LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By.Ny.S.A
PBL : 49 cm
Agama : Islam
Alamat : Bombana
No. RM : 06 04 61
B. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin
Telah lahir bayi tidak segera menangis, badan biru, ketuban campur
mekonium, tonus otot lemah, indikasi SC KPD dan Gawat Janin. Apgar
Score 3.
2) Riwayat Intranatal : -
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit berat
Tanda Vital :
Pernapasan: 70 x/menit
Suhu : 35,7 C
Sp02 : 96 % (O2)
Kepala : Normocephal
2
Bentuk dada : Simetris Kiri dan Kanan
Paru :
Jantung
Perkusi : Pekak
Souffle :-
Thrill :-
Abdomen :
Perkusi : tymphani
3
Ekstremitas : Akral hangat (+), Tonus lemah, Spastik (-), Ekstremitas
Apgar Score : 3 (A 0, P 2, G 0, A 0, 1)
D. DIAGNOSIS KERJA
ASFIKSIA + RDN
E. PENATALAKSANAAN
1. Perwatan rutin bayi baru lahir, (Reposisi, suction lendir, bersihkan jalan
napas, jepit dan potong tali pusat, Inj. Vit K, Oles Zalf Oxy mata)
6. Ceftazidene 100mg/12j/iv
8. OGT dekompresi
4
1. FOLLOW UP
Tanggal
27/04/2022 S : lemah CPAP FiO2 41% dengan
Apgar Score awal : 3 (Air 6, O2 2, PEEP 7)
Downe score 6 Kebutuhan cairan hari ini
60 cc/kgbb/hari: 160,56
O : KU : Sakit berat cc/hr
N: 129x/menit IVFD Dextrose 10%
P: 72x/menit 6,7cc/jam/SP
S: 36 0C Ceftazidene
SpO2: 97% 100mg/12j/iv
Gentamicin 13,5mg/24
Kepala : Normo Cephal
j/iv
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
OGT dekompresi
Edema Palpebrae (-/-)
Hidung : Rinore(-/-), Inkubator
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-),
menghisap (-)
Thoraks : I : Normochest, retraksi
subcosta (+) Interscostal (+), distres
napas (+)
Abdomen : Distended (-), tali pusat
dbn
Extremitas : sianosis (-), ikterik (-)
A : RDN
5
subcosta (+) Interscostal (+), distres
napas (+)
Abdomen : Distended (-), tali pusat
dbn
Extremitas : sianosis (-), ikterik (-)
A : RDN
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asfiksia Neonatorum
1. Definisi
Istilah asfiksia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti nadi
setelah lahir.1
lebih lanjut.2
2. Epidemiologi
prematur sebanyak 675.700 (15,5 per 100 kelahiran hidup) dan angka
7
neonatal pada minggu pertama (0-6 hari) adalah asfiksia (36 %), BBLR/
Prematuritas (32%) serta sepsis (12%) sedangkan bayi usia 7-28 hari
adalah sepsis (22%), kelainan kongenital (19%) dan pneumonia (17 %).
bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus
3. Etiologi
dan faktor tali pusat. Faktor janin yaitu prematur, persalinan sulit,
gangguan his. Sedangkan faktor tali pusat diantaranya yaitu lillitan tali
pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat, tekanan
yang dilalui lebih lama daripada ibu multi akibatnya bayi yang
8
asfiksia. Sedangkan pada ibu grandemulti juga berisiko terjadinya
yang bisa terjadi pada ibu dan janinnya, salah satu komplikasi yang
asfiksia pada janin, hal ini disebabkan pada bayi yang lahir pada usia
secara sempurna begitu pula dengan paru janin juga belum matang
c. Persalinan sungsang
9
Menurut teori persalinan sungsang yang dilakukan dengan
saat bayi lahir ada persalinan sungsang dengan cara manual aid
mengalami asfiksia.4
Bila dilihat dari penyakit yang menyertai ibu, sebagian kecil ibu
10
berisiko menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia. Yang mana
e. Tali Pusat
Menurut teori, jika terjadi lilitan tali pusat pada bayi, ketika
kepala janin makin masuk ke dasar panggul, maka makin erat lilitan
tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dari janin. Pada
bayi tidak mengalami asfiksia, jika terdapat lilitan tali pusat pada
bayi maka akan terjadi gangguan aliran darah dari plasenta ke tali
11
janin, sehingga oksigenisasi ke janin berkurang, karena oksigen dari
bayi lahir.4
Bila dilihat dari berat badan lahir, sebagian kecil bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan lebih dari 3500 gram.
