Anda di halaman 1dari 25

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama : Ny. A

Umur : 33 tahun

Alamat : Bomban

Agama : Islam

Suku :Bugis

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk : 10 Januari 2022

Tanggal keluar : 13 Januari 2022

No. RM : 05 88 58

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Keluar darah dari kemaluan

2. Anamnesis Terpimpin

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan kemaluan di

sertai gumpalan jaringan sejak malam hari, keluhan lain sakit kepala (-),

pusing (-), penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-),

BAK sedikit dan BAB kesan normal. Riwayat obstetrik G5P4A0. HPHT

?/?/2021. ANC: Rutin di Posyandu, TT 1x, KB (-). Riwayat Pernikahan: 1x.

2
Riwayat Penyakit Lain: Asma (-), HT (-), DM (-), Alergi obat/makanan (-).

Riwayat Penyakit Keluarga (-).

Riwayat Obstetri

G5P4A0

1. 2010/ Perempuan/ Aterm/ bidan/ Normal/ PKM/4500gr

2. 2014/ Laki-laki/ Aterm/ bidan/ Normal/ PKM/3500gr

3. 2018/ Laki-laki / Aterm/ bidan/ Normal/ PKM/3500gr

4. 2020/ Perempuan/ Aterm/ bidan/ Normal/ PKM/3500gr

5. 2022/ Hamil Sekarang

Riwayat haid teratur setiap bulan dengan siklus haid 28 hari dan lama

haid ± 5 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran kompos mentis

2. Tanda Vital

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 84x/mnt (reguler, kuat angkat)

Pernapasan : 20x/mnt

Suhu : 37,1oC

D. Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Edema

3
palpebra (-/-)

Hidung : Septum deviasi (-/-), sekret (-/-)

Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-/-)

Mulut : Bibir pucat (-), stomatitis (-), caries (-)

Leher : KGB tidak membesar

Tenggorok : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1

Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular

Paru : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Cembung, peristaltik (+) kesan normal, nyeri


tekan regio supra pubik (-)

Ekstremitas : Edema pretibial (-/-), pucat (-/-)

E. Pemeriksaan Obstetri

1. Pemeriksaan luar

Leopold 1 : Tidak di lakukan

Leopold 2 : Tidak di lakukan

Leopold 3 : Tidak di lakukan

Leopold 4 : Tidak di lakukan

TFU : Sulit di nilai, His: (-), Denyut jantung janin: -

2. Pemeriksaan dalam

Dinding vagina teraba licin, teraba ada jaringan pada porsio, porsio

teraba bulat lunak, nyeri goyang (-), tidak ada nyeri tekan di kedua

adneksa. Pelepasan darah.

4
D. Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin
Parameter Nilai Rujukan
WBC 5,7 103 U/L 5-10. 103 U/L
RBC 4,49 106 U/L 2,00-7,5 106 U/L
HGB 6,9 g/dL 12.0-17.0 g/dL
HCT 19,3 % 36.0-52.0 %
MCV 70,5 fL 76-96 fL
MCH 25.5 pg 27.0-32.0 pg
MCHC 34.6 g/dL 30-35 g/dL
PLT 396 103 U/L 100-400 103 U/L
Imunoserologi
HBSAg Non Reaktif Non Reaktif
HIV Non Reaktif Non Reaktif
Gol. Darah B Rh+
Kimia Darah
GDS 84 mg/dl <140 mg/dl

USG Abdomen
Terlihat masih ada sisa konsepsi di dalam kavum uterus.

E. Diagnosa

Abortus Inkomplit.

