology Volume 4(8).
August 2015 Perawatan Gawat Darurat
2. Perawatan Rumah Sakit
Pada kasus benda asing esofagus penting dilakukan evaluasi jalan
napas terlebih dahulu. Pada beberapa kasus benda asing esofagus
bagian proksimal dapat dilakukan intubasi endotrakeal untuk
melindungi saluran napas. Intubasi endotrakeal biasanya dilakukan
dalam keadaan anestesi umum, dapat dilakukan pada pasien dengan
benda asing yang sulit dikeluarkan, benda asing multipel dan pada
penggunaan esofagoskopi kaku. Endoskopi pada anak-anak sering
dilakukan dalam anestesi umum menggunakan intubasi endotrakeal
karena saluran napas yang lebih kecil dan rentan sehingga beresiko
tinggi terjadinya obstruksi jalan napas selama tindakan endoskopi.17
Esofagoskopi dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan
klinis meliputi ukuran, bentuk, jenis dan lokasi anatomis benda asing
serta sudah berapa lama tertelan. Dilakukan esofagoskopi sesegera
mungkin dengan persiapan optimal. Bila benda asing gagal
dikeluarkan pada saat pertama kali dikerjakan, maka dapat dilakukan
esofagoskopi ulang setelah 2x24 jam.17
Baterai arloji harus diangkat segera dalam waktu 24 jam pertama,
karena kemungkinan kebocoran bahan korosif dan menyebabkan
perforasi dinding esophagus yang dapat terjadi dengan cepat dalam
waktu ± 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus. Benda asing
uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun

18
pengeluaran uang logam tersebut harus dilakukan sesegera mungkin
dengan persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah
komplikasi. Benda asing tajam dengan tanda-tanda perforasi,
dikonsulkan untuk tindakan bedah. Bila adanya benda asing yang
menyebabkan sumbatan jalan napas maka harus dilakukan pengeluaran
benda asing dengan esofagoskopi segera.16,17
Berikut tabel indikasi untuk esophagogastroduodenoscopy dan
rekomendasi untuk melakukan tatalaksana segera.7
Rekomendasi tatalaksana Tipe benda asing
Emergency Impaksi bolus dengan oklusi total
esophagogastroduodenoscopy pada esophagus
Benda runcing atau tajam
Baterai
Esophagogastroduodenoscopy dalam Magnet
12-24 jam Panjang benda asing > 6 cm
Benda asing lain di esophagus
Esophagogastroduodenoscopy elektif Benda asing dengan diameter
>2.5 cm
Benda asing prepyloric
Tabel 2 Indikasi esophagogastroduodenoscopy dan rekomendasi terapi

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi


(endoskopi) dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda
asing tersebut.16
Terdapat dua jenis esofagoskop, yaitu :16
a. Esofagoskop kaku (fiberoptic rigid esophagoscope),
digunakan terutama untuk terapi, seperti mengambil benda
asing, mengangkat tumor jinak, hemostatis, pemberian obat
sklerosing untuk varises dan dilatasi stiktur. Selain itu juga
untuk menilai keadaan bagian proksimal osefagus, yaitu
daerah pharyngoeosophageal junction. Alat ini juga digunakan
untuk menilai kelainan esofagus pada bayi dan anak kecil,
serta untuk mengambil foto kelainan esofagus. Esofagoskop
kaku memiliki dua ukuran. Ukuran 50 cm untuk memeriksa

19
esofagus thorakal dan sfingter bagian bawah, serta ukuran 20-
30 cm untuk memeriksa faring dan esofagus servikal.16

Gambar 10. Alat esofagoskopi


Dikutip dari : Stanley B. Benjamin. Esophageal Foreign Bodies and Food
Impactions. Gastroenterology & Hepatology Volume 4(8). August 2015

b. Esofagoskop lentur (fiberoptic flexible esophagoscope),


memberikan kemudahan untuk memeriksa pasien dengan
kelainan tulang vetebra, terutama di daerah servikal dan
thorakal. Untuk kelainan esofagus yang disertai dengan adanya
kecurigaan kelainan dilambung, maka esofagoskop lentur
merupakan alat pilihan untuk diagnostik. Esofagoskop lentur
memiliki panjang yang bervariasi mulai dari 100-110 cm dan
diameter mulai dari 7,8 sampai 12 mm. Masing-masing alat
tersebut juga dilengkapi dengan suction, air insufflation, dan
forsep biopsi.16

20
Gambar 8 Esofagoskopi fleksibel
Dikutip dari: Jacobson AS, Urken ML, Teng MS. Head and Neck Diagnostic
Procedures. 2006. Available from: www.emedicine.medscape.com

Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan


esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu
esofagotomi servikal atau esofagotomi thorakal, tergantung lokasi benda
asing tersebut.18,19

a. Esofagotomi servikal, dilakukan dengan cara membuat insisi


eksternal pada leher (setinggi perkiraan letak benda asing) untuk
mengidentifikasi esofagus servikal ataupun hipofaring.16
b. Esofagotomi thorakal, dilakukan dengan membuat insisi pada
thoraks apabila benda asing mengobstruksi esofagus bagian
kaudal.16

Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa


nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah, dan
diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah
timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung
dapat menyebabkan perforasi di pilorus.Oleh karena itu perlu dilakukan
evaluasi dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini
mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiologik untuk mengetahui

21
posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing menetap
selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan (laparatomi).16

Bila ekstraksi sangat sulit dilakukan dan timbul laserasi dalam


sampai ke lapisan muskuler maka dilakukan penanganan konservatif
berupa pemasangan nasogastric tube dalam 3 jam pertama yang
dipertahankan sampai 10 hari dengan pemantauan secara klinis yang ketat,
CT scan dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan.17

3.Konsultasi
Perawatan anak-anak dengan kelainan saluran pencernaan yang
diketahui harus didiskusikan dengan dokter yang akrab dengan anak itu
sedapat mungkin. Personil yang berpengalaman, seperti ahli bedah anak,
otolaryngologist, atau gastroenterologist, harus melakukan endoskopi.
Konsultasi psikiatrik diindikasikan bagi mereka yang memiliki masalah
kejiwaan yang diduga atau dikonfirmasi.20

K. Diagnosis Banding
Lecet esofagus dapat menyebabkan sensasi benda asing yang tersisa
setelah lewatnya benda asing. Jika pasien stabil dan mentoleransi asupan
oral, mereka dapat dinilai kembali dalam 12 hingga 24 jam, dan jika
gejalanya berlanjut, maka CT scan atau endoskopi mungkin diperlukan.21
Kondisi lain yang dapat menyebabkan sensasi benda asing tanpa
kehadiran benda asing meliputi:21
1. Infeksi seperti Candida, virus herpes simpleks (HSV), atau
cytomegalovirus (CMV)
2. Esofagitis (refluks asam, esofagitis eosinofilik)
3. Kejang kerongkongan
4. Globus pharyngeus (juga disebut globus hystericus) yang merupakan
sensasi benjolan atau benda asing di tenggorokan akibat etiologi yang
tidak pasti.

22
Sekali lagi, jika pasien stabil dan mentoleransi asupan oral maka
mulailah perawatan yang sesuai untuk kondisi yang mendasarinya dan
atau atur tindak lanjut.

L. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan,
perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus
dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing
bulat atatu tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, akibat sekunder dan
inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi di sekitar benda asing
timbul bila benda asing berada di esofagus dalam waktu yang lama.21
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena
benda asing atau alat, antara lainemfisema subkutis atau mediastinum,
krepitasi kulit di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher,
demam dan menggiggil, gelisah, nadi, dan pernapasan cepat, nyeri yang
menjalar ke punggung, retrosternal, dan epigastrium. Bila terjadi
perforasike pleura dapat timbul pneumotoraks atatu pyotoraks.21

M. Edukasi dan Pencegahan


Sebagaimana kita ketahui bahwa insidens terbanyak benda asing
esofagus pada pasien anak , oleh karena itu pengasuh anak-anak atau
orang tua pasien yang harus diperingatkan untuk menjauhkan benda-
benda ang berbahaya disekitar anak khususnya benda-benda kecil.21
1. Anak dididik untuk hanya memasukkan makanan ke dalam mulut.
Pada dasarnya anak-anak banyak mengeksplor benda-benda apa
saja yang mungkin dapat masuk kedalam mulut. Disarankan anak-
anak selalu diawasi agar tidak terjadi tertelannya benda asing.
2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan. Ketidak sengajaan pada
orang tua yang meletakkan barang atau benda kecil sering sekali
menjadi kecelakaan pada anak yang tertelan benda asing. Misalnya

23
pada orang tua yang sedang meletakkan jarum pada ayunan saat
sedang menidurkan anaknya di ayunan.
3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak lengkap. Proses
pencernaan diawali pada masuknya benda dimulut. Bila pada anak
yg belum tumbuh gigi atau pada orang tua yang tidak mampu untuk
mencerna dan melunakkan makanan yang keras.
4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan makanan seperti peniti,
dll. Kecerobohan yang tidak disengaja juga dapat terjadinya benda
asing juga tertelan. Contoh bisa sedang mengigit jarum pada saat
menjahit atau pada saat sedang memasang kerudung pada wanita,
jika tidak terjadi kecerobohan meletakan sesuatu pada mulut maka
tidak akan tertelan benda asing.
5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar. Ketidak sesuaian
rongga pada gigi akan mengakibatkan renta lepas pada dasar gigi,
yang akan jatuh tertelan.21