Menurut teori makin rendah berat badan bayi lahir maka makin
janin pada saat lahir juga menjadi salah satu faktor yang dapat
badan kurang dari 2500 gram atau berat badan lahir rendah, ada dua
Sedangkan pada bayi yang mempunyai berat badan lebih dari 3500
4. Patogenesis
12
Oksigen sangat penting bagi kehidupan sebelum dan setelah
nutrisi dari ibu melalui plasenta. Sebelum lahir, alveoli paru-paru bayi
utama oksigen. Oleh karena itu, beberapa saat setelah lahir paru-paru
oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh. Biasanya bayi baru lahir akan
organ-organ tubuh yang penting seperti otak, jantung, ginjal, dan lain
13
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi
dalam uterus berisi cairan paru, pada saat lahir dan bayi mengambil nafas
udara yang masuk kedalam alveoli bertambah banyak dan cairan paru-
inspirasi dan tekanan akhir ekpirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru-paru
baru lahir kurang oksigen. Pada periode awal, bayi akan mengalami
periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernafas (apnea)
14
yang disebut apnea primer. Pada saat ini frekuensi jantung mulai
menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan. Bila keadaan ini
berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan pada bayi baru lahir,
Pada saat ini frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah
segera ditolong. 5
5. Diagnosis
a. Pernafasan
tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
b. Denyut jantung
<100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang
15
c. Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda.
Nilai 0 1 2
Appearance Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
Pulse (laju Tidak ada <100 x/menit ≥100 x/menit,
jantung) bayi terlihat
bugar
Grimace Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
(refleks)
Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
otot) fleksi sedikit
Respiration Tidak ada Lambat Menangis kuat
(usaha bernapas)
16
Asfiksia dapat diklasifikasikan berdasarkan Nilai APGAR (Wiknjosastro
Tanda dan gejala pada asfiksia berat adalah frekuensi jantung kurang
dari 100 kali per menit,tidak ada usaha nafas, tonus otot lemah
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit, pernafasan tidak
teratur dan kulit berwarna biru, tonus otot sedikit fleksi. Pada
ventilator.
17
6. Penatalaksanaan
a. Tindakan umum
dalam.
b. Tindakan khusus
18
melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta
menit. 5
1. Definisi
Distres pernapasan pada bayi baru lahir dikenali sebagai satu atau
2. Epidemiologi
2012 dimuat dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 dan 2017,
19
meskipun terjadi penurunan tetapi masih tergolong tinggi. Mengingat
bayi dan balita yang dapat dicegah dengan menurunkan Angka Kematian
lahir, kerusakan usus bayi dan berbagai jenis infeksi (The National
Republik Indonesia pada tahun 2018, penyebab kematian bayi baru lahir
3. Etiologi
lahir adalah TTN, yang terjadi pada sekitar lima atau enam per 1.000
20
kelahiran. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dari ibu
dengan asma. Bayi baru lahir dengan TTN memiliki risiko lebih
hubungan ini lebih kuat pada pasien dengan status sosial ekonomi
yang lebih rendah, ras kulit putih, dan laki-laki yang ibunya tidak
ini dan oleh karena itu merupakan faktor risiko TTN. Defisiensi
diindikasikan.11
TTN muncul dalam dua jam setelah lahir dan dapat bertahan
perihilar dengan cairan fisura, atau efusi pleura. Gas darah dapat
21
Karena TTN bersifat self-limited, pengobatan bersifat suportif.
kelebihan cairan paru pada bayi baru lahir dengan TTN. Pembatasan
surfaktan dan imaturitas paru. RDS lebih sering terjadi pada pria
kulit putih dan bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan diabetes
mellitus.11
22
kemajuan dalam pengobatan seperti surfaktan dan N-CPAP,
kebanyakan bayi baru lahir dengan RDS sembuh tanpa efek jangka
direkomendasikan.11
23
Sindrom aspirasi mekonium muncul saat lahir sebagai takipnea,
hamil.11
Sepsis dapat terjadi pada bayi cukup bulan dan bayi prematur
dan memiliki insiden satu atau dua per 1.000 kelahiran hidup. Gejala
dapat dimulai kemudian pada periode bayi baru lahir. Faktor risiko
24
satu infeksi. Kalkulator risiko dapat digunakan untuk
setelah keluar dari rumah sakit. Patogen bakteri mirip dengan yang
menyebabkan sepsis.11
5) Pneumothorax
pada kelahiran prematur dan bayi baru lahir dengan RDS atau
asimtomatik.11
25
Meskipun transiluminasi dapat membantu, radiografi dada
paru.11
terjadi pada dua dari 1.000 kelahiran hidup. Faktor risiko termasuk
diabetes ibu, persalinan sesar, obesitas ibu, dan ras kulit hitam.