F. Rencana Terapi

1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

2. Rencana Kuretase

3. IVFD RL 20 tpm

4. Ceftriaxone 2 gr

5. Dexametasone 2 amp

6. Ondansetron 1 amp

5
7. Ranitidine 1 amp

8. Ketorolac 1 amp

9. Transfusi PRC 1 bag (250cc)

G. Perkembangan Pasien
Hari /
Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
Tgl
11/1/22 Subjektif : Planning :
Nyeri post kuretase, perdarahan (+), 10. Observasi keadaan
bercak darah umum dan tanda-
tanda vital
Objektif : 11. Cefixime 2x200mg
Sakit sedang, GCS 15 (CM) 12. Asam mefenamat
TD : 90/60 mmHg 3x500mg
N : 92x/menit 13. Metilergometrin 3x1
P : 20x/menit
S : 36,5ºC

Hb Post Kuretase dan post tranfusi


8,9 gr/dl
Assesment :
Abortus Inkomplit + Post Kuretase H.1
12/1/22 Subjektif : Planning :
Nyeri post kuretase berkurang, 14. Observasi keadaan
perdarahan (-), umum dan tanda-
tanda vital
Objektif : 15. Cefixime 2x200mg
Sakit sedang, GCS 15 (CM) 16. Asam mefenamat
TD : 90/60 mmHg 3x500mg
N : 92x/menit 17. Metilergometrin 3x1
P : 20x/menit 18. BPL
S : 36,5ºC

Assesment :
Abortus Inkomplit + Post Kuretase H.2

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Abotus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun (spontan /

provakatus) sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan < 20

minggu berdasarkan HPHT atau berat janin < 500 gr. Abortus inkomplit

terjadi jika sebagian hasil konsepsi yang telah keluar dari kavum uteri dan

masih ada yang tertinggal3,15,20

B. Epidemiologi

Angka kejadian abortus sulit untuk diketahui secara pasti karena banyak

kasus yang tidak dilaporkan. Selain itu angka kejadian abortus bervariasi

menurut ketekunan dalam identifikasi kasus. Di Indonesia proporsi kejadian

abortus spontan sebesar 17,75%. Angka terbesar terjadi di Riau yakni 35,96%

dan angka terendah di papua yakni 7,72%. Diperkirakan total kejadian

abortus spontan di Indonesia mencapai 2,3 Juta per tahun. Diperkirakan

terjadi 37 aborsi untuk setiap 1000 perempuan usia reproduksi (15-49 tahun)

di Indonesia.3,15,20

C. Etiologi dan faktor resiko

Etiologi dari Penyebab abortus (early pregnant loss) bervariasi dan sering

diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak di

antaranya adalah sebagai berikut. 1. Faktor genetik. Translokasi parental

keseimbangan genetik: Mendelian, Multifaktor, Robertsonian, Resiprokal. 2.

7
Kelainan kongenital uterus : Anomali duktus Mulleri, Septum uterus, Uterus

bikornis, Inkompetensi serviks uterus, Mioma uteri, Sindroma Asherman. 3.

Autoimun: Aloimun, Mediasi imunitas humoral dan seluler . 4. Defek fase

luteal : Faktor endokrin eksternal, Antibodi antitiroid hormon, Sintesis LH

yang tinggi. 5. Infeksi. 6. Hematologik. 7. Lingkungan2,20.

1. Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip
embrio. Paling sedikit 50 % kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini belum
termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal (misalnya
kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya
gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan kariotip. Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi
terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya
berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya
nondisjwnaion meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal. Separuh
dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa
trisomi autosom.
Triploidi ditemukan pada 16 % kejadian abortus, di mana terjadi
fertilisasi orum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai
mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat dari non disjunction
meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal.
Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal bisa
berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar 30% dari seluruh
trisomi, merupakan penyebab terbanyak. Semua kromosom trisomi
berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1. Sindroma Turner
merupakan penyebab 20 - 25 % keiainan sitogenetik pada abortus.
Sepertiga dari fetus dengan Sindroma Down (trisomi 21) bisa bertahan.

