Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom ramsay hunt (SRH) yang sering disebut juga dengan herpes zoster oticus
disebabkan infeksi virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Gejala yang terdiri
dari neuralgia radikuler, erupsi vesikuler yang mengenai sebagian telinga luar dan kanalis
akustikus ekternus disertai kelumpuhan nervus VII perifer, ganglion genikulatum.1,2,4

Pada tahap awal virus varicela zoster masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas dan
mukosa konjungtiva,kemudian bereplikasi pada kelenjar limfe regional dan tonsil. Virus
kemudian menyebar melalui aliran darah dan berkembang biak di organ dalam.1

Insiden pada semua tipe herpes zoster diperkirakan mencapai 3,6 kasus per 1.000 orang
dalam setahun. Namun insiden yang meningkat dengan usia yang jelas pada tiap tahunnya
sebagai berikut : usia dibawah 50 tahun sebanyak 2 kasus per 1.000 orang. Umur 50 tahun
samapai 60 tahun sebanyak 5 kasus per 1.000 orang. Umur 70 sampai 80 tahun sebanyak 12
kasus per 1.000 orang dengan 12% pasien dengan kelemahan wajah.

Diagnosis dibuat dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang THT-
KL. Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan untuk menetukan letak lesi, beratnya kelumpuhan
dan evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi motoric otot wajah, tonus otot wajah, ada
tidaknya sinkinesis atau hemispasme, gustatometri dan tes schemer. 1

Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik . jika disertai
infeksi sekunder diberikan antibiotik.

Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya serta pasien dengan defisiensi imunitas
diberikan antiviral. Antiviral yang biasa diberikan adalah asiklovir.4
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

2.1.1 telinga luar

Telinga luar terdiri dari auricular dan meatus acusticus externus.

a. Auricular mempunyai bentuk yang khas

Berbentuk huruf S berfungsi mengumpulkan getaran udara . terdiri dari lempeng tulang
rawan elastis tipis yang ditutupi kulit, mempunyai otot instriksik dan ekstrinsik,
keduanya disarafi dengan nervus facialis.

b. Meatus acustikus externus


Adalah saluran yang berkelok yang menghubungkan auricula dengan membrane tympani
. meatus acusticus exsternus berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke
membrane tympani.36

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilagoelastik dan dua pertiga bagian dalam adalah
tulang, yang dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian
luarnya mempunyai rambut, glandula,sebasea dan glandula ceruminosa. Merupakan modifikasi
kelenjar keringat yang menghasilkan secret lilin bewarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan barrier yang lengket, yang mencegah masunya benda asing.

Saraf sensorik yang mensyarafi kulit yang melapisi meatus bersal dari nervus auriculotemporalis
dan ramus auricularis nervi vagi.Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei,
dan cervicales superficiales.6

2.1.2 telinga tengah (cavitas tympani)


Telinga tengah adalah ruang berisi udara didalam pars petrosal ossis temporalis. Cavitas
tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-
tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane tympanicaa (gendang telinga)
ke perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba
auditiva dan di belakang dengan antrum mastoideum.

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral, dan
dinding medial.

- Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, disebut tegmen tympani, yang merpakan bagian
dari pars petrosal ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavitas tympani dari
meningen dan lobus temporalis dan lobus temporalis cerebri di dalam fossa cranii media.
- Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin sebagian diganti oleh
jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavitas tympani dari bulbus superior vena
jugularis interna.
- Dinding natrior dibentuk di bawah lempeng tipis tulang yang memisahkan cavitas
tympani dari arteria carotis internis. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara 2
saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan
terletak lebih atas dan lebih kecil menuju kesaluran unutk musculus tensor tympani.
Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke dinding
medial, yang akan membentuk tonjolan mirip kerang.
- Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu
aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,
kecil, disebut piramis. Dari puncak piramis ini keluar tendo muskulus stapedius.
- Dinding latelar sebagian besar di bentuk oleh membrane tympanica.
- Dinding medial di bentuk oleh dinding latera bagian dalam. Bagian terbesar dari dinding
memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung
takik, disebut prosessus cochleariformis . di sekeliling takik ini tendo musculus tendo
tympani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersi nya yaitu manibrium
mallei.6
2.1.3 Membrane tympanica

Adalah membrane fibrosa tipis yang bewarna kelabu mutiara. Membrane ini terletak
miring, menghadap kebawah, depan dan lateral. Permukaan nya cekung ke lateral, dan pada
cekungan yang paling dalam terdapat lekukan kecil, ombo, yang dibentuk oleh ujung manubrium
mallei.jika membran terkena cahaya otoskop, baagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya,
yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.

