DISUSUN OLEH:
T.RAFLI BAIHAKI
NIM. 210131250
PEMBIMBING:
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus berjudul “Herpes Zoster Otikus”. Makalah ini ditulis
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Dalam proses penyusunan refarat ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
dr. Aliandri, Sp.T.H.T.-K.L.(K) selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membantu penulis selama proses penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak penulisan yang belum
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan penuisan makalah di kemudian hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan dapat menjadi bahan
rujukan bagi penulisan ilmiah di masa mendatang.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Penguji
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Auris eksterna atau , terdiri dari bagian yang melekan pada aspectus lateralis
region capitis dan saluran yang berada di dalamnya. Terdapat dua bagian
yang berproyeksi dari sisi region capitis, yaitu auricular (pinna) dan saluran
yang mengarah ke dalam yang disebut meatus acusticus externur.
b. Auris media, adalah sebuah ruang di dalam pars petrosa tulang temporale
yang dibatasi di lateral, dan dipisahkan dari saluran luar, oleh suatu
membrane dan disebelah dalam dihubungkan dengan pharynx oleh sebuah
pipa sempit.
c. Auris interna, terdiri dari serangkaian ruang dalam pars petrosa tulang
temporale, terletak antara auris media di lateral dan meatus acusticus
internal di medial. Auris interna mengganti sinyal mekanik yang diterima
dari auris media, yang berawal sebagai suara yang ditangkap oleh auris
eksterna, menjadi sinyal listrik untuk dikirim sebagai informasi ke
encephalon. Serta mengandung reseptor-reseptor untuk mendeteksi gerak
dan posisi.
Auricula pada auris eksterna atau telinga luar memiliki bentuk yang khas
dan berfungsi mengumpulkan getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan
elastis tipis yang dilapisi kulit. Auricula memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik
yang disarafi oleh nervus facialis. Sedangkan Meatus acusticus eksternus
merupakan saluran berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrana
tympanica yang berfungsi sebagai penghantar gelombang suara dari auricula ke
membrana tympanica. Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi meatus
3
berasal dari nervus auricula temporalis dan ramus auricularis nervi vagi (Snell,
2012)
Auris media atau telinga tengah memiliki atap, lantai, dinding anterior,
dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial. (Snell, 2012)
Atap terbentuk dari lempeng tipis tulang disebut tegmen tympani yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng tersebut
memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus temporalis cerebri
di dalam fossa cranii media.
Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
beberapa diganti dengan jaringan fibrosa. Lempeng tersebut memisahkan
cavitas tympani dari bulbus superior vena jugularis interna.
Dinding anterior dibentuk di bawah lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Bagian atas
dinding anterior terdapat muara dari dua saluran. Saluran yang lebih besar
dan letaknya lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang letaknya
lebih atas dan lebih kecil menuju ke saluran untuk musculus tensor
tympani. Septum tulang tipis yang memisahkan saluran-saluran ini lebih
panjang ke belakang di dinding medial, yang membentuk tonjolan yang
seperti kerang.
Di atas dinding posterior dijumpai sebuah lubang besar tidak beraturan
disebut dengan aditus ad antrum. Di bawahnya terdapat tonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit, kecil, yang disebut pyramis. Dari puncak
pyramis keluar tendo musculus stapedius.
Dinding lateral hampir semua bagian dibentuk oleh membrane tympanica.
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding menunjukkan tonjolan bulat yaitu promontorium,
yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang berada di
bawahnya. Di atas dan belakang promontorium dijumpai fenestra
vestibule, dengan bentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Sisi
medial fenestra terdapat perilympha scale vestibuli telinga dalam. Di
4
bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae,
bentuknya bulat dan ditutupi membrana tympanica secundaria. Bagian
medial fenestra terdapat perilympha pada ujung buntu scala tympani.
5
berproyeksi pada permukaan internal membrana tympani. Pada permukaan
membrane dalam menjauhi tonjolan tersebut, terdapat plica mallearis anterior
dan posterior. Superior dari plicae dapat dijumpai bagian membrana tympani
yang tipis dan kendor (pars filaccida). Serta bagian membrana lain yang tebal dan
tegang (pars tensa) (Drake et al., 2012).