8
Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik
amniosenresis pada semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu di
atas 35 tahun. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia di
atas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan
meningkat setelah usia 35 tahun. Kelainan lain umumnya berhubungan
dengan fertilisasi abnormal (terapioidi, triploidi). Kelainan ini tidak bisa
dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan. Tetraploidi terjadi pada 8
% kejadian abortus akibat kelainan kromosom, di mana terjadinya
kelainan pada fase sangat awal sebelum proses pembelahan.
Struktur kromosom merupakan kelainan kategori ketiga. Kelainan
struktural terjadi pada sekitar 3% kelainan sitogenetik pada abortus. Ini
menurunkan bahwa kelainan struktur kromosom sering diturunkan dari
ibunya. Kelainan struktur kromosom pada pria bisa berdampak pada
rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas, dan bisa mengurangi peluang
kehamilan dan terjadinya keguguran. Kelainan sering juga berupa gen
yang abnormal, mungkin karena adanya mutasi gen yang bisa
mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus. Contoh
untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang
adalah myotonic dystrophy, yang berupa autosom dominan dengan
penetrasi yang tinggi, kelainan ini progresif, dan penyebab abortusnya
mungkin karena kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi
uterus. Kemungkinan juga karena adanya mosaik gonad pada ovarium
atau testis.
Gangguan jaringan konektif lain, misalnya Sindroma Marfan,
Sindroma Ehlers-Danlos, homosisteinuri dan pseudoaxanthoma
eksticum. Juga pada perempuan dengan sickle cell anemia berisiko tinggi
mengalami abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta.
Kelainan hematologik lain yang menyebabkan abortus misalnya
disfibrinogenemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi
afibrinogenemi kongenital. Abortus berulang bisa disebabkan oleh
penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, di mana bila kelainannya

9
hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi
yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan
kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko
abortus.
2. Anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi
obstetrik, sepeni abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi
janin. Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600
perempuan. Pada perempuan dengan ri:wayat abortus, ditemukan
anomali uterus pada 27% pasien.
Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan
malformasi uterus, mendapatkan hasil hanya 18,8% yang bisa bertahan
sampai melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5% mengalami persalinan
abnormal (prematur, sungsang). Penyebab terbanyak abortus karena
kelainan anatomik uterus adalah seprum uterus (40 - 80 %), kemudian
uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30 %). Mioma
uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang. Risiko
kejadiannya antara 10-30 % pada perempuan usia reproduksi. Sebagian
besar mioma tidak memberikan gejala, hanya yang berukuran besar atau
yang memasuki kavum uteri (submukosum) yang akan menimbulkan
gangguan. Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat
implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko
abortus antara 25-80% bergantung pada berat ringann,va gangguan.
Untuk mendiagnosis kelainan ini bisa digunakan histerosalpingografi
(HSG) dan ultrasonografi.
3. Autoimun
Terdapat hubungan yaog nya:ra. antara abortus berulang dan penyakit
autoimun. Misalnya, pada Systematic Lwpws Erythematosws (SLE) dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik
yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan di
antara pasien SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila digabung

10
dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3,
maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan
terhentinya kehamilan. Sebagian besar kematian janin dihubungkan
dengan adanya aPA.
aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari
fosfolipid. Paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai
ani klinis yang penting, yaitu Lwpws Anticoagwlant (LAC),
anticardiolipin antibodies (aCLs), dan biologically fake-positioe untuk
sypbilis (FP-STS). APS (antipbospholipid syndrome) sering juga
ditemukan pada beberapa keadaan obstetrik, misalnya pada
preeklampsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang
berhubungan dengan APS yaitu trombosis arteri-vena, trombositopeni
autoimun, anemia hemolitik, korea dan hipertensi pulmonum.
The Intemational Consensus workshop pada 1998 mengajukan
klasifikasi kriteria untuk APS, yaitu meliputi:
a. Trombosis vaskular
Satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapilar yang
dibuktikan dengan gambaran Doppier, pencitraan, atau histopatologi.
Pada histopatologi, trombosisnya tanpa disertai gambaran inflamasi.
b. Komplikasi kehamilan
Tiga atau lebih kejadian abonus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa
kelainan anatomik, genetik, atau hormonal. Satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran morfologi secara sonografi normal. Satu atau
lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeklampsia berat atau insufisiensi plasenta yang
berat
c. Kriteria laboratorium
aCL: IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2
kali atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6
minggu. aCL diukur dengan metode ELISA standar.
d. Antibodi fosfolipid/antikoagulan