Membrana tympanica berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1cm . pinggirnya
tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. alut itu, sulcus tympanicus, di bagian atasnya
berbentuk incisura. dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, plica mallleearis anterior dan
posterior, yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrana
tympanica yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. bagian lainnya
tegang disebut pars tensa. manibrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam
membrana tympanica oleh membrana mukosa.

Membrana tympanica sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya disarafi oleh
nervus auriculotemporalis dan nervus auricularis nervi vagi.

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam, yaitu : makkeuus, incus, dan stapes.

Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. prosesus longus maleus
melekat pada membran typani, maleus melekat pada incus, incus melekat pada stapes. stapes
melekat pada tingkap lonjong yang berhungan dengan koklea. hubungan antar tulang-tlang
pendengaran merupakan persendian. 6

2.2 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa sua setengah lingkaran dan
vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. ujung atau puncak kolea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala tympani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. pada irisan melintang koklea tampak skala tympani disebelah
bawah dan skala media (ductus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala tympani berisi
perilimfa sedangkan skala media berisi eendolimfa.ion dan garam yang terdapat pada perilimfa
berbeda dengan endolimfa. hal ini ssangat penting dalam pendengaran. dasar skala vestibuli
disebut sebgai membran vestibuli ( meissner membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. pada membran ini terletak organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yangberbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar
dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.36

2.3 Fisiologi pendengaran

Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran. adapun fisiologi pendengaran berupa


proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea, getaran tersebut menggetarkan
membran tympani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamflifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. getaran diteruskan melalui
membran reissner yang mendorong endolimfe sehingga menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadi defleksi streosilia sel-sel rambut pada organ corti. serabut saraf pada organ
corti yang diransang oleh sel rambut akan menuju gangglion spiralis corti yang terletak
dimodeolus koklea. sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel.

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan


neurotransmite ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius
lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.

2.4 Anatomi Nervus Vestibuli

Nervus vestibulocochlearis merupakan saraf sensorik yang terdiri atas dua berkas saraf:
nervus vestibular dan nervus cochlearis. saraf-saraf ini meninggalkan permukaan anterior otak
diantara pons dan medulla oblongata.saraf-saraf ini melewati fossa crania posterior dan masuk ke
meatus acusticus internus bersama dengan nervus facialis.5

2.5 Anatomi Nervus Facialis

Nervus facialis muncul sebagai sebuah radix motoria dan sebuah radix sensoria (nervus
intermedius). saraf muncul pada permukaan anterior otak belakang diantara pons dan medlla
oblongata. radix berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior bersama nervus
vestibulocochlearis dan masuk kemeatus acusticus internus pada pars petrosa osis temporalis.
pada dasar meatus, saraf ini masuk canalis facialis, berjalan ke lateral melintasi telinga dalam.
pada saat mencapai dinding medial telinga tengah (cavitas tympani), saraf melebar membentuk
membentuk ganglion genikulatum. kemudian saraf membelok secara tajam kebelakang diatas
promontorium dan pada dinding posterior telinga tengah membelok ke bawah pada sisi medial
aditus ad antrum mastoideum . nervus fasialis berjalan kebawah di belakang pyramid,dan keluar
dari os temporale melalui foramen stylomastoideum. nevus fasialis kemudian berjalan kedepan
melalui glandula parotidea ke daerah distribusinya. nervus fasialis merupakam saraf cranial
terpanjang yang berjalan di dalam tulang temporal, sehingga sebagian besar kelainan nervus
fasialis terletak dalam tulang ini. 7

Cabang-cabang penting nervus fasialis

1. Nervus petrosus major dicabangkan dari nervus fasialis pada ganglion geniculatum. nervus ini
mengandung serabut-serabut preganglionik parasimpatik yang bersinaps di ganglion
pterygopaltum.serabut-serabut postganglionik merupakan sekretomotorik glandula lakrimalis
dan glandula di hidung dan palatum. nervus petrossus major juga mengandung serabut pengecap
dari palatum.
2. Nervus ke musculus stapedius mensyarafi musclus stapedius di dalam telinga tengah.

3. Chorda tympani berasal dari nervus facialis didalam canalis facialis pada dinding posterior
telinga tengah. saraf ini berjalan kedepan atas permukaan depan medial.bagian atas membrana
tympani dan meninggalkan telinga tengah melalui fissure petrotympanica, masuk fossa
infratemporalis dan bergabung dengan nervus lingualis. Chorda tympani mengandung serabut-
serabut sekretomotorik parasimpatik preganglionik yang menuju ke glandula submandibularis
dan glandula sublingualis.