Auris interna atau telinga dalam terdiri dari serangkaian tulang cavitas
(labyrinthus osseus) dan ductus serta saccus membranaceus (labyrinthus
membranaceus) di dalam cavitas yang semua struktur tersebut berada di dalam
pars petrosa tulang temporale diantara lateral auris media dan medial meatus
acusticus internus. Labyrinthus osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis
semicircularis ossus, dan cochlea yang dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan
jernih (perilympha). Dan labyrinthus membranaceus tergenang di dalam
perilympha namun tidak mengisi seluruh ruangan labyrinthus osseus, yang terdiri
dari ductus semicirculares, ductus cochlearis, dan dua saccus (utriculus dan
sacculus).Struktur-struktur auris interna menyalurkan informasi ke encephalon,
yaitu ductus cochlearis adalah organ pendengaran dan ductus semicirculares,
utriculus, dan sacculus adalah organ-organ keseimbangan. Nervus yang
bertanggungjawab adalah nervus vestibulocochlearis (Nervus VIII), yang dibagi
menjadi nervus vestibularis untuk keseimbangan dan nervus cochlearis untuk
pendengaran, setelah masuk meatus acusticus internus (Drake et al., 2012)
6
2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN
Defenisi Herpes Zoster Otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varicella zoster. Virus ini menyerang lebih dari satu dermatome saraf kranial.
Dapat mengenai saraf trigeminus , ganglion geniikulatum dan radiks servikalis bagian
atas. Keadaan ini disebut juga Sindroma Ramsay Hunt. Tampak lesi kulit vesikuler pada
kulit di daerah muka sekitar liang telinga , otalgia dan terkadang disertai paralisis otot
wajah . Pada keadaan yang berat ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli sensori
neural.
2.4 EPIDEMIOLOGI
2.5 PATOFISIOLOGI
Selama episode zoster, ruam vesikular cenderung muncul dalam satu dermatom.
Pada sindrom Ramsay Hunt, virus diaktifkan kembali di sepanjang saraf kranial ketujuh
melalui ganglion genikulatum. Menurut Coulson et al., Gejala awal yang muncul
biasanya nyeri pada telinga ipsilateral (55% pasien), dengan kelumpuhan wajah dan
vesikel muncul dalam 2 hingga 3 hari. Pada 23% pasien, kelumpuhan wajah adalah gejala
yang muncul,. Sementara 86% pasien mereka melaporkan bahwa ruam hanya terjadi pada
daun telinga. Ruam juga telah dilaporkan di kulit kepala dan pipi.
Kedekatan saraf wajah dengan saraf vestibulocochlear dapat menyebabkan
gangguan pendengaran, tinitus, dan vertigo. Gangguan pendengaran sensorineural terjadi
pada 43% pasien pada penelitian Coulson, ketidakseimbangan atau vertigo pada 51%,
dan tinnitus pada 20%. Keterlibatan saraf vagus juga mungkin lebih umum daripada yang
terlihat. Kecuali pasien bergejala dengan suara serak atau aspirasi, kelumpuhan pita suara
biasanya tidak dicatat karena memerlukan cermin atau laringoskopi serat optik untuk
menemukannya Lebih jarang, saraf kranial lainnya dapat terlibat juga, termasuk
trigeminal, glossopharyngeal, dan hypoglossal, meskipun polineuropati kranial lebih
mungkin untuk hadir pada pasien immunocompromised, seperti mereka dengan diabetes
mellitus atau infeksi human immunodeficiency virus.
Kelumpuhan wajah akibat sindrom Ramsay Hunt memiliki prognosis yang lebih buruk
daripada yang terlihat pada Bell's palsy, dengan hanya 70% yang mendapatkan kembali
fungsi wajah normal atau mendekati normal dibandingkan dengan lebih dari 90% pada
Bell palsy.
2.6. Patogenesis
9
Gambar 2.3 Patogenesis Varicella Zoster
10
2.7 MANIFESTASI KLINIS
- Vesikel/Erupsi
11
III. Gejala lain
o Nyeri hebat pada mata
o Lakrimasi
o Mata tidak bisa menutup
o Gangguan indera pengecap
2.8 DIAGNOSIS
Biasanya, pasien datang dengan otalgia parah. Keluhan tersebut antara lain
sebagai berikut:
- Lepuh yang menyakitkan dan membakar di dalam dan di sekitar telinga, di
wajah, di mulut, dan/atau di lidah
- Vertigo, mual, muntah
- Kehilangan pendengaran, hiperakusis, tinnitus
- Nyeri pada mata, Lakrimasi
Onset timbulnya rasa sakit dapat mendahului ruam vesikel beberapa jam atau
hari. Juga, pada pasien dengan sindrom Ramsay Hunt, vesikel dapat muncul
sebelum, selama, atau setelah kelumpuhan wajah. Ketika anamnesis, pasien
mungkin mengingat pada masa anak yaitu, cacar air (varicella). Sebagian kecil
pasien (<10%) memiliki riwayat infeksi virus herpes zoster sebelumnya.
12
Pada pemeriksaan Skala penilaian saraf wajah House-Brackmann berikut
menyediakan cara standar untuk mengukur fungsi saraf wajah dan secara
objektif melacak pemulihan
- kadar nitrogen dalam urin ( BUN), kreatinin, hitung sel darah, serta
elektrolit
- Tes Serologi. Anti-VZV IgA dan IgM
- Identifikasi antigen/asam nukleat dengan metode PCR.