11
Pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (misalnya aPTT, PT
dan CT). Kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang
dengan penambahan plasma piatelet normal. Adanya perbaikan nilai tes
yang memanjang dengan penambahan fosfolipid. Singkirkan dulu
kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian heparin.
aPA ditemukan kurang dari 2 % pada perempuan hamil yang sehat,
kurang dari 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33 % pada perempuan dengan SLE. pada kejadian abortus berulang
ditemukan infark plasenta yang luas, akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular kini dianjurkan pemeriksaan darah terhadap B-2 glikoprotein 1
yang lebih spesifik.
Pemberian antikoagulan misalnya aspirin, heparin, IL-3 intravena
menunJukkan hasil yang efektif. Pada percobaan binatang, kera IL-3
adalah menyerupai growht horrnone plasenta dan melindungi kerusakan
jaringan plasenta. Trombosis plasenta pada APS diawali adanya
peningkatan rasio tromboksan terhadap prostasiklin, selain juga akibat
dari peningkatan agregrasi trombosit, Penurunan c-reaktif protein dan
peningkatan sintesis platelet-actifiting factor. Secara klinis lepasnya
kehamilan pada pasien APS sering terjadi pada usia kehamilan di atas 10
minggu. Pengelolaan umum meliputi pemberian heparin subkutan,
aspirin dosis rendah, prednison, imunoglobulin, arau kombinasi
semuanya. Studi case-control menunjukkan pemberian heparin 5.000 U
2x/hari dengan 81 mg/hari aspirin daya tahan janin dari 50% jadi 80%
pada perempuan yang pernah mengalami abortus lebih dari 2 kali tes
APLAs positif. Yang perlu diperhatikan ialah pada Penggunaan heparin
jangka panjang, perlu pengawasan terhadap risiko kehilangan massa
tulang, perdarahan, serta trombositopeni.
4. Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga
sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan
kejadian abortus berulang pada perempuan yang rernyata rerpapar

12
brwcellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada
kejadian abortus antara lain:
a. Bakteri
Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum,
Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis.
b. Virus
Sitomegalovirus, Rubela, Herpes simpieks virus (HSV), Human
immunodeficienci virus (HIV), Parvovirus.
c. Parasit
Toksoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum .
d. Spirokaeta
Treponema pallidum
Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan abortus/EPl, di
antaranya sebagai berikut.
a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau peran infeksi
terhadap risiko sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit
fetoplasenta.
b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berar
sehingga janin sulit bertahan hidup.
c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin.
d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah
(misal Mikoplasma bominis, Klamidia, Ureaplasma urealitileum, HSV)
yang bisa mengganggu proses implantasi.
e. Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif, Listeria
monositogenes).
f. Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena
virus selama kehamilan awal (misalnya rubela, parvovirus 819,
sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela-zoster, kronik
sitomegalovirus CMV, HSV).
5. Faktor Lingkungan

13
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya
paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok
diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang
telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta.
Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin
serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem
sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus.
6. Faktor Humoral
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi
yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu
perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase
luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terurama kadar
progesteron.
7. Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi
dan adanya mikrotrombi pada pernbuluh darah plasenta. Berbagai
komponen- koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada
implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan
terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan:
a. Peningkatan kadar faktor prokoagulan
b. Penurunan faktor antikoagulan.
c. Penurunan aktivitas fibrinolitik
Kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan
normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu. Bukti lain
menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek
hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan

14
produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu,
dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8-11 minggu.
Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta
agregrasi trombositt fang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis
plasenta. Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan
fibrinopeprida. Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan
trombosis sistematik araupun plasenter dan telah dilaporkan juga
berhubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22% kasus.
Homosistein merupakan asam amino yang dibentuk selama konversi
metionin ke sistein. Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital ataupun
akuisita, berhubungan dengan trombosis dan penyakit vaskular dini.
Kondisi ini berhubungan dengan 2l% aborus berulang. Gen pembawa
akan diturunkan secara aurosom resesif. Bentuk terbanyak yang didapat
adalah defisiensi folat. Pada pasien ini, penambahan folat akan
mengembalikan kadar homosistein normal dalam beberapa hari.