4. Nervus auricularis posterior, venter posterior musculus digastricus dan stylohyoideus adalah
rami musculares dari nervus facialis pada saat saraf ini muncul dari foramen stylomastoideus.

5.Lima rami terminalis ke otot-otot ekspresi wajah.5


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Defenisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zozter (VZV)
pada kulit dan mukosa, atau merupakan hasil reaktivasi virus setelah infeksi primer. Suatu
reaktivasi virus yang menetap pada sel-sel ganglion setelah infeksi , menimbulkan pembentukan
vesikel herpetiformis yang sangat nyeri di daerah daun telinga.8

Herpes zoster oticus adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi dari infeksi virus
varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf cranial. Dapat mengenai
saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagian atas. keadaan ini disebut
juga sindroma ramsay hunt. tampak lesi kulit vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar telinga,
otalgia dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat tuli sensori-neural.8

Menurut james ramsay hunt (1907) yang dikutip dari colemon, sindrom ramsay hunt atau
SRH adalah suatu syndrome yang terdiri dari otalgia, vesikel pada auricular dan parese nervus
fasialis perifer. Defenisi lain dari SRH adalah suatu parese nervus VII perifer yang disertai
dengan eritem vesikuler pada telinga dan mulut.

3.2 Epidemiologi

Insiden pada semua tipe herpes zoster diperkirakan mencapai 3,6 kasus per 1.000 orang
dalam setahun. Namun insiden yang meningkat dengan usia yang jelas pada tiap tahunnya
sebagai berikut : usia di bawahy 50 tahun sebanyak 2 kasus per 1.000 orang. Umur 50 sampai 60
tahun sebanyak 5 kasus per 1.000 orang . umur lebih 80 tahun sebanyak 12 kasus per 1.000 2
orang dengan 12% pasien disertai kelemahan wajah.8

Varicella virus ditularkan melalui kontak langsung atau inhalasi. Predileksi awal infeksi
adalah mukosa saluran nafas atau konjungtiva. Virus ini mengalami fase laten karena di control
oleh imunitas seluler.
Penyebab herpes zoster otikus adalah suatu reativasi virus varicella zoster, yang menetap
di sel-sel ganglion setelah infeksi, yang menimbulkan pembentukan vesikel herpetiformis yang
sangat nyeri pada daun telinga.

Penyebab syndroma ramsay adalah virus varicella zoster yang merupakan jenis virus
neurotropik. Virus ini termasuk dalam anggota family herpesviride dan penyebab utama penyakit
cacar air. Penyakit cacar air dapat sembuh sempurna tanpa squele, namun virus tetap mengalami
masa dormansi di neuron.

Pada tahap awal virus varicella zoster masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas atas
dan mukosa konjungtiva, kemudian bereplkasi pada kelenjar limfe regional dan tonsil. Virus
kemudian menyebar melalui aliran darah dan berkembang biak di organ dalam. Focus replikasi
virus terdapat pada system retikuloendotelial hati, limpa, dan organ lain.pada saat titer tinggi,
virus dilepaskan kembali ke aliran darah (viremia kedua) dan membentuk vesikel pada kult dan
mukosa saluran nafas atas. Kemudain berkembang dan menyebar melalui saraf sensoris dan
jaringan kutaneus , menetap pada ganglion serebrospinalis dan ganglion saraf cranial.

Parese nervus VII timbul akibat reaktivasi virus varicela zoster yang menetap pada
ganglion genikulatum dan proses ini disebut dengan ganglionitis. Ganglionitis menekan selubung
jaringan saraf, sehingga menimbulkan gejala pada nervus VIII yang juga dapat timbul akibat
infeksi pada ganglin yang terdapat di telinga dalam atau penyebaran proses peradangan dari
nervus VII.

Lokasi ruam bervariasi dari pasien ke pasien, seperti halnya wilayah dipersarafi oleh
nervus intermedius (yaitu, bagian sensorik sari CN VII). Daerah ini mungkin terasuk anterior dua
pertiga dari lidah, langit-langit lunak, kanal auditori eksternal, dan pinna.

Walaupun syndrome rumsay hunt didefinisikan sebagai herpes zoster oticus dan fasial
palsi lower motor neuron (LMN), hunt juga menyatakan terdapat gangguan lainnya seperti
tinnitus, hilang pendengaran, mual, muntah, vertigo dan nigtagmus.