- Tzank test pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik) menunjukkan gambaran
multinucleated giant cells
- CT scan
- Magnetic Ressonance Imaging (MRI)
2.9 PENCEGAHAN
13
3.1 TATALAKSANA
Terdapat beberapa obat yang dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
Pilihan antivirus yaitu :
Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
Dosis asiklovir anak < 12 tahun 60 mg/kgBB/hari selama 7 hari.
Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari
Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
Catatan khusus:
Bila lesi luas atau ada keterlibatan organ dalam, atau pada imunokompromais
diberikan asiklovir intravena 10 mg/kgBB/hari 3 kali sehari selama 5-10 hari
Asiklovir dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 1 jam.
Obat pilihan untuk ibu hamil ialah asiklovir berdasarkan pertimbangan risiko dan
manfaat.
Pada Simptomatik :
Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID. Nyeri sedang-berat:
kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
Pada pasien dengan kemungkinan terjadinya neuralgia pasca herpes zoster
selain diberi asiklovir pada fase akut, dapat diberikan:
o Antidepresan trisiklik (amitriptilin dosis awal 10 mg/hari ditingkatkan
20 mg setiap 7 hari hingga 150 mg. Pemberian hingga 3 bulan, diberikan
setiap malam sebelum tidur3,15
o Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu
o Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu.
14
3.2 PROGNOSIS
Lesi kulit biasanya menyembuh dalam 2-4 minggu tetapi penyembuhan sempurna
membutuhkan waktu >4 minggu.
Pasien usia lanjut dan imunokompromais membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk resolusi. Dalam studi kohort retrospektif, pasien herpes zoster yang
dirawat di rumah sakit memiliki mortalitas 3% dengan berbagai penyebab
.Tingkat rekurensi herpes zoster dalam 8 tahun sebesar 6,2% Prognosis
tergantung usia. :
1. Usia <50 tahun :
Ad vitam bonam
Ad Functionam bonam
Ad sananctionam bonam
15
BAB III
KESIMPULAN
Defenisi Herpes Zoster Otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varicella zoster. Virus ini menyerang lebih dari satu dermatome saraf kranial
Sindrom Ramsay Hunt (Herpes Zoster Otikus) merupakan komplikasi infeksi laten, Virus
Varicella Zoster yang sangat jarang terjadi. Sindrom Ramsay Hunt mempengaruhi
baik pasien imunokompeten dan immunocompromised dan memiliki insiden
sekitar 5 per 100.000 orang per tahun Diagnosis Herpes Zoster Otikus ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
bermanifestasi sebagai otalgia berat; erupsi vesikular yang melibatkan mulut, saluran
telinga luar,dan dapat menyebabkan kelumpuhan wajah. Tatalaksana pada Herpes Zoster
Otikus sesuai dengan tatalaksana pada herpes zoster.
medikamentosa seperti antiviral dan kortikosteroid .Obat-obat anti viral adalah standar
terapi lini pertama untuk herpes zoster otikus
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko herpes zoster akan meningkatkan kejadian
sindrom Ramsay Hunt, antara lain stres, kemoterapi, immunocompromise, infeksi,
malnutrisi.
Pencegahan herpes zoster dengan vaksinasi dianjurkan untuk semua orang bahkan
jika mereka telah menderita cacar air dimasa lalu. Dosis vaksin VZV hidup dilemahkan
dosis tunggal direkomendasikan kepada populasi yang berusia lebih dari 50 tahun
16
DAFTAR PUSTAKA
Liwang, F. et al. (2020) „Jilid II Kapita Selekta Kedokteran Edisi V‟, Jawa Barat:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hafil, Alfian F et al. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Yuwono, E., & Yudawijaya, A. (2016). Bell’s palsy: Anatomi hingga Tatalaksana.
Majalah Kedokteran UKI, XXXII.
Marhayati , R., & Ekorini, H. M. (2012). SINDROMA RAMSAY HUNT. Journal Unair, 5 No.
3, 159 - 169. From http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklff7d87da18full.pdf
17
Ametati, H., & Avianggi, H. D. (2020). Herpes Zoster Otikus Dengan Paresis Nervus
Fasialis (Sindrom Ramsay Hunt) Pada Pasien Imunokompromais. Semarang:
Medica Hospitalia. From
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view
/437
Gondvikar, S., Parikh, V., & Parikh, R. (2010). Herpes zoster oticus: A rare clinical
entity. National Library of Medicine. doi:10.4103%2F0976-237X.68588
Crouch, A. E., Hohman, M. H., & Andaloro, C. (2022). Ramsay Hunt Syndrome.
Statpearls NCBI. From https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557409/
Akbar, M. F., Nugrah, S., Wulandari, S., & Firdaus, A. (2016). fdokumen. From
https://fdokumen.com/document/referat-hesper-zoster-otikus.html?page=1
18