D. Patofisiologi3,4,5

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh

bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang

menyebabakn nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi

akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi

uterus dan mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut

terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus

kontraksi dan mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih

terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan

secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam

15
cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat

proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya

diawali dengan pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran

janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini

sering menimbulkan perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan

minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan

keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih

tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan

terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya

lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.

Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai

bentuk yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat

benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin

telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk

ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari ibu

ke anak.

E. Diagnosis

1. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik2,3,9

Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif

mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat haid.

Hipotesis dapat diperkuat pada pemeriksaan bimanual dan tes kehamilan.

16
Harus diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya

jaringan dalam kavum uteri atau vagina.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya sedikit-sedikit dan

berlangsung lama, ekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai

gumpalan, dan akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun

atau syok. Disebut pendarahan ringan-sedang bila doek bersih selama 5

menit, darah segar tanpa gumpalan, darah yang bercampur dengan mukus.

Pendarahan berat bila pendarahan yang banyak, merah terang, dengan

atau tanpa gumpalan, doek penuh darah dalam waktu 5 menit, dan pasien

tampak pucat.3

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi berupa pada usia

gestasi di bawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna

dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi, di atas 16 minggu,

dengan pembentukan plasenta sempurna dapat didahului dengan ketuban

pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan

pengeluaran plasenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu

disebutkan persalinan immaturus, dan hasil konsepsi yang tidak

dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam

bentuk gangguan pembekuan darah3

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari karum uteri dan masih

ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di

17
mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan

teraba jaringan dalam kamm uteri atau menonjol pada ostium uteri

eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa

banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang

menyebabkan sebagian placental site masih terbuka. sehingga perdarahan

berjalan terus.2

Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik

sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus

diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi

gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan

kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan

diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur

kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di karum uteri

tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.

Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan

pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang

mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi

uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya

dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara

hati-hari sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya utems. Tindakan

yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari

plastik. Pascatindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per

oral dan antibiotika.

18
Gambar 1. Abortus Komplit dan Abortus Inkomplit2

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi2,3,6,7,8
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik
dengan diameter 2-3 mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat
diameter kantung gestasi 5 mm, kantung telur 3-8 mm. Pada usia
gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 10 mm, embrio 2-3
mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia gestasi 7 minggu,
diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat bagian kepala dan badan
yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung gestasi
25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb buds.
Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan
ekstremitas. Pada usia gestasi 10 inggu, telah terlihat bilik jantung,
lambung, kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia gestasi 11,
usus telah terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk
dengan baik. Abortus dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila
pada embrio >8 mm tidak ditemukan aktivitas jantung3
Gambaran abortus inkomplit tidak spesifik, bergantung pada usia
kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi yang tertinggal di
dalam kavum uteri. Kavum uteri mungkin berisi kantung gestasi yang

19
bentuknya tidak utuh lagi. Mungkin juga sisa konsepsi terlihat sebagai
massa ekogenik yang tebal ireguler di dalam kavum uteri atau terlihat
sebagai massa kompleks bila sisa konsepsi bercampur dengan jaringan
nekrotik dan bekuan darah. Kadang-kadang gambaran sisa konsepsi
sulit dibedakan dari bekuan darah.