Dia menjelaskan bahwa terdapat keterlibatan pula dengan nervus vestibulocochlearis


karena letaknya yang berdekatan dengan ganglion genikulata pada kanalis fasialis.
Hunt berhipotesis bahwa gasserian , genikulata, petrosus, aksesorius, jugular, fleksiform,
ganglion dorsalis C2 dan C3 merupakan akibat dari rantai inflamasi yang terjadi pada salah satu
ganglion dan menyebar ke ganglion sekitarnya.hipotesis ini menjelaskan penyebab terjadinya
kelumpuhan fasialis disertai dengan neuropati lainnya seperti vesikel pada daerah mulut biasanya
pada daerah lidah dan palatum ataupun telinga.

Secara primer infeksi virus varicella zoster terjadi saat menderita chickenpox (cacar air) setelah
virus menjadi laten pada ganglion saraf cranial termasuk ganglion genikulata dan ganglion
dorsalis sepanjang neuraksis. Vesikel timbul setelah paralisis fasial pada sebagian kasus (sekitar
14%). Hal ini berarti bahwa proporsi pasien di diagnose dengan bells palsy yang sebenarnya
SRH. 4,12

3.3 Manifestasi klinis

Adapaun manifestasi klinis dari SRH adalah sebagai berikut:

1. ruam atau lecet di sekitar garis telinga, kulit kepala atau rambut serta erosi pada mulut.

2. Ruam/lepuh sering menyakitkan dengan sensasi umum terbakar di daerah yang terkena.

3. Kelemahan pada sisi wajah yang terkena menyebabkan otot-otot wajah terkulai.

4. Kesulitan menutup mata atau berkedip karena celah palpebra melebar pada sisi yang
terkena.

5. Penurunan senyum pada sisi yang terkena.

6. Kehilangan ekspresi wajah pada sisi yang terkena.

7. Perubahan rasa pada lidah di sisi yang terkena.

8. Kesulitan makan, minum dan berbicara sebagai akibat dari kelemahan di bibir dan pipi
pada sisi yang terkena.

9. Sakit pada telinga, wajah dan kepala.

10. Gangguan pendengaran pada sisi yang terkena.


11. Pusing / vertigo

12. Tinitus pada sisi yang terkena.1,7,10

3.5 Diagnosis
Diagnosis SRH ditegakkan berdasarkan anamnesa dan oemerikasaan fisik. Pemeriksaan
fingsi nervus VII diperlukan untuk menetukan letak lesi, beratnya kelumpuhan dan evaluasi
pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot wajah, tonus otot wajah, gustatometri dan
tes Schimer.3,10
3.5.1 anamnesa
Dari dalam anamnesa riwayat penyakit dahulu bias didapatkan ada riwayat terkena
penyakit cacar air. Penyakit ini didahului dengan gejala prodromal berupa nyeri kepala, nyeri
telinga, lesu, demam, sakit kepala, maual dan muntah. Lesi terdapat di telinga luar dan
sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok diatas daerah yang eritema, edema dan disertai
rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya ( nyeri radikuler).8,14
Gejala yang biasanya dikeluhkan adalah nyeri telinga paroksimal, ruam pada telinga atau
mulut ( 80 % pada kasus yang ada, ruam bias menjadi awal dari adanya paresis), ipsilateral lower
motor neuron paresis wajah (N. VII), vertigo, ipsilateral ketulian ( 50 % kasus), tinnitus, sakit
kepala, diastrhia, gait ataxia, cervical adenopaty. Nyeri telinga yang sering kali nyeri menjalar ke
luar telingan sampai kedaun telinga. Nyeri bersifat konstan , difus dan tumpul. Nyeri biasanya
beberapa jam sampai beberapa hari setelah muncul ruam.1,8,10,14
3.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada infeksi biasanya terlihat vesikel pada meatus ekternus dan konka aurikuler.13
Pada pemeriksaaan klinis dilakukan pemeriksaan fungsi saraf motorik. Terdapat 10 otot
otot utama wajah yang bertanggung jawab untuk terciptanya mimik dan ekspresi wajah.
Pemeriksaan N. VII dimulai dari fungsi saraf mototrik dengan cara menggerakkan otot otot
wajah utama dimuka, mulai dari mengangkat alis (M. Frontalis), menggerakkan alis ( M.
Soucilier) mengangkat serta mengerutkan hidung ke atas (M. Piramidalis), Memejamkan mata
kuat kuat ( M. orbicularis oculi), tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi (M. relever komunis),
menggembungkan kedua pipi (M. bussinator), Bersiul (M. orbicularis oris), Menarik kedua sudut
bibir kebawah (M.mentalis). Setiap gerakkan yang dilakukan dibandingkan kanan dan kiri.6
Disamping itu juga dapat dilakukan topografi untuk menentukan letak lesi saraf fasialis
dengan tes schirmer dan tes gustrometri. Tes gustrometri digunakan untuk menilai korda
tympani, dengan cara membandingkan ambang rasa antara sisi lidah kanan dan kiri. Perbedaan
50 % antara kanan dan kiri adalah patologis.3,10
Tes SCHIRMER ( Naso-lacrymal reflek) digunakan untuk mengetahui fungsi serabut
serabut pada simpatis dari N. VII yang disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor
setinggi genikulatum, dngan cara meletakkan kertas lakmus pada bagian inferior konjungtiva dan
dihitung berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis.3,6
3.5.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes berbisik
Pemeriksa ini bersifat semi-kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu
diperhatikan adalah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Nilai normal tes
berbisik 5/6-6/6
a. Audiometric Nada Murni
Pada sindrom Ramsey Hunt biasanya terjadi tuli sensorineural. Adapun audiogram pada
tuli sensorineural adalah sebagai berikut :