N. Prognosis
Sebanyak 80- 90% dari benda asing yang tertelan akan lewat secara
spontan dalam 3 hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera kerongkongan
dari baterai diskus perlu tindak lanjut jangka pendek dan jangka panjang
untuk mencari komplikasi terkait erosi atau perforasi dan penyempitan
kerongkongan. Orang dewasa dengan tumbukan makanan memiliki
kelainan 85% hingga 90% dari waktu dan akan membutuhkan evaluasi dan
pengobatan kelainan yang signifikan.21

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul
atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Benda asing yang tersangkut pada
esofagus biasanya ditemukan pada 4 tempat penyempitan fisiologi pada
esofagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan antara esofagus dan arkus
aorta, persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra, dan sfingter
bawah.
Gejala benda asing esofagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila
benda asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di
esofagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di
punggung. Gejala disfagia bervariasi, tergantung pada ukuran benda
asing,dan dapat pula dijumpai odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan
muntah, kadang-kadang ludah berdarah. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah endoskopi, biasanya tindakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu
endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel. Benda asing dapat menimbulkan
laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf, M. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Kepala & Leher : Benda Asing Esofagus. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Alberto, C., dkk. 2010. Foreign Bodies in the Oesophagus: The
Experience of the Buenos Aires Paediatric ORL Clinic. International
Journal of Pediatrics.
3. Moore, K.L. 2014. Clinically Oriented Anatomy Edisi 7. Lippincott
Williams and Wilkins.
4. Mescher, A.L. 2012. Histologi Dasar Junqueira : Teks dan Atlas Edisi 12.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Marieb E.N., Hoehn K. 2013. Human Anatomy and Physiology Edisi 9.
Amsterdam : Pearson
6. Juniati, S.H. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Esofagus Edisi 2.
Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga
7. Kramer Robert E et, al. Management of Ingested Foreign Bodies in
Children: a Clinical report of the NASPGHAN Endoscopy Committee.
JNPG. Volume 60, Number 4, April 2015. 562-574
8. Ambe Peter et all. Swallowed Foreign Bodies in Adult. Deutsches
Arzteblatt International 2012.
9. Zhong, Q., dkk. 2017. Esophageal foreign body ingestion in adults on
weekdays and holidays. Medicine. Vol. 96, No.43
10. Marasabesi Siti N, Mengko Steward K, Palandeng Ora I. Benda Asing
Esofagus di Bagian/SMF THT-KL BLU RSUP Prof Dr.R. D. Kandaou
Manado Periode januari 2010-Desember 2014. Jurnal e-clinic. Volume 3,
Nomor 1. Januari-April 2015
11. Triadafilopoulos G, Roorda A, Akiyama J. 2013. Update on foreign bodies
in the esophagus: diagnosis and management. Curr Gastroenterol Rep.
2013 Apr;15(4):317.

26
12. Ario DM, Adityo W. 2016. Corpus Alienum di Esofagus Pars Torakalis
pada Anak Laki–Laki Usia 3 Tahun. J Medula Unila Volume 6 Nomor 1
Desember 2016 : 88-92.
13. Mark G, Vladimir K, Srinivas HR, Jason D. 2013. Clinical Guidelines for
Imaging and Reporting Ingested Foreign Bodies. Am J Roentgenol. 2014
Jul;203(1):37-53.
14. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher . Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
15. American Society For Gastrointestinal Endoscopy, Guideline for the
management of ingested foreign bodies. Volume 73, No. 6 : 2011
16. Stanley B. Benjamin. Esophageal Foreign Bodies and Food Impactions.
Gastroenterology & Hepatology Volume 4(8). August 2015
17. Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan
Leher. 2015. Endoskopi bronkoesofagologi
18. Theissing J, Rettinger G, Werner JA. ENT - head and neck surgery :
essential procedures. New York: Thieme; 2011.
19. Sidney University. Esophageal foreign body [online]. 2012 November 19
[cited on 2015 May 20]. Available from: URL: http://www.vetbook.org/
20. Katzenmeyer,Kevin. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the
Aerodigestive Tract. Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of
Otolaryngology. 2015.
21. Timothy J. Schaefer; Doug TrocinskEsophagus, Foreign Body.Campbell
University. NCBI Bookshelf. A service of the National Library of
Medicine, National Institutes of Health.StatPearls Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing.2018

27

Anda mungkin juga menyukai