Gambar 2. Abortus Inkomplit pada usia kehamilan 12 minggu pada wanita berusia
38 tahun dengan perdarahan pervaginam dan penurunan hematokrit. A.
Gambar sagital uterus dari USG transvaginal menunjukan endometrium
heterogen yang menebal dengan bagian endometrium-miometrium yang
tidak teratur (panah), B. Gambar koronal uterus dari pemeriksaan yang
sama menunjukkan ketidakteraturan bagian endometrium-miometrium
(panah).6

b. Pemeriksaan Laboratorium8,13
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa
pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap untuk mengetahui
ada tidaknya tanda infeksi, tanda anemia, Pemeriksaan plano test perlu
dilakukan untuk memastikan tanda kehamilan.

F. Diagnosis Banding

Abortus inkomplit dapat didiagnosis banding dengan abortus iminens,

abortus insipien, abortus komplit, Blighted ovum, kehamilan ektopik tuba,

dan mola hidatidosa3,8,10,11,12,13.

20
Tabel 1. Diagnosis Banding Abortus Inkomplit.
Diagnosis Gejala Pemeriksaan Pemeriksaan
banding fisik penunjang
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit banyak / sedang umur kehamilan masih positif
dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan sebelum - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
20 minggu cavum uteri atau
- nyeri perut ringan masih menonjol
- keluar jaringan pada osteum uteri
sebagian (+) eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+),
flek-flek fetal movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart movement
- keluar jaringan (-) (+)
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipient dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+),
- nyeri perut berat fetal movement (+/-),
- keluar jaringan (-) fetal heart movement
(+/-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya (+), fetal plate (+),
tidak seperti yang fetal movement (-),
diharapkan. Bila fetal heart movement
kehamilannya > 14 (-)
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan

21
rahimnya semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa (+) kehamilan masih positif
- Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih dari
atau sedikit atau sedikit 100,000 mIU/mL)
gelembung mola gelembung mola - USG : adanya
- Perdarahan - DJJ (-) pola badai salju
banyak / sedikit (Snowstorm).
- Nyeri perut (+)
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
ovum flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+), namun kosong
(+) (tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
- Tanda kehamilan - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit dapat
(+) (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
- Perdarahan pucat, ekstremitas dapat meningkat.
pervaginam (+/-) dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : diluar cavum uteri.
perut tegang
bagian bawah,
nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

22
G. Penanganan

Abortus inkomplit dapat ditatalaksana dengan rawat ekspektatif,

pembebahan, maupun medikamentosa. Parofisiologi terjadinya kehamilan

ektopik tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya

menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum

mencapai kawm uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim.

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis

atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah. Setelah syok diatasi,

lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg

intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Berikan

antibiotik untuk rnencegah infeksi.

Tabel 2. Manajemen Berbagai Jenis Kehamilan Kehamilan Trimester Pertama4.

H. Komplikasi dan Prognosis3


1. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh abortusnya sendiri


maupun akibat dari tindakan penanganan yang dilakukan. Abortus

23
inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok
akibat perdarahan hebat dan infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi yang
lama di dalam kavum uteri. Tindakan kuretase pada abortus inkomplit juga
dapat menimbulkan komplikasi antara lain:
a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardia, dan cardiac arrest.
b. Perforasi uterus akibat sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh kanula,
segera putuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya
kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Kemudian pasien diberikan
antibiotika dosis tinggi. Biasanya perdarahan akan berhenti segera.
c. Laserasi serviks yang disebabkan oleh tenakulum. Bila perdarahan
sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan karena sisa jaringan konsepsi. Tindakan yang harus
dilakukan adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi.
Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap
kuman aerob maupun anaerob.

Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester


pertama, dengan demikian, tindakan evakuasi yang dilakukan pada
kehamilan diatas trimester pertama berupa dilatasi dan evakuasi.