b. Polimerase Chain Reaction


Penggunaan Polimerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi virus varisella-zooster
pada kulit yang terkena daerah telinga dapat membantu membedakan antara pasien bell;s
palsy dan pasien dengan sindrom Ramsey Hunt pada tahap awal.11

3.6 Diagnosis Banding

Berdasarkan Keluhan pasien dan temuan fisik yang beberapa penyakit dapat
dijadikan diagnosis banding untuk sindrom Ramsey Hunt, antara lain adalah bells palsy,
Myiringitis bulosa. Otitis eksternal dan trigeminal neuralgia
1. Bells palsy
Hal ini didasarkan pada tampilan klinis yang terdapat kelemahan separuh otot wajah.
Hal yang sangat membedakan adalah adanya ruam pada Sindrom Ramsey Hunt.6,14
2. Myiringitis bulosa
Memiliki gambaran klinis pasien yaitu tiba tiba mengalami sakit telinga yang parah
dan otalgia sifatnya berdenyut. Nyeri biasanya terletak didalam telinga, tetapi dapat
menyebar ke ujung mastoid, tengku, temporo mandibula hingga keseluruh wajah.
Karakteristik pemeriksaan fisik dari meningitis bullosa adalah adanya bulla pada
membrane tympani. Bulla yang paling sering pada sisis inferior membrane timpani
atau pada dinding kanalis posterior. Pada pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan
adanya penurunan pendengaran.14
3. Otitis eksterna
Berdasarkan adanya otalgia, pruritus, keluarnya cairan dan hilangnya pendengaran.
Pada pemeriksaan didapatkan adanya nyeri tekan tragus dan liang telinga hiperemis
dan bengkak.3
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanna sindrom Ramsay Hunt selain pemberian obat simtomatik juga diberikan obat
virostatik yaitu preparat asiklovir yang dikombinasikan dengan preparat kortikosteroid. Asiklovir
mampu menghambat replikasi intraseluler virus varisela zoster dan virus herpes simplek secara
selektif melalui mekanisme inhibitor kompetitif dengan DNA yang mengkode polymerase virus.
Terapi herpes zoster pada individu normal dapat diberikan asiklovir 5x800 mg selama 7 hari,
paling lambat 72 jam setelah lesi muncul. Menurut Gupta J dkk, pemberian asiklovir 7-10 hari
dan kortikosteroid 3-5 hari dengan regimen tapering. Kortikosteroid dapat diberikan selama 10-
14 hari dengan dosis 40-60 mg/hari atau prednisolon 1 mg/kgBB/hari dengan regimen tapering.
Kortikosteroid sistemik digunakan untuk menghilangkan rasa sakit akut, mengurangi vertigo dan
membatasi terjadinya neuralgia postherpetik. Pasien yang diobati dengan asiklovir dan
prednisolon memiliki hasil yang lebih baik.1,8,10
Selain terapi medikamentosa, juga diberikan terapi rehabilitatif untuk mengembalikan fungsi
nervus fasialis yang terdiri dari :
1. Relaksasi otot yang hiperaktif
2. Latihan masase wajah
3. Biofeedback training dengan menggunakan cermin supaya pasien tahu gerakan wajahnya
4. Latihan wajah yang spesifik seperti senyum, menyeringai, bersiul selanjutnya, untuk
mengurangi rasa sakit dan mengawal spasme otot, cahaya infrared digunakan pada jarak
30 sampai 60 cm tegak lurur dengan lesi wajah pasien.6