kecil.11
setelah lahir. Pada pemeriksaan, suara jantung kedua yang keras dan
26
oksigen dan dukungan lainnya. Dalam kasus yang serius, ventilator
ekstrakorporeal.11
untuk menyaring cacat jantung bawaan yang kritis. Bayi baru lahir
27
kritis melebihi biaya skrining lebih dari 2.000 bayi baru lahir,
4. Patofisiologi
gangguan pernapasan pada bayi baru lahir adalah takipnea transien pada
28
berkembang sempurna hingga usia 2-5 tahun. Oleh karena itu, penyakit
hingga 32% bayi prematur dan 50% bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah.9
5. Klinis
Takipnea adalah presentasi paling umum pada bayi baru lahir dengan
lebih dari 60 kali per menit. Tanda-tanda lain mungkin termasuk nasal
flaring (nafas cuping hidung) terjadi ketika lubang hidung melebar saat
29
bernafas. Sianosis adalah kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan
selaput lendir karena kekurangan oksigen dalam darah. Bayi baru lahir
nafas yang dialami oleh bayi baru lahir dalam menilai tingkat
awal dalam memantau derajat gawat nafas pada bayi RDN tanpa melalui
30
7. Diagnosis
neutrofil imatur terhadap total lebih dari 0,2 menunjukkan infeksi. Rasio
ini dapat diubah oleh stres, menangis, dan persalinan yang diinduksi
rasio ini memiliki akurasi prediksi positif yang buruk sebagai tes satu kali
dan salah meningkat pada 50% bayi tanpa infeksi. Kadar protein C-
sepsis dengan nilai prediksi negatif 94% bila diperoleh 24 dan 48 jam
8. Tatalaksana
a. Terapi Oksigen
31
digunakan untuk mempertahankan saturasi sekitar 90%. Ventilasi
b. Pengganti Surfaktan
pada bayi baru lahir dengan RDS mengurangi kebocoran udara dan
32
dibutuhkan adalah 100 mg per kg. Dosis awal 200 mg per kg
risiko relatif sebesar 67% untuk ventilasi mekanis dan sekitar 50%
c. Terapi Tambahan
aspirasi.11
serta distres pernapasan dan gagal napas bayi baru lahir. Terapi INO
33
digunakan bersamaan dengan terapi penggantian surfaktan, ventilasi
gagal napas akut hebat pada kondisi yang sama seperti yang
kateter atrium kanan atau vena jugularis kanan dengan gaya gravitasi
9. Prognosis
hilang sendiri. Setelah periode deteriorasi (sekitar 48 jam) dan bila tidak
ada komplikasi, bayi yang terkena mulai membaik pada 72 jam. Sering
34
ditandai dengan awitan diuresis, perbaikan ini terutama disebabkan oleh
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwanto, 2017. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSUD Dr. Soetomo
2. Nurita., Bunga, N., Kharisma., Putri, A. Analisis Faktor Penyebab
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Ners Dan Kebidanan
6(2): 251-262
3. Sari, A. K., Sincihu, Y., Ruddy, T. 2018. Tingkat Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan Lamanya Ketuban Pecah Dini pada Persalinan Aterm. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 84-92
4. Atik, S., Palupi, J., Sari, Y. 2019. Gambaran Derajat Asfiksia Neonatorum
pada Persalinan Pervaginam Letak Sungsang di RSD Kalisat. Jurnal MID-
Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan 2(1):2621-7015
5. Angkat, N.S. 2018. Karakteristik Bayi Baru Lahir Yang Mengalami
Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulusalam.
Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan
6. Handryastuti. 2007. Kejang pada Neonatus, Permasalahan dalam
Diagnosis dan Tata laksana 9(2): Sari Pediatri 112-120
7. Chairani, F. 2017. Prevelensi dan Faktor Penyebab Kejang Neonatus
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2015. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan
8. Pallegrin, S., Munoz, F. M., Padula, M., Heath, P. T., Meller, L., Top, K.,
Wilmshurst, J., Wiznitzer, M., Das, M. K., Hahn, C. D., Kucuku, M.,
Oleske, J., Vinayan, K. P., Yozawitz, E., Aneja, S., Bhat, N., Boylan, G.,
Sesay, S., Shrestha, A., Soul, J. S., Tagbo, B., Joshi, J., Soe, A., Maltezou,
H. C., Gidudu, J., Kochhar, S. 2019. Neonatal seizures: Cas definition &
guidelines for data collection, analysis, and presentation of immunization
safety data. Journal Vaccine 37(52): 7596-7609
9. Reuter, S., Moser, C., Baack, M. 2014. Respiratory Distress in the
Newborn. Pediatrics in Review 35(10):417-429
10. Atika, N. A. 2019. Faktor Risiko Kejadian Respiratory Distress of
Newborn di Nenonatal Intensive Care Unit RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Hasanudin.
Makassar
11. Hermansen, C. L., Mahajan, A. 2015. Newborn Respiratory Distress.
American Family Physician 92(11) 995-1002
36