2. Prognosis

Abortus inkomplit yang dievakuasi dini tanpa infeksi


memberikan prognosis yang baik terhadap ibu. Pada wanita dengan
riwayat pernah mengalami abortus sebanyak satu kali, maka
kemungkinan untuk mengalami abortus kembali pada kehamilan
selanjutnya adalah sekitar 15%. Sedangkan jika ia pernah mengalami
abortus sebanyak dua atau tiga kali, maka kemungkinannya meningkat,
yaitu berturut-turut sekitar 25% dan 30-45%.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Kuniarty. dkk. Penanganan Kasus Abortus Inkomplit Pada Puskesmas


PONED Di Kabupaten Sumbawa Barat. Journal of Community Medicine and
Public Health, 2019 Jan 25; 35 (1) 17-22.
2. Trijatmo Rachimbadbi dan M. Swlcban Sofoezoan. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Ed. 4, Cet. 3 Jakarta: PT Bina Pustaka. 2008. 118-26, 131-7,
459-88.
3. Aryanti Citra, dkk. Abortus Inkomplit. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan: 2013. 21-
23.
4. F. Gari Cunningham, dkk. Williams Obstetrics. Ed. 24. New York: McGraw-
Hill Education. 2014. 351-7.
5. Smith, Roger P. Netter's Obstetrics and Gynecology. Ed. 2. Philadelphia,
USA: Elsevier’s Health Sciences Rights Department. 2008. 20-3.
6. Zezo. Retained Products Of Conception. Obstetrics & Gynaecology Imaging.
2019. https://radiologykey.com/retained-products-of-conception-2/
7. Chudleigh Trish. Problems of early pregnancy In Obstetric Ultrasound How,
Why and When. Ed. 3. Philadelphia, USA: Elsevier’s Health Sciences Rights
Department: 2004. 30-42, 52-9.
8. Stephenson Susan Raatz.dkk. Diagnostic medical sonography. Obstetrics and
gynecology.Ed. 3. China: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. 138-41.
9. Caroline De Costa dan Michael Flynn. Miscarriage and abortion In
Examination obstetrics and gynaecology. Ed. 3. Australia: Elsevier.
2011. 38-43.
10. Hobbins, John C. Obstetric Ultrasound: Artistry in Practice. Australia:
Blackwell Publishing. 2008. 1-6.
11. Bashiri, A. Recurrent Pregnancy Loss, Evidence-Based Evaluation,
Diagnosis and Treatment. New York Dordrecht London: Springer Cham
Heidelberg. 2016. 19-23.

25
12. Sigary M, dkk. Spontaneous abortion with MRI correlates in the emergency
department. Imaging Med. 2018 Oct 4; 111-2.
13. Sari Ratna D.P. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1.
Sumatra: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2018.3,6-19, 21, 40.
14. Katrina Skoog Nguyen dan L. Connor Nickels. Ultrasonography for Blighted
Ovum (Anembryonic Gestation). New York: Springer Science Business
Media. 2016; 663.
15. Mahmoud Mustafa Z. Dkk. Patterns of Abortion Presentation by Using
Ultrasound. University, College of Applied Medical Science, Radiology and
Medical Imaging Department. Journal of Advanced Biomedical &
Pathobiology Research. Al-Kharj- Saudi Arabia: Scientific Renaissance All
rights reserved. 2013; 2 (4). 148-52.
16. Friadi A. Update on the Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease. Sub
Bagian Ginekologi Onkologi Bagian SMF Obstetri Ginekologi FK UNAN.
UMI Medical Journal. 2019 Des; 4 (2). 24-8.
17. Cindy Chau and John Christian Fox . Pelvic Ultrasound in Altlas Of
Emergency Ultrasound. Inggris: Cambriage Unversity Pess. 2011. 91-7.
18. Aneet Kaur, Amarjit Kaur. Transvaginal ultrasonography in first trimester of
pregnancy and its comparison with transabdominal ultrasonography. Journal
of Pharmacy and Bioallied Sciences. 2011; 3 (3) 329-33.
19. Hartono. M.R. Abortus Inkomplit. Semarang: Universitas Trisakti. 2014. Hal-
13.
20. Pitriani Risa. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2013 Mei; 2 (2) 84-6.

26

Anda mungkin juga menyukai