3.8 Komplikasi
Adapun Komplikasi dari sindroma Ramsey Hunt adalah sebagai berikut:
a. Post herpetic neuralgia, seperti Varicella Reactivation virus zoster yang lain
b. Kelumpuhan otot wajah yang permanen
c. Gangguan pendengaran ipsilateral jangka panjang dan tinnitus

Paralisis berat akan mengakibatkan tidak lengkap atau tidak sempurnanya


kesembuhan dan berpotensi untuk menjadi paralisi fasial yang permanen dan synkinesis.
Adakalanya, virus dapat menyebar ke saraf saraf lain atau bahkan ke otak dan jaringan
saraf tulang punggung, menyebabkan sakit kepala, sakit punggung, kebingungan,
kelesuan dan kelemahan. Neuralgia pasca herpetic adalah rasa nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuha. Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai
bebrapa tahun. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan
gradasi nyeri yang bervariasi.12
Makin tua penderita makin tinggi persentasenya. Sepertiga kasus diatas usia 60
tahun dikatakan akan mengalami komplikasi ini. Sedang pada usia muda hanya terjadi
pada 10 % kasus. Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya
penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatriks. Vesikel sering menjadi
ulkus dan jaringan nekrotik. Paralisis motorik dapat terjadi pada sebagian kecil penderita
(1-5 % kasus) terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik
kranialis, terjadinya biasanya 2 minggu setelah timbulnya erupsi. Berbagai paralisis dapat
terjadi, misalnya di muka, diafragma batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan
anus.13
3.9 Prognosis

Prognosis Sindrom Ramsey Hunt dipengaruhi oleh umur, diabetes mellitus,


hipertensi dan pemberian terapi yang cepat.Yeo dkk menyatakan bahwa Herpes Zoster
Oticus (HZO) memiliki prognosis yang buruk dari pada Bells Palsy. Kelumpuhan saraf
fasial dipulihkan secara perlahan-lahan dan sering kali hanya pulih secara parsial.
Kerusakan cochleovestibularis biasanya tidak dapat dikembalikan.

Sekitar Setangah dari jumlah paasien SRH masih memilki gangguan mototrik nervus
fasial, hanya sebagian kecil pasien dengan gangguan paralisis komplit. Hasil pemulihan
akan lebih baik jika perawatan dimulai pada hari ketiga setelah gejala timbul.
Kesembuhan yang sempurna akan tercapai pada 70 % kasus jika pengobatan dimulai
pada saat ini. Namun, jika pengobatan tertunda lebih dari 3 hari, kesempatan untuk
1,10
mencapai kesembuhan sempurna akan turun sekitar 50 %.
BAB IV
KESIMPULAN

Herpes zoster oticus adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi dari infeksi virus
varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf cranial. Dapat mengenai
saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagian atas. Keadaan ini di sebut
juga syndrome ramsay hunt.
Lesi terdapat di telinga luar dan sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok di atas
daerah yang eritema, edema dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit
sekitarnya(nyeri radikuler). Adanya keluhan lain sepeti pusing yang berputar, mual dan telinga
berdenging serta adanya keluhan wajah yang tampak mencong berhubungan dengan penjalaran
infeksi virus secara langsung pada nervus VIII.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan untuk menentukan letak lesi, beratnya
kelumpuhan dan evaluasi pengobatan. Disamping itu juga dapat dilakukan tes topografi untuk
menentukan letak lesi saraf fasialis dengan tes schirmer dan tes gustometri.
Diagnose banding dari herpes zoster otikus adalah bells palsy. Tata laksana dari herpes
zoster otikus adalah obat antiviral, lebih baik diberikan pada 3 hari pertama sejak timbulnya lesi.
Pilihan obat dapat diberikan asiklovir 5x 800 mg per oral selama 7 hari, vasiklovir 3x 1000 mg
per oral selama 1 hari . namun, bila lesi baru tetap muncul, obat ini dapat diteruskan hingga 2
hari. Berikan analgetik dan kotikosteroid, vitamin untuk membantu kerja normal sel saraf.
Prognosis herpes zoster otikus pada umumnya bonam bila ditangani secara adekuat.

Anda mungkin juga